Home / Lahat / Sri Sultan / Rencana

Share

Rencana

Author: Esi Apresia
last update Huling Na-update: 2021-09-19 13:43:50

“Ah!”

Aigul terkejut melihat Mustafa berdiri meraih kain yang berada di pinggir kolam. Dia menarik tubuh Aigul hingga berdiri, dengan kedua mata yang memejam. Aigul menarik napas saat Mustafa mendekapnya untuk terus melilitkan kain hingga akhirnya menutup tubuh indahnya.

Iris cokelat indah milik Mustafa kini terlihat jelas saat terbuka. Mereka saling berpandangan dalam dekat. Aigul semakin bergetar. Kedua mata hitam miliknya sama sekali tidak berkedip menatap sosok tampan yang masih menyorotkan pandangannya.

“Untuk apa menutupnya. Kau pasti  sudah melihatnya di dalam air,” ucap Aigul terus menatap Mustafa yang masih diam membalasnya. “Apakah kau buronan?” bisik Aigul membuat Mustafa meliriknya.

“Aku menutup kedua mataku. Maafkan aku, Putri Aigul,” balas Mustafa menunduk, melepaskan tangannya yang masih mendekap. Sejenak Mustafa masih menatapnya, hingga dia akhirnya melangkah untuk pergi.

“Bukankah seorang laki-laki selalu mengambil kesempatan itu? Kau mengetahui namaku?” Aigul berjalan cepat mendekati Mustafa saat menghentikan langkahnya.

“Saudara Anda memanggil dengan menyebut nama itu. Aku dengan jelas mendengarnya, Putri.”

Aigul semakin menatap Mustafa. “Kau yang menyelamatkanku saat itu. Kedua matamu itu yang mengatakannya. Jadi … kau siapa?” Aigul semakin mengembangkan senyuman menatap paras tampan nan gagah di hadapannya. Dia sama sekali tidak pernah menemukan laki-laki yang menghindarinya selain Mustafa. Semua laki-laki selalu terpana dengan kecantikan Aigul. Namun dirinya selalu menolak jika lamaran datang kepadanya.

Sekali lagi Mustafa hanya meliriknya. Dia sedikit tersenyum, berlari membuka jendela. “Mustafa,” jawabnya melompat masuk ke dalam air sungai yang memutari kerajaan. Aigul berlari, menatap Mustafa yang sudah menghilang di dalam air.

“Mustafa ..,” ucapnya masih saja tersenyum.

***

Mustafa masih saja mengikuti arus sungai hingga menuju hutan. Pandangannya terpusat pada ujung sungai menuju daratan. “Aslan?” Dia tidak percaya melihat singa putih menunggunya di sana. Mustafa perlahan mendekatinya. Mereka kembali saling bertatapan. Mustafa menatap Aslan dengan saksama. “Jadi kau bisa berubah ukuran?”

Jemari kanannya terangkat, perlahan menyentuh bulu lebat putih yang membuat singa itu diam. “Apa kau membutuhkan teman?” Mustafa semakin mendekati Aslan, dan memeluknya. Auman keras mendadak terlontar dari mulut singa, membuat Mustafa tertawa. “Hahaha. Kau milikku, Aslan.”

Kini pandangannya kembali teralihkan setelah mendengar suara kuda. Mustafa semakin terkejut melihat kuda miliknya yang seketika itu masih diikatnya di atas bukit kini berlari ke arahnya. “Kau merindukanku?” tanya Mustafa terus tersenyum. Jemarinya membelai rambut kuda yang diam seakan menikmatinya.

Matahari mulai terbit. Mustafa memejamkan kedua matanya, menikmati udara pagi yang segar. “Hari ini, aku terlahir sebagai pewaris sah Sri Sultan. Semua orang menungguku untuk terbebas. Mengambil kembali milikku, dan menghadapi mereka yang sangat kejam. Aku harus cepat,” batinnya.

Kedua mata itu terbuka. Menatap tegas hamparan luas. Kedua tangannya mengepal, menyiapkan tenaga untuk memulai awal dari kebangkitan. Mustafa menaiki kuda yang siap untuk melesat. Auman Aslan semakin membuat dirinya bersemangat.

“Hiya!”

Sekali hentakan, kuda dengan rambut berwarna cokelat keemasan berlari kencang. Sinar matahari mengiringi mereka dengan sinarnya yang semakin membuat bumi terlihat. Aslan dengan gagah berdampingan dengan Mustafa. Mereka segera melesat untuk menemui rakyat.

***

Deriya, selir Sultan Ali yang saat itu tidak terima jika Akasma anak dari seorang petani terpilih menjadi ratu. Aura kecantikan Akasma semakin membuat Sultan Ali terpana hingga memutuskan untuk menikahinya.

Deriya sangat putus asa, berlari keluar istana menuju bukit untuk mengakhiri hidupnya. Asmat yang menjabat sebagai pengawal di bawah pimpinan Burak, sontak menarik tubuhnya saat Deriya akan melompat dari jurang. Asmat yang selalu terpana dengan Deriya, mengambil kesempatan untuk mendekatinya.

Diam-diam mereka menjalin kasih dan mempengaruhi dua belas kerajaan untuk melakukan konspirasi. Mereka merencanakan semuanya dengan baik. Hingga akhirnya Sultan Ali meninggal akibat racun yang tersebar di jubah kebesarannya.

“Kenapa dia bisa melarikan diri? Asmat, aku mempercayakan semuanya kepadamu. Argh!”

“Prang!”

Di dalam kamarnya, Deriya membuang semua barang. Pelayan dan beberapa prajurit di sana hanya diam sambil menundukkan kepala.

“Kau saat itu sudah gagal menangkapnya. Puluhan prajurit sudah membantumu. Bahkan selama bertahun-tahun kita selalu gagal menangkapnya! Panglima seperti apa dirimu? Atau ... jangan-jangan kau tidak pernah benar-benar datang dan hanya mengirim prajurit ke sana. Katakan jika itu tidak benar!"

Asmat mengarahkan tangannya agar semua pelayan dan prajurit meninggalkan ruangan. Dia perlahan berjalan menuju ke arah Deriya, lalu menarik tubuhnya. Wajahnya mendekat, menikmati bibir yang merekah milik Deriya. Mereka berciuman dengan liar. Lidah milik Asmat yang melesak masuk ke dalam mulut Deriya, membuatnya mendesah.

Kini tubuh sang ratu berada di dalam kekuasaan Asmat. Tangannya mulai bergerilya. Jubah kebesaran Deriya perlahan sudah menghiasi lantai saat Asmat melepaskannya. Asmat sudah siap dengan miliknya. Mereka merasakan kenikmatan dengan teriakan yang menderu, hingga, “Brak!”

“Memalukan! Kalian benar-benar membuatku jijik!” Evren masuk begitu saja ke dalam kamar Deriya, membuat ibunya bersama Asmat spontan saling mendorong. Deriya meraih jubahnya di lantai, dan segera mengenakannya.

“Evren! Apa kau tidak memiliki sopan santun!” bentak Deriya kesal. Sementara Asmat hanya diam setelah membenarkan pakaiannya.

“Ibu, kita harus bertindak. Mengalahkan Mustafa sialan itu tidak bisa dengan kekuatan. Kita harus menggunakan cara yang licik, seperti apa yang kau lakukan kepada ayahku dulu,” kata Evren membuat Deriya dan Asmat saling bertatapan.

“Apa rencanamu?” tanya Deriya tegang.

“Aigul. Kita akan menggunakannya,” jawab Evren membuat Deriya dan Asmat tersenyum.

***

Mustafa memasuki gerbang penduduk yang seketika membuat semua orang terpaku. Mereka tidak percaya melihat sosok Sultan Ali kini kembali hadir. Mustafa masih saja menghentakkan kakinya agar kuda melangkah hingga berada di tengah kota. Kehadiran Aslan membuat semua penduduk bergetar.

“Aku, Mustafa!” teriak Mustafa sangat keras.

Semua penduduk saling bertatapan. Sesuatu yang mengejutkan secara tiba-tiba, membuat mereka tidak mengerti.

“Apakah kau benar-benar Mustafa?” tanya salah satu pemimpin dari mereka yang melangkah maju mendekati Mustafa namun berhenti saat Aslan menatapnya. Aumannya membuat semua penduduk semakin diam.

“Aslan, tenanglah.” Mustafa menuruni kuda, mengelus-elus Aslan yang seketika diam.

“Aku memang Mustafa,” jawabnya sekali lagi. Namun rakyat masih saja tidak bisa percaya begitu saja. Mereka semakin mendekat dengan membawa pedang yang terhunus ke leher Mustafa.

“Jangan pernah mengakui sesuatu yang sangat berarti buat kami. Selama dua puluh tahun kami menunggu Pangeran yang akan menolong kami. Jika kau memang benar dia, tunjukkan buktinya!”

“Benar!”

Semua rakyat berteriak keras, membuat Mustafa mendekati Aslan dan mendekati telinganya. “Aslan, bisakah kau memanggil beberapa temanmu ke sini?”

Aslan mengaum sangat keras. Hentakan keras terdengar seketika. Tanah yang tenang, bergerak menyeruakkan debu. Semua penduduk terdiam, menyaksikan sesuatu yang sama sekali tidak mereka sangka.

“Tidak mungkin!” ucap salah satu dari mereka, membuat yang lainnya terdiam.

Puluhan hewan kini mengitari mereka. Semua penduduk masih terpaku, hingga salah satu dari mereka mengangkat tangannya.

“Hidup Sri Sultan Mustafa!”

Semua penduduk seketika menundukkan kepala. Mereka saling memandang dengan senyuman. Pemimpin sah kini hadir di antara mereka. Mustafa berjalan pelan mendekati pemimpin mereka yang dengan sigap mengangkat wajahnya.

“Bantu aku bersiap untuk membebaskan Ratu Akasma. Setelah itu, dua belas kerajaan, harus kita taklukkan untuk mengambil alih kerajaan Zengini!”

“Kami akan membantumu, Pangeran!”

***

Di dalam kamarnya, Aigul masih saja melamunkan Mustafa. Di semakin terpana dengan ketampanannya.

“Dia … sudah memikat hatiku. Mustafa … nama yang indah,” gumam Aigul tanpa henti dengan kekagumannya.

“Brak!”

Aigul tidak percaya melihat Deriya masuk ke dalam kamarnya. “Aigul, kerajaan berada di tanganmu,” ucap Deriya mengejutkannya. Aigul spontan berdiri dan mendekati Deriya yang menatapnya tajam.

“Apa maksud, Ratu?”

Kaugnay na kabanata

  • Sri Sultan   Jadilah Milikku

    Rakyat masih saja menyambut kedatangan Mustafa. Mereka bersuka cita merayakannya. Namun tidak dengan beberapa pejabat istana yang menatap mereka dari kejauhan sambil menunggangi kuda berpelana emas. Pejabat yang sangat senang menyiksa rakyat dengan meminta pajak melebihi hasil setiap panen.“Ini sangat buruk. Kita harus melakukan sesuatu,” ucap Kepala Pejabat istana dengan tatapan dinginnya kepada pejabat bawahan lainnya.“Kita bisa memenangkannya. Kekuatan Ratu Deriya sangat hebat,” balas salah satunya.“Kau sangat tahu jika Panglima Asmat saja tidak berani turun sendiri saat menyerang bawah bukit selama bertahun-tahun. Bahkan saat dia memberanikan diri menemui Mustafa, berakhir dengan pelarian.” Kepala Pejabat berusaha menenangkan hatinya. Dia sangat paham jika perkataan Trisula tentang kekalahan Deriya setelah dua puluh tahun, akan segera terjadi.“Kita akan segera membicarakannya.” Kepala Pejabat memutar

    Huling Na-update : 2021-09-21
  • Sri Sultan   Kemenangan Awal

    Mustafa menarik Aigul menuju kursi, dan mendudukkannya. Dia masih diam tidak berkata apapun. Agha mendekatinya dengan membawa kain panjang bewarna merah yang dia ambil dari sandaran kursi. Kain yang biasa Aigul gunakan untuk menghiasi tubuhnya.“Agha ikat dia,” ucap Mustafa tegas sembari berdiri tegak di hadapan Aigul yang masih menatapnya dengan sedikit senyuman.“Agha, kau menunggu di sini. Jika dia berteriak, bungkam mu--.”“Dia berada di lapangan penggal. Ratu mengetahui rencanamu dari pejabat istana yang melihatmu datang menemui rakyat. Hanya dengan memenggal ibumu, kau pasti akan me-nye-rah.” Aigul mendadak membuat Mustafa menghentikan ucapannya. Kini Aigul semakin berbinar saat sosok idamannya berjalan ke arahnya dan melepaskan ikatan yang sudah dilakukan Agha.“Asal dekat denganmu, aku sudah sangat senang, Mustafa,” bisik Aigul sekali lagi yang masih tidak mendapat tanggapan dari Mustafa.&ldq

    Huling Na-update : 2021-09-23
  • Sri Sultan   Pesan

    Pembebasan akhirnya berhasil dilakukan oleh Mustafa dengan bantuan rakyat, serta Burak bersama tawanan. Mereka sangat hebat melawan semua prajurit Deriya. Satu hal yang membuat Mustafa merasa lega, akhirnya sang ibu terselamatkan.“Akhirnya kau terselamatkan, Ibu,” batinnya terus menatap depan.Aslan masih saja menghentakkan kakinya diatas tanah dengan sangat cepat menyusul rakyat dan semuanya yang sudah berada di pemukiman.Mustafa yang masih berada di atas punggung Aslan, sebenarnya masih merasakan kegelisahan. Dalam perasaannya, dia sangat khawatir jika Deriya mengirimkan semua pasukannya untuk menyerang pemukiman, dan membuat semua rakyat akan kehilangan nyawa.“Aslan, kita harus cepat,” bisiknya sembari mengelus kepala Aslan yang semakin menambah kecepatan berlarinya.Rakyat bersuka cita menyambut kedatangan Mustafa bersama Aslan. Dia menepuk-nepuk Aslan, untuk mengurangi kecepatannya saat sampai di pemukiman. Mustafa s

    Huling Na-update : 2021-09-25
  • Sri Sultan   Berikan Sedikit Saja

    Ciuman pertama terasa sangat indah. Mustafa dengan lembut bersama perasaan yang bergetar, melakukannya. Perlahan lidah mereka bersentuhan di dalam. Kenikmatan bercampur rasa cinta semakin membuat mereka enggan melepaskannya. Ciuman semakin dalam terjadi.Burak dari kejauhan menatapnya. Dia sangat bahagia melihat Mustafa tumbuh menjadi pemuda hebat. “Aku akan selalu melindungimu, Pangeran,” batinnya kemudian berlalu.***Mustafa melepaskan bibirnya dengan senyuman. Zivana sedikit menundukkan kepalanya karena rasa malu. Sontak jemari kanan Mustafa memegang dagu lancip Zivana untuk kembali terangkat. Kini mereka kembali berpandangan.“Kerajaan Alcatraz berada di bawah kekuasaan Ratu Deriya. Aku tidak akan pernah mengorbankan itu.” Zivana menggelengkan kepalanya. “Tidak!” ucapnya keras. “Bebaskan aku, Pangeran,” sambungnya.“Mustafa. Panggil aku dengan sebutan itu,” balas Mustafa membuat Zivan

    Huling Na-update : 2021-09-27
  • Sri Sultan   Rayuan Aigul

    Zivana merasa resah. Di dalam kamarnya, dia selalu menahan hatinya. Pikirannya bergelud tanya. Apakah Mustafa akan memegang janjinya? Hingga lamunannya teralihkan suara ketukan pintu.“Masuklah,” ucap Zivana sedikit keras.Pelayan wanita masuk membawa nampan dengan buah-buahan segar. Jemarinya dengan sigap mengatur semua isi nampan di atas meja. Zivana masih saja duduk sembari menggeleng pelan karena perasaan gelisah. Pelayan melirik Zivana, perlahan mendekatinya. “Apakah Putri ada masalah? Maafkan hamba yang lancang menanyakannya,” kata Pelayan masih menundukkan kepala.Zivana hanya sedikit tersenyum. Dia menganggap perasaan yang dia rasakan adalah pribadi. “Kau boleh keluar,” ujarnya membuat Pelayan masih diam di tempat.“Putri, maafkan hamba. Mungkin hamba terlambat mengantar buah kesukaan, Anda. Hamba harus mengantar Putri Aigul di sungai.” Pelayan masih saja menundukkan kepala sembari tersenyum dengan l

    Huling Na-update : 2021-09-28
  • Sri Sultan   Kerajaan Pertama

    Mustafa bersama Zivana menemui Akasma yang sudah terbangun dan mendapatkan perawatan Safa. Mereka terkejut melihat Mustafa bergandengan tangan dengan seorang wanita sangat mesra.“Apakah ini Putri Zivana?” tanya Akasma masih mengembangkan senyuman. Akasma sangat mengenal kedua orang tua Zivana karena memang mereka bersahabat hingga Deriya melakukan konspirasi untuk menghabisi semuanya. Deriya tidak membunuh Zivana karena jika persembahan Aigul gagal, maka Zivana adalah sasaran selanjutnya.“Ratu, sangat bahagia, saya bisa bertemu dengan Anda,” balas Zivana menundukkan kepala, namun Akasma menahannya.“Jangan. Aku adalah ibumu. Dan Safa juga ibumu. Kami merestuimu, Putri.”Safa menganggukkan kepala, memeluk Zivana.Mustafa mengarahkan kepalanya kepada Sarman untuk mengikutinya. Mereka menuju ruangan pertemuan, diikuti Burak dan Agha.“Kerajaan mana yang harus aku taklukkan untuk pertama kalinya?&rdquo

    Huling Na-update : 2021-09-29
  • Sri Sultan   Pertarungan

    Suasana malam semakin mencekam. Ribuan perajurit sudah siap dengan senjata mereka masing-masing. Mustafa menatap ke depan, melihat sesuatu yang sangat janggal. Seorang wanita terikat di atas menara kerajaan paling tinggi.“Panglima, sepertinya aku berubah pikiran. Aku akan melawan Spaden saja. Sampaikan tantangan ini kepada Panglima Spaden.”“Apakah ini cara terbaik?” tanya Burak memastikan.“Perhatikan atas istana. Jangan sampai raja itu merencanakan hal licik untuk kita.” Burak mengedarkan pandangan, kemudian menganggukkan kepalanya. Dia segera menghampiri Emir dan membisikkan sesuatu. Emir bersama pasukannya melakukan apa yang Burak katakan.Burak kembali mendekati Mustafa. “Pangeran, dia memiliki golok hebat.” Burak sedikit resah membiarkan Mustafa melawan raja yang terkenal pemangsa hewan melata.“Dia memiliki ilmu hitam dari Ratu Deriya. Ini kabar yang aku dapat dari salah satu pelayan yan

    Huling Na-update : 2021-10-01
  • Sri Sultan   Kemenangan Awal

    Semua mata tidak percaya melihat Mustafa masih berdiri tegak di tengah angin dahsyat yang diarahkan kepadanya oleh Spaden. Kedua mata Mustafa mulai memerah. Dia mengangkat tangan kanannya tinggi. Cengkeramannya semakin kuat, bersiap mengarahkan pedangnya dengan tepat untuk menembus jantung lawan.“Aku tidak akan pernah membuatmu kalah!” teriak Spaden. Dia berlari semakin kencang. Tangan kanannya memutar kuat, membuat golok semakin menghasilkan angin kencang. Kakinya sudah berada beberapa langkah dari Mustafa.“Rasakan ini!” teriak Spaden, melompat tinggi. Kedua matanya melebar ketika kakinya melayang, mengarahkan ujung golok untuk menusuk Mustafa yang hanya diam di tempat.“Pangeran, kenapa dia diam saja?” batin Burak menegang. Dia tidak mengerti apa yang akan Mustafa lakukan.“Pangeran!” teriak Burak disusul lainnya saat golok Spaden sudah berjarak satu senti dari kepalanya.“Tang!”

    Huling Na-update : 2021-10-04

Pinakabagong kabanata

  • Sri Sultan   KEMENANGAN SRI SULTAN

    Kebahagiaan semakin lengkap. Zivana akan melahirkan ahli waris Sri Sultan. Semua cemas saat menunggunya. Para tabib berjaga di dalam. Di depan kamar Zivana, Mustafa hanya diam, menatap pintu kamar Zivana. Pembawaannya yang tenang, membuat semua orang yang berada di sana juga ikut tenang. Akasma berdiri di sebelah Mustafa. Dia mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat dirinya akan melahirkan Mustafa. Namun, dia berusaha mengalihkan pikirannya. Saat itu, kejadian mengerikan terjadi. Akasma tidak ingin hal itu terulang kembali. Burak bersama sisa prajurit menjaga dengan sangat ketat. Walaupun mereka berjumlah sangat sedikit, Burak berusaha melakukan yang terbaik. Dia juga tidak mau kejadian masa lalu terulang kembali. “Burak, Maria datang dengan Ozone,” kata Agha dengan cemas. “Baiklah. Buka gerbang dan biarkan dia masuk,” balasnya dengan tegang. Sarman mendekati Burak. Perasaannya ikut cemas. “Maria mengejar Aigul saat menyerang perut sang rat

  • Sri Sultan   Akhir Putri Persembahan

    Aslan membuka mulutnya lebar. Dia melahap Selim sekali telan. Kini Raja Spartan benar-benar binasa. Zivana dan Akasma menatap tajam. Beberapa putri spontan menutup kedua mata mereka. Burak menarik kemudi kudanya. Dia mengarahkan sang kuda medekati Mustafa yang masih terdiam menatap langit. Arwah Selim melayang ke atas. Dia kini bersama semua korbannya. Mustafa menarik napas sejenak sebelum menatap Burak. “Sri Sultan. Semua sudah berakhir. Kita akan kembali ke istana.” Mustafa menganggukkan kepala. Dia kembali menghentakkan kudanya. Mustafa beserta rombongan kembali menuju Zengini. Semua bersorak gembira menyambut kedatangan Mustafa. Para rakyat kini menikmati sinar matahari yang kembali terlihat. Mereka keluar rumah. Menikmati keindahan alam yang sudah mereka nanti. Semua hewan juga merasakan kemenangan. Tumbuhan mulai bermekaran. Semua penghuni istana bersorak. Mereka terus mengagungkan nama Sri Sultan.

  • Sri Sultan   Acaman Untuk Zivana

    Pedang legenda masih menjurus tepat ke wajah Selim. Dia masih tidak menyerah. Wajahnya masih dipenuhi amarah. Kedua matanya memerah. Tidak peduli postur tubuhnya kembali seperti semula, Selim tetap akan melawan Mustafa.“Aku sudah melakukan pengorbanan dengan nyawaku. Aku tetap tidak akan menyerah. Kau bukan yang terkuat. Aku yang paling hebat!” teriaknya. Dia berusaha bangkit, tetap akan melawan Mustafa. Sambil mendongakkan kepalanya, dia mengepalkan kedua tangannya. Tatapan tajam, semakin mengarah dengan intens.“Selim. Kau tidak akan pernah bisa melawanku. Dan aku, tidak akan pernah melawanmu. Kau bukan tandinganku. Aku tidak akan pernah melakukan itu.”Beberapa kuda datang mendekati Mustafa. Aslan yang berada di sebelah Mustafa, terus mengerang. Giginya yang tajam, ingin sekali mengunyah Selim. Mustafa terus mengelus tubuh sang singa agar mereda dengan keinginannya.“Sri Sultan!” teriak Burak diikuti beberapa prajur

  • Sri Sultan   Kehancuran Batu Iblis

    Arman berlari cepat. Dia melawan beberapa prajurit Spartan yang menjaga. Sarman sangat hebat dalam memanah. Dia melumpuhkan para prajurit dengan anak panahnya.Namun, Sarman terkejut. Kabut hitam melilit di semua tubuh para prajurit, membuat mereka tidak bisa bergerak."Pasti Asmat meminta Deriya melakukan ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku."Sarman berlari kencang. Dia menelusuri semua istana yang megah itu. Dia masih saja belum menemukan tempat batu itu berada."Aku tidak akan menyerah. Aku akan menemui pelayan," gumamnya sembari terus berlari menuju dapur istana. Sarman tidak menyangka. Sangat sepi di mana pun berada. "Ke mana mereka semua?" lanjutnya.Sarman semakin mengedarkan pandangannya ke semua arah, hingga dia mendengar suara di dalam gudang persediaan makanan. Sarman mengeluarkan pedang, mendekati pintu itu."Keluarlah kalian, atau aku akan mendobrak pintu ini!" teriaknya keras.Sarman masih bersiap. H

  • Sri Sultan   Menuju Batu Iblis

    Mustafa tidak menyangka. Jemarinya berdarah. Dia perlahan mengangkat wajahnya, tersenyum ke arah Selim.“Aku terluka. Aku akan mengalahkannya,” batin Mustafa mulai bangkit.Aslan mengaum dengan keras. Bahkan, tanah sedikit membelah. Semua mata mendongak ke atas. Para rakyat dan penghuni istana mulai merasakan sedikit kehangatan. Paling tidak ada sesuatu yang tidak membuat mereka menggigil hingga nyaris kehilangan nyawa.Dia menatap pedang legenda, menyambarnya. Kakinya berlari cepat menghampiri Aslan dan menaiki punggungnya. Auman semakin terdengar keras. Selim mengernyit, tidak mengerti dengan Mustafa. Dia masih mengamati dengan saksama musuh hebatnya itu.“Kenapa dia tersenyum memandangku? Bahkan … udara kenapa semakin hangat,” tanya Selim membatin. “Tidak … ini tidak mungkin!” teriaknya keras.“Selim!” balas Mustafa sembari mengarahkan ujung pedang yang mulai memberikan sinarnya. Baya

  • Sri Sultan   Akan Menyerah

    "Selim! Aku tidak akan pernah membiarkanmu!" Mustafa mengarahkan pedang legenda. Dia menghentakkannya ke tanah, membuat semua es batu yang sudah mengeras dan menusuk itu meretak hingga cair. Dia terus melakukannya ke semua arah. Mendadak sedikit memberikan kehangatan yang tiba-tiba muncul. Namun, itu sia-sia. Udara yang menusuk kembali menutupnya.Mustafa tidak percaya dengan penglihatannya. Sementara Salim tertawa dengan keras melihat Mustafa semakin kebingungan. Dia ingin sekali melindungi semua manusia yang ada, namun kali ini dia gagal!"Hahaha. Lihatlah, mereka semua akan mati secara perlahan. Kau tidak akan pernah bisa menyelamatkan mereka. Pada nantinya hanya akan ada kita berdua saja. Kau kehilangan semua orang yang kau sayangi. Tapi aku tidak peduli, karena aku hanya ingin menjadi orang yang terkuat. Tidak masalah jika aku hanya sendirian di sini. Aku memiliki kerajaan Spartan dan mereka terlindungi oleh kekuatan iblis yang sudah merasukiku."

  • Sri Sultan   Keadaan Yang Semakin Mencekam

    Awan mulai menggulung semakin gelap dari arah barat. Bahkan angin semakin menusuk. Tanah yang semula sedikit terasa hangat menjadi sangat dingin. Semua dilapisi oleh kerasnya es yang sangat menusuk jika menyentuh.Mustafa tidak mengerti bagaimana dia bisa menghancurkan Selim. Serangannya sama sekali tidak bisa mengenai, bahkan melukai Raja Spartan itu. Kini dia paham jika mereka sama-sama menjadi pengikut dari iblis, maka salah satu dari mereka tidak akan pernah bisa memenangkan pertandingan ini atau pun terluka. Iblis hanya bisa kalah dengan kekuatan manusia berdarah merah."Kenapa aku tidak menghancurkan batu itu? Ternyata ini membawa akibat yang sangat sulit. Akusama sekali tidak akan bisa mengalahkannya. Hanya darah merah yang bisa mengalahkan Selim.Kini aku paham dengan apa yang dikatakan Trisula.Titik darah terakhir yang hanya bisa membuat akumemenangkan pertarungan ini.""Kenapa kau diam saja Sri Sultan Mustafa? Apa kau sud

  • Sri Sultan   Pertarungan Tiada Akhir

    Selim tidak bisa lagi menahan amarahnya. . Dia berdiri di atas kuda hitam yang sudah memancarkan cahaya merah dari kedua matanya.Kuda itu melesat sangat kencang. Bahkan kecepatannya sama seperti angin. Tak kasat mata. Mustafa pun mengerjapkan kedua matanya hingga tiga kali untuk membuat pandangannya fokus kembali kepada kuda itu. Hanya beberapa detik saja, sang kuda sudah berada di hadapannya. Mengangkat kedua kaki depannya dan akan menyerang dari depan.Sontak Aslan mengaung sangat keras. Membuat sang kuda akhirnya tidak menyerangnya. Auman Aslam membuat tanah bergetar, hingga sedikit retak."Kau tahu Mustafa. Kekuatanmu tidak bisa dibandingkan denganku. Aku tidak akan pernah memberikanmu ampun. Walaupun kau sudah mengambil semua puluhan ribu prajuritku.Tenang saja, sekarang hanya kita berdua yang akan bertanding.""Aku juga tidak sabar untuk menghabisimu segera.Karena aku hanya ingin melindungi kerajaanku yang sudah berdiri secara tur

  • Sri Sultan   Menghilangkan Kutukan

    Selim masih sangat kesal. Dia tidak percaya melihat Panglima Spartan yang sangat hebat kini sudah kehilangan nyawanya di tangan seorang lelaki tua Ayah angkat dari Mustafa. "Aku benar-benar tidak percaya. Dia ... sudah mengalahkan Panglima!" Selim mengepalkan kedua tangannya, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi."Argh!"Dia berteriak sangat keras, memberikan perintah kepada puluhan ribu pasukannya yang sudah siap untuk segera menyerang kerajaan Sri Sultan Mustafa Zulfikar.Sarman bersama 500 prajuritnya terdiam, dengan tubuh yang gemetar sambil mencengkram senjata mereka masing-masing untuk menerima serangan yang akhirnya datang juga."Kita akan menyerang sampai detik terakhir. Jangan pernah menyerah! Kita akan mati sebagai pahlawan, dari pada kita hidup bersembunyi seperti seorang pengecut!" teriak Sarman kepada semua prajuritnya yang semakin bergetar. Mereka bersiap untuk menyerang semua puluhan para prajurit dengan wajah sangat menyeramkan

DMCA.com Protection Status