Lavina menghela napas. Kejadian kemarin membuatnya terganggu. Katanya Raveen ingin membatalkan perceraiannya. Sampai bingung harus bagaimana. Haruskah Lavina marah atau justru membuka tangan dan menerima pembatalan itu?
Lavina tidak serta merta menolak tawaran Raveen. Dia ingin menolak tapi hatinya tidak bisa berbohong bahwa dia masih membutuhkan Raveen. Harus memikirkan banyak hal sebelum memutuskan. Terutama tentang memiliki anak, apakah setelah membatalkan perceraiannya, Raveen masih akan tetap memaksa Lavina untuk memiliki anak? Atau justru laki-laki itu akan mengalah dan menghormati keputusannya?
Jika Raveen mengalah, Lavina benar-benar akan memberikan kesempatan untuk kembali bersama. Akan menyetujui sepenuhnya soal pembatalan perceraian itu. Bersedia kembali membangun rumah tangga yang bahagia bersamanya. Akan tetapi, jika pada akhirnya laki-laki itu tet
TRIGGER WARNINGBAB INI MENGANDUNG KEKERASAN SEKSUALSalah satu hal yang Lavina benci adalah ketika seseorang merasa memiliki segalanya sehingga bersikap seolah-olah over power dan seenaknya memperlakukan orang lain dengan buruk. Mempermainkan orang lain dengan dalih mereka pantas mendapatkannya. Lavina memang pernah menjadi orang yang ‘dipermainkan’. Akan tetapi Lavina yang baru tidak akan mau dipermainkan begitu saja. Dia akan membalas siapa pun yang menyakitinya.Seperti malam ini, Lavina berhasil memukul Raveen—atau justru malah gagal? Dia memang berhasil membuat Raveen marah, namun dia juga berakhir di atas ranjang, di hotel milik AR Company. Baru saja Raveen melemparnya ke atas kasur empuk itu.Tidak banyak bicara, Raveen melepaskan
Raveen masih bertahan di rumah sakit. Meskipun tampak tenang, sebenarnya dia merasa sangat panik. Apalagi saat melihat Lavina terkapar di lantai tidak sadarkan diri, Raveen seperti orang kesetanan, terburu-buru menggendong Lavina dan membawanya ke rumah sakit. Bahkan dia harus melanggar rambu-rambu lalu lintas agar bisa lebih cepat sampai ke rumah sakit.Saat ini, Lavian masih dirawat oleh dokter. Hampir dua jam tapi dokter belum juga keluar dari ruangan. Apakah terjadi sesuatu pada Lavina? Jika benar, Raveen akan menyalahkan dirinya sendiri. Lavina yang tiba-tiba tidak sadarkan diri, pasti ada kaitannya dengan kejadian semalam.Raveen menyadari bahwa semalam dia menjadi monster. Dia melukai Lavina dengan sengaja. Padahal seorang psikopat. Wajar menyakiti orang lain bukan? Tapi lagi-lagi Raveen merasa bersalah telah berbuat kejam pada istri yang sangat dia cint
Aron sepekat tetap tutup mulut soal kehamilan Lavina. Toh lambat laun, orang-orang akan menyadari perubahan tubuh Lavina. Lambat laun perut wanita itu akan membesar dan kehamilan Lavina akan diketahui. Sebenarnya Aron cukup terkejut karena Lavina tiba-tiba Lavina memutuskan untuk berubah pikiran Apa yang sebenarnya terjadi dengan wanita ini?Tidak ingin memikirkan atau ikut campur lebih jauh, Aron berkata, “Aku tidak bisa terus menerus membohongi Raveen soal kondisi kesehatanmu. Mungkin hari ini aku masih bisa mencegahnya untuk tidak menemuimu. Aku tidak berjanji besok aku masih bisa menahan Raveen.”Lavina mengangguk. Dia mengerti. “Tidak apa-apa. Aku akan menanganinya sendiri. Yang pasti, jangan bicara apapun soal kehamilanku padanya,” sahut Lavina. Aron menyetujui, lantas mengambil surat perjanjian medis dan keluar dari ruangan Lavina
Mungkin untuk beberapa waktu ke depan, Lavina bisa sedikit bersantai tanpa kehadiran Raveen. Laki-laki itu sepakat untuk tidak mengganggu Lavina, tidak muncul di hadapan istrinya sampai Raveen menemukan alasan mengapa Lavina harus kembali ke pelukannya. Akan tetapi, sebelum Raveen menemukan alasan itu, Lavina akan pastikan mereka akan berpisah lebih dulu. Raveen tidak akan pernah berhasil membuatnya kembali padanya.Meskipun baru saja keluar dari rumah sakit, Lavina memutuskan untuk tetap bekerja. Dia datang ke gedung perusahaannya pagi-pagi sekali. Di sana, Damien langsung menyambutnya, “Selamat pagi, Nona Lavina.”“Pagi,” jawab Lavina singkat. Mereka jalan berdua menuju lift. Damien menekankan tombol untuknya.“Nona baik-baik saja?” tanya Damien ketika mereka berada di dalam lif
“HOEK!”Lavina buru-buru ke toilet yang ada di dalam ruang kantornya. Sudah dari tadi pagi dia muntah. Awalnya, dia pikir rasa mual yang dia alami akan menghilang seiring dengan berlalunya waktu. Sayangnya dia salah. Justru semakin siang semakin parah. Semua makanan yang ada di perutnya, keluar.Ia juga sudah meminta Damien untuk membawakan teh hangat. Akan tetapi, tidak berpengaruh. Justru Lavina mengalami mual yang semakin hebat.“Nona Lavina? Apakah Anda baik-baik saja?” Damien menggedor pintu dari luar. Tampak sangat khawatir karena tiba-tiba Lavina berlari ke toilet dan muntah. Apakah ada sesuatu di makanan atau minumannya? “Nona Lavina?” Damien bertanya sekali lagi.“Aku baik-baik saja!” balas Lavina sedikit ber
“Aku pasti sudah gila!” gerutu Lavina pada dirinya sendiri.Padahal sudah berupaya sedemikian rupa agar bisa menjauh dari Raveen. Akan tetapi, kini laki-laki itu malah dibiarkan masuk ke dalam apartemennya. Intinya semua yang dia lakukan untuk membuat jarak antara dia dan Raveen sia-sia.Awalnya Raveen ingin mengajak Lavina pulang, tapi dia tidak mau. Akhirnya malah Raveen yang “bermalam” di apartemen Lavina. Tentu saja itu bukan ide Lavina. Raveen yang memaksa untuk tinggal bersama Lavina. Alasannya agar laki-laki itu bisa menjaganya. Alasan itu memang terdengar serius tapi juga terdengar omong kosong. Masuk akal, tapi juga seolah-olah dibuat-buat agar Raveen bisa lebih bebas menyakiti Lavina.Sekali lagi Lavina menegur dirinya sendiri. Dokter menyarankan agar dia tidak terlalu overthi
“HOEK.”Pagi ini Lavina kembali diserang morning sickness. Semua yang dia makan kemarin dimuntahkan. Tidak makanan yang tersisa di perutnya. Raveen juga langsung bangun dari tempat tidur dan mengikuti Lavina menuju kamar mandi. Ia kembali memijat punggung Lavina.Setelah membersihkan mulutnya, Lavina dipapah oleh Raveen keluar dari kamar mandi. "Hari ini dan sampai kau baik-baik saja, tidak perlu pergi bekerja," ujar Raveen. Lavina mengangguk menyetujui.Lavina kembali ke ranjang. Kamarnya masih gelap karena gorden jendela masih tertutup rapat. "Perlu aku buka gordennya?" tawar Raveen.Lavina menggeleng. "Tidak. Cahaya membuatku lebih pusing."Laki-laki itu mengangguk. Menata ranjang untuk Lavina agar istrinya itu
Raveen tidak pernah mengira bahwa menghadapi wanita yang tengah hamil tidak semudah yang dia pikirkan. Morning sickness memang telah dilalui. Saat ini, Lavina sudah tidak mengalaminya. Usia kehamilan Lavina juga sudah menginjak tiga bulan. Wanita itu menjadi lebih manja dari biasanya. Bukan hanya itu, dia menjadi lebih sensitif dan sering meminta banyak hal. Bukannya Raveen tidak mau memenuhi permintaan Lavina, tapi kadang wanita itu meminta hal yang tidak mungkin. Seperti malam ini ketika dia merengek meminta keju dari bulan setelah menonton kartun.“Pokoknya aku mau keju yang dari bulan! Sama seperti yang ada di TV!” Lavina memaksa.Apalagi ketika Lavina menjadikan bayi yang ada di dalam rahimnya sebagai senjatanya. "Si bayi yang menginginkan keju bulan. Aku hanya menyampaikannya!"Raveen sampai geram.
“Bisakah kau tersenyum Altar? Tidak baik menunjukkan wajah cemberutmu pada teman-temanmu.” Lavina mengusap pipi Altar yang menggembung.Altar Landergee sudah menginjak usia lima tahun pagi ini. Mansion megah mereka sudah dihiasi banyak sekali balon dan semua pernak pernik ulang tahun. Seharusnya menjadi momen yang menyenangkan untuk Altar. Semua yang disiapkan, Lavina pastikan adalah semua yang terbaik dan yang paling disukai oleh putranya itu.“Ailee tidak datang!”Akhirnya Lavina tahu alasannya. Meskipun hadiah sudah menumpuk tinggi, tidak bisa menyembuhkan kesedihan Altar karena teman playgroup-nya yang bernama Ailee tidak datang. Gadis kecil itu memang telah menjadi teman favorit Altar.
Lavina spontan memegang perutnya yang sudah besar ketika melihat berita yang ada di televisi. Jane dikabarkan bunuh diri, melompat dari atas gedung media milik orang tuanya. Tiba-tiba firasatnya buruk. Apakah itu perbuatan Raveen? Dia tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya, tapi perasaannya benar-benar tidak nyaman, seolah mengatakan bahwa Raveen adalah dalang di balik kematian Jane. Apalagi setelah pernikahan mereka yang hancur, hidup Lavina lebih tenang. Tidak ada kejadian apapun selain pemberitaan yang terlalu berlebihan tentang keburukan Jane yang telah menghancurkan rumah tangga Raveen dan Lavina. Memang sebelumnya itu adalah bagian dari rencana Lavina, tapi kali ini beritanya sangat berlebihan. Bahkan seperti mengulik semua keburukan Jane dan orang tuanya. Rumornya mereka terlibat kasus korupsi. Pamornya jatuh dan per
Semenjak hamil, Lavina berubah. Terutama pemikirannya. Mungkin memang masih ada rasa khawatir tentang bagaimana dia harus mengasuh anak, namun dia akan berusaha. Seiring dengan bertambahnya usia kandungan Lavina, ia merasa sangat terikat dengan sang bayi. Ada jalinan kasih yang berbeda, yang tidak bisa Lavina deskripsikan. Jika ditilik secara sains, itu wajar karena saat hamil, hormon oksitosin yang katanya adalah hormon cinta, meningkat. Itulah yang menyebabkan cinta ibu pada bayinya semakin kuat.Mungkin di awal masih belum begitu kentara. Hanya sayang saja. Belum begitu benar-benar mencintai. Hanya menyadari bahwa dia akan menjadi ibu dan harus mengasuh bayinya. Tapi kejadian tragis itu membuat Lavina menyadari betapa ia sangat ketakutan. Ketakutan yang sama seperti yang dia alami saat lampau.Apalagi melihat darah yang merembes di gaun putih yang dia pakai.
Rencana Lavina tampak berjalan dengan sangat baik. Sebuah persiapan untuk pernikahan megah telah selesai dilakukan. Hanya perlu menambah hal-hal kecil saja. Sisanya, gedung yang telah didekorasi sedemikian rupa siap untuk digunakan. Jujur saja, Lavina sedikit iri karena pesta pernikahan ini digelar lebih megah daripada pernikahan Lavina. Tentu saja karena Jane mendapatkan banyak kucuran dana dari banyak pihak.“Are you living in Disney Land or something?” tanya Lavina yang tampak takjub.Di sebelahnya Jane hanya tersenyum remeh. Terang-terangan meledek Lavina. Dia tengah menunjukkan superioritasnya karena tahu bahwa pesta pernikahannya lebih megah dibandingkan siapapun.“Tentu saja. Aku ratu di semesta Raveen. Sudah seharusnya seperti itu.”Lavina
Lavina dan Raveen keluar dari gedung perusahaan Dawson. Di sana sudah ada banyak wartawan yang menunggu. Mereka sengaja keluar dari pintu utama. Pura-pura terkejut dengan kehadiran mereka.“Bagaimana tanggapan Anda dengan skandal Anda?”“Apakah benar bayi yang dikandung Jane adalah anak Anda?”“Nona Lavina? Bagaimana kondisi kandungan Anda? Apakah Anda baik-baik saja?”“Bagaimana tanggapan Anda soal skandal yang menimpa suami Anda?”Dan banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh para reporter itu. Akan tetapi, baik Raveen dan Lavina hanya bungkam. Belum saatnya mereka membuka suara. Justru diamnya mereka memang sengaja dilakukan agar semakin menciptakan banyak asumsi publik. Akan l
Berita tentang Jane yang mengandung anak Raveen semakin merebak. Bahkan gosip itu membuat harga saham perusahaan Landergee turun. Beberapa pihak mulai sedikit panik dan meminta Raveen untuk melakukan tindakan lebih lanjut.Musuh dalam selimut itu memang ada. apa yang Lavina katakan sebelumnya benar, beberapa orang terlihat menjadi pihak oposisi. Saat rapat darurat dilakukan oleh semua orang pemegang saham, Raveen dipaksa bertanggung jawab. Jane harus segera dinikahi oleh Raveen atau citra Landergee akan semakin buruk.“Kalian memintaku untuk menikahinya? Kenapa tidak memaksaku untuk melakukan tes DNA saja pada bayi itu? Apakah dia anakku?” Raveen melempar pertanyaan retoris ke dalam forum.“Bagaimana bisa itu bukan anakmu, Tuan Raveen? Beberapa kali aku melihatmu dengan wanita itu. Bahkan kau menga
“Sayang sekali, sepertinya kita harus menundanya,” ujar Lavina. Pura-pura kecewa karena laboratorium rumah sakit tidak bisa beroperasi. Padahal kenyataannya kejadian ini adalah pancingan saja. Sudah direncanakan oleh Lavina dan Raveen hanya mengikuti alur permainan istrinya.Raveen merangkul Lavina, “Kita terpaksa harus pulang,” Raveen juga pura-pura kecewa.“Kau benar. Kita harus pulang. Lagipula aku sudah lelah, bayi kita perlu istirahat.” Jane menimbrung. Dia tidak terlihat kecewa. Wajahnya yang sebelumnya panik, berubah menjadi cerah. Seolah masalah yang menimpanya bisa diselesaikan dengan mudah.Akan tetapi, justru ini membuat dugaan Lavina semakin benar. Wanita itu memang berbohong soal anak yang sedang dikandungnya. Hanya tinggal memikirkan bagaimana membuat wanita ini terp
Raveen masih tidak mengerti apa yang Lavina rencanakan. Istrinya itu sama sekali tidak terlihat marah. Bahkan memberikan kursi depannya pada wanita menjijikkan itu. Yang hanya bisa Raveen lakukan adalah mempercayai Lavina.Meskipun begitu, Raveen tidak diam begitu saja. Dia meminta anak buahnya untuk menyelidiki wanita itu. Raveen bisa memastikan bahwa bayi yang dikandungnya bukanlah anak Raveen. Raveen memang pernah membawa wanita itu ke rumah dan ke pesta, sering bertemu tapi tidak untuk melakukan hubungan seksual.Sebenarnya Raveen ingin menyingkirkan wanita itu, tapi dia harus menahan diri karena mempercayai Lavina akan menyelesaikan masalah ini. Raveen menduga ada seseorang di balik semua ini. Wanita itu terlalu berani datang ke rumah dan berbohong bahwa dia hamil anak Raveen kecuali memang ada seseorang yang berdiri di belakangnya.
Di akhir pekan, Lavina dan Raveen akhirnya meninggalkan apartemen dan pindah ke mansion baru mereka. Lavina takjub sekali ketika melihat bagunan yang begitu megah di depannya. Halamannya sangat luas dengan beberapa tanaman, membuat suasana rumah lebih asri. Apalagi bagunan itu dibangun di tengah hutan, membuat kesan damai. Sejuk sekali. Lavina sangat suka. Seperti … mansion ini begitu privat hanya untuk mereka berdua.“Kau suka?” tanya Raveen.Lavina yang masih takjub mengangguk mantap. Siapa yang tidak akan menyukai mansion ini? “Cantik sekali. Aku benar-benar menyukainya.” Netra Lavina tak bisa lepas dari mansion itu. Menyisir segala sisi, mengamati segala lekukan mansion itu.“Ini seperti lukisan!” imbuh Lavina.Pria yang ter