“Kamu tahu Ibu melakukan itu semua demi kebaikanmu.” Ibu Vier segera menjawab. “Ibu tidak ingin akhirnya kamu dimanfaatkan oleh keluarga mereka.” “Mereka nggak pernah memanfaatkanku sama sekali.” Vier menarik nafasnya panjang sebelum melanjutkan. “Aku nggak mau membahasnya lagi. Terserah Ibu mau berbuat apa tentang masalah ini. Tapi aku akan mempertahankan Violet di sisiku.” Setelah dia mengatakan itu, Vier segera pergi ke kamarnya. Rasa lelahnya berkali lipat. Tampaknya bersikap masa bodoh adalah jalan yang baik untuk dilakukan. Dia memiliki keinginan sedangkan ibunya juga. Dan keinginan mereka bertolak belakang. Kalau mereka tidak memiliki titik temu mungkin dia harus melakukan sesuatu yang sedikit melangkah ke luar jalur. Di sisi lain, Violet yang sedang menikmati belanjanya bertemu dengan Kaila dan Devi di butik mahal di salah satu mal. “Oh, lihatlah siapa yang kita temui.” Devi yang melihat Violet di depannya tampaknya seperti melihat santapan empuk untuknya. Violet baru mem
Kaila menyadari sesuatu dan dia segera keluar dari butik untuk mengejar perempuan tersebut. Firasatnya mengatakan perempuan itu bernama Hara. Akan menjadi sebuah kebetulan yang menyenangkan jika dia bisa mengobrol dengan Hara tentang Violet. Devi akan ikut keluar ketika dia dicegah oleh karyawan di sana. “Ibu mau ke mana?” tanya karyawan tersebut dengan kesal. “Kalau Ibu mau keluar, maka Ibu perlu membayar barang-barang yang Ibu pegang.”Devi menatap pakaian yang dibawanya dan melemparkan dengan keras. “Aku tidak berminat dengan baju-baju ini!” teriaknya. “Kalian mau menipuku?” “Menipu? Ibu sendiri yang meminta pakaian itu dari tangan pelanggan kami dan mengatakan akan membeli semuanya. Bagaimana bisa itu adalah tindakan menipu?” “Benar. Semua orang di sini juga mendengarnya. Tanggung jawab dong.” “Kalau dia tidak mau membayarnya sedangkan pakaian itu sudah dalam kondisi kurang bagus, itu akan merugikan butik.” Beberapa pengunjung segera mengeluarkan pembelaan untuk karyawan. Hal
Musuh Violet kini bertambah dan itu tak bisa dipungkiri. Kaila dan Devi tidak akan membiarkan Violet hidup dengan tenang. Mereka akan mencari cara untuk membuat masalah dengan Violet apa pun yang terjadi. Meskipun Kaila sudah mendengar peringatan dari Hara tapi itu tak akan membuat dirinya mundur mendapatkan Vier. “Kalau kita tidak bisa membuat Violet bertekuk lutut kepada kita, maka kita harus menggunakan cara lain. Dan itu adalah Vier.” Devi memberikan idenya agar Kaila tidak berkutat mengejar Violet. “Kalau kita menarik Vier, tentu kita juga akan membuat Violet ikut ditarik. Kak, kalau kita tidak bisa mengambil satu jalan, maka kita harus mengambil jalan lain.” Dan itu terdengar masuk akal. Namun Kaila tak segera menanggapi. Dia mengingat jika Vier memiliki adik perempuan. Tentu saja ide jahat dengan cepat muncul di dalam kepalanya. “Bagaimana dengan memanfaatkan adiknya?” Kaila menatap adik sepupunya itu sambil berpikir. “Dia memiliki adik perempuan. Dia cantik, dan Devan bisa
Via baru saja akan keluar dari restoran ketika seorang lelaki akan masuk ke dalam. Menghalangi jalan Via sehingga Via harus mundur untuk mempersilakan lelaki itu masuk.“Silakan.” Via memberikan senyum kecil kepada lelaki itu dan dibalas hal yang sama.Setelah lelaki itu masuk, barulah Via keluar. Menyapa beberapa penjaga yang ditugaskan di sana sebelum masuk ke dalam mobilnya. Dia akan pulang ke rumahnya setelah seharian mengurus pekerjaannya. Karena dia tak hanya mengurus restoran tetap juga supermarket, maka dia benar-benar lelah. Kepergian Via diperhatikan oleh lelaki yang beberapa saat lalu menghalangi jalan Via. Lelaki itu duduk dan menatap Via dengan seksama dan menyeringai puas. Mengirimkan pesan kepada seseorang jika dia sudah bertemu dengan gadis itu.“Kali ini Kaila benar. Gadis itu memang cantik. Ini waktunya aku menunjukkan pesonaku.” Lelaki itu adalah Devan. Kaila dan anteknya sudah memulai rencananya. Devan sudah menguntit Via selama dua hari dan dia segera mendekat
Via terbangun dengan mata terasa lengket. Untuk beberapa saat dia tak mengingat apa pun di dalam kepalanya kecuali dia sangat mengantuk. Melihat jam yang ada di dinding, itu sudah sekitar pukul empat pagi. Namun yang membuat dirinya mengernyit adalah dia tak berada di dalam kamarnya. Satu detik, dua detik, dia mengumpulkan segala memori di dalam otaknya dan mengingat apa yang baru saja dialami. Saat ada pergerakan di sampingnya, Via merasa jantungnya berhenti detik itu juga. “Apa yang terjadi?” tanyanya dengan suara bergetar. Dia melihat pakaiannya berserakan di lantai, dan seorang lelaki di satu ranjang dengannya.Via terjatuh dari ranjang saat menghindari lelaki itu. Kakinya lemas luar biasa dan tubuhnya bergetar. Lelaki itu adalah lelaki yang sama yang dia temui selama tiga kali secara tak sengaja dan sekarang dia berada di satu ranjang denga lelaki itu? Tidak! “Via, kamu sudah bangun?” Devan mengucek matanya saat mendengar bunyi gedebuk dari bawah ranjang dan melihat Via terdu
Via sampai di restoran ketika matahari belum keluar dari peraduannya. Dia membuka pintu restoran sebelum menguncinya kembali, kemudian naik ke lantai atas di mana kantor berada. Ada banyak pikiran yang berkecamuk di dalam otaknya. Dia tidak boleh gegabah bertindak. Via menunggu agar para karyawan datang dan bertanya apa yang terjadi kemarin malam. Dan setelah dia bertanya pada penjaga bagaimana kronologi kejadiannya dia tahu jika Devan mengatakan kebenaran dalam hal ingin mengantarkan Via. Karena dia merasa tidak bisa menyelesaikannya sendiri, maka dia membutuhkan bantuan. Di sinilah dia sekarang, di sebuah apartemen yang baru pertama kalinya dia masuki. “Apa yang terjadi, Via?” Entah bagaimana, Via berpikir untuk bertemu dengan Violet alih-alih Vier. Dia menghubungi Violet dan kebetulan perempuan itu bersedia bertemu dengannya. Violet meletakkan secangkir minuman rasa jeruk di atas meja tepat di depan Via. “Minumlah.” Violet mempersilakan. Kemudian dia ikut duduk di samping Via
“Aku sudah meretas computer mereka tapi tidak ada satu pun video yang dimaksud. Semuanya aman-aman atau mungkin mereka menyembunyikan video itu di tempat lain?” Raka menjelaskan kepada Violet. “Apa mungkin itu benar-benar hanya akal-akalan Devan?” telaah Raka. “Aku yakin nggak. Mereka pasti sudah mengambil kesempatan untuk merekam. Bagaimana dengan ponselnya?” Raka sudah mencoba ‘mengobrak-abrik’ ponsel Kaila dari kejauhan, tapi hasilnya juga nihil. Tapi Raka jelas sudah menemukan isi chat antara Kaila dan Devan yang mengatakan semua rencana. Namun di sana Kaila hanya mengatakan jika dia menyembunyikan video tersebut ke tempat yang aman. Konsentrasi Violet dan Raka buyar ketika mendengar suara pintu terbuka. Lelaki itu tersenyum dan mendekati Violet untuk memberikan kecupan. “Ada apa? Kenapa serius sekali?” tanya Vier.Lelaki itu memang belum mengetahui kejadian yang menimpa Via. Violet lantas meminta Vier untuk duduk dan menjelaskan apa yang terjadi. Kata demi kata yang diungkap
Sejak Kaila tahu Vier dan Violet sudah tidak lagi bersama, perempuan itu mengambil kesempatan untuk menjadi dekat dengan Vier. Terlalu dekat sampai Vier merasa jika Kaila sungguh tidak tahu malu. Pada awalnya, lelaki itu mencoba menjauhi Kaila. Tapi semakin lama, Kaila semakin berani. Bahkan masuk ke dalam kamarnya. “Kaila, seharusnya kamu tahu kalau itu tidak pantas untuk seorang perempuan masuk ke dalam kamar laki-laki.” Alih-alih merasa bersalah, Kaila justru tersenyum. Dia mendekat pada Vier dan berdiri di samping lelaki itu. “Vier, kenapa kamu tidak mencoba untuk menerimaku?” Mencintai memang selalu menjadi buta bahkan urat malu seolah sudah putus. Kaila sudah menunjukkan rasa cintanya kepada Vier sejak pertama kali dia merasakan perasaan itu, tapi Vier terus saja mengabaikannya. “Kaila.” Vier mendesah seolah dia sedang bersedih. “Sejujurnya aku belum bisa menerima siapapun lagi di dalam hidupku. Aku masih merasakan sedikit trauma dengan hubungan percintaan.” Vier menatap d