Story Wa Istriku bag 27.
**POV Naya.Akhirnya aku bisa pergi juga dalam acara amal ini. Tak ada Mas Syahdan yang bawelnya luar biasa. Sebentar lagi tiga bulan akan berakhir namun sikap suamiku masih tetap saja sama.
Aku menghela napas merasa gusar memikirkan nasib rumah tanggaku. Mas Syahdan tidak sepenuhnya berubah. Dia masih suka kucing-kucingan nonton bola dan bertemu Vika. Ah, berat langkah yang akan kuambil disatu sisi dia sudah mulai berubah dan perhatian namun disisi lain dia masih lelaki yang sama. Tidak akan bisa dia sepenuhnya menjadi apa yang aku mau.
Aku merebahkan diriku, aku duduk di bus itu bersebelahan dengan Jeng Risa, salah satu sekretaris di perkumpulan pengajian yayasan.
"Perjalanan masih jauh ya Bu Naya, masih bisa tiduran nih," katanya padaku, aku mengangguk sambil tersenyum padanya. Usia Jeng Risa kurang lebih seperti Ummi. Banyak anggota yang usianya sudah dewasa, sekitar 40 sampai 50 tahun. Ada juga beberapa yang dua pu
Story Wa Istriku bag 28.Aku sudah terjungkal, rasanya sekujur tubuhku sakit luar biasa. Bagaimana tidak bus yang kami tumpangi mengalami kecelakaan.Yang menguntungkan aku tidak tertidur saat kecelakaan itu terjadi sehingga aku bisa berpegangan dengan kuat di besi bus dan aku tak ter-campak lebih jauh.Bus itu sudah miring dan nyaris masuk jurang. Bus keluar dari jalan raya ke area pepohonan dan nyaris terperosok ke dalam jurang. Suasana horror langsung terasa dimana lampu hidup mati membuat aku sedikit takut. Aku hendak bangun namun kaki ku sakit.Ya Allah, bagaimana ini. Kaki ku sakit sekali dan aku tak bisa bergerak. Apa yang dapat kulakukan. Rasanya nyeri sekali. Aku berusaha bangun dan kurasakan tanganku lecet dan memar. Aku harus bangun dan berusaha bangkit. Kuperhatikan sekelilingku. Aku ter-gugu takut karena banyak darah. Aku langsung teringat Jeng Risa dengan menahan rasa sakit aku meringsek dilantai dan kulihat Jeng Risa sudah
Story Wa Istriku bag 29.**POV AuthorTubuh Naya gemetaran menunjuk sesuatu yang dianggapnya aneh."Apa di sana Ustadz Fikri?" kata Naya dia beringsut mendekati Fikri karena takut. Fikri mengarahkan senter mungil itu dan berusaha membuat Naya tenang."Gak ada apa-apa Nay, jangan takut. Sekarang kamu tenang ya. Kita coba istirahat saja." kata Fikri menenangkan Naya, suara-suara mencekam ditambah gelapnya malam dan daun-daun bergoyang bebas diterpa angin membuat Naya ketakutan."Kaki ku sakit sekali, sakit!" ucap Naya mengeluh, dia sama sekali gak bisa istirahat karena menahan sakit. Fikri panik karena Naya meringis."Boleh aku lihat?" tanya Fikri yang merasa khawatir pada Naya. Wanita itu mengangguk karena sudah tak kuat menahan sakit di kaki nya. Fikri mengambil kaki Naya yang sebelah kiri. Fikri memegang nya dan Naya meringis. Kakinya bengkak akibat benturan. Entah apa yang terjadi, yang pasti kaki Naya sedang tidak baik-baik saja. Ke
Story Wa Istriku bag 30.**PoV Author.Hati Syahdan gusar memikirkan istrinya. Dia sangat menyesal memberi izin Naya untuk berangkat bersama rombongan. Perasaannya tak menentu, Bagaimana kalau benar kecelakaan dan kondisi terburuknya meninggal.Syahdan baru saja kehilangan Abinya. Rasanya begitu sakit, apalagi dia harus kehilangan Naya. Desiran halus itu beberapa kali dirasakannya untuk sang istri. Syahdan yakin itu cinta dan saling membutuhkan, apalagi mereka sudah hidup bersama-sama selama bertahun-tahun, dan baru inilah perasaan itu tumbuh. Kata orang cinta bisa datang saat kita kehilangan, kenapa rasanya sakit. Bagaimana kalau anaknya bertanya perihal Naya. Syahdan saja tak dekat dengan anaknya, apa yang harus dijawabnya."Mas, sebaiknya kamu tenang Mas. Semoga tidak terjadi hal yang buruk pada Mbak Naya!" ucap Syahnur sambil menyetir. Syahdan tak bisa konsentrasi berkendara karena pikirannya kalut."Bagaimana bila terjadi apa-apa padanya
Story Wa Istriku bag 31.**PoV Author."Ustadz Fikri, itu suara apa? Seperti ada banyak orang. Ustadz akhirnya mereka datang kesini untuk mengevakuasi kita!" Naya sumringah namun berusaha menahan sakit dikakinya."Ukhty, jangan terlalu banyak bergerak. Kaki kamu masih sakit. Sabar sedikit, biar aku periksa!" perintah Fikri, dia mendesah pelan. Jika benar apa yang dikatakan Naya maka sebentar lagi dia tak akan bersama Naya.Tim penyelamat nampak nya cepat sekali datang. Fikri merasakan juga mereka sudah disini. Suara-suara mereka cukup terdengar walau masih dalam jumlah terbatas.Walau akhirnya dia dan Naya akan diselamatkan. Walau hati kecilnya menolak namun Naya sangat ketakutan dan inilah saatnya Fikri harus kembali menelan pil pahitnya. Siapapun dirinya, dia punya hati dan hati itu sepertinya sudah menjadi milik wanita yang sekarang kakinya sakit itu.Fikri berusaha menarik napasnya. Bagaimana pun Naya sedang tidak baik kondisinya
Story Wa Istriku bag 32.**PoV Syahdan.Aku mengucek-ngucek mataku berkali-kali, hendak memastikan siapa sosok yang menerobos kegelapan dengan cahaya kecil. Setan kah, atau hanya pikiranku saja. Dia berjalan kesusahan dengan beban yang dibawa dibelakangnya.Perlahan, mereka dengan langkah kecil berjalan tertatih. Perasaanku menciut karena pasti makhluk tak kasat mata yang berjalan dengan orang lain di gendongannya."Ada apa, Mas?" tanya Syahnur mengatur napasnya saat dia berhasil mengejarku."Ada orang di sana, Syahnur!" kataku menunjuk sebuah penampakan. Netra Syahnur bergegas melihatnya. Syahnur juga melihat apa yang aku lihat."Pasti setan penunggu hutan ini!" ucapku asal. Syahnur terus memperhatikan."Sebaiknya kita lihat, Mas.""Benar juga siapa tahu Naya. Mungkin dia sedang mencari jalan keluar dari tempat ini," kataku mengajak adikku untuk masuk ke dalam hutan itu."Naya … Naya …." teriakku p
Story Wa Istriku bag 33.**PoV Syahdan.Darah ini berdesir melihat kelakuan Fikri yang berada diluar ruang privat Naya. Apa mau dia?. Hatiku rasanya tercabik melihat pemandangan yang menusuk jiwa. Mengapa rasanya sesakit ini saat mengetahui ada pria lain yang mencintai istriku.Akankah Naya merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Saat aku berpacaran dengan wanita lain. Sesakit inikah rasanya. Apa Naya mau membalas perbuatan ku dahulu. Dengan cara membuat pria lain jatuh cinta padanya.Fikri dengan wajah cemas melihat Naya dari luar ruangan. Dia memantau sedemikian rupa berharap kondisi Naya baik-baik saja. Ku percepat langkahku, aku akan bertanya padanya apa sebenarnya mau dia."Apa yang kau lakukan di depan kamar istriku, heh!" ucapku ketus padanya. Ku dorong dadanya dengan kesal. P*rs*tan dengan sakit yang dialaminya. Salah dia sendiri mengapa berani datang kesini. Fikri sedikit terhuyung ke belakang akibat doron
Story Wa Istriku bag 34.**Aku mengerutkan dahiku melihat Vika, buat apa dia disini. Apakah mau melihat Naya, aku menjadi gusar. Bukannya sembuh yang ada Naya malah tambah sakit karena kedatangannya. Secara cepat aku berjalan agar dia tak bisa masuk ke rumah sakit."Vika, ngapain kamu disini?" cecar ku dengan tanya, dia tersentak melihatku dan mengulas senyum."Syahdan. Aku mau melihat kondisi istrimu. Lagi viral beritanya bisa selamat dalam kecelakaan bus. Jadi aku mau lihat saja!" sungutnya padaku, aku segera menarik tangannya."Vik, sebaiknya kamu pulang. Bukannya membuat Naya makin sembuh namun kamu membuatnya semakin sakit!" kesal ku padanya. Vika mencebik ke arahku seakan tak terima."Oh, jadi gini perlakuan kamu sama seseorang yang mau membesuk. Aku cuma mau menunjukkan keprihatinan sama dia. Apa aku salah?""Tidak salah, tetapi mereka berpikir hubungan kita kemarin-kemarin. Padahal kita sudah tak ada
Story Wa Istriku bag 35.**PoV Syahdan."Assalamualaikum!" suara itu mengagetkan kami, terutama Ummi."Ngapain kamu disini?" tanya nya sengit. Sepertinya hari ini adalah hari yang cukup sulit buat ummiku, dia barusan marah-marah diluar dengan Vika. Sekarang drama baru akan dimulai lagi."Mbak Hanifah, saya datang buat menjenguk Naya. Berita sudah tersiar dimana-mana. Bagaimana kabar kamu Nay?" tanya nya pelan dan Naya mengulas senyum untuknya."Alhamdulillah sudah lebih baik Tante Halimah,""Baik, kalau itu tujuanmu. Kuharap kau datang tanpa embel-embel kesini!" ucap Ummi ketus, ummiku berniat meninggalkan ruangan privat Naya kemudian Tante Halimah berkata."Mbak Hanifah, ada yang mau saya bicarakan sebentar sama Mbak!" Ummi mengalihkan pandangannya. Dia mendengkus pada Tante Halimah."Untuk tujuan lain rupanya kau datang kesini!""Mbak Hanifah, berkali-kali saya hendak menjumpai Mbak. Namun selalu tak ada kesempat