Story Wa Istriku bag 21.
**PoV Syahdan."Naya!" sentakku pada istriku, dia terkejut melihatku. Naya menghapus butiran dari netranya akibat kesedihan karena kepergian abiku.
"Ustadz Ridwan bagaimana, Pak Syahdan?" tanya Fikri mengalihkan pandangan padaku. Dengan malas kujawab.
"Abi sudah berpulang pada penciptanya."
"Innalillahiwainnailaihi rojiun," katanya menghembuskan nafas nya resah. "Saya permisi dulu, Pak. Mau melihat Ustadz Ridwan!" serunya berlalu memasuki ruangan itu. Sebelum dia pergi masih dapat kulihat netranya melirik Naya.
Hatiku semakin memanas. D*s*r s*al*n masih bisa dia curi pandang pada istri
orang. Setelah Fikri masuk ke ruang privat Abi. Ku-hampiri Naya, kutarik tangannya.
"Ahmad, kamu sama Asih dulu ya, Abi mau bicara sama Ummi," kataku pada anakku. Dia mengangguk dan menghampiri Asih.
Kutarik tangan istriku itu, Naya heran melihatku. Dia meronta dan aku gak peduli.
"Apa sih, Mas!" sentakn
Story Wa Istriku bag 22.**PoV NayaSuasana duka kami rasakan, kerabat dan sanak saudara sudah berkumpul di dekat jenazah Abi. Ummi terlihat lebih tegar, beberapa kali dia menangis, Ummi sepertinya sudah ikhlas karena memang Ummi sudah menemani Abi melewati sakit selama hampir setahun.Aku melirik juga kesana kemari namun tak ku-jumpai sosok sang istri kedua, Tante Halimah dan anaknya Fahmi yang selalu kucing-kucingan datang ke rumah sakit karena Ummi tidak mengizinkan mereka."Nyari siapa, Nay?" tanya Mama yang setia di sisiku.Mama memangku Ahmad yang nyaman bermain mobil-mobilan. Ahmad masih belum terlalu paham apa yang terjadi. Dia sempat menangis tetapi setelah diberitahu dia kemudian diam apalagi setelah diberikan mainan.Belum sempat aku menjawab Mama, Lala dari jauh melambaikan tangan padaku, dia datang ber-belasungkawa bersama Faiz, suaminya. Lala duduk mengambil tempat."Nay, kamu kenapa? Kayak nya kamu bingung gitu?" ta
Story Wa Istriku bag 23.**PoV Naya.Mas Syahdan memegangi-ku ketika tongkat penyangga yang ditangan Vika ku-rebut begitu saja."Heh, apaan sih kamu, dasar gak sopan!" kata wanita l*kn*t itu padaku."Apaan sih, Mas. Lepaskan aku!" bentakku pada suamiku, dia memegang-ku agar aku tidak lepas kendali."Nay, udah sayang. Mas gak ada apa-apa sama dia. Naya, dia datang kesini hanya buat berbelasungkawa atas meninggalnya Abi," kata Mas Syahdan menjelaskan.Aku mendengkus padanya dan ku-hentakkan tubuhku agar dia melepaskan-ku. Mas Syahdan menghembuskan napas panjangnya dan melepaskan-ku."Kamu pikir aku percaya, ngapain kamu dan dia harus berduaan disini!" kataku emosi."Naya, Mas takut Ummi marah dan terjadi pertengkaran makanya Mas suruh dulu Vika tunggu disini, Mas juga baru saja bertemu dia dan kami gak ngapa-ngapain. Benar, Nay."Mas Syahdan kembali menjelaskan. Aku masih menahan emosiku. Apalagi kulihat Vika seperti
Story Wa Istriku bag 24.**PoV Syahdan."Cukup, Nay. Kita sudahi saja pembicaraan ini. Aku gak mau berlarut-larut membahas ini karena Abi baru saja meninggal dan kita sekeluarga sedang berkabung!" kata ku kesal pada Naya yang ku-anggap membesar-besarkan masalah.Kuakui aku salah berduaan dengan Vika. Namun, dia datang begitu saja, aku panik dan ku-seret dia ke tempat yang agak sunyi supaya tidak terjadi keributan. Aku benar-benar bingung karena kalau kemarin ketahuan Ummi bisa gawat sekali.Namun, siapa sangka juga akhirnya aku kepergok Naya. Padahal aku dan Vika sedang bicara baik-baik agar dia jangan muncul dulu. Ku-lirik istriku hanya diam. Pisah dan pisah, dia selalu mengancam-ku dengan ucapan itu tak tahukah dia wanita yang minta pisah itu tidak akan mencium bau surga. Ku-hembuskan napas gusarku, Naya diam tak menyahut. Aku anggap masalah ini selesai."Nay, aku tunggu dibawah, kita ke rumah Ummi buat acara baca doa Abi," kataku namun dia
Story Wa Istriku bag 25.**PoV Syahdan.Aku terbatuk sekaligus tersedak saat Vika mengaku hamil. Yang benar saja, hamil dan anak siapa. Pacar nya kah? Aku dan Vika baru sebulan ini putus artinya dia sudah beberapa bulan pacaran lagi di belakangku atau setelah putus dariku dia langsung cari ganti. Namun, apakah dia langsung berhubungan badan dengan pacarnya setelah putus dariku? Entahlah."G*la kamu! Hamil? Anak siapa?" tanya ku curiga padanya.Dia sesenggukan, aku menjadi tambah gusar."Aku minta maaf sama kamu. Tetapi dia gak bisa bertanggung jawab sama aku!" katanya menangis."Vik, aku gak ngerti maksud kamu apa? Maaf masalah kamu terlalu berat buat aku."Aku berniat meninggalkannya karena tak mau masuk terlalu dalam untuk masalahnya karena menyelesaikan masalahku sendiri saja aku bingung ditambah masalah Vika.Namun, bukan Vika namanya bila menyerah, dia menahan-ku. Dan kembali membanjiri dirinya dengan air matanya.
Story Wa Istriku bag 26.**PoV Naya."Naya, aku mau bicara serius sama kamu!" ucap Mas Syahdan saat aku sedang membongkar lemariku. Aku berniat menyusun beberapa pakaian. Aku menoleh sesaat kearahnya. Bosan sekali pasti dia cemburu yang memuakkan. Selalu dia ingin dimengerti tanpa mau mengerti aku.Entah mengapa aku merasa kesal dengan sikapnya itu, tidak seperti dulu. Mas Syahdan tak mau pusing saat aku berteman dengan siapa saja terkesan tak peduli. Sekarang ruang gerakku seakan dibatasinya dan nyaris posesif, menyebalkan. Bukan ini yang aku mau, aku mau dia percaya padaku dan tidak berlebihan."Apasih, Mas!""Kamu kok ketus begitu sih, kemana perginya sifat lembut istriku," ucapnya mendekatiku.Aku hanya mencibir. Sikap manis ku rasanya sudah ditelan paus seiring banyak kebohongannya."Kamu gak lihat, aku sibuk mau pilih-pilih pakaian yang akan dibawa buat acara diluar kota!" ucapku sambil tersenyum ringan, dia mendengkus padak
Story Wa Istriku bag 27.**POV Naya.Akhirnya aku bisa pergi juga dalam acara amal ini. Tak ada Mas Syahdan yang bawelnya luar biasa. Sebentar lagi tiga bulan akan berakhir namun sikap suamiku masih tetap saja sama.Aku menghela napas merasa gusar memikirkan nasib rumah tanggaku. Mas Syahdan tidak sepenuhnya berubah. Dia masih suka kucing-kucingan nonton bola dan bertemu Vika. Ah, berat langkah yang akan kuambil disatu sisi dia sudah mulai berubah dan perhatian namun disisi lain dia masih lelaki yang sama. Tidak akan bisa dia sepenuhnya menjadi apa yang aku mau.Aku merebahkan diriku, aku duduk di bus itu bersebelahan dengan Jeng Risa, salah satu sekretaris di perkumpulan pengajian yayasan."Perjalanan masih jauh ya Bu Naya, masih bisa tiduran nih," katanya padaku, aku mengangguk sambil tersenyum padanya. Usia Jeng Risa kurang lebih seperti Ummi. Banyak anggota yang usianya sudah dewasa, sekitar 40 sampai 50 tahun. Ada juga beberapa yang dua pu
Story Wa Istriku bag 28.Aku sudah terjungkal, rasanya sekujur tubuhku sakit luar biasa. Bagaimana tidak bus yang kami tumpangi mengalami kecelakaan.Yang menguntungkan aku tidak tertidur saat kecelakaan itu terjadi sehingga aku bisa berpegangan dengan kuat di besi bus dan aku tak ter-campak lebih jauh.Bus itu sudah miring dan nyaris masuk jurang. Bus keluar dari jalan raya ke area pepohonan dan nyaris terperosok ke dalam jurang. Suasana horror langsung terasa dimana lampu hidup mati membuat aku sedikit takut. Aku hendak bangun namun kaki ku sakit.Ya Allah, bagaimana ini. Kaki ku sakit sekali dan aku tak bisa bergerak. Apa yang dapat kulakukan. Rasanya nyeri sekali. Aku berusaha bangun dan kurasakan tanganku lecet dan memar. Aku harus bangun dan berusaha bangkit. Kuperhatikan sekelilingku. Aku ter-gugu takut karena banyak darah. Aku langsung teringat Jeng Risa dengan menahan rasa sakit aku meringsek dilantai dan kulihat Jeng Risa sudah
Story Wa Istriku bag 29.**POV AuthorTubuh Naya gemetaran menunjuk sesuatu yang dianggapnya aneh."Apa di sana Ustadz Fikri?" kata Naya dia beringsut mendekati Fikri karena takut. Fikri mengarahkan senter mungil itu dan berusaha membuat Naya tenang."Gak ada apa-apa Nay, jangan takut. Sekarang kamu tenang ya. Kita coba istirahat saja." kata Fikri menenangkan Naya, suara-suara mencekam ditambah gelapnya malam dan daun-daun bergoyang bebas diterpa angin membuat Naya ketakutan."Kaki ku sakit sekali, sakit!" ucap Naya mengeluh, dia sama sekali gak bisa istirahat karena menahan sakit. Fikri panik karena Naya meringis."Boleh aku lihat?" tanya Fikri yang merasa khawatir pada Naya. Wanita itu mengangguk karena sudah tak kuat menahan sakit di kaki nya. Fikri mengambil kaki Naya yang sebelah kiri. Fikri memegang nya dan Naya meringis. Kakinya bengkak akibat benturan. Entah apa yang terjadi, yang pasti kaki Naya sedang tidak baik-baik saja. Ke
Story Wa Istriku bag 50.**PoV Syahdan."Nay, kita diundang di acara pernikahan boy dan Vika. Kita datang ya?" Ucapku pada Naya, dia hanya tersenyum samar."Aku malas, Mas.""Kenapa? Aku tak bisa datang sendiri dan aku mau datang bersama kamu," ucapku dengan lembut ke istriku seperti sebuah permohonan."Nanti dia melihatku tak senang. Dia itu masih menginginkanmu!""Tidak mungkin. Lihatlah bocah suaminya itu. Sangat mencintai Vika dan orang tuanya juga memaksa menikahkan mereka.""Kenapa kita harus datang kesana!" ucapnya ketus. Aku hanya tersenyum melihat wajah cemberutnya."Kita kan diundang, Nay. Jadi sebaiknya lita datang. Kita tunjukkan juga sama Vika kalau kita itu pasangan yang harmonis,""Ya sudah baiklah. Aku ikut!" ujarnya mengalah."Terima kasih, sayang." ucapku. Naya mengulas senyum. Lama kami saling menatap. Tiba-tiba aura saling menginginkan berubah. Ku dekatkan wajahku ke Naya dan dia sepertinya
Story Wa Istriku bag 49.**"Ana diterima, Mi." kudengar suara Ana yang bahagia. Bahagia kenapa?"Ustaz Fikri menerima Ana!" Lanjutnya."Assalamualaikum," aku bersuara. Suamiku melirikku dengan senyuman."Abi, Nenek ...." Ahmad berlari ke arah Mas Syahdan yang berbaring sementara kedua asisten dan Baby sitter menunggu di luar."Sini, sayang!" kata Mas Syahdan menyuruhku duduk dekat dengannya. Aku duduk di dekatnya."Maaf ikutan nimbrung. Siapa yang menerima Ana," kataku penasaran."Ustaz Fikri, Kak Naya. Alhamdulillah dia bersedia menjadi suami Ana," lanjut adik iparku dengan wajah sumringah berseri. Aku tersenyum sembari memberi ucapan selamat."Alhamdulillah, Ana. Selamat semoga acara lancar dan disegerakan pernikahannya," ucapku, walau aku tahu Ana baru saja lulus, mungkin tak ada niat melanjutkan pendidikannya."Terima kasih, Kak Naya.""Hmm .... Ana sudah mantap, K
Story Wa Istriku bag 48.**POV Author.Naya keluar dari ruang privat Syahdan. Membiarkan sang suami beristirahat agar kondisi nya lekas pulih. Rasa bahagia terasa nyata, apalagi Naya memegang pipinya yang memerah akibat ucapan cinta barusan yang dikatakannya. Memalukan, padahal sudah suami istri namun bila mengucapkan kata itu rasanya agak aneh juga."Naya!" suara itu membuat Naya berpaling melihat siapa yang memanggilnya."Mama, Ummi dan Ana!" seru Naya melihat kedatangan orang tuanya. Mama langsung menghambur memeluk Naya, bergantian Ummi dan Ana."Maafkan kami karena sudah membuat Mama, Ummi dan Ana jadi repot menyusul kesini," ucap Naya, pasti mereka lelah belum lagi akan mengalami jetleg."Tak apa, Nay. Bagaimana kabar Syahdan. Ummi mau berjumpa!" seru Ummi."Mas Syahdan sedang istirahat supaya kondisinya cepat pulih. Operasi di perut berjalan lancar. Kita sama-sama berdoa semoga Mas Syahdan lekas pulih, Mi." ucap Naya pada
Story Wa Istriku bag 47.**PoV Naya."Papa!" seruku saat melihat Papa berjalan dengan langkah cepat menghampiriku."Bagaimana Syahdan, Nay?" tanya Papa dengan raut wajah cemas. Aku memeluknya dengan netra yang basah."Sedang di tangani dokter, Pa!" Papa mengelus lenganku memberikan aku kekuatan dengan sentuhannya."Sabar, dear. Kamu banyakin doanya. Semoga Syahdan lekas sembuh,""Dimana Ahmad, Pa?" tanyaku ke Papa sambil mengurai pelukan kami,"Dia di rumah dan aman walau tadi mengamuk minta ikut. Tetapi sebaiknya dia di rumah saja dulu bersama asisten dan perawatnya," ucap Papa."Terima kasih, Pa." Papa mengangguk kan kepalanya, aku mendesah sambil mengelap kasar mataku. Dari tadi yang kulakukan hanya menangis.Cukup lama kami menunggu. Hingga akhirnya dokter keluar. Secara cepat kami mendatangi dokter itu."Wie ist der Zustand meines Kindes, Doktor?"(Bagaimana kondisi anak saya, Dokter?) Papa berbica
Story Wa Istriku bag 46.**PoV Naya.Mama menghubungi melalui panggilan video, aku tersenyum sekaligus memandang Papa."Mau kah Papa berbicara pada Mama?" tanyaku padanya,"Papa malu, karena meninggalkan mamamu, dia pasti marah sama Papa," lirih Papa menarik napas panjang."Mama gak marah lagi karena Mama merasa ini sudah takdir, Mama menunggu, Pa!" ujarku dengan lembut. Dia akhirnya mengangguk. Ku tekan tombol terhubung."Assalamualaikum," ucap Mama di seberang panggilan."Waalaikum salam,""Naya, sudah ketemu sama Papa, nak?""Alhamdulillah, Ma. Sudah,""Bagaimana kabar Papa, nak?""Mama bicara sendiri ya," kataku, kulihat wajah mamaku pias. Aku tahu, dia sampai detik ini masih mencintai Papa, walau dia bilang tidak cinta lagi namun, Mama gak bisa membohongi aku. Alasan Mama tak mau menikah lagi juga cukup klise, Mama takut dikhianati dan sakit hati lagi sehingga Mama memilih sendiri sampai detik in
Story Wa Istriku bag 45.**PoV Naya."Guten tag." Mas Syahdan memanggil. Kami menunggu di luar rumah sederhana namun berdesain klasik itu. Udara dingin menusuk tulang ku, masih musim gugur namun dinginnya eropa sudah terasa, mungkin akan lebih dingin lagi bila masuk winter. Suamiku membetulkan jaket yang kupakai. Mas Syahdan sekarang berubah jadi suami perhatian dan terkadang genit. Tetapi aku menyukainya. Sudah lama sekali aku ingin dia perhatian padaku.Kami menunggu diluar beberapa saat kemudian keluar pria paruh baya dengan jaket dan topi. Dia menatap kami dengan kerutan di dahinya. Tubuhku bergetar melihat wajah papaku, sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Terakhir kali aku melihatnya saat usiaku tujuh belas tahun. Mama berpisah dengannya saat aku masih remaja. Bahkan, dia tak datang ke pesta pernikahanku. Alasannya dia sakit dan mendoakan yang terbaik buatku.Aku adalah anak yang tumbuh tanpa Papa saat aku beranjak dewasa. Kasih sayan
Story Wa Istriku bag 44.**PoV Syahdan."Vika, sayang," Boy datang dengan bunga ditangannya. Dia kemudian memberikannya pada Vika namun wanita itu malah membuang muka."Vika, ini buat mu sebagai ucapan permintaan maaf ku," seru Boy duduk didekat Vika."Kamu yang ngatur ini, Syahdan!" Vika melirikku tak terima. Aku diam sebentar karena air wajah Vika berubah tak senang."Boy, kepikiran kamu terus, Vik. Pagi, siang, sore dan malam. Yang ada di hati nya cuma kamu," ucapku membela kekasihnya agar Vika mau memaafkan Boy dan bersama dengannya lagi."Udah aku bilang sama kamu, Boy. Kalau aku gak bisa menerima kamu. Kamu masih bocah dan pemuas tante-tante. Aku malu punya pasangan kayak kamu apalagi dijadikan suami. Lebih baik anak ini pergi saja selamanya," ucap Vika ketus, Boy mencebik pada Vika namun dia menghembuskan napas panjang berusaha agar Vika tak emosi."Vika, menggugurkan kandungan adalah perbuatan dosa dan melanggar hukum.
Story Wa Istriku bag 43.Khusus Dewasa Anak Kecil Mohon Jangan Baca**"Abi, Ahmad rindu sekali sama Abi," Ucap Ahmad memeluk Syahdan. Syahdan melirik Naya dengan kecewa padahal dia mau menuntaskan hasrat yang dipendamnya buat sang istri. Cinta memang membuat orang gila, dan rasa inilah yang sekarang dirasakan Syahdan. Dia merindukan Naya, istrinya.Syahdan mengambil anaknya buat di dudukkannya di pangkuannya. Dia kemudian mencium pipi anaknya."Ahmad gak nakal kan di rumah Nenek?" tanya Syahdan, Ahmad menggelengkan kepalanya."Enggak dong. Nenek baik sekali,""Kita pulang lagi yuk ke rumah. Abi sendirian gak ada kamu dan Ummi. Abi kangen sama Ahmad terutama kangeeenn sekali dengan Ummi," ucap Syahdan mengalihkan netra memandang genit sang istri. Naya mencibir sambil membuang muka kemudian dia tersenyum kecil tak tahan digoda Syahdan."Iya, inikan sudah malam. Besok saja kita pulang. Mau kan, Ummi.
Story Wa Istriku bag 42.**PoV Author"Nay, nanti malam tunggu aku ya. Aku percaya pada istriku." Syahdan berbisik lagi pada Naya sejurus kemudian dia mengedipkan matanya. Naya menelan salivanya, dia pasti sengaja bertingkah genit seperti itu.Naya menghembuskan napas dan berpura-pura tak ambil pusing dengan sikap Syahdan."Mari Ustadz Fikri," kata Naya mengulas senyum. Fikri juga memberi senyum dan mempersilahkan Naya masuk keruang guru untuk berdiskusi. Syahdan mendesah kecewa namun dia berusaha sabar saja dan berpikiran positif kalau istrinya ke sini buat membicarakan prestasi anak mereka dan ada orang tua murid yang lainnya.Syahdan mendapat telepon setelah Naya masuk ruang guru dan dia harus menjadi pemateri disebuah pertemuan. Dia hanya perlu datang karena jadwal nya sudah ditentukan."Bagaimana perkembangan anak saya Ustadz?" tanya Naya saat dia mendapat giliran berbicara dengan Ustadz Fikri. Ahmad juga di panggil agar mengetahu