"Minumannya, dokter." Seketika Ammy membuyarkan ketegangan di antara Jack dan Cortez. Pria itu menatap Ammy singkat kemudian melepaskan cekalannya pada tangan wanita itu.
"Kalian sedang apa?"
Degh ...
Darah Jack berdesir. Apa Ammy akan marah lagi padanya?
"Tidak, seharusnya Jack membiarkan aku memeriksa kelopak matanya untuk melihat mungkin saja ia lemas atau kehilangan banyak darah, tapi kurasa sepertinya dia tidak nyaman. Jadi ... ya begitulah." Dokter muda itu mengedikkan bahu, berlanjut dengan mengemasi peralatan medisnya ke dalam tas. Ia tidak peduli apakah Ammy akan percaya pada alibi bodohnya atau tidak.
"Ini obatnya, dosisnya tiga kali sehari untuk antibiotik, dan pereda n
Bob mengernyitkan dahi di ujung ruang penginapannya, memandangi sekeliling yang sedang diguyur hujan lewat jendela kaca. Rintik basah hujan mengembun di antara kaca jendela, mengaburkan penglihatannya pada objek yang bisa dilihat di luar sana. Aroma petrikor terhirup bersamaan udara yang memenuhi paru-parunya.Tiga hari tidak pulangmembuatnya sedikit merasa gelisah, apalagi ia harus berbohong pada Ammy dan beralasan sedang keluar kota untuk mencari pemasok bahan baku menu restoran. Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah ia hanya wara-wiri menyusuri jalanan dan mencari di tempat-tempat yang mungkin saja disinggahi wanita itu. Wanita yang sempat memberitahukan mengenai putranya yang hilang.Kalau saja bisa, ia ingin sekali mengetahui di mana kediaman wanita itu kini. Sebab dialah satu-satunya saksi kunci perihal hilangnya putra
Jack terbaring di sofa panjang kamarnya. Kakinya masih terasa nyeri. Ia memutar sebuah lagu, berharap ia bisa menenangkan sedikit gejolak yang menguasai hatinya. Namun setiap bait lirik yang di dengarnya seolah semakin menjatuhkannya ke dasar lembah paling gelap. Ia mematikan musiknya, berbaring dengan lengan menutup kedua matanya.Ia mengembuskan napasnya, dadanya terasa sesak. Cortez telah benar-benar mengacaukan pikirannya. Ia berpindah posisi, duduk kemudian sengaja meletakkan rahangnya di atas meja.Terdengar ketukan pintu membuat Jack menyahut dengan malas."Masuk, tidak dikunci.""Makan malam Anda, Tuan muda."Emely mengganggu lamunannya. Menaruh makan malam tuannya itu di atas nakas. Jack masih bergeming, seperti tidak berminat pada makanan yang disuguhkan Emely.Belum lama Emely keluar, Pintu kembali diketuk. Jack berdecak kesal, baru saja ia mengubah posisinya untuk kemb
Sejenak Davee membuka tirai kamarnya. Matanya melayangkan pandangan ke sekitar, sementara tangan kirinya menempelkan benda pipih di telinganya."Aku sudah tahu mengenai itu, jadi kau hanya harus mencari tahu tentang putrinya saja. Aku sangat yakin putri dokter keparat itu belum mati. Ada temuan unggahan fotonya di laman instagram sebuah akun. Kau selidiki juga akun Gabriela Olathe Rosamaria. Jika benar yang ada di foto itu Lenka, artinya Miguel Keiv D'lyncoln memalsukan kematian putrinya untuk menyembunyikan keberadaanya. Laki-laki itu sangat licik. Sayangnya mudah saja aku menebak jalan pikirannya.""Kurasa kau lebih pintar darinya, Davee.""Tentu saja, aku putra dari bajingan Hans. Jadi harusnya kau tidak heran jika aku memiliki insting yang mirip dengannya. Kabari aku jika kau menemukan sesuatu."Davee menggenggam erat telepon pintarnya setelah sambungan telepon itu berakhir. Miguel adala
"Te amo Ammy (aku mencintaimu, Ammy). Ayolah, kumohon! Eres perfecta para mí, si tu vida sin dramas (kamu sempurna bagiku, jika hidupmu tanpa drama)."Plak.......Satu tamparan mendarat di pipi Jack. Kenapa lagi ini? Apa dia salah bicara?"Apa katamu? Drama?" Ammy menatap tajam manik cokelat Jack diikuti amarah yang membuncah dalam dada. Jack mengatainya drama? Yang benar saja! Ia mengarahkan telunjuknya ke wajah Jack,"Te amo, Jack. ¡Pero te odio! ¿Sabes cómo me siento? (Aku mencintaimu Jack. Tapi aku membencimu! Apakah kau tahu bagaimana perasaanku?)” ucapnya tampak sedih."Aku tahu, Amm. Tapi cobalah mengerti."“KAU YANG SEHARUSNYA MENGERTI.”Ammy tetap melangkah pergi setelah kalimat itu meluncur bebas dari lidahnya dengan lantang. Tak peduli Jack yang terus mengejar. Hingga sebuah taksi lebih dulu
Ammy berjalan dengan bersemangat saat Emely membuka pintu mansion Jack pagi itu. Wanita paruh baya itu menatap Ammy sedikit terheran. Sepagi ini gadis itu mengunjungi Jack? Ya, mungkin ini minggu pagi. Akan tetapi bertamu pada kekasih pukul enam pagi, itu kurang sopan sepertinya. Emely sedikit menggeleng tanpa kentara, cinta terkadang memang menggelikan."Di mana Jack, Elly?" tanyanya."Ada di lantai atas, Nona. Naik saja, kurasa Tuan muda belum bangun," jawab Emely.Ammy menaiki undakan tangga satu per satu, memanggil nama Jack saat tiba di depan pintu tetapi tidak ada jawaban. Memutar gagang pintu, ternyata tidak dikunci. Tanpa pikir panjang ia memasuki kamar itu sambil kembali memanggil nama Jack, tapi tetap tak mendapat jawaban. Ammy melenggang, menajamkan rungu dan mendengar gemercik air shower di kamar mandi, pria itu sedang mandi rupanya."Jack ... kau di situ?" panggilnya.
Usai membersihkan diri, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan baju ganti, ia mengenakan kaos Jack yang sedikit kebesaran. Rasa perih yang menyelinap di antara kedua pahanya begutu terasa. Ia menghela napas panjang, berharap dengan menghirup udara banyak-banyak mampu mengalihkan rasa perih yang menyapanya."Tunggu sebentar, aku akan membersihkan diri, setelah itu kita sarapan bersama," tutur Jack seraya mengusap pipi kemerahan Ammy dan gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum."Kau cantik mengenakan apa saja, Mi Amor," pujinya.Ia beranjak, berjalan menuju kamar mandi dengan celana pendeknya tanpa mengenakan atasan. Entah kenapa melihat Jack berjalan, dari arah belakang pun ia terlihat begitu indah. Tanda lahir di punggung kirinya tampak seperti tatto gambar bulan sabit, dan Ammy menyadari akan satu hal, bahwa pia itu memang benar-benar mahakarya Tuhan. Tentu Tuhan sedang dalam mood yang baik s
Davee menghabiskan akhir pekannya dengan mengunjungi pusat kebugaran. Ia mengusap keringat yang menetes di dahinya setelah sibuk bergelut dengan treadmillnya.Sejenak ia menghentikan aktivitasnya karena menyadari ponselnya bergetar."Halo, Alfred.""Aku menemukan gadis itu. Ya, kau benar, gadis itu adalah Lenka, putri kandung dokter Miguel. Aku sudah memastikannya.""Bagaimana kau yakin itu Lenka?""Beberapa hari yang lalu aku sempat mengikuti gadis itu sampai apartemennya, seorang pria dengan cambang dan kumis tebal mengunjunginya, pria itu sedang menyamar sebagai orang lain, tapi bekas luka panjang di punggung tangannya tidak bisa berbohong. Itu dokter Miguel Keiv D'lyncoln.""Kau berasumsi bahwa itu benar-benar Lenka hanya dengan alasan itu?""Aku sempat mendengar percakapan mereka, gadis itu memanggil pria tua itu Sr (ayah)"
Jemari kedua tangan Hans saling bergemelatuk saat Miguel D'lyncoln sampai di penthousenya. Amarahnya terasa membuat darahnya mendidih. Dendam yang ia simpan sekian lama memiliki akhir tak sesuai ekspektasinya. Terasa sangat mengesalkan, dan tentu saja Miguel Keiv D'lyncoln adalah sumber kekecewaannya."Waktu itu kau bilang, kau melakukannya dengan bersih, tapi kenapa dia tahu semuanya?" ucapnya langsung ke inti. Ia tak menyangka Bob Martin bisa mebgetahui hal ini. Siapa yang berani memberikan informasi tentang si kembar?"Maaf, Tuan. Seperti yang Anda ketahui, bahkan aku telah melenyapkan dr. Abraham. Semua karena keterbatasan dan ketidaktahuanku."Hans mengarahkan tangannya ke rahang Miguel, mencengkramnya kuat-kuat. "Kau tahu aku tidak suka mendengar alasan, kan? Apalagi alasan untuk sebuah misi yang cacat.""Mohon ... maafkan aku, Tuan Hans.""Aku tidak mau tahu, siapa pun y