Dhilla mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping kiri. Merasa tidak nyaman, ia kembali terlentang. Entah sudah keberapa kali perempuan hamil itu mengubah posisi tidur. Sesekali, ia mengigit bibir bagian bawah, saat merasakan nyeri menjalar dari pinggang bawah, hingga ke sekeujur tubuhnya. Sudah satu jam lamanya, nyeri itu mengusik tidurnya, padahal malam sudah menunjukkan dini hari, dan besok ia masih harus bekerja.
Meskipun, bulan ini adalah perkiraan dirinya akan melahirkan, namun Dhilla tetap masih bekerja. Perkiraan lahir Dhilla, masih dua minggu lagi, jadi ia berencana mengambil cuti satu minggu sebelum tanggal perkiraan lahiran. Sementara, kuliah Dhilla masih akan dimulai tiga bulan lagi, jadi masih ada waktu untuk memulihkan tubuhnya setelah melahirkan.“Akhhhh!!” Ringisan kecil lolos dari mulutnya, ketika nyeri itu semakin menjadi-jadi. Pun, perutnya terasa kencang, Dhilla berusaha mendekap perutnya yang sudah membuncit itu, berusaha mel“Ibu?”Mata Dhilla terbelalak saat mengetahui wanita setengah baya yang seharusnya saat ini masih berada di rumah sakit di Surakarta, karena memang sekarang jadwal praktiknya. Namun, saat in wanita itu justru ada di sampingnya, dan menggenggam tangannya erat, “Kok, ibu bisa tau saya di sini?” Tanya Dhilla, padahal kemarin dokter yang masih cantik diusianya itu, bilang ada jadwal operasi.“Dokter Kemal yang kasih tau,” Jawab dokter cntik spesialis BTKV, yang tidak lain dan tidak bukan adalah dokter Salwa, “Tadi pagi, setelah menyelesaikan operasi, dokter Kemal memberi tau ibu, dan ibu langsung kembali ke Jogja, dan mengambil cuti. Kenapa kamu nggak kasih tau ibu, sih? Kamu ke rumah sakit sendirian?”“Kan Ibu lagi tugas, saya juga nggak mau ngerepotin ibu, karena ibu sudah banyak bantu saya selama di Jogja. Saya, ke sini naik taksi kim, Bu.” Kelakarnya, melepaskan gurat-gurat khawatir yang tampak di
Pandangan dokter Salwa terfokus pada dua bayi laki-laki, dan perempuan yang tertidur lelap di dalam boxsnya. Ia merapat ke dinding kaca yang menjadi pembatas, menempelkan kedua telapak tangannya di sana, seakan-akan bisa menyentuh kedua makhluk kecil itu secara langsung. Senyum yang tersungging di bibirnya semakin merekah tatkala melihat salah satu dari bayi mungil itu menggeliat, seolah tidak nyaman dengan kain pembarut yang membalut tubuh mungilnya.“Terimakasih, ya, Mal. Kamu sudah mengazani anak-anak, Dhilla,” Dokter Salwa berkata dengan tulus.Dokter paruh baya yang masih mengenakan scrub suitsnya itu tersenyum, lalu mengusap punggung dokter Salwa dengan lembut, “Pasti berat bagi Dhilla berjuang sendiri, hamil dan melahirkan mereka,”Dokter Salwa hanya mengangguk-ngangguk sebagai respon, kemudian kembali memandang kedua bayi mungil itu. Beruntung, cucu-cucunya diletakkan di dekat dinding pembatas. Jadi, ia bisa melihat mereka dengan
Bayi perempuan mungil itu menggeliat dengan lidah yang terjulur ketika Sabrina mencolek-colek pipinya yang agak gembil. Mata sipitnya menatap lelat Sabrina yang terus menyunggingkan senyum semringah, seolah-olah bahagia karena berhasil mengusik ketenangan bayi perempuan itu.Sabrina tersenyum ketika manik mata mungil memikat itu nampak bersinar karena pantulan cahaya lampu. Indah, satu kata yang terucap saat melihat iris dengan warna yang sedikit rumit, bagi orang Indonesia pada umumnya. Seperti halnya dibutuhkan banyak goresan kuas untuk menghasilkan sebuah warna mata Hazel, melibatkan dinamika sejumlah elemen sehingga menghasilkan warna mata Hazel yang begitu memikat.Dhilla sendiri tidak menyangka, jika salah satu anaknya akan menuruni mata indah itu dari Abimanyu. Sebagian hatinya senang, namun tidak menampik jika sebagian hatinya juga sedih. Karena itu, artinya ia akan melihat bayangan Abimanyu pada putrinya dan akan semakin sulit melupakan laki-laki tampa
Dalam hidup pasti terdapat beberapa hal dan kejadian yang mau tidak mau harus kita terima secara ikhlas dan berlapang dada. Pada saat sedang menghadapinya, hal tersebut memang sering kali terasa berat dan tidak tertahankan. Namun, sebagai manusia kita harus berusaha untuk menjalaninya, ketimbang terpuruk dan menjadi hidup tidak terarah.Dhilla sendiri tidak menyangka, hubungan dengan Abimanyu akan berakhir dengan dirinya hamil, mengandung dan melahirkan bayi kembar. Meski dirinya selalu baik-baik saja, atau pun mencoba baik-baik saja, namun tidak dipungkiri bahwa kadang kala, rasa belum bisa menerima kenyataan dan selalu merasa terpuruk pun kerap kali menghampiri.Setelah Dhilla hamil, memang semua aspek kehidupannya sangat berpengaruh bahkan berubah, apalagi Dhilla yang belum siap dari segi mental dan psikisnya. Waktu, hubungan dengan orang lain, bahkan mimpi dan cita-citanya jadi taruhannya.Dhilla yang semula bercita-cita melanjutkan ke sekolah kedinasa
Enam bulan kemudian……..Dengan dagu bertumpu pada sisi boks bayi, Dhilla menatap lekat kedua putra pitrinya yang masih terbuai mimpi. Sesekali, ia menepuk pelan perut mereka agar tertidur semakin lelap. Senyumnya seketika merekah saat melihat Nasywa tersenyum dengan mata yang masih terpejam, “Mimpi apa kamu, Nak? Sampai senyum-senyum gitu?” Tanyanya yang hanya disambut hening. Ia mengusap pelan pipi tembem anaknya itu, “Kalian, kelihatan damai banget kalau lagi tidur. Mama harap, kalian akan terus begini, meski masalah yang kita hadapi akan jauh lebih berat. Kelak saat kalian dewasa, jangan merasa menyesal karena dihadirkan sama Mama dan Papa. Terlebih, kalian jangan merasa menyesal karena dilahirkan dari ibu seperti Mama, ya, Nak. Semoga, kalian bisa memahami keputusan yang Mama ambil sekarang. Mama akan berusaha menjadi ibu dan Ayah yang baik untuk kalian, “Ucapnya seraya menahan air mata yang sedari tadi ingin mendesak keluar.
Kita tidak mungkin bisa selalu benar di dalam hidup ini. Terkadang, kita mengambil keputusan yang salah. Tidak mengapa, melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Memiliki sesuatu yang salah adalah normal, karena kita adalah manusia. Kita tidak sempurna dan kita harus menerima fakta itu. Kita bisa saja terluka dan menangis karena pilihan yang sudah kita ambil. Tidak mengapa, luka bisa sembuh dan tangis pilu bisa mengering. Yang harus kita lakukan adalah tidak lagi tenggelam dalam semua kesalahan itu dan memperbaiki semua yang rusak. Kita bisa kembali bangkit dan bukan mustahil untuk kita menemukan kebahagiaan kembali, kita pantas bahagia.Waktu berlalu dengan begitu cepat, saat hidup terasa begitu bahagia. Bahkan, kita sampai lupa untuk meminta agar sangkala berhenti sejenak karena terlalu menikmati semua keindahan yang mengelilingi.Dhilla menatap satu persatu orang yang berada di meja makan bersamanya. Hidupnya begitu lengkap, meskipun masih ada satu hal yang ia inginkan
Masa lalu tidak bisa kita buang, tidak bisa kita ubah, dan tidak mungkin bisa kita lupakan. Walau bagaimanapun, apa yang terjadi di masa lalu sudah menjadi bagian dari diri kita. Telah terukir abadi, hingga kita tidak mungkin bisa membuangnya begitu saja, bahkan kita tidak bisa memilih untuk menerima hal-hal indah yang pernah terjadi di masa lalu, kita juga harus bisa menerima hal pahit yang ada di sana.Tidak mengapa, kita tidak perlu berusaha terlalu keras untuk menghapus apa yang tidak mungkin bisa kita sirnakan begitu saja. Kita harus menerima semua baik atau buruk yang terjadi dalam hidup kita. Menjadikan semuanya sebagai pembelajaran agar kita bisa menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya. Sebuah bekal untuk membentuk masa depan.Pagi ini Dhilla berangkat ke kantor lebih pagi. Seperti biasa, ia naik sepeda motor kesayangannya, berbeda dengan Sabrina yang pagi ini juga berangkat pagi, gadis itu pergi ke kampusnya menggunakan mobil yang memang pemberian orang tuan
Kita selalu gampang mempercayai apa yang mata kita tangkap. Seolah apa yang dilihat oleh mata adalah kenyataan yang ada. Seperti sebuah kebenaran yang sudah mutlak, apa yang di depan mata dan yang terlihat adalah sesuatu yang kita yakini benar-benar ada, membuat kita melupakan petunjuk-petunjuk yang datang secara silih berganti. Membutakan mata hingga kita tidak lagi bisa melihat hal yang tidak bisa kita lihat dengan mata. Kita pikir, yang tidak terlihat adalah ilusi semata. Kita lupa bila mata kita begitu mudah dibohongi dan mengalahkan pikiran kita.Hari Jumat, pagi-pagi sekali Dhilla berangkat ke kantor. Seperti pagi-pagi biasanya ia akan mengendarai motor untuk berangkat kerja. Sedangkan kedua anaknya, pagi ini di antar Sabrina, yang hendak ke klinik dokter Salwa.Hari Jumat, hari yang selalu dinanti oleh Dhilla. Iya, karena hari yang dikatakan hari pendek itu termasuk jajaran hari untuk weekend, dan di hari Sabtu ibu muda itu akan menikmati waktunya bersama kedua anak
"Betapa indahnya menunggu jika hasil akhirnya adalah kamu."*****Warna putih tampak mendominasi dekorasi ballroom hotel bintang 5 milik Abimanyu. Dekorasi megah yang sudah terpasang megah menghiasi seisi ballroom yang luas itu. Tepat hari ini, hanya berselang 5 hari setelah pertemuan Dhilla dengan kedua orang tuanya yang memang sudah direncanakan Abimanyu sekaligus melamar perempuan pujaannya kemarin, akad nikah antara Abimanyu dan Dhilla akan diselenggarakan. Abimanyu sendiri tidak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang sebelum mereka sah menjadi suami istri. Kejadian dimana dirinya dan Dhilla yang hampir tidak bisa menahan nafsu. Beruntung panggialan video dari kedua anaknya menghentikan aksi mereka.Akad nikah diputuskan untuk diadakan di hotel milik Abimanyu sendiri, memudahkan kerabat dari kedua keluarga yang hendak menginap yang tentu saja memang sengaja di sediakan pria itu. Dan saat ini, keluarga tampak sudah berkumpul di ballroom, dengan pakaian yang serba putih s
Hidup adalah tentang sesederhana pilihan yang harus kamu ambil agar bisa melanjutkan kehidupanmu. Semua orang seolah dituntut untuk mengambil keputusan di dalam hidup mereka. Dari sebuah hal yang sepele atau yang penting sekalipun. Saat memandang ke depan kamu seolah dihadapkan dengan berbagai pilihan yang menyebar, siap untuk kamu pilih. Pilihan-pilihan itu seolah memberikan waktu tenggang dan memaksamu segera menentukan apa yang kamu inginkan. Di bawah semua tekanan itu, kita akhirnya tidak bisa banyak berpikir saat memilih berbagai pilihan yang ada. Hal yang wajar bila karenanya kamu hampir tidak menyadari bila kehidupan terus berjalan. Keputusan penting atau sepele yang kamu ambil mampu mengubah kehidupanmu. Pilihan-pilihan yang membuatmu berdiri di titik sekarang, tempat dimana kamu melihat hidupmu berubah pesat karena pilihan yang dulu kamu ambil.Dhilla mendongak untuk menatap wajah menawan Abimanyu karena perbedaan tinggi badan mereka. Tatapan Abimanyu begitu intens sampai-sam
“Nafsu hanya bertahan sementara, karena ia pembosan dan tidak pernah puas, tapi keindahan hati seorang wanita adalah pendamai yang mengokohkan jiwa laki-laki.”*****Tiga orang di meja makan itu mendadak terbengong karena ucapan tiba-tiba Abimanyu. Sepertinya bukan hanya tiga orang saja, karena Akbar yang semula bermain ponsel pun ikut ternganga tidak percaya, tidak kalah ternganganya dari sang Kakak Dhilla. Dan Dhilla sendiri tahu bahwa Abimanyu akan menikahinya, tapi tidak secepat ini. Sementara kedua orang tua Dhilla justru saling tatap beberapa saat, lalu tersenyum penuh arti. Ternyata Abimanyu Dika Daryatma menepati janjinya delapan tahun lalu. Sepertinya mereka tidak akan salah menerima laki-laki itu sebagai suami untuk putri sulungnya.“Kamu..... masih waras, Bi?” tanya Dhilla akhirnya.“Lebih dari waras, Dhilla!” balas Abimanyu cepat dengan tangan yang semakin erat menggenggam tangan perempuan disampingnya. “Kamu...., sakit?” tanya Dhilla kembali.Laki-laki itu mendeng
“Kesempatan selalu datang, ketika kita tidak menyadarinya. Sebuah kebetulan konyol, berubah menjadi takdir yang terlalu dibesar-besarkan, seolah memang itulah kehidupan yang ingin kamu percayai. Jika ada beberapa takdir yang tidak bisa kamu hindari dan harus kamu jalani sebagai sebuah kewajiban. Pada akhirnya, kamu terjebak di dalam kebetulan yang menggiringmu pada apa yang kamu miliki hari ini. Kebetulan yang berakhir menjadi takdirmu,”*****Pukul 7 malam, Dhilla dan kedua anaknya sudah terlihat rapi pun begitu juga dengan Abimanyu. Mereka sudah bersiap untuk pergi makan malam. Ya, Abimanyu mengajak Dhilla beserta kedua anaknya untuk makan malam bersama di sebuah restoran mewah di pusat Kota Surabaya.Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di restoran yang di tuju, kini mereka sudah tiba di depan restoran dengan bangunan yang sangat mewah. Saking mewahnya, Abit dan Nasywa yang belum pernah melihat rumah makan semewah itu sangat terpukau.“ Wahhhh keren banget,” ujar Abit ya
“ Cinta tidak selalu bersifat seumur hidup, tidak juga semua kisah cinta bisa menjadi abadi. Ada begitu banyak alasan pasangan berpisah, dari hal yang tidak masuk akal, hingga alasan klasik, namun setiap perpisahan akan meninggalkan luka yang begitu dalam. Ada yang melanjutkan hidup dan ada yang memutuskan bertindak implusif. Tidak ada yang pantas disalahkan dari sebuah perpisahan. Andai situasinya begitu sederhana, hingga tinggal mencari siapa yang salah dan semua bisa diselesaikan. Namun sayang, berpisah dan mengakhiri kisah cinta tidak hanya sekedar mencari pihak yang bersalah, masalah tervesarnya adalah apa kita bisa melupakan?”*****Berkali-kali Dhilla harus menghela napas panjang, jantungnya berdebar tidak menentu. Sesuai janji Abimanyu, hari ini laki-laki itu memboyong dirinya beserta kedua anak-anaknya menuju Surabaya. Laki-laki itu ingin mencari keberadaan orang tuanya, yang Abimanyu yakini masih berada di Surabaya.Tidak banyak bertanya serta tidak banyak bicara, Dhilla du
“Setiap pilihan selalu memiliki konsekuensi, kamu tidak mungkin bisa berharap bila pilihan yang kamu ambil selalu benar dan tidak memberikan rasa sakit maupun penyesalan bagi dirimu sendiri. Namun pada akhirnya kamu sadar, bila ada beberapa hal yang tidak mungkin bisa kamu dapatkan kembali ataupun diulang lagi. Yang telah usai tidak selamanya bisa kamu ubah,”*******Dua minggu setelah Nasywa pulang dari rumah sakit, Abimanyu kini pergi ke taman bermain. Tentu saja bersama dengan Dhilla dan kedua anaknya. Sesuai janji, setelah Nasywa keluar dari rumah sakit, mereka akan mengajak Nasywa dan Abit pergi ke taman bermain, sesuai keinginan gadis kecil itu sedari dulu.Khusus anak-anaknya, Abimanyu sengaja menyisikan waktu di akhir pekan yang seharusnya ia gunakan untuk beristirahat setelah enam hari penuh berkutat dengan pekerjaan. Begitupun dengan Dhilla, perempuan itu masih bekerja di Bima Persada Group sepagai staf legal, dan juga meluangkan waktu diakhir pekan.“Kak Abit, lihat deh!”
“Kata orang, saat kamu mencintai seseorang, maka tidak ada satu hal pun yang penting bagimu selain dirinya. Kamu menjadikannya sebagai pusat duniamu dan tidak ingin ada seorang pun yang membuatnya terluka. Kamu benci pada dirimu sendiri yang tidak mampu menjaga dan membuat orang yang kamu cintai tersakiti. Pada akhirnya, semua kehidupanmu adalah tentangnya. Satu-satunya alasanmu tetap hidup dan bersemangat menyambut hari adalah demi melihat tawanya,” ***** Abimanyu membuka pintu ruang rawat Nasywa, kemudian berjalan ke arah putrinya yang sedang menyantap makan malamnya dengan disuapi Dhilla, “Papa!” panggil Nasywa dengan mulut yang penuh dengan nasi. Dengan cepat, ia mengunyah makanannya, kemudian buru-buru menelannya, “Papa!” panggilnya lagi. Senyum lebar tersemat di bibir kecilnya yang mulai memerah kembali. Terlihat raut wajah terkejut dari Abimanyu. Biasanya gadis kecil itu akan memanggilnya Om, tapi kali ini gadis kecil itu memanggilnya ‘Papa’. Abimanya segera tersenyum semerin
Cinta bukanlah perasaan yang egois. Kamu menjadikannya nomor satu dan mengabaikan dirimu sendiri demi kebahagiaannya. Itulah yang orang sebut sebagai cinta yang sebenarnya. Cinta adalah tentang memberi, tanpa mengharap kembali. Kamu tidak pernah menginginkan balasan atas apa yang kamu berikan untuknya dan berharap bisa memberikan banyak lagi. Senyumnya adalah sesuatu yang membuatmu merasa begitu lengkap. Seperti, kamu tidak membutuhkan hal lain lagi di dunia ini. Semua adalah tentang dirinya, meski harus mengeluarkan jantungmu.Apa yang kuinginkan? Bukankah kamu sudah tahu, Anak? Berikan semua aset Daryatma Group, jika kamu tidak mau anakmu kenapa-napa,”“Tidak bole....., akkhh,” jerit Abit saat merasa benda tajam itu melukai lehernya. Menimbulkan rasa perih, meski tidak terlalu dalam. Kali ini, Abit benar-benar takut. Claudia itu iblis, atau mungkin jauh lebih dari itu.“Keparat! Jangan menyakitinya. Aku tidak akan memberikannya jika kamu melukainya lagi,”Tawa Claudia terdengar, beg
Yang membuat seseorang tidak mampu melangkah maju ke depan adalah kenangan. Apa yang pernah dilalui bersama, membuatmu terjebak di dalam dimensi waktu yang tidak bisa disentuh oleh siapa pun. Segala kenangan itu menyatu dan memporak porandakan hati. Kamu merasa begitu kesepian dan juga hampa, hal itu yang membuatmu tidak bisa pergi.Abimanyu menatap rumah mewah dari dalam mobil, dengan serius. Tempat tinggal Claudia, wanita yang menjadi dalang dari segala kemalangan yang menimpa anak-anaknya. Ternyata Claudia masih memiliki rumah seperti itu, meski dulu tidak banyak harta yang Papanya berikan setelah bercerai untuk wanita ituDi samping Abimanyu ada Stevie dan bodyguardnya duduk di depan di samping sopir yang mengemudikan mobil. Ia juga membawa beberapa anak buahnya untuk langsung menyebar dan membereskan orang yang berjaga. Matanya mengawasi rumah itu dari jarak yang cukup jauh. Ia memastikan anak buahnya melakukan tugas dengan benar, dan melumpuhkan mereka tanpa suara.“Anda akan ke