Mereka berlari beriringan menghindari berbagai macam halang rintangan sepanjang perjalanan, dari semak belukar, pepohonan, hingga serpihan beton yang berserakan, untuk saat ini Mereka tidak menerima serangan dari Soul Beast, membuat mereka menjadi lebih santai, hanya Instruktur yang sangat terlihat serius sembari memimpin perjalanan.
"Hei tetap jaga jangan alihkan pandangan" Ucap Radyt mencoba mengingatkan "
Saat peringatan Dari Radyt baru saja terdengar Malvic merasakan Sedikit getaran di tanah.
'Bahaya! '
Bahkan sebelum ia memperingatkan rekan nya ia merasakan bahaya yang sangat mengancam dari Belakang nya
Mengandalkan Reflek nya yang bagus Malvic segera menghentikan Langkah nya, melompat sedikit kebelakang, kemudian Menarik lengan Rekan setim nya yang masih tak tahu bahaya di belakang punggung nya.
Boooom!
Suara ledakan terdengar, kemudian terliha
"Kau, bukannya aku sudah mengatakan, tetap waspada! Apa yang kau liat di sampingmu ha" Setelah menampar Stev Radyt marah dengan memincingkan sebelah matanya."Apa kau tau nak, jika tak ada Malvic, mungkin besok kau sudah tak dapat melihat Matahari lagi""Hebat kau telah gagal menjadi seorang Prajurit setelah memulai Misi pertama!, apa kau tidak pernah membaca di buku pedoman bahwa mematuhi perintah adalah Garis keras bagi seorang Prajurit? ""Lihatlah sekarang, karena ulah mu rekan setim mu terluka""Aku langsung membawa kalian untuk melakukan misi seperti ini bukan tanpa alasan, sebenarnya aku sangat percaya dengan kemampuan kalian, namun Huh.. Mengecewakan" Ucap Radyt dengan dengusanMelihat Radyt yang memarahi Stev, Malvic sama sekali tak ada keinginan untuk berbicara, karena ia tahu betul, jika kecerobohan Stev tak segera di perbaiki, maka mungkin Tuhan tau kapan
Hari tak lagi siang, mataharipun menghilang, tepat di bawah sinar rembulan duduklah seorang remaja dengan ketegasan yang terpancar dari matanya yang berbintangDuduk di Luar Insitut, Malvic memulai aktivitas malam yang biasanya ia lakukan, Merenungkan Masa depan.Sekarang sekitar pukul jam 9 malam, dan ini sudah 3 jam semenjak kembali ke Insitut, Untung saja sejak kecelakaan kecil pagi tadi, tim mereka tak menemukan bahaya yang mengancam lagi, sekalipun ada itu merupakan serangan dari Soul Beast tingkat rendah yang biasa hidup di pinggiran hutan. Sama sekali bukan ancaman.Kemudian setelah itu mereka kembali ke Insitut, lagipula misi patroli ini Dilakukan selama sebulan, Berbeda dengan SAI, Insitut penelitian ini mudah membuat orang jenuh, tak ada satupun hiburan, yang kau lihat hanyalah orang berbaju putih yang berlalu lalang dengan memasang ekspresi serius dan terlihat cukup sibuk, semuanya terasa begitu me
Keesokan harinya tim mereka kembali memulai misi yang sama, dan tumpangan yang sama, cuma bedanya kali ini misi mereka lumayan jauh dari pusat Insitut penelitian, berbicara tentang misi sebenarnya paling lama satu bulan jika ke Agresifan Soul Beast tetap tak mereda.Dan sebaliknya bisa saja Hanya beberapa Hari, tergantung dari situasi, setelah turun dari Helikopter Radyt tak bosan bosannya mengingatkan ketiganya agar tetap Waspada apalagi Kali ini Patroli yang akan mereka lakukan Lumayan memasuki hutan.Ketiganya terus mengikuti Radyt sepanjang perjalanan sembari mempertahankan formasinya, sepanjang perjalanan ini mereka hanya melihat Soul Beast tingkat rendah, sebagai seorang Soul Kontraktor yang menjunjung tinggi nilai kehidupan mereka lebih memilih mengabaikan nya. Lagipula jika Soul Beast tingkat rendah ini di musnahkan lalu kemudian Di hari esok mungkin saja Rantai makanan Soul Beast akan kacau, dan pertumbuhannya semakin Li
Malvic memilih menggunakan setrategi Sederhana seperti waktu mereka menghadapi Instruktur, dengan menggunakan Windi sebagai penyerang utama, ia sebagai suport dan Stev sebagai eksekutor.Mengeratkan Genggaman tangan nya, windi Langsung meledak dengan kecepatan suara, mencul di Samping Laba-laba berkaki delapan, mengayunkan tongkat nya yang berhasil mengenai kepala Laba-laba berkaki delapan.Banggg....Suara hantaman tongkat windi yang hanya meninggalkan goresan kecil di kepala Laba-laba berkaki delapan.Merasakan kepala nya yang sedikit sakit, Laba-laba tersebut mengerahkan kaki panjangnya ke arah Windi.Swosss.....Jelas kecepatan serangan Laba-laba berkaki delapan ini sangat cepat, namun Windi yang sekarang sepertinya memeliki sedikit pengalaman, sebelum tusukan Laba-laba berkaki delapan mengenainya, ia segera melompat kesamping untuk
Melihat Laba-laba berkaki delapan yang tertancap di tanah mati dengan mengenaskan, Radyt memuji ketiganya, meskipun Stev masih agak bodoh, setidaknya sekarang ia tak lupa jika memiliki kemampuan kedua."Bagus, Sepertinya tidak sia sia bagiku untuk mendidik kalian" UjarnyaMendengar pujian dari instruktur nya Kepala Stev langsung membengkak sampai tingkat tertentu'Pujilah aku?''Begitu kuat bukan''Lihatlah kepala binatang menjijikkan ini hancur menjadi rempeyek, semua ini karena serangan kuat ku' fikir Stev sembari membusungkan dadanya dengan banggaNamun sebelum ia menikmati lebih banyak pujian, segera kesombongan nya menjadi hancur"Terutama Stev, setelah ini kau harus banyak belajar dan membaca banyak buku, jangan Lihat kau yang berhasil sekarang, mungkin suatu saat kau akan mati kedinginan jika tak mengetahui beberapa informasi tentang Soul Beast"
Dua minggu sudah berlalu sejak misi terakhir yang mereka lakukan kemarin, Kali ini tepat pada pagi hari buta, mereka berencana patroli lebih awal, karena situasi Soul Beast belakang ini semakin mendesak.Memamerkan Hand Gloves baru di tangan nya, Malvic merasa puas saat melihat wajah Stev yang dipenuhi dengan rasa iri."Hei kau mencuri dimana Hand Glove bagus ini" Tanya Stev yang tak tahan dengan Senjata baru Malvic, bukan karena ia menginginkan Hal yang sama, namun lihatlah kecanggihan Hand Gloves Milik Malvic yang bisa berubah bentuk menjadi beberapa senjata, ia merasa sangat teraniaya.'Sobat jujur saja palu yang saya pikul setiap hari sangatlah berat'"Hah, mencuri katamu, ini adalah hadiah kecil yang di berikan oleh teman baik ku" Ucap Malvic yang sangat puas dengan Hand Glove barunya, Hand Gloves ini di ciptakan dengan Teknologi Nano, ia bisa berubah menjadi senjata apa saja s
Ketika mereka hendak memasuki kawasan hutan yang terdalam, pemandangan di sekitarnya sudah menjadi kacau balau, teriakan nyaring berbagai macam soul Beast terdengar membuat telinga mereka merasa kurang nyaman, tanah yang mereka pijaki pun bergetar tanpa henti.Radyt yang merasa situasinya menjadi sangat parah segera menghentikan langkah nya, mencoba membujuk ketiga anak didik nya agar tetap di tempat kemudian ia sendiri yang akan memastikan situasi di kejauhan."Kalian bertiga, tetaplah disini, tunggu, dan biarkan aku sendiri yang memasuki hutan" Ucap nya dengan nada yang sangat cemas kemudian dengan kilatan petir biru, di sekujur tubuhnya ia menghilang menyisakan berbagai teriakan Soul Beast disekitarnya.Malvic yang merasa sedikit cemas, mau tak mau langsung mengisyaratkan kedua rekan nya agar tetap menjaga kewaspadaan dan selalu bersiap dengan situasu yang terburuk.Bom....
Disaat ketiganya sudah berhasil mengalahkan Soul Beast yang berupa Ayam setinggi 3 meter, mereka akhirnya bisa menjadi lebih santai"Huh.. Huh... Ngomong dimana senior tadi" Ucap Stev terengah engahKarena mereka bertiga tadi terlalu fokus untuk mengalahkan Soul Beast di depan nya secepat mungkin, mereka sampai lupa kalau masih ada orang yang mereka tolong yaitu BrianMalvic Menoleh ke sekelilingnya mencoba mencari kebradaan Brian, namun hasilnya nihil. Pada saat pandangan nya terahrahkan ke sebuah tempat terbuka dimana tadi pesawat mereka di parkir kan disitu, Malvic mengumpat dengan keras"Persetan! "Mendengar Malvic yang jarang berbicara kasar mulai mengumpat, Windi dan Stev merasa sedikit heran, kemudian saat keduanya mengikuti arah pandangan Malvic mereka terkejut di tempat.Karena di tempat itu sekarang tidak ada Helikopter yang
Membuka kelopak matanya yang terasa berat, Malvic melihat latar putih yang familiar, Bau obat yang menyengat memastikan bahwa tempat yang di tempatinya sekarang adalah Rumah Sakit.'Apa aku selamat? 'Ingatan terakhir yang ia ingat adalah Windi yang menyerang Banteng Merah secara langsung, kemudian, Ia tak mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.'Sepertinya aku tidak jadi menyusul mu Instruktur'Mengerang perlahan ia melihat sekeliling, di bilik yang terlihat mewah ini sama sekali tidak ada kehadiran satu orang pun kecuali dirinya, hanya sebuket Bunga dan bunga yang berada di samping nya. Merasakan tubuhnya yang baik-baik saja dan bahkan sedikit lebih energik, Malvic memilih bangun mengambil buah di samping nya dan mulai memakan nya karena perutnya sudah lama protes.Saat dia telah menyelesaikan sarapan nya, ia melihat knop pintu yang perlahan di buka, menampilkan kedua orang yang s
Banteng merah benar-benar merasa tertekan, dirinya yang telah Berkultivasi menghirup esensi surga dan bumi di lecehkan oleh manusia yang dia anggap kecil.Dengan emosi yang memenuhi fikiran nya Banteng merah hendak mengeluarkan kemampuan terkuat nya, otot-otot di sekujur tubuhnya membekak seketika, api yang besar berkobar dari setiap inci nya, bulu merah yang perlahan berdiri seperti duri.Dengan otot kaki yang terlihat mulai membengkak mengeluarkan semburan asap yang menyelimuti kakinya, banteng merah siap melancarkan serangan nya.Ketika ia hendak menghentakkan kakinya, sekelabat bayangan hitam muncul di depan nya membuat Banteng merah sedikit Terpana.Muncul secara tak terduga di hadapan Banteng merah, merupakan langkah dengan resiko besar yang Windi ambil saat ini.Merasakan tatapan tajam dari kerumunan Soul Beast di sekitarnya, Windi tak punya b
Dengan ekspresi kepanikan di wajahnya, Malvic tak peduli lagi, langsung mengerahkan segenap kekuatan nya untuk menahan serangan Banteng Merah di depan nya. Booommmm.... Benturan hebat yang membuat tubuh Malvic terguncang, kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh dari atas sana. Jika ia terjatuh atau melepaskan sedikit saja pegangan nya, hal buruk seperti tembok yang jebol akan menjadi konsekuensi nya. Jika bukan karena huruf harapan tadi, kejadian seperti ini tak mungkin terjadi. Sekarang Soul Energy di dalam tubuhnya hampir kosong, karena kepanikan sejak tubrukan dengan banteng merah barusan ia mengerahkan segala yang dia bisa, hingga lupa untuk mengehemat Soul Energy. Satu menit sebelum bala bantuan datang! Bagi Malvic sekarang terasa seperti Berjam jam lamanya. Soul Energy nya hampir habis, untuk menahan serangan sel
1 menit, 30 detik, sebelum bantuan dari pusat tiba.....Sementara itu, disisi Malvic sendiri tak tahu menahu tentang huru hara yang akan menimpanya, saat ini ia masih berfokus menahan gempuran ratusan Soul Beast, yang membuat nya sangat tertekan adalah di antara kerumunan ini ada Soul Beast yang terlihat seperti banteng, dengan bulu merah nya yang tumbuh di setiap lekukan otot nya, Soul Beast tersebut berlari dengan liat menuju ke arah Gerbang yang sedang Malvic pertahankan saat ini.Soul Beast yang terlihat gagah dan pemberani ini memiliki sebutan yang unik yaitu "Banteng Merah Perjuangan", dengan tubuh sebesar Mobil Kontainer bisa dipastikan Soul Beast ini berada di tingkat menengah. Soul Beast tingkah menengah dengan Spesifikasi fisik yang bahkan melebihi pahlawan super di TV. Hingga membuat Malvic sangat berhati-hati, lagipula setelah suntikan serum tadi efek samping nya sudah mulai ia rasakan.Duar......
Berjongkok di atas gerbang, memandangi kerumunan Soul Beast di bawahnya, membuat Malvic merasakan dengan jelas arti satu kalimat "menari dengan kematian".Setiap Benturan Yang di hasilkan oleh para Soul Beast membuat gerbang terguncang, Tanah bergetar, dan bahkan soul energi di dalam tubuhnya terkuras dengan kecepatan yang sama sekali tak pernah ia fikirkan.'Mungkin jika terus seperti ini, sangat sulit mempertahankan dinding ini selama sepuluh menit' fikirnyaKetika ia menoleh ke belakang sebentar, ia melihat banyak kerumunan di sana, dari para Soul Kontraktor maupun orang biasa memiliki reaksi berbeda, ada yang cemas, ada yang mengagumkan giginya sembari mengharapkan keajaiban dan masih banyak lagi.Melihat mereka yang percaya padanya saat ini, Tanpa ia sadari hati kecilnya tergerak. Menegaskan keraguan nya, dengan sorot mata yang tajam ia kembali fokus mempertahankan tanggung-jaw
Di dalam sebuah ruangan yang dipenuhi oleh berbagai macam instrumen penelitian, seseorang lelaki yang masih muda terlihat terikat di sebuah kursi dengan setengah terlentang, Rambut putih nya terurai panjang, berbaring di sana dengan badan setengah telanjang, memperlihatkan garis garis otot nya yang terlihat meledak ledak dipenuhi kekuatan.Membuka mata hitam nya dengan ringan Pria itu menghela nafas sebentar sebelum mulai melepaskan ikatan berbagai instrumen yang membelenggu tubuhnya, saat sosok tersebut mulai sibuk dengan apa yang ia lakukan terdengar langkah kaki menghampiri pemuda itu"Hei nak, Selamat, namun sepertinya kita tak sempat merayakan nya"Suara Serak dan berat terdengar seperti kejutan di telinga pemuda itu membawanya kembali ke kenyataanMerasakan Tanah di bawah kakinya yang mulai bergetar pemuda itu segera berdiri kemudian menghilang meninggalkan ruangan bahkan tanpa menjawab Ora
"Mungkin kalian bertanya tanya alasan mengapa aku memanggil kalian kesini" Ucap lelaki tua Charles dengan nada yang menggoda ketiganya."Namun, simpan pertanyaan itu untuk saat ini, karena aku sama sekali tak berniat untuk menjawabnya"Mendengar kata kata menggoda dari pak tua Charles Stev tak bisa menahan kesabaran nya lagi dengan kerutan yang bertumpuk di dahinya ia segera menyela"Lalu apa pak tua, jika kau sama sekali tak ingin memberikan alasan, lantas mengapa kau membuang buang kata hanya demi menggoda kami, lupakan semuanya lalu mari kita bicarakan intiny"Melihat Stev yang benar benar menyela omongan pak tua Charles, Malvic dan Windi sama sama terkejut, meskipun ia tahu dalam hatinya bahwa Stev adalah orang yang banyak bicara, namun tak sampai pada tahap ini juga kan?Di depan Anda adalah ilmuan fenomenal!Bersikaplah sedikit!ヽ(`д&acut
Melihat dua wajah yang Familiar di depan Gerbang, hati Windi yang semula khawatir langsung menjadi tenang, menyetabilkan ekspresi nya, kemudian ia langsung berlari ke arah keduanyaMemeluk Malvic sebentar dan mengabaikan Stev yang terlihat memiliki ekspresi kesulitanPermisi apa aku adalah saudara kandung mu?Mengabaikan Windi yang aneh, Malvic yang tak berdaya berjalan memasuki Gerbang, Saat mereka sudah masuk, Gerbang besar itu kembali di tutup dengan rapat, kemudian saat tatapan Malvic beralih ke kerumunan ia melihat sosok jangkung dengan setelan putih yang belakangan ini sering bertemu dengannya."Aku sudah tau situasinya, ayo ikuti aku, ada beberapa Hal yang perlu kamu tau" Ucapnya kemudian melangkah kan kakinya dan memberi isyarat agar ketiganya mengikuti dirinya.Tak tahu sudah berapa lama dan sampai dimana mereka berjalan, pada
Dengan tertatih tatih, Malvic berjalan perlahan dengan Stev yang merangkul bahunya, mereka menjadi lebih santai karena tak peduli apa, Misi mereka sudah di anggap selesai. Mereka tahu dengan kecepatan maksimal mungkin Windi sudah samapai di tempat tujuan."Ngomong ngomong, Malvic, sepertinya kau tau Siapa bajingan yang menipu kita tadi" Ucap Stev yang mencoba menenangkan suasana tertekan yang mereka rasakan saat ini"Namanya Biar Zerg, salah satu ahli Waris dari Zerg industri, dan memiliki sedikit konflik denganku"Mendengar jawaban itu, Stev dipenuhi kilatan kebencian di dalam matanya, mengangkat dagunya untuk berfikir alih alih tak tertarik akan apa penyebab dari konflik di antara mereka ia berkata"Heh Zerg Industri, sepertinya takdir berada di pihak ku, Setelah situasi disini mereda biarkan beberapa orang di keluargaku menuntut nya"Melihat sebentar Wajah St