Status Sindiran Istriku
Pantas saja tak ada notifikasi pemasukkan dari bank. Ternyata, ia telah berbohong. Ke mana uang sebanyak itu.
Setiap bulan aku mengambil uang tabunganku untuk membayar kartu kreditnya dan iuran yang lain. Dasar Ajit kamu sudah mencurangiku. Aku akan membalasnya.
"Boleh gak aku nanya?"
"Nanya boleh ngutang jangan." Necis tertawa menutup mulutnya. Akupun ikut tertawa. Necis, teman yang dapat diajak tertawa. Ia ramah, baik dan humoris.
"Kamu kenal Sofie?" bisikku di telinganya.
"Wanita bule itu? Tentu aku kenal. Dia sombong dan murah*an."
"Maksud kamu? Dia itu ...." Necis menganggukkan kepala dan meletakkan jarinya di bibir.
"Aku tahu, dia suka bersama suamimu. Maaf kalau aku
Status Sindiran IstrikuSelama seminggu mas Ajit pergi tanpa kabar. Akupun juga tak menghubunginya. Lebih baik merencanakan semuanya dengan baik.Kubuka akun medsos Sofie69 karena aku tahu mas Ajit sudah mengubah pengaturannya agar tak terlihat olehku.Mereka sedang berdiri di sebuah taman. Melihat matahari yang akan terbenam. Walaupun, wajah suamiku tak terlihat, aku masih mengenalnya dengan baik. Baju mereka terlihat couple.Yang aku pikirkan, mengapa hubungan mereka tidak bisa diketahui para wartawan. Apa mungkin karena Sofie dan mas Ajit adalah rekan kerja dalam pemotretan.Mereka adalah pasangan model yang selalu digunakan oleh para perusahaan iklan. Bod*hnya aku tak memgetahui hal tersebut.Suara ponselku berdering, terlihat nomor baru di layar pipih milikku." Halo, siapa ini.""Rima, ini Mas. Maaf pulsa Mas habis," ucap
Status Sindiran Istriku"Rima! Rima!" Ia mengedor pintu rumah. Kemudian terdengar suara kunci pintu yang terbuka. Aku memejamkan mata ketika pintu kamar terbuka kasar."Astaga Rima! Dasar pemalas! Suami pulang bukannya disambut malah masih tidur," sungutnya kesal. Ia menguncang tubuhku kasar dan mendorong pinggulku dengan kakinya. Sakit sungguh sakit. Sepatunya terasa ke kulit."Rima! Kamu wanita apa kebo." Selimutku ditarik olehnya."Mas Ajit, sudah pulang." Aku hendak mencium tangannya. Segera ia tepis kasar. Aku juga tak sudi bersentuhan dengannya. Untuk apa menghormati orang yang tidak pernah menganggapku ada.."Kamu masih tidur. Sekarang jam berapa, ah." Kepalaku di dorong olehnya hingga terjatuh di atas bantal."Bangun, siapkan sarapan. Aku mau mandi dan segera berangkat lagi," teriaknya.Sengaja aku membuat pucat wajahku. Hanya ingin tahu, apakah ia iba
Status Sindiran IstrikuWajah mas Ajit semakin memerah." Kamu sudah berani!" Melayangkan tangannya. Namun, aku tahan dengan tatapan yang tak kalah tajam. Ia terkejut dengan perlawananku.Suara ponsel menghentikan pertengkaran kami." Awas kamu. Kita lihat saja," ucapnya dan berlalu pergi. Suara mobil sudah meninggalkan halaman. Mungkin, itu panggilan dari simpanannya.Segera aku memotret wajahku yang terlihat memar akibat pukulannya. Kukirim ke nomor ponsel Maya. Ia belum membukanya. Mungkin, sedang sibuk.Suasana rumah menjadi sepi. Merapikan piring dan nasi yang tergeletak di lantai. Untung saja bukan piring beling. Pasti akan repot mengumpulkan pecahannya.Aku masuk ke kamar setelah merapikan meja makan yang berantakan akibat ulahku. Mengambil koper memasukkan semua pakaianku dan perlengkapan lainnya. Tak menyisakan satu pun di rumah ini.
Status Sindiran IstrikuBab 13Seperti biasa aku datang lebih awal karena termasuk disiplin kerja. Para kru sedang mempersiapkan studio. Mataku menelusuri ruangan. Mencari ruang model, agar aku bisa beristirahat."Mba, ruang model di mana?" tanyaku pada salah satu karyawan gedung itu. Ia mengelengkan kepala. Entah tak tahu apa tak ingin menjawab.Berjalan pelan mencari ruang tersebut. Tak ada satu orang pun yang membuka mulutnya untukku.Setiap orang yang melihatku berwajah sinis dan jijik. Mereka tak segan-segan mengatakan sesuatu secara terang-terangan."Laki-laki bo*oh! Berlian diganti batu kali. Biar rasa hidup miskin," cibir mereka. Terdengar jelas di telinga. Ini pasti gara-gara Rima."Berita lagi viral ngomongin dia, istri cantik, penurut dan se
Status Sindiran IstrikuKakiku pegal sekali. Biasanya pemotretan hanya berlangsung satu jam kurang ini hingga berjam-jam. Nasibku jadi begini banget. Lebih baik duduk dulu merengangkan otot kaki.Ponselku berdering di dalam tas. Aku segera meraihnya. Sebuah nama muncul di layar kaca pipihku."Halo, Sofie ...." Suara tangis Sofie membuatku khawatir."Ajit ... istrimu memang benar-benar kurang aj*r. Foto aku di medsos menjadi sasaran mereka. Ajit, hidupku hancur beserta karirku," ungkapnya. Isakannya semakin kencang."Sekarang, kamu di mana?""Aku di atas gedung ini. Mereka mengenaliku. Aku dikeroyok oleh fans Rima. Rambutku di jambak, wajahku di cakar." Tangisan Sofie semakin kencang."Kamu tunggu di sana. Aku akan
Status Sindiran Istriku"Hentikan apa yang kalian lakukan," bentakku kepada mereka."Dasar pelakor! Kamu juga lelaki tak mau bersyukur!" maki salah satu dari mereka.Mereka memukul, menjambak dan juga menendangku. Teriakkan Sofie dan aku tak dihiraukan oleh mereka. Aku berusaha melindungi kepala dari amukan para wanita gila. Wanita berkelas namun, tak memiliki sikap yang baik.Mereka berjumlah tujuh orang, dandanan seperti istri para pengusaha. Terlihat dari perhiasan permata dan berlian. Pakaian dan tas bermerk yang pernah memanggilku untuk menjadi model produk.Tubuh mereka wangi tercium dari pakaian mereka. Parfum termahal dari produk luar negeri.Tubuh Sofie penuh cakaran, begitu juga diriku. Sebagian dari mereka menghajar kami. Sofie menutup kepalanya dengan tangannya. Ia ditendang dengan brutal."Aw! Ampun!" teriak Sofie merintih menahan sakit.
Status Sindiran Istriku"Maaf, Bu. Saya gak lihat Ibu," ucap petugas keamanan dengan suara bergetar. Ia terlihat takut. Wajahnya menunduk tak berani menatapnya. Keduanya terlihat tak berdaya."Kamu jangan belain ini wanita. Biarkan dia kami siksa!" Tunjuk wanita itu dengan penuh amarah mengebu. Ia menjambak rambut Sofie hingga rontok. Rintihan Sofie terdengar memilukan."Ta-tapi Bu." Petugas itu terlihat bingung. Ia mendongakan kepala lalu tertunduk lagi."Sudah jangan tapi-tapian. Ayo, kita hajar lagi! Kurung dia, jangan sampai lepas!" Mereka menyeret tubuh Sofie hingga wanita itu kesakitan.Ternyata pintu di lantai paling atas. Merekalah pelakunya bukan fans Rima seperti tuduhan Sofie."Ampun! Sakit! Jangan!" teriak Sofie berharap menghentikan aksi mereka."Tunggu! Apa yang kalian lakukan?" teriakku dengan lantang." Ini tak bole
Status Sindiran istrikuDi dalam ruangan bos mereka bercumbu hingga Sofie melayani lelaki itu dengan nafsu memburu. Setelah, selesai anak bos memberikan beberpaa lembar kertas untuknya.Detak jantungku berdetak cepat. Ingin menampar wajah wanita itu. Ternyata, ia kotor."Mereka sudah berhubungan selama empat bulan. Sempat ketahuan sama saya. Tapi, mereka teralih dengan masalahmu. Seolah-olah kamulah yang berselingkuh. Ini ada pesan percakapan mereka. Saya berhasil menyadapnya."Mereka memberikan hasil percakapan Sofie dengan anak bos mengunakan aplikasi hijau. Lagi-lagi aku terkejut. Benar kata istri anak bos. Mereka menjadikanku kambing hitam agar hubungan mereka tak diketahui publik.Dengan cara Sofie berdekatan denganku, maka para wartawan dan orang-orang akan teralih. Mereka lebih melihat masalah rumah tanggaku. Licik sungguh licik. Menikmati kebahagiaan di atas p
Status Sindiran IstrikuPonselku berbunyi berkali-kali.Menatap layar pipih dengan wallpaper bergambar pantai."Halo, ada apa Mbak?" bertanya kepada Mbak Shela yang menghubungiku saat aku berada di cafe"Ajit, pampers dan susu Fakhri habis.""Baik Mbak nanti aku akan belikan.""Terima kasih, Aj
Status Sindiran Istriku"Rima, ini bukan tanda tanganku. Aku bersumpah, tak pernah melakukan hal ini. Percaya padaku kali ini." Memperlihatkan semua bukti tentang papa dan Sofie. Tak menutupi semua yang telah terjadi. Masalahku harus segera terselesaikan.Rima menatapku, mungkin mencari kejujuran di sana. Ia menganggukkan kepala dan berkata," Buktikan kalau kamu tak menanda tangani ini. Karena aku merasa ragu.""Aku akan menghampiri dia. Kamu jaga diri kamu. Aku akan kembali. Aku mencintaimu." Mengecup jari jamarinya. Ia tak menolak sedikitpun. Wajahnya pucat dan suara bergetar. Aku yakin cinta itu masih ada.Aku memeluk Rima dan ia membalas pelukanku. Segera pergi mencari orang tersebut. Ibu mertua memberikan bekal dan minuman di botol untukku. Wanita itu selalu baik dan sayang kepada mantunya.Tubuhku memang lelah, tapi aku harus terus berjalan mencari kebenaran. Masalah pa
Status Sindiran IstrikuKembali Jam menunjukkan pukul sepuluh malam lewat dua puluh menit. Besok pagi aku sudah sampai di Lampung. Aku hanya membawa kopi dalam termos kecil dan makanan kecil yang berada di meja. Setidaknya, bekal ini cukup untuk di jalan. Membuka dompet berisi uang tiga ratus ribu rupiah. Lebih baik membawa motor saja. Ongkos lebih murah dan hemat. Akhirnya, memutuskan mengunakan motor matic milik Rima yang berada di garasi. Surat-surat motor itu sudah ada di dalam jok motor. Tak lupa memakai jaket yang tebal menelusuri jalan ke arah pelabuhan Merak. Kapal datang agak telat. Pelabuhan terlihat ramai oleh mobil truk pengangkut barang. Mereka mengantar barang dari pulau ke pulau lain. Pekerjaan mereka berat, meninggalkan anak istri berhari-hari untuk menyambung hidup. Perjalanan yang cukup melelahkan. Akhirnya, aku sampai di Sidomulyo tempat mertuaku berada. Aku sangat yakin Rima ada di s
Status Sindiran Istriku Kubuka mata perlahan, tangan dan kakiku diikat di ranjang. Papa dan Sofie sedang berbicara. Mereka tak tahu aku sudah sadar. "Apa yang harus kita lakukan kepadanya?" tanya Sofie. Sepertinya, ia ketakutan. "Kita harus mendapatkan semuanya atau kita akhiri hidupnya." Ucapannya membuatku bergidik ngeri tentu tidak, aku ingin menertawakannya."Siram tubuhnya dengan air es. Di tak punya siapa-siapa lagi di sini." "Bagaimana dengan kakaknya?" "Itu urusan gampang. Kita selesaikan lelaki ini. Dia penghalang bagi kita. Shela juga sedang mengandung anakku. Ia tak akan berani bertindak." Mba Shela sedang hamil, aku tak percaya. Jangan-jangan ia pura-pura ingin membalas dendam. Ah, mengapa aku tak tahu. "Pa, kalau Shela hamil dan melahirkan anakmu. Kamu akan melupakanku," ucap Sofie. Nadanya terdengar sedih. "Tentu tidak Sayang. Cuma kamu dan h
Status Sindiran Istriku Panggilan masuk dari salah satu petugas keamanan di ponselku. Menyentuh ikon berwarna hijau. "Ada apa?" tanyaku setelah menjawab salamnya. "Ada pergerakkan darinya. Ia berada dalam ruangan." "Malam-malam begini! Baiklah, terima kasih untuk infonya." Bergegas mengambil laptop di dalam ruang kerja. Membuka CCTV dari restauran.Papa sedang berusaha membuka brankas. Ia terlihat kesal dan memukul lemari besi. Terlihat wajahnya frustasi. Sengaja aku menganti kode brankas itu. Ia memukul dan menendang. Aku hanya bisa menertawakan dari layar. Ia berusaha mencongkel brankas. Sudah seminggu aku tak memberinya uang. Mungkin, uangnya telah habis. Tak lupa memblokir kartu kreditnya. Papa menghubungi seseorang. Mendengar suara papa dengan tajam. Ternyata, ia memanggil tukang las besi. Aku terkekeh. Kita lihat apa yang akan ia lakukan lagi. Dua orang petuga
Status Sindiran Istriku Papa terlihat gusar. Ia melirik brankas di dalam ruangan. Meneguk kopi dengan kasar untuk menyembunyikan perasaannya. "Papa pergi dulu ada urusan sebentar," pamitnya. Wajahnya terlihat pucat. Entah dengan siapa ia akan bertemu. Kuhubungi seseorang yang bisa aku handalkan untuk mengikuti papa."Dia sudah pergi kamu ikuti dia. Lakukan pekerjaanmu dengan baik." Memandang kotak brankas dan menekan kode dengan tanggal lahir mama. Ternyata salah. Apa si tua keladi itu menganti kodenya. Mencoba menekan angka yang sama dengan kode ponsel papa. Nihil, tak bisa. Yang membeli brankas ini adalah mama. Kucoba menekan tanggal kelahiranku. Klik.Menarik kuas brankas secara perlahan. Uang menumpuk dengan tinggi. Ternyata benar dugaanku. Isi brankas sekitar satu miliyar. Kotak brankas hampir penuh. Memasukkan semua uang ke dalam tas yang tergeletak di d
Status Sindiran IstrikuBab 25Ketika Kesadaran Itu DatangSelamat membaca semoga kalian suka. Jangan lupa tap love dan komentarnya. Subscribe karyaku yang lain. Sebagian sudah tamat. Terima kasih ❤"Sofie, mau apa kamu datang?" Aku melepaskan pelukannya. Kalau aku tahu dia yang datang tak akan mau disentuh olehnya."Ajit, kenapa kamu tak memberitahukanku?""Memberitahukanmu! Untuk apa. Kamu penghianat. Mengapa kembali muncul dihadapanku," teriakku."Ajit, aku tahu kamu sedang berduka," ucapnya dengan suara keras. Hujan membuat suara kami menjadi kecil."Tahu apa kamu, ah! Aku kehilangan mama dan istri. Mereka telah pergi meninggalkanku." Aku menahan diri. Belum waktunya untuknya."Ajit, aku mencintaimu. Mari kita mulai dari awal. Hidup seperti dulu." Wanita itu merayuku agar dapat dikendalikan. Semudah itukah aku memaafkannya. Tentu tidak."A
Status Sindiran IstrikuBab 24Kehilangan Adalah Hal Yang Paling Menyakitkan.Aku berlari menelusuri lorong rumah sakit. Rasa takut dan khawatir membaur satu. Semoga saja mama tak apa-apa. Tak kuhiraukan teguran sang perawat yang melewatiku."Pak, jangan berlari di rumah sakit," tegurnya dengan suara agak kencang.Segera masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu. Napasnya terasa sesak menyaksikan keadaan mama yang terbaring lemah.Penampilan Ridho terlihat kusut dan matanya memerah. Ia berdiri tak jauh dari ranjang kiri mama. Tangannya mengenggam jemari mama."Ma- mama ...." Wajah mama menoleh, ia tersenyum manis menyambut kedatanganku."A-ajit, kemarilah! Maafin Mama. Mama banyak salah sama kamu." Mama mengusap wajahku yang berkeringat."Ma, justru Ajit banyak salah sama Mama. Belum bisa bahagiakan Mama." Mataku mulai mengembun. Suaranya bergetar tak sanggup untuk berkata.
Status Sindiran IstrikuBab 23Perselingkuhan MerekaAku gak menyangka ternyata bukan mantan pacarku--Sopie saja yang menjadi simpanan papa, tapi juga kakakku, mba Shela. Apa yang mereka lihat dari lelaki itu.Umur papa tiriku sudah tak muda lagi. Harta tak terlalu banyak. Kalau bukan mama yang memberikan modal gak mungkin papa bisa punya usaha.Terkadang Rima juga membantunya. Apa jangan-jangan Rima juga gundik papa. Tidak mungkin, aku tak pernah melihat papa menatap Rima dengan penuh nafsu.Bagaimana dengan mba Shela, tatapan papa juga tak terlihat seperti memuja. Papa memang misterius. Mengapa mama masih bertahan dengan suami macam dia.Memarkirkan mobil di seberang rumah. Karena putaran jalan agak jauh. Di tengah jalan komplek sengaja dibuat taman pembantas jalan.Menghubungi kakakku tak ada jawaban. Segera masuk ke dalam rumah. Pintu rumah mama terkunci. Ah, bodoh sekali aku. M