Status WA Mantan Istri Suamiku 14 Setelah Rima di dilaporkan kepada pihak berwajib, Klara dan beberapa orang hanya datang ke kantornya untuk dimintai keterangan. Namun, bukan hanya keterangan yang diberikan Klara dan Anya, tapi bukti kejahatan Rima. "Aku mohon, bebaskan aku, Kla! Bukan inginku melakukan perbuatan ini!" teriak Rima dan bersujud memohon di bawah kaki Klara. Deg ... jantung Klara berdetak lebih cepat, apa maksudnya bukan keinginannya? Azam yang tidak suka dengan perkataan Rima pun langsung mendekat. "Apa maksudnya? Kau diperintah? Tapi siapa?" tanya Azam penasaran. Akan tetapi, Rima tidak bisa mengatakan siapa yang memintanya. Rima hanya bisa menjauh dari Klara dan Asam. "Maaf, untuk saat ini aku tidak bisa mengatakannya." lirihnya membuat semua orang bingung. "Sudahlah, kalau tidak bisa, kau akan terus mendekam di tempat ini." ucap Azam tanpa perasaan apapun. "Anak-anakku?" tanya Rima pelan yang hanya di dengar oleh Klara dan Anya yang lebih dekat dengannya. "Te
Status WA Mantan Istri Suamiku 15 Tentang Rima kini telah usai, Klara dan yang lainnya berharap dia benar-benar tidak akan kembali lagi. Walaupun nanti akan bebas, mereka berharap Rima tidak akan mengganggu kehidupan mereka lagi. Namun, tanpa sadar orang ketiga kembali datang di tengah-tengah rumah tangga mereka. "Sadari tadi aku melihatmu gelisah, wahai sahabatku. Ada apakah gerangan?" Seorang pemuda tampan dengan wajah penuh binar dan berseri mendekat ke arah Hans yang terduduk lesu di masjid yang dekat dengan salah satu restorannya. "Anda siapa?" Hans menatap ke arah pemuda yang memakai setelan kemeja dan celana hitam panjang. "Saya hanya seseorang yang fakir ilmu, datang ke sini untuk menimbanya agar keimanan saya semakin kuat." Furqon ikut duduk di samping Hans. "Ada apa? Kita bisa menjadi teman. Karena hampir setiap waktu sholat saya ke sini." Furqon menawarkan diri untuk menjadi sahabatnya. Hans mengangkat wajahnya. "Pernikahan saya sedang diuji. Alhamdulillah mantan is
Status WA Mantan Istri Suamiku 16 Sesuai perintah Angga, Tias langsung mengeluarkan Rima tanpa syarat apapun. Rima yang tahu kalau dirinya akan dipergunakan kembali pun ragu untuk menyetujui tawaran Tias. Akan tetapi, saat ini dia tidak punya pilihan lain. Hanya ini satu-satunya cara agar bisa terbebas dari jeruji besi. Rima tidak ingin hidupnya hanya terkurung tanpa bisa melakukan apapun. Angga tersenyum menyeringai ketika melihat Rima keluar dari kantor itu dan masuk ke dalam mobilnya Tias dari layar berukuran enam inci yang dipegangnya. "Cepat atau lambat, kau akan segera menjadi milikku Klara." "Klara?" Laki-laki yang berada di samping Angga menatapnya heran. "Bukankah dia nama gadis yang dulu kau sukai? Anak desa itu?" Keningnya mengerut ketika mendengar perkataan Angga yang menurutnya tidak masuk akal. "Ya, sayangnya dia tidak mengenali aku. Dia malah menikah dengan seorang duda yang masih menyimpan cintanya untuk seorang mantan istri." Angga tersenyum getir sambil memandan
Status WA Mantan Istri Suamiku 17 Setelah membawa anak-anaknya kembali, Rima kembali fokus dengan rencananya yang ia tulis di selembar kertas untuk mendapatkan mantan suaminya kembali. Tidak ada cara lain selain menyetujui rencana Tias, tapi kali ini ia akan gunakan kesempatannya untuk mendapatkan hati Hana, bukan harta yang menjadi tujuannya. Karena jika hanya memikirkan harta, Rima akan kembali jatuh ke jurang kekalahan. Bahkan kematian, karena menghadapi Tias bukanlah hal yang mudah. Tentunya membutuhkan rencana yang sempurna. Esok harinya, Rima sengaja pergi pagi-pagi ke rumah Hans dengan menyiapkan makanan yang banyak. "Aku harus mengambil hati Mas Hans kembali. Kalau aku dulu bisa, maka tidak ada kata tidak bisa untuk sekarang ini." gumamnya. Dengan semangat, Rima membawa anak-anak juga. Hans yang melihat kedatangan Rima hanya bisa terdiam. Masa iya dia mau mengusir tamu? "Kamu kenapa sih, Mas? Kok kaya gelisah begitu?" Rima mulai mendekat ke arah Hans sambil menawarkan be
Status WA Mantan Istri Suamiku 18 Dengan penuh emosi, Hans dan Bu Hajah menarik Rima ke kamar untuk mendengarkan penjelasannya. "Kamu mau ikut?" tanya Bu Hajah kepada Klara. Klara menggeleng. "Tidak, aku sudah mengetahuinya." Hati ibu dan anak itu terluka mendengar jawaban Klara. Apalagi selama ini Hans selalu berpikir negatif kepada istrinya itu sampai beberapa kali melakukan kebohongan. Desi melirik ke arah Klara. "Aku salah ya, Ma? Maaf kalau begitu." lirihnya sambil menundukkan kepalanya. Klara tersenyum getir. Ada rasa kasihan dalam hatinya ketika anak-anak sekecil ini harus menanggung derita dari ibu kandungnya sendiri. Jika seorang ibu melukai anak tirinya, asisten melukai anak majikan, atau orang tua menyiksa anak angkatnya, itu semua sangat wajar. Akan tetapi berbeda dengan kasus Rima, dia menyiksa anak kandungnya sendiri. Bahkan makan pun sangat jarang mereka temukan. Apalagi makan-makanan yang enak. Bukan karena orang tua mereka tidak mampu, tapi karena keserakahan se
Status WA Mantan Istri Suamiku 19 Bu Ika ternyata tidak jatuh seorang diri, Desi pun ikut terduduk lemas ketika membaca secarik kertas itu dan ia memecahkan teko kaca yang tadi ada di atas meja makan. Suara pecahan kaca membuat Bu Ika tersadar dan segera menjauhkan anak-anak dari pecahan kacanya. Melihat Bu Ika yang menangis, Susi pun ikut menangis. Bu Ika segera membawanya ke dalam pelukan dan membawanya untuk menemui Hans dan juga Bu Hajah. Namun, pintu kamar ternyata dikunci. Meksipun sedang membicarakan masalah yang serius, tapi kepergian Klara lebih serius lagi. "Pak! Bu!" Bu Ika berusaha sekuat tenaga agar orang-orang yang berada di dalam mau membuka pintu. Akan tetapi, setelah beberapa menit berlalu, tidak ada tanda-tanda kalau pintu akan terbuka. Karena tidak punya cara lain, Bu Ika mengambil sapu yang ada di dekatnya dan dipakai untuk memukul pintu. Benar saja, hanya dalam hitungan detik, pintu terbuka dari dalam. "Ada apa, Ika?" tanya Bu Hajah heran. Hans pun demikia
Status WA Mantan Istri 20 Hans dan Abah Hanif sama-sama terkaget mendengar perkataan itu. Apalagi, Hans memang merasa kehadirat Susi sangat janggal. Rima dan Hans sudah berpisah selama lima tahun, sementara Susi baru berusia empat tahun jalan. Memang bisa saja anak Hans jika sebelum berpisah mereka masih berhubungan, yang jadi masalah, mereka sudah tidur secara terpisah sebelum berpisah selama hampir satu tahun. Waktu itu perasaan Hans kepada Rima Seakan mati begitu saja. Tidak seperti kepada Klara yang bahkan tidak kuat jika membayangkan untuk berpisah. Setelah mengingat semuanya, Hans langsung mengucapkan salah kepada Abah Hanif dan laki-laki itu. Abah langsung meminta Hans untuk duduk dan menyampaikan maksud kedatangannya. Namun, Hans menolak. Ia ingin mendengar lebih dulu tentang apa yang baru saja disampaikan laki-laki itu. "Ini adalah Pak Yana, adik dari Pak Jaya." Abah Hanif memperkenalkan. Pak Yana hanya bisa menundukkan pandangannya. Karena di sini, memang dirinya yang
Status WA 21 Anya dan Azam terkejut bukan main ketika mendengar apa yang dikatakan Klara. "Wah, gila, ya. Berarti Hans tidak tahu kalau mereka berdua bukan darah dagingnya?" tanya Azam penasaran. "Tentu saja tidak tahu. Aku mengetahui ini hasil penyelidikan sendiri. Atas dasar apa aku harus mempercayainya, membuat lelah saja." Klara berbicara dengan nada biasa saja. Tanpa penyesalan, apalagi kesedihan. "Kalaupun aku kasih tahu, belum tentu dia akan percaya." lanjutnya membuat Anya dan Azam senang. "Benar, jadi perempuan itu harus punya pemikiran yang cerdas. Jangan hanya bisa bergantung kepada suami. Bukan apa-apa, takutnya suaminya seperti Hans kan bisa stres tiap hari." ujar Azam sambil tertawa kecil. "Benar, Mas. Wah, aku gak nyangka kalau ternyata uang yang dia keluarkan selama ini untuk anak-anaknya ternyata bulan darah dagingnya." Anya menjadi lebih heboh. "Bahagia boleh, tapi sedang kerja, dong. Kapan selesainya kalau kamu santai terus." protes Azam kepada Anya. "Apaan, s
Status WA 28 "Maafkan, Mas, Klara. Maafkan Mas!" Hans berbicara antara dalam keadaan sadar dan tidak. "Maaf jika selama ini Mas sudah bersikap bodoh, Kla," lanjutnya, tapi Klara masih diam. "Mas tidak mau berpisah, Mas mau hubungan kita segera diperbaiki," ucapnya lagi. Klara melepaskan pelukannya dan menatap Hans lekat. "Aku ternyata hamil, Mas," ucapnya lirih. Hans dan Bu Hajah menatap Maya dengan penuh tanda tanya, tetapi kebahagiaan terpancar jelas di mata keduanya. "Maksudnya kamu mengandung anak kita?" tanyanya sambil menatap wajah Klara dengan mata yang nanar. Sungguh tidak menyangka kalau yang Mahakuasa masih sangat menyayanginya sampai memberikan anugrah yang begitu besar. Klara mengangguk bahagia. Ia juga tidak menyangka kalau dirinya tengah hamil setelah penantian selama lima tahun dan buah hatinya malah hadir ketika dirinya dan Hans sedang terpisah. Awalnya Klara tidak ingin mengatakan kebahagiaan ini kepada Hans dan juga mertuanya, tetapi nasehat Abah Hanif membua
Status WA 27 Klara sudah mendapatkan bukti kejahatan Pak Yana dan juga Rima. Ia tinggal menunggu waktu untuk meledakkan bomnya. Sementara Hans, ia tetap meminta Klara untuk kembali. Bagi Klara, kembali dengan Hans bukanlah masalahnya. Toh, selama ini memang laki-laki itu tidak mengetahui banyak hal, tidak seperti dirinya yang selalu selangkah di depan. Klara masih memilih diam bukan karena ia ingin membuat semuanya hancur lebih dulu, bukan. Klara hanya butuh waktu yang tepat agar semuanya bisa selesai langsung. "Gila, ya, aku hampir gak percaya kalau ada orang yang seperti ini," ucap Anya setengah berteriak sambil menonton video yang Klara ambil beberapa hari yang lalu. "Jika ada baik, pasti ada jahat." Suaminya menyahut dari belakang. "Kapan diserahkan kepada pihak berwajib, Kla?" tanyanya. "Secepatnya, Kak. Aku ingin mereka mendapatkan hukuman sesuai yang bisa mereka terima." Klara menjawabnya dengan semangat. Inilah yang disukai Anya dan keluarganya dari sikap Klara, terang-
Status WA 26 seseorang yang baru datang itu ternyata Rima. Dia mengaku kalau dirinya sedang mengandung anak Hans. Klara sudah tidak terkejut dengan pengakuan mantan istri suaminya itu, dia tahu kalau Rima pasti akan melakukan apapun untuk mencegah Hans kembali padanya. Bu RT dan beberapa orang lainnya langsung heboh setelah kedatangan Rima. Mereka langsung melontarkan kata-kata cacian kepada Hans dan juga perempuan yang mengaku mengandung anaknya itu. "Dasar laki-laki hidung belang!" "Tidak tahu malu!" "Laki-laki murahan!" Berbagai sebutan untuk hewan pun langsung mereka keluarkan, saking kesalnya. Orang-orang itu bahkan menatap Hans dan Rima dengan tatapan kebencian yang penuh bara api. Abah Hanif yang melihat situasi dan kondisi sudah tidak sejalan lagi pun langsung menenangkan mereka. Beliau ingin orang-orang kampung mendengarkan pengakuan Hans. "Coba jelaskan kebenarannya bagaimana? Soalnya saya tidak sudi jika kamu bertanding dengan putri kami," sahut Bu RT. "Benar, k
Status WA 25 Sebelum Abah Hanif mendengar tentang putrinya yang pergi dari rumah Hans dari mulut orang kain, Klara langsung pulang untuk menemuinya. Beberapa pengawal dari orang tua angkatnya juga ikut serta untuk membantu Klara dari serangan orang-orang jahat. Terutama Angga. Dia tahu kalau orang kejam seperti Angga juga malah ingin menemui Abahnya. Tidak tenang rasanya jika dirinya harus meninggalkan Abah Hanif sendirian di rumah, terlebih Hans dan Angga akan datang ke rumah yang tidak diprediksi kapannya. Abah Hanif yang melihat Klara pulang dengan beberapa orang pun mendadak khawatir, takut terjadi sesuatu dengan putrinya. Setelah bertukar kabar, Klara langsung menceritakan semuanya. Bu RT dan beberapa orang yang tidak sengaja mendengar apa yang mereka katakan pun cukup kaget. "Ya ampun, ternyata hidup putri kita sangat menyakitkan. Berarti kita hentikan suaminya itu, bila perlu kita tanya-tanya dulu maksud dan tujuannya datang!" tugas Bu RT membuat yang lainnya setuju. Me
Status WA 24 Setelah melaksanakan sholat, Klara langsung menemui Bu Anisa dan mengatakan apa yang ingin ia katakan. Sementara Bu Hajah, Klara sudah memintanya untuk tidak menceritakan tentang hal ini kepada Hans dan juga beberapa orang yang tidak penting. Termasuk Angga. Bu Anisa terlihat sangat sedih, beliau juga terlihat tidak kaget lagi. Seperti sudah tahu kalau penyebab dari perubahan sikap anaknya adalah Bu Siska. "Pulanglah, Nak, Hans mencarimu," ucap Bu Hajah lirih. Klara tersenyum getir. "Maaf, Ma. Aku sudah menemukan kehidupan bahagiaku, jadi tidak mau diusik oleh hal-hal yang tidak perlu," jelas Klara lembut, tapi menusuk. "Berapa lama kamu akan mencoba untuk sembunyi, Sayang?" tanyanya menatap Maya lekat. Ada rasa rindu di matanya dan tangan seperti tidak sabar untuk memeluk, tapi apa daya kalau di hati Klara tidak ada perasaan rindu sedikit pun. "Aku tidak sedang sembunyi, Ma. Aku hanya mencari kehidupan dengan orang-orang yang percaya sepenuhnya denganku," tegas Kla
Status WA Dua Puluh Tiga Keluarga angkat Klara semakin marah ketika mengetahui Angga berniat menjadikan Klara--putri angkatnya seperti putri kandungnya dulu. Angga ternyata seorang lelaki yang gila karena suka melakukan hobi aneh yang bahkan mengorbankan sebuah nyawa. Laki-laki yang selalu ingin mendapatkan wanita yang diinginkannya, wanita yang memang ingin dia taklukan dengan menghalalkan segala cara. Setelah dapat, Angga akan menempatkan wanita itu di kamar favoritnya yang hanya akan didatangi ketika dia lelah, stress, ataupun sekadar ingin bersenang-senang. Bukan hanya keluarga angkat Klara yang resah, tapi juga orang tua Angga sendiri sampai memutuskan hubungan dari anak satunya ini. Angga dinilai sudah menghancurkan kehormatan keluarga, bahkan usaha yang selama ini dikelola secara turun temurun. Nabila, wanita yang pernah menjadi burung sangkar emas Angga sebelumnya adalah anak dari orang tua angkatnya Klara. Beberapa hari di kurung di kamar itu membuat Nabila menjadi st
Status WA Dua Puluh Dua "Wah-wah, kamu memang istriku yang hebat tiada duanya." Azam langsung merangkul nada dengan penuh kebahagiaan. Ia sungguh bangga dengan istri yang selalu mendukung apapun yang dilakukannya. Termasuk membantu sahabatnya, Klara. "Sudah, Mas. Cukup. Malu sama anak-anak dan merek." Nada meronta dan melihat anak-anak yang menatap ke arahnya dengan polos. "Kalian jangan jadi bucin seperti Papa, ya." goda Nada sambil tertawa kecil. "Tapi kata Papa boleh, kok, Ma. Asalkan kalau sudah menikah, jadi perhatiannya tepat." jawab Aksan, putranya yang baru berusia tujuh tahun. "Apa-apaan ini, Mas? Mana mungkin anak tujuh tahun mengerti pernikahan dan bucin jika tidak ada yang mengajarkan?" Nada menatap Azam untuk mendengarkan penjelasan. "Em, anu, itu, itu." Azam hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berusaha untuk kabur. Tapi terlambat, karena anaknya dan anak Anya sudah mencegat perjalanannya. "Kalian gitu, gak setia kawan." Azam berpura-pura marah dan
Status WA 21 Anya dan Azam terkejut bukan main ketika mendengar apa yang dikatakan Klara. "Wah, gila, ya. Berarti Hans tidak tahu kalau mereka berdua bukan darah dagingnya?" tanya Azam penasaran. "Tentu saja tidak tahu. Aku mengetahui ini hasil penyelidikan sendiri. Atas dasar apa aku harus mempercayainya, membuat lelah saja." Klara berbicara dengan nada biasa saja. Tanpa penyesalan, apalagi kesedihan. "Kalaupun aku kasih tahu, belum tentu dia akan percaya." lanjutnya membuat Anya dan Azam senang. "Benar, jadi perempuan itu harus punya pemikiran yang cerdas. Jangan hanya bisa bergantung kepada suami. Bukan apa-apa, takutnya suaminya seperti Hans kan bisa stres tiap hari." ujar Azam sambil tertawa kecil. "Benar, Mas. Wah, aku gak nyangka kalau ternyata uang yang dia keluarkan selama ini untuk anak-anaknya ternyata bulan darah dagingnya." Anya menjadi lebih heboh. "Bahagia boleh, tapi sedang kerja, dong. Kapan selesainya kalau kamu santai terus." protes Azam kepada Anya. "Apaan, s
Status WA Mantan Istri 20 Hans dan Abah Hanif sama-sama terkaget mendengar perkataan itu. Apalagi, Hans memang merasa kehadirat Susi sangat janggal. Rima dan Hans sudah berpisah selama lima tahun, sementara Susi baru berusia empat tahun jalan. Memang bisa saja anak Hans jika sebelum berpisah mereka masih berhubungan, yang jadi masalah, mereka sudah tidur secara terpisah sebelum berpisah selama hampir satu tahun. Waktu itu perasaan Hans kepada Rima Seakan mati begitu saja. Tidak seperti kepada Klara yang bahkan tidak kuat jika membayangkan untuk berpisah. Setelah mengingat semuanya, Hans langsung mengucapkan salah kepada Abah Hanif dan laki-laki itu. Abah langsung meminta Hans untuk duduk dan menyampaikan maksud kedatangannya. Namun, Hans menolak. Ia ingin mendengar lebih dulu tentang apa yang baru saja disampaikan laki-laki itu. "Ini adalah Pak Yana, adik dari Pak Jaya." Abah Hanif memperkenalkan. Pak Yana hanya bisa menundukkan pandangannya. Karena di sini, memang dirinya yang