Status WA Mantan Istri Suamiku 7
Hans hanya bisa menundukkan kepalanya ketika mendengar apa yang dikatakan Klara. Demi apapun, dia tidak ingin berpisah. Bukan karena Hans akan langsung menjadi miskin ketika bercerai, tetapi karena dia memang sungguh-sungguh mencintainya. Akan tetapi, berbeda dengan Klara. Baginya, pernikahan itu bisa bertahan bukan karena cinta. Namun, karena kepercayaan, saling menghargai, dan bekerja sama untuk meraih kebahagiaan pasangan masing-masing. Setelah pulang ke rumah masing-masing, Klara langsung mengemas barang-barangnya. Hans yang melihat hal itu pun langsung menahan Klara. "Mas mohon, jangan lakukan itu, Kla." Hans menggenggam tangan Klara erat, ia takut kalau istri yang dua tahun menemaninya dari nol itu tiba-tiba pergi dari hidupnya. Klara tersenyum sinis. "Pernahkah Mas pikirkan bagaimana perasaanku ketika Mas mengunjungi rumah Mbak Rima begitu saja tanpa izin? Ditambah dengan beberapa kebohongan yang sepertinya sudah seringkali dilakukan, apa pernah?" "Maaf, Kla. Mas melakukan ini semua ada alasannya." Hans tetap mengelak. "Alasan apa?" Klara tersenyum getir, ia tahu kalau Hans memang menyembunyikan banyak rahasia. Sementara dirinya tidak punya apapun yang ditutupi dari Hans. Semuanya sudah sangat terbuka. Bukannya menjawab, Hans malah menundukkan kepalanya. "Katakan, apa alasannya? Kalau tidak, aku akan tetap pergi dari rumah ini!" Klara berbicara tegas. "Aya naon iye, teh?" Seorang pria tiba-tiba masuk ke dalam rumah mereka ketika mendengar keributan, tidak permisi sama sekali. Dia berbicara dengan bahasa daerah. "Istri saya mau pergi, Gas." Hans berucap dengan lesu. Laki-laki itu ternyata Bagas. Sahabat sekaligus tetangganya mereka. "Kenapa atuh, Teteh?" Bagas langsung mendekat ke arah mereka. Melihat ada orang kain di rumahnya, Klara pun memilih duduk. "Mau minum apa, Kang?" Ia menawarkan. "Tidak usah, Teh. Maaf, tadi saya lancang masuk ke sini. Bukan apa-apa, saya memang ada hal gawat yang harus disampaikan sama Teteh dan Suami. Berhubung tadi saya sempat mendengar keributan, jadi langsung masuk. Karena menurut saya bicara pun percuma, kalian gak akan pada denger." Bagas memang terbiasa berbicara dengan logat tempat tinggalnya. "Gapapa." Hans dan Klara menjawabnya bersamaan. "Tadi saya dapat pesan, katanya Bu Hajah mau ke sini." Bagas berbicara lebih serius. "Apa?" Klara dan Hans sama-sama terkejut. Bu Hajah yang Bagas maksudkan adalah ibunya Hans. Wanita yang dengan garang membuat Rima meninggalkan rumah dan sangat menyayangi Klara. Jika Bu Hajah datang ke sini dan tidak menemukan Klara, dia tidak akan mau makan dan minum sampai Klara datang. Hans bahkan mengatai kalau ibunya itu berlebihan, tetapi ia langsung kalah telak. Apalagi Bu Hajah tidak pernah terima jika ada yang mengata-ngatai menantu kesayangannya itu. "Tuh, kan! Cepat bantu aku untuk simpan barang-barangmu kembali!" Hans langsung sibuk mengembalikan barang-barang yang sudah dimasukkan Klara ke beberapa tas besar. "Cukup, biarkan saja seperti ini. Mama juga gak akan lama!" Klara segera merebut beberapa tas dan kopernya. "Enggak boleh. Nanti aku yang akan kena marah, bukan dirimu!" Hans tetap ngotot dan dia berusaha untuk mengambil tas dari Klara satu persatu. Sementara Bagas hanya memperhatikan mereka dari jauh. "Kok malah jadi kaya anak kecil." gumamnya heran lalu menggelengkan kepalanya. "Mungkin ini cara pasangan suami-istri beri berinteraksi." lanjutnya polos. "Bodo amat! Yang kena marah itu dirimu, Mas. Aku lebih bahagia kalau kau dimarahi!" ucap Klara setengah berteriak. "Kau! Mau menjadi istri durhaka dan tidak akan dapat mencium aroma surga?" Hans pun sedikit membentak. "Tergantung, suaminya seperti apa dulu. Kalau tukang bohong, penipu, memang pantas ditinggal!" Klara mulai berteriak dan dia menarik tas yang ada di tangan Hans dengan sekuat tenaga sampai laki-laki itu terjatuh. "Penipu apanya? Aku hanya ingin menemui anak-anakku, itu saja Desi yang memintaku untuk jalan-jalan bersama Rima agar kita terlihat seperti keluarga." Hans menjelaskan. "Wah, enak sekali hidupmu, Mas. Ingin terlihat seperti keluarga dengan mantan istri, tetapi melupakan istri di rumah. Berbohong lagi, katanya bisnis. Alah, laki-laki pendusta!" Klara mengungkapkan isi hatinya. Tanpa mereka sadari, ada satu pasang mata lagi yang menetap tajam ke arah Hans. "Maksudnya kau menemui perempuan tidak tahu malu itu dengan mengelabui istrimu?" orang itu semakin menajamkan tatapannya. "Sepertinya kau memang minta dihajar, pipi mana yang mau kau pilih?"Bersambung ....Status WA Mantan Istri Suamiku 8 Setelah Hans memilih pipi kiri, ternyata Bu Hajah juga tetap memukul dengan keras pipi kanan. Ketika hal itu terjadi kepada sahabatnya, Bagas hanya bisa memutar tubuhnya. Ia tidak ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga orang. Klara masih diam. Sejak memutuskan untuk pergi, dia memang selalu terpikirkan kondisi abahnya yang sudah sepuh dan sakit-sakitan. Klara takut, kalau kepulangannya malah membuat kondisi Abah menjadi lebih buruk. Kini Hans terduduk di lantai yang dingin tanpa alas apapun, sementara Bu Hajah dan Klara duduk di tempat tidur dengan kaki menjuntai ke bawah. Ada karpet tebal berukuran lonjong yang menjadi penghalang antara kaki bertemu lantai. "Kenapa kau bisa menemui Rima tanpa izin terhadap Klara, Hans? Dia istrimu. Meskipun mungkin respon Klara biasa saja, dia tetap harus kamu beritahu, apalagi yang berkaitan dengan masa lalu." Bu Hajah sedang menjelaskan sifat wanita, hanya dikemas dengan kata-kata yang bisa Hans mengerti.
Status WA Mantan Istri Suamiku 9 "Untuk beli apa?" Bu Hajjah menatap Rima lekat, ada rasa benci yang tidak seharusnya hadir di dalam hatinya kepada Rima. Bukan karena wanita itu telah berulang kali melukai hati anaknya, tetapi karena Rima adalah seorang ibu yang berusaha meracuni pikiran anak-anaknya. Rima tidak menjawab, dia malah mundur perlahan, dan mencoba untuk kabur. Namun, Bagas berhasil menghentikannya. "Lihatlah, kalau Rima memang tidak masalah, dia tidak akan mencoba kabur ketika melihat Mama!" Bu Hajah berbicara dengan penuh penekanan. Hatinya sudah benar-benar terluka dengan sikap membantu terdahulunya ini. Air mata Rima yang entah dari mana langsung keluar deras setelah mendengar perkataan Bu Hajah membuat semua orang terkejut. Kecuali Klara. "Kenapa saya selalu dikait-kaitkan dengan banyak hal yang terjadi?" tanyanya di sela isak tangis. Hanya Klara yang tidak terpengaruh dengan apa yang dikatakan Rima dan tidak akan pernah terpengaruh. "Bukankah memang dirimu yang
Status WA Mantan Istri Suamiku 10 Rima keberatan kalau Hans menjadi miskin dan malah Klara yang menjadi kaya. Niat awal dirinya masuk kembali ke dalam kehidupan mantan suaminya karena melihat laki-laki itu sudah jaya dan mengubah aset atas nama anak-anak. "Ya sudah, kalau begitu kalian jangan dulu berpisah." Rima melarang. "Enggak! Aku sudah ambil keputusan, semua yang aku miliki selain rumah akan aku serahkan untuk Klara. Meksipun kami belum berpisah dan tidak akan ada lain pergantian nama." tegas Hans membuat Klara mengulum senyum. Meksipun Hans adalah laki-laki yang kurang pendirian, tetapi dia tidak pernah ingkar janji. Berbohong, iya. Namun, tidak mungkin jika menjilat ludahnya kembali. Dulu, Hans memang ingin mengatasnamakan Klara sebagai pemilik semua asetnya, kecuali rumah. Karena rumah itu dibeli sebelum menikahi Klara. Rima menatap Hans tajam, lalu beralih ke arah Klara dan menarik tangannya ke luar rumah. "Lihatlah Mama yang selama ini kalian banggakan! Dia sudah mere
Status WA Mantan Istri Suamiku 11 Rima kehabisan cara untuk bisa keluar dari mobil tanpa bertemu dengan orang-orang. Sementara beberapa orang termasuk Pak RT sudah mendengar kabar, kalau Abah Hanif sedang kedatangan tamu. Mau tidak mau, dia harus keluar dari mobil secara diam-diam. "Pokoknya aku tidak boleh terlihat oleh mereka." Rima turun dari mobil sambil bersembunyi di mobil yang lain. Sementara beberapa orang tadi langsung masuk ke dalam rumah Abah setelah mengucapkan salam. "Wah, suaminya Klara masih tampan saja." Pak RT memuji Hans. "Iya, ya, seperti pengantin baru." Bapak-bapak yang lain saling bersahutan. "Bisa kasih tahu saya rahasia biar awet muda apa, biar saya bisa menambah koleksi." Pak RT mulai berbicara serius dengan pertanyaan yang terdengar seperti candaan. "Koleksi apa, Pak?" tanya seorang wanita. "Tentu saja istri baru. Masa pejabat istrinya cuman satu, gak keren." Pak RT menjawabnya dengan percaya diri sambil membenarkan letak pecinya sambil senyum-senyum
Status WA Mantan Istri Suamiku 12 ”Ah! Di mana surat-surat itu?" Rima mulai berbicara dengan geram ketika ia tidak kunjung bisa menemukan di mana kertas-kertas yang dicarinya. "Kalau tahu begini, kedatanganku ke sini hanya sia-sia. Tidak ada yang aku dapatkan!" gumamnya kesal. Hans memicingkan sebelah matanya ketika melihat Abah dan keluarganya Anya berkumpul di depan pintu kamar Klara. "Apa yang sedang kalian lakukan?" tanyanya pada Azam. "Sini!" Dengan santai, Azam malah mengajak Hans untuk melihat apa yang sedang dilakukan mantan istri yang selalu dibelanya. Tanpa banyak bicara, Hans dan Bu Hajah pun ikut berkumpul. Mereka menghitung mundur dari angka tiga, setelahnya langsung masuk ke dalam. Keadaan kamar Klara sudah benar-benar berantakan. Rima yang sedang membaca beberapa berkas sertifikat pun langsung menjadi tersangka. "Apa yang kau lakukan di kamarnya Klara dan apa ini? Kau bahkan membuat kamarnya menjadi berantakan?" Azam langsung menyerang sambil menarik kain yang me
Status WA Mantan Istri Suamiku 13 Rima sangat terkejut ketika mendengar teriakan Hans. Selama ini dia sudah berusaha bersikap baik menutupi sisi jahatnya, bahkan berusaha mencuci otaknya agar di dalam pikiran Hans hanya ada gambaran kalau Rima adalah perempuan yang baik. Klara dan semua orang sangat terkejut ketika mendengar teriakan Hans yang lebih dengan luka. "Apa selama ini dia tidak ingat apa yang dilakukan wanita ini pada suamimu?" Abah Musa menatap Klara dan Bu Hajah bergantian. Klara menggeleng. "Selama ini aku juga tidak tahu. Tidak pernah ada pembahasan tentang Mbak Rima yang begitu. Cuman akhir-akhir ini Mas Hans selalu berbohong, bahkan kembali dekat." jelas Klara. Abah Hanif tertegun. "Ya ampun, Nak, kamu pasti mengalami hal yang berat di sana. Kenapa tidak telpon Abah saja?" ucapnya khawatir. "Aku tidak apa-apa, kok, Bah. Bagiku Mas Hans berbohong atau tidak itu bukanlah hal yang penting. Tandanya dia adalah laki-laki yang tidak pantas untuk dipertahankan." Klara
Status WA Mantan Istri Suamiku 14 Setelah Rima di dilaporkan kepada pihak berwajib, Klara dan beberapa orang hanya datang ke kantornya untuk dimintai keterangan. Namun, bukan hanya keterangan yang diberikan Klara dan Anya, tapi bukti kejahatan Rima. "Aku mohon, bebaskan aku, Kla! Bukan inginku melakukan perbuatan ini!" teriak Rima dan bersujud memohon di bawah kaki Klara. Deg ... jantung Klara berdetak lebih cepat, apa maksudnya bukan keinginannya? Azam yang tidak suka dengan perkataan Rima pun langsung mendekat. "Apa maksudnya? Kau diperintah? Tapi siapa?" tanya Azam penasaran. Akan tetapi, Rima tidak bisa mengatakan siapa yang memintanya. Rima hanya bisa menjauh dari Klara dan Asam. "Maaf, untuk saat ini aku tidak bisa mengatakannya." lirihnya membuat semua orang bingung. "Sudahlah, kalau tidak bisa, kau akan terus mendekam di tempat ini." ucap Azam tanpa perasaan apapun. "Anak-anakku?" tanya Rima pelan yang hanya di dengar oleh Klara dan Anya yang lebih dekat dengannya. "Te
Status WA Mantan Istri Suamiku 15 Tentang Rima kini telah usai, Klara dan yang lainnya berharap dia benar-benar tidak akan kembali lagi. Walaupun nanti akan bebas, mereka berharap Rima tidak akan mengganggu kehidupan mereka lagi. Namun, tanpa sadar orang ketiga kembali datang di tengah-tengah rumah tangga mereka. "Sadari tadi aku melihatmu gelisah, wahai sahabatku. Ada apakah gerangan?" Seorang pemuda tampan dengan wajah penuh binar dan berseri mendekat ke arah Hans yang terduduk lesu di masjid yang dekat dengan salah satu restorannya. "Anda siapa?" Hans menatap ke arah pemuda yang memakai setelan kemeja dan celana hitam panjang. "Saya hanya seseorang yang fakir ilmu, datang ke sini untuk menimbanya agar keimanan saya semakin kuat." Furqon ikut duduk di samping Hans. "Ada apa? Kita bisa menjadi teman. Karena hampir setiap waktu sholat saya ke sini." Furqon menawarkan diri untuk menjadi sahabatnya. Hans mengangkat wajahnya. "Pernikahan saya sedang diuji. Alhamdulillah mantan is
Status WA 28 "Maafkan, Mas, Klara. Maafkan Mas!" Hans berbicara antara dalam keadaan sadar dan tidak. "Maaf jika selama ini Mas sudah bersikap bodoh, Kla," lanjutnya, tapi Klara masih diam. "Mas tidak mau berpisah, Mas mau hubungan kita segera diperbaiki," ucapnya lagi. Klara melepaskan pelukannya dan menatap Hans lekat. "Aku ternyata hamil, Mas," ucapnya lirih. Hans dan Bu Hajah menatap Maya dengan penuh tanda tanya, tetapi kebahagiaan terpancar jelas di mata keduanya. "Maksudnya kamu mengandung anak kita?" tanyanya sambil menatap wajah Klara dengan mata yang nanar. Sungguh tidak menyangka kalau yang Mahakuasa masih sangat menyayanginya sampai memberikan anugrah yang begitu besar. Klara mengangguk bahagia. Ia juga tidak menyangka kalau dirinya tengah hamil setelah penantian selama lima tahun dan buah hatinya malah hadir ketika dirinya dan Hans sedang terpisah. Awalnya Klara tidak ingin mengatakan kebahagiaan ini kepada Hans dan juga mertuanya, tetapi nasehat Abah Hanif membua
Status WA 27 Klara sudah mendapatkan bukti kejahatan Pak Yana dan juga Rima. Ia tinggal menunggu waktu untuk meledakkan bomnya. Sementara Hans, ia tetap meminta Klara untuk kembali. Bagi Klara, kembali dengan Hans bukanlah masalahnya. Toh, selama ini memang laki-laki itu tidak mengetahui banyak hal, tidak seperti dirinya yang selalu selangkah di depan. Klara masih memilih diam bukan karena ia ingin membuat semuanya hancur lebih dulu, bukan. Klara hanya butuh waktu yang tepat agar semuanya bisa selesai langsung. "Gila, ya, aku hampir gak percaya kalau ada orang yang seperti ini," ucap Anya setengah berteriak sambil menonton video yang Klara ambil beberapa hari yang lalu. "Jika ada baik, pasti ada jahat." Suaminya menyahut dari belakang. "Kapan diserahkan kepada pihak berwajib, Kla?" tanyanya. "Secepatnya, Kak. Aku ingin mereka mendapatkan hukuman sesuai yang bisa mereka terima." Klara menjawabnya dengan semangat. Inilah yang disukai Anya dan keluarganya dari sikap Klara, terang-
Status WA 26 seseorang yang baru datang itu ternyata Rima. Dia mengaku kalau dirinya sedang mengandung anak Hans. Klara sudah tidak terkejut dengan pengakuan mantan istri suaminya itu, dia tahu kalau Rima pasti akan melakukan apapun untuk mencegah Hans kembali padanya. Bu RT dan beberapa orang lainnya langsung heboh setelah kedatangan Rima. Mereka langsung melontarkan kata-kata cacian kepada Hans dan juga perempuan yang mengaku mengandung anaknya itu. "Dasar laki-laki hidung belang!" "Tidak tahu malu!" "Laki-laki murahan!" Berbagai sebutan untuk hewan pun langsung mereka keluarkan, saking kesalnya. Orang-orang itu bahkan menatap Hans dan Rima dengan tatapan kebencian yang penuh bara api. Abah Hanif yang melihat situasi dan kondisi sudah tidak sejalan lagi pun langsung menenangkan mereka. Beliau ingin orang-orang kampung mendengarkan pengakuan Hans. "Coba jelaskan kebenarannya bagaimana? Soalnya saya tidak sudi jika kamu bertanding dengan putri kami," sahut Bu RT. "Benar, k
Status WA 25 Sebelum Abah Hanif mendengar tentang putrinya yang pergi dari rumah Hans dari mulut orang kain, Klara langsung pulang untuk menemuinya. Beberapa pengawal dari orang tua angkatnya juga ikut serta untuk membantu Klara dari serangan orang-orang jahat. Terutama Angga. Dia tahu kalau orang kejam seperti Angga juga malah ingin menemui Abahnya. Tidak tenang rasanya jika dirinya harus meninggalkan Abah Hanif sendirian di rumah, terlebih Hans dan Angga akan datang ke rumah yang tidak diprediksi kapannya. Abah Hanif yang melihat Klara pulang dengan beberapa orang pun mendadak khawatir, takut terjadi sesuatu dengan putrinya. Setelah bertukar kabar, Klara langsung menceritakan semuanya. Bu RT dan beberapa orang yang tidak sengaja mendengar apa yang mereka katakan pun cukup kaget. "Ya ampun, ternyata hidup putri kita sangat menyakitkan. Berarti kita hentikan suaminya itu, bila perlu kita tanya-tanya dulu maksud dan tujuannya datang!" tugas Bu RT membuat yang lainnya setuju. Me
Status WA 24 Setelah melaksanakan sholat, Klara langsung menemui Bu Anisa dan mengatakan apa yang ingin ia katakan. Sementara Bu Hajah, Klara sudah memintanya untuk tidak menceritakan tentang hal ini kepada Hans dan juga beberapa orang yang tidak penting. Termasuk Angga. Bu Anisa terlihat sangat sedih, beliau juga terlihat tidak kaget lagi. Seperti sudah tahu kalau penyebab dari perubahan sikap anaknya adalah Bu Siska. "Pulanglah, Nak, Hans mencarimu," ucap Bu Hajah lirih. Klara tersenyum getir. "Maaf, Ma. Aku sudah menemukan kehidupan bahagiaku, jadi tidak mau diusik oleh hal-hal yang tidak perlu," jelas Klara lembut, tapi menusuk. "Berapa lama kamu akan mencoba untuk sembunyi, Sayang?" tanyanya menatap Maya lekat. Ada rasa rindu di matanya dan tangan seperti tidak sabar untuk memeluk, tapi apa daya kalau di hati Klara tidak ada perasaan rindu sedikit pun. "Aku tidak sedang sembunyi, Ma. Aku hanya mencari kehidupan dengan orang-orang yang percaya sepenuhnya denganku," tegas Kla
Status WA Dua Puluh Tiga Keluarga angkat Klara semakin marah ketika mengetahui Angga berniat menjadikan Klara--putri angkatnya seperti putri kandungnya dulu. Angga ternyata seorang lelaki yang gila karena suka melakukan hobi aneh yang bahkan mengorbankan sebuah nyawa. Laki-laki yang selalu ingin mendapatkan wanita yang diinginkannya, wanita yang memang ingin dia taklukan dengan menghalalkan segala cara. Setelah dapat, Angga akan menempatkan wanita itu di kamar favoritnya yang hanya akan didatangi ketika dia lelah, stress, ataupun sekadar ingin bersenang-senang. Bukan hanya keluarga angkat Klara yang resah, tapi juga orang tua Angga sendiri sampai memutuskan hubungan dari anak satunya ini. Angga dinilai sudah menghancurkan kehormatan keluarga, bahkan usaha yang selama ini dikelola secara turun temurun. Nabila, wanita yang pernah menjadi burung sangkar emas Angga sebelumnya adalah anak dari orang tua angkatnya Klara. Beberapa hari di kurung di kamar itu membuat Nabila menjadi st
Status WA Dua Puluh Dua "Wah-wah, kamu memang istriku yang hebat tiada duanya." Azam langsung merangkul nada dengan penuh kebahagiaan. Ia sungguh bangga dengan istri yang selalu mendukung apapun yang dilakukannya. Termasuk membantu sahabatnya, Klara. "Sudah, Mas. Cukup. Malu sama anak-anak dan merek." Nada meronta dan melihat anak-anak yang menatap ke arahnya dengan polos. "Kalian jangan jadi bucin seperti Papa, ya." goda Nada sambil tertawa kecil. "Tapi kata Papa boleh, kok, Ma. Asalkan kalau sudah menikah, jadi perhatiannya tepat." jawab Aksan, putranya yang baru berusia tujuh tahun. "Apa-apaan ini, Mas? Mana mungkin anak tujuh tahun mengerti pernikahan dan bucin jika tidak ada yang mengajarkan?" Nada menatap Azam untuk mendengarkan penjelasan. "Em, anu, itu, itu." Azam hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berusaha untuk kabur. Tapi terlambat, karena anaknya dan anak Anya sudah mencegat perjalanannya. "Kalian gitu, gak setia kawan." Azam berpura-pura marah dan
Status WA 21 Anya dan Azam terkejut bukan main ketika mendengar apa yang dikatakan Klara. "Wah, gila, ya. Berarti Hans tidak tahu kalau mereka berdua bukan darah dagingnya?" tanya Azam penasaran. "Tentu saja tidak tahu. Aku mengetahui ini hasil penyelidikan sendiri. Atas dasar apa aku harus mempercayainya, membuat lelah saja." Klara berbicara dengan nada biasa saja. Tanpa penyesalan, apalagi kesedihan. "Kalaupun aku kasih tahu, belum tentu dia akan percaya." lanjutnya membuat Anya dan Azam senang. "Benar, jadi perempuan itu harus punya pemikiran yang cerdas. Jangan hanya bisa bergantung kepada suami. Bukan apa-apa, takutnya suaminya seperti Hans kan bisa stres tiap hari." ujar Azam sambil tertawa kecil. "Benar, Mas. Wah, aku gak nyangka kalau ternyata uang yang dia keluarkan selama ini untuk anak-anaknya ternyata bulan darah dagingnya." Anya menjadi lebih heboh. "Bahagia boleh, tapi sedang kerja, dong. Kapan selesainya kalau kamu santai terus." protes Azam kepada Anya. "Apaan, s
Status WA Mantan Istri 20 Hans dan Abah Hanif sama-sama terkaget mendengar perkataan itu. Apalagi, Hans memang merasa kehadirat Susi sangat janggal. Rima dan Hans sudah berpisah selama lima tahun, sementara Susi baru berusia empat tahun jalan. Memang bisa saja anak Hans jika sebelum berpisah mereka masih berhubungan, yang jadi masalah, mereka sudah tidur secara terpisah sebelum berpisah selama hampir satu tahun. Waktu itu perasaan Hans kepada Rima Seakan mati begitu saja. Tidak seperti kepada Klara yang bahkan tidak kuat jika membayangkan untuk berpisah. Setelah mengingat semuanya, Hans langsung mengucapkan salah kepada Abah Hanif dan laki-laki itu. Abah langsung meminta Hans untuk duduk dan menyampaikan maksud kedatangannya. Namun, Hans menolak. Ia ingin mendengar lebih dulu tentang apa yang baru saja disampaikan laki-laki itu. "Ini adalah Pak Yana, adik dari Pak Jaya." Abah Hanif memperkenalkan. Pak Yana hanya bisa menundukkan pandangannya. Karena di sini, memang dirinya yang