Lavina tengah melamun di depan UGD sembari meremas jemarinya sendiri yang masih kotor dengan darah yang sudah sedikit mengering. Sorot matanya kosong meskipun masih ada genangan air di sana. Entah apa yang dia lamunkan, semua orang yang melihatnya akan tahu jika wanita ini mengalami shock yang luar biasa.
Tubuhnya masih menggigil pelan. Air matanya tumpah saat dia mengedipkan mata. Tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang. Tidak ada pula yang menenangkannya. Tidak seperti seorang wanita di ujung sana yang tengah menangis di pelukan laki-laki yang mencintainya. Dia tergugu karena putranya tiba-tiba terluka.
“Hik... aku tidak ingin kehilangan putraku” tuturnya cemas. Laki-laki yang memeluknya mengusap lembut punggungnya. Salah satu lengannya digulung ke atas setelah mendonorkan darah untuk seseorang yang menjadi putranya.
“Hanya luka ringan, tidak akan terjadi apapun pada dia” sahutnya tenang.
Hati Lavina makin kalu
Semua persiapan untuk pernikahan Raveen dan Lavina sedang dilakukan. Terlihat beberapa orang mulai sibuk ke sana ke mari di dalam mansion megah itu. Sementara itu, sang Putri Mahkota tengah termenung di balkon kamarnya.Rasanya aneh, tidak masuk akal atau... ajaib? Entahlah, ada rasa senang, gugup, tidak percaya, sedih, bimbang di hati. Lavina memang bersepakat untuk memulai semuanya dari awal. Akan tetapi, tetap saja hal ini membuatnya ragu. Apakah bisa semudah dan secepat ini? Bukannya Lavina meragukan perasaannya sendiri. Jelas dia terlalu mencintai Raveen. Sangat cinta. Namun pernikahan ini terlalu berjalan dengan mulus.“Apa yang sedang kau pikirkan, Sayang?” Lavina tidak menyadari kapan Raveen datang. Ia sedikit terperanjat ketika tangan lelaki itu melingkar di perutnya, memeluknya dari belakang.“Kau mengagetkanku, Raveen” protes Lavina. Yang diprotes terkekeh kemudian mengecup pundak wanitanya yang terekspos.“Masih a
Meskipun malam ini bukanlah ‘pertamanya’, Lavina tetap mempersiapkan diri dengan baik untuk melayani sang suami. Tadi dia sudah berendam. Tubuhnya sudah wangi dengan tambahan lotion dan parfum yang ia beli khusus. Beberapa lingeri juga sudah berjajar di atas ranjangnya. Beberapa kali ia mengetukkan jari telunjuknya di dagu, menimbang mana yang harus dia kenakan. Semuanya terlihat indah dan ... tentu saja sangat menggoda. Sudah pasti, apa pun yang Lavina kenakan, Raveen pasti menyukainya. Hanya saja, apa perlu Lavina mengenakan pakaian semacam ini? Maksudnya, jika ingin menantang, jangan setengah-setengah hanya dengan lingerie bukan? Masih berbalut handuk, Lavina berjalan menuju meja riasnya. Di sana sudah ia siapkan 3 buah kotak perhiasan pemberian Raveen. Hadiah untuknya katanya. Tak perlu ditanya berapa harga perhiasan yang sekarang telah menjadi miliknya. Perlukah malam ini Lavina mengenakan pemberian dari laki-laki itu? Ia kemba
Ternyata pernikahan Lavina tidak selesai begitu saja. Masih ada pesta yang diadakan. Kali ini pesta diadakan di dalam mansion Keluarga Landergee.Baru saja melangsungkan hari bahagianya, Lavina kembali dihadapkan dengan sesuatu yang menjengkelkan.“Perempuan itu sama sekal tidak pantas bersanding dengan Raveen Landergee. Memangnya dia pikir dia siapa?”Lavina menghela napas dan kembali menatap dirinya sendiri di depan cermin. Belum ada satu hari, dirinya sudah digosipkan oleh orang-orang yang tidak tahu diri, bahkan di pesta pernikahannya sendiri! Kini dirinya berada di dalam kamar. Bukan karena merasa minder, tapi dia tengah membangun kekuatannya sendiri.Raveen dan dia telah resmi menjadi sepasang suami istri. Apa yang mereka katakan tidaklah benar. Jika Lavina memang tidak pantas, Raveen tidak akan mungkin menikahinya.Sudah seperti ini, Lavina harus kembali menunjukkan pridenya. Siapa mereka berani merendahkan Lavi
Akhirnya Lavina mendapatkan kebahagiaannya. Dia memiliki Raveen dan semua harta kekayaannya. Jika dulu dia terkurung, menjadi gadis yang menyedihkan, tidak bisa melakukan apa pun bahkan membela dirinya sendiri, kini dia menjadi Wanita yang yang sangat Tangguh, independent dan tentunya tidak akan ada lagi yang bisa menyakitinya. Dia telah membangun kekuatannya sendiri. Apalagi sekarang dia menyandang status sebagai istri Raveen, bagian dari Keluarga Landergee, Lavina pasti lebih dilindungi. Meskipun sudah secara sah menjadi istri Raveen, Lavina menolak permintaan Raveen untuk mengganti marganya menjadi Landergee. Alasannya adalah karena dia ingin membersihkan nama Dawson. Meskipun Lavina membenci semua perlakua buruk dari keluarga besarnya, tetapi nama Dawson sudah menjadi identitas pertamanya. Nama itulah yang menjadi saksi bagaimana menyedihkan hidup Lavina sampai dia menjadi perempuan yang kuat. Perjalanan hidupya ada di dalam nama itu. Oleh karena itu, kenangan ba
Lavina tidak menyangka bahwa apa yang dia ungkapkan di meja makan tadi menjadi urusan yang berkepanjangan. Sejak tadi pagi, dia terlibat cekcok dengan Raveen karena keputusannya yang tidak menginginkan memiliki anak. Untuk pertama kalinya, Lavina melihat Raveen marah tanpa mau mendengarkan dari sisi Lavina. Raveen terlihat begitu terluka karena Lavina enggan mengandung anak dari Raveen. Merasa terhina.Semua alasan yang logis sudah Lavina utarakan dengan baik di dalam argumennya. Bukannya Lavina tidak mencintai Raveen. Lavina mencintai Raveen sampai gila. Tapi, keputusannya untuk tidak menumbuhkan benih Raveen di dalam rahimnya bukan berarti Lavina sudah tidak mencintai Raveen lagi. Justru dia melakukan ini demi kebaikan siapapun yang akan terlahir menjadi manusia dari hasil fertilisasi sel kelamin mereka.Dunia terlalu kejam. Lavina adalah wanita yang buruk begitu juga Raveen, dia adalah laki-laki yang buruk. Bukankah akan terlihat sangat menyedihkan jika mereka memil
Tidak ada jawaban dari Lavina. Raveen tahu itu menyakiti wanita itu. Tapi kalimat itu sudah terlanjur terucap. Raveen tidak bisa menariknya lagi. Sebenarnya bisa, entah itu dengan alasan dia sedang bercanda atau yang lain. Akan tetapi, Raveen tidak melakukannya. Merasa kalimat itu sebagai bentuk pelampiasan atas kemarahannya.“Kau serius dengan perkataanmu?” tanya Lavina.“Menurutmu?” Raveen balas bertanya. Jahat memang—well dia memang jahat. Pria yang jahat dan buruk seperti yang Lavina bilang. Pria yang katanya tidak pantas memiliki keturunan.“Kau seperti itu hanya karena aku tidak mau memiliki anak?” Lavina kembali bertanya.Raveen mengacak-acak rambutnya. Perdebatan mereka tidak akan menemukan titik temu. “Aku sudah bilang padamu, aku butuh keturunan. Kau tidak sudi menyimpan benihku. Lalu kau berharap apa? Aku tetap bersamamu tanpa anak?” Raveen tidak peduli lagi apakah yang dia katakan benar ata
Lavina masih diam. Dia sama sekali tidak menyentuh sarapannya. Setelah menerima dokumen perceraian itu, Lavina kembali masuk ke kamar untuk membersihkan diri dan menemui Emily di belakang rumah. Masih tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan rasanya Lavina begitu malu berhadapan dengan Emily sekarang. Lavina seperti tidak becus menjadi istri Raveen.“Surat perceraian itu … apakah itu berkaitan dengan keputusanmu yang memilih untuk childfree?” tanya Emily setelah meletakkan cangkir teh ke meja. Lavina tidak bisa menjawab apa pun selain mengangguk.Emily menghela napas. Tampaknya dia juga bingung harus berbuat apa. Sebenarnya pagi ini Emily memang ingin membicarakan tentang keinginan Lavina yang memilih untuk childfree. Akan tetapi, pagi ini dia dikejutkan dengan keputusan Raveen yang tiba-tiba ingin menceraikan Lavina.“Sekretaris Joe mengatakan kalau Raveen memberimu waktu untuk memilih. Apakah kau akan memilih hal yang sama, Lavina?”
Lavina menemui Raveen. Dia datang ke gedung perusahaan milik Landergee. Tidak benar-benar bertemu karena Raveen enggan menemuinya. Bahkan sepertinya semua karyawan di sana sudah diberikan perintah oleh Raveen agar Lavina tidak bisa menemuinya. Semua orang menghalanginya saat Lavina hendak masuk ke lift.“Maaf, Nyonya Landergee, Anda tidak boleh pergi ke tempat Tuan Landergee,” ucap salah satu karyawan di sana.Lavina menghela napas kemudian menatap karyawan yang berbicara padanya. “Kau berani menghalangiku?” Lavina menantang.“Saya mohon maaf, Nyonya. Tapi Tuan Landergee melarang Anda untuk menemuinya,” jawab karyawan itu. “Jika Nyonya ada keperluan untuk menyerahkan berkas pada beliau, Anda bisa menitipkan ke saya.”Deg.
“Bisakah kau tersenyum Altar? Tidak baik menunjukkan wajah cemberutmu pada teman-temanmu.” Lavina mengusap pipi Altar yang menggembung.Altar Landergee sudah menginjak usia lima tahun pagi ini. Mansion megah mereka sudah dihiasi banyak sekali balon dan semua pernak pernik ulang tahun. Seharusnya menjadi momen yang menyenangkan untuk Altar. Semua yang disiapkan, Lavina pastikan adalah semua yang terbaik dan yang paling disukai oleh putranya itu.“Ailee tidak datang!”Akhirnya Lavina tahu alasannya. Meskipun hadiah sudah menumpuk tinggi, tidak bisa menyembuhkan kesedihan Altar karena teman playgroup-nya yang bernama Ailee tidak datang. Gadis kecil itu memang telah menjadi teman favorit Altar.
Lavina spontan memegang perutnya yang sudah besar ketika melihat berita yang ada di televisi. Jane dikabarkan bunuh diri, melompat dari atas gedung media milik orang tuanya. Tiba-tiba firasatnya buruk. Apakah itu perbuatan Raveen? Dia tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya, tapi perasaannya benar-benar tidak nyaman, seolah mengatakan bahwa Raveen adalah dalang di balik kematian Jane. Apalagi setelah pernikahan mereka yang hancur, hidup Lavina lebih tenang. Tidak ada kejadian apapun selain pemberitaan yang terlalu berlebihan tentang keburukan Jane yang telah menghancurkan rumah tangga Raveen dan Lavina. Memang sebelumnya itu adalah bagian dari rencana Lavina, tapi kali ini beritanya sangat berlebihan. Bahkan seperti mengulik semua keburukan Jane dan orang tuanya. Rumornya mereka terlibat kasus korupsi. Pamornya jatuh dan per
Semenjak hamil, Lavina berubah. Terutama pemikirannya. Mungkin memang masih ada rasa khawatir tentang bagaimana dia harus mengasuh anak, namun dia akan berusaha. Seiring dengan bertambahnya usia kandungan Lavina, ia merasa sangat terikat dengan sang bayi. Ada jalinan kasih yang berbeda, yang tidak bisa Lavina deskripsikan. Jika ditilik secara sains, itu wajar karena saat hamil, hormon oksitosin yang katanya adalah hormon cinta, meningkat. Itulah yang menyebabkan cinta ibu pada bayinya semakin kuat.Mungkin di awal masih belum begitu kentara. Hanya sayang saja. Belum begitu benar-benar mencintai. Hanya menyadari bahwa dia akan menjadi ibu dan harus mengasuh bayinya. Tapi kejadian tragis itu membuat Lavina menyadari betapa ia sangat ketakutan. Ketakutan yang sama seperti yang dia alami saat lampau.Apalagi melihat darah yang merembes di gaun putih yang dia pakai.
Rencana Lavina tampak berjalan dengan sangat baik. Sebuah persiapan untuk pernikahan megah telah selesai dilakukan. Hanya perlu menambah hal-hal kecil saja. Sisanya, gedung yang telah didekorasi sedemikian rupa siap untuk digunakan. Jujur saja, Lavina sedikit iri karena pesta pernikahan ini digelar lebih megah daripada pernikahan Lavina. Tentu saja karena Jane mendapatkan banyak kucuran dana dari banyak pihak.“Are you living in Disney Land or something?” tanya Lavina yang tampak takjub.Di sebelahnya Jane hanya tersenyum remeh. Terang-terangan meledek Lavina. Dia tengah menunjukkan superioritasnya karena tahu bahwa pesta pernikahannya lebih megah dibandingkan siapapun.“Tentu saja. Aku ratu di semesta Raveen. Sudah seharusnya seperti itu.”Lavina
Lavina dan Raveen keluar dari gedung perusahaan Dawson. Di sana sudah ada banyak wartawan yang menunggu. Mereka sengaja keluar dari pintu utama. Pura-pura terkejut dengan kehadiran mereka.“Bagaimana tanggapan Anda dengan skandal Anda?”“Apakah benar bayi yang dikandung Jane adalah anak Anda?”“Nona Lavina? Bagaimana kondisi kandungan Anda? Apakah Anda baik-baik saja?”“Bagaimana tanggapan Anda soal skandal yang menimpa suami Anda?”Dan banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh para reporter itu. Akan tetapi, baik Raveen dan Lavina hanya bungkam. Belum saatnya mereka membuka suara. Justru diamnya mereka memang sengaja dilakukan agar semakin menciptakan banyak asumsi publik. Akan l
Berita tentang Jane yang mengandung anak Raveen semakin merebak. Bahkan gosip itu membuat harga saham perusahaan Landergee turun. Beberapa pihak mulai sedikit panik dan meminta Raveen untuk melakukan tindakan lebih lanjut.Musuh dalam selimut itu memang ada. apa yang Lavina katakan sebelumnya benar, beberapa orang terlihat menjadi pihak oposisi. Saat rapat darurat dilakukan oleh semua orang pemegang saham, Raveen dipaksa bertanggung jawab. Jane harus segera dinikahi oleh Raveen atau citra Landergee akan semakin buruk.“Kalian memintaku untuk menikahinya? Kenapa tidak memaksaku untuk melakukan tes DNA saja pada bayi itu? Apakah dia anakku?” Raveen melempar pertanyaan retoris ke dalam forum.“Bagaimana bisa itu bukan anakmu, Tuan Raveen? Beberapa kali aku melihatmu dengan wanita itu. Bahkan kau menga
“Sayang sekali, sepertinya kita harus menundanya,” ujar Lavina. Pura-pura kecewa karena laboratorium rumah sakit tidak bisa beroperasi. Padahal kenyataannya kejadian ini adalah pancingan saja. Sudah direncanakan oleh Lavina dan Raveen hanya mengikuti alur permainan istrinya.Raveen merangkul Lavina, “Kita terpaksa harus pulang,” Raveen juga pura-pura kecewa.“Kau benar. Kita harus pulang. Lagipula aku sudah lelah, bayi kita perlu istirahat.” Jane menimbrung. Dia tidak terlihat kecewa. Wajahnya yang sebelumnya panik, berubah menjadi cerah. Seolah masalah yang menimpanya bisa diselesaikan dengan mudah.Akan tetapi, justru ini membuat dugaan Lavina semakin benar. Wanita itu memang berbohong soal anak yang sedang dikandungnya. Hanya tinggal memikirkan bagaimana membuat wanita ini terp
Raveen masih tidak mengerti apa yang Lavina rencanakan. Istrinya itu sama sekali tidak terlihat marah. Bahkan memberikan kursi depannya pada wanita menjijikkan itu. Yang hanya bisa Raveen lakukan adalah mempercayai Lavina.Meskipun begitu, Raveen tidak diam begitu saja. Dia meminta anak buahnya untuk menyelidiki wanita itu. Raveen bisa memastikan bahwa bayi yang dikandungnya bukanlah anak Raveen. Raveen memang pernah membawa wanita itu ke rumah dan ke pesta, sering bertemu tapi tidak untuk melakukan hubungan seksual.Sebenarnya Raveen ingin menyingkirkan wanita itu, tapi dia harus menahan diri karena mempercayai Lavina akan menyelesaikan masalah ini. Raveen menduga ada seseorang di balik semua ini. Wanita itu terlalu berani datang ke rumah dan berbohong bahwa dia hamil anak Raveen kecuali memang ada seseorang yang berdiri di belakangnya.
Di akhir pekan, Lavina dan Raveen akhirnya meninggalkan apartemen dan pindah ke mansion baru mereka. Lavina takjub sekali ketika melihat bagunan yang begitu megah di depannya. Halamannya sangat luas dengan beberapa tanaman, membuat suasana rumah lebih asri. Apalagi bagunan itu dibangun di tengah hutan, membuat kesan damai. Sejuk sekali. Lavina sangat suka. Seperti … mansion ini begitu privat hanya untuk mereka berdua.“Kau suka?” tanya Raveen.Lavina yang masih takjub mengangguk mantap. Siapa yang tidak akan menyukai mansion ini? “Cantik sekali. Aku benar-benar menyukainya.” Netra Lavina tak bisa lepas dari mansion itu. Menyisir segala sisi, mengamati segala lekukan mansion itu.“Ini seperti lukisan!” imbuh Lavina.Pria yang ter