Reno sangat panik saat tahu tidak ada Azura di rumah. Dia berkali-kali menghubungi ponsel Azura tapi tidak ada jawaban.
“Apa Azura kabur dari rumah?” tanya Reno pada dirinya sendiri.
“Sepertinya tidak mungkin Azu melakukan hal tersebut. Apa sebaiknya aku menunggunya pulang di rumah saja.”
Reno menunggu Azura di rumah. Dia sendirian tanpa satupun orang yang menemani, kesendirian mengingatkan pada Azura yang selalu menunggunya pulang setiap malam sendirian dan kesepian. Ada perasaan sakit dalam hatinya mengingat Azura.
“Kenapa aku jadi sangat kejam dan dingin pada Azu semenjak ada Selvia? Dia tidak bersalah atas semua masalahku malah aku bersikap seperti itu padanya,” ucap Reno menyesali perbuatannya.
Richie memperhatikan Azura. Dia yakin Azura pasti mengetahui ada dirinya di club malam, terlihat jelas di wajah Azura yang terkejut ada dirinya di sana walau wanita itu berpura-pura tidak melihatnya. Richie menyuruh pengawalnya untuk mengikuti Azura sampai wanita yang dicintainya selamat sampai rumah Reno. Dia tidak bisa membiarkan Azura pulang di tengan malam dan khawatir kalau Azura pulang malam-malam sendirian, apalagi Azura sedang mengandung anaknya. Dia juga heran kenapa Reno tidak mencari Azura, semakin besarlah keinginannya untuk memiliki Azura.“Tuan, Fredo sudah saya bereskan,” ucap Hans.“Ada masalah apa antara Azura dan Fredo?” tanya Richie.Hans menjelaskan pada Richie tentang Joy, sahabat Azura. Richie teringat dulu anak buahnya memang memberitahukan kalau Azura sempat menolong t
Pagi harinya keadaan rumah makin dingin. Azura bangun dari tidurnya menatap ranjang di sampingnya yang tampak kosong. Bibirnya tersenyum tipis, dia sudah menduga kalau Reno pasti sudah pergi pagi-pagi sekali seperti biasanya meninggalkannya yang masih terlelap tidur dalam mimpi.Azura pun menuju ke lantai bawah dia akan memeriksa keadaan Joy, tapi sayup-sayup dia mendengar suara seorang pria dan wanita yang sedang berbicara terkadang diselingi dengan derai tawa.“Itu suara Bang Reno dan Joy, apa mereka sudah akrab?” tanya Azura yang penasaran.Apa yang Azura pikirkan tadi ternyata benar. Reno dan Joy saling berbincang-bincang dengan akrab, bahkan terlihat tidak ada lagi suasana dingin dan kaku seperti tadi malam. Dia menjadi semangat melihat keakraban mereka, seharusnya Reno seperti ini dengan saha
Setelah acara tingkeban atau mitoni kehamilan Azura yang ke 7 bulan Joy mendekati sahabatnya tersebut. Dia sangat penasaran pada pria yang mirip dengan Reno.“Zu itu siapa?” tanya Joy sambil melirik ke arah Richie yang hanya diam dengan wajah datar.“Siapa?” ujar Azura.“Itu yang mirip sama suamimu, aku lihat dia waktu malam kemarin. Aku kira suamimu loh.”“Ooh dia kembaran Bang Reno. Namanya Richie.”“Apa! Kembarannya Bang Reno. Aku pernah melihatnya lagi tapi di mana yaa bukan hanya tadi malam dan sekarang.”“Nanti aku ceritakan kalau semua sudah aman terkendali. Aku tuh takut sama Richie. Dia pria yang&hell
Joy terbangun di dalam sebuah ruangan. Dia memperhatikan keadaan sekelilingnya yang tampak berbeda. Sambil memegang kepalanya yang terasa nyeri dia mencoba turun dari ranjang dengan perlahan menuju pintu kamar. Tapi ternyata pintu kamar terkunci, dia menjadi panik sendiri.“Apa aku diculik?” tanyanya bingung.Dengan sekuat tenaga Joy menggedor-gedor pintu berharap ada yang mendengarkan dirinya.“Siapapun tolong buka pintunya,” teriak Joy.Tapi percuma berkali-kali dia berusaha untuk memukul, menendang, berteriak tetap tidak ada yang membukakan pintu. Dia terduduk di lantai menangis sendirian. Apa ini orang-orang Fredo yang menculiknya lagi? Atau orang lain yang memiliki urusan hutang dengan Ayahnya lagi? Dia hanya bisa meratapi betapa tidak beruntungnya dia memiliki seorang Ayah yang suka berhutang.
Setelah selesai acara 7 bulanan Azura. Reno dan Azura pun kembali ke rumah mereka walau Bella sudah meminta agar mereka menginap di rumah, tapi Reno yang masih marah pada Luis tentu saja menolaknya.“Kamu istirahat yaa,” ujar Reno begitu mereka tiba di rumah.“Tapi Bang—”“Ga ada tapi-tapi Azura.” Reno memotong perkataan Azura dengan cepat.“Aku belum ngantuk Bang.”“Abang temenin yaa. Ooh iya mulai besok ada asisten rumah tangga yang 24 jam menemani kamu di rumah juga ada supir untuk mengantarkan kamu kemanapun.”“Wow kok lengkap banget Bang.”&l
Manusia hanya mampu berencana, tapi semua yang terjadi merupakan suratan takdir yang Maha Pencipta.Sebuah keputusan walau sulit harus diambil terkadang hal tersebut memang menyakitkan dan air mata, tapi jika itu merupakan suatu keputusan hidup yang harus dihadapi.Roda mobil sport warna merah berjalan di jalan melewati keheningan malam melanju secara perlahan. Reno mengendarai mobilnya dengan berbagai pikiran. Baru kali ini dia menolak permintaan Selvia. Di saat mereka dulu 8 tahun mereka menjalin kasih untuk bersama tidak pernah sekalipun Reno menolak permintaan wanita yang dicintainya. Selvia dulu sangat berarti bagi Reno. Hanya Selvia lah yang mendukung dia menjadi dokter saat Luis memaksanya menjadi penerusnya.“Kenapa aku jadi pria yang tidak tegas begini,” ujar Reno.
Keesokan harinyaSelvia tidak menyerah begitu saja walau Reno tidak bisa dihubunginya dan di rumah sakit selalu saja dia datang di saat yang tidak tepat. Hari ini dia akan datang lagi pagi-pagi berharap bisa bertemu dengan Reno.Mungkin hari ini hari keberutungannya Reno ada di rumah sakit. Dia pun menunggu Reno sampai selesai jam praktiknya, suster Hani menjadi sangat jengkel ada Selvia di sana dan dengan cepat dia menghubungi Azura secara diam-diam.Saat Reno keluar dari ruangan praktik Selvia tersenyum. Reno menjadi salah tingkah ada Selvia di sana, dia sedang tidak ingin bertemu Selvia.“Ren, aku menunggumu dari tadi loh,” ucap Selvia.“Dari tadi?” tanya Reno tidak percaya.&ldqu
Azura menatap dirinya di depan cermin memastikan penampilannya. Lipstik berwarna nude dioleskan di bibirnya yang tipis tidak lupa pula sapuan bedak tipis di wajahnya. Hari ini dia janjian bertemu dengan Selvia setelah pertemuan mereka secara tidak sengaja di rumah sakit. Berkat suster Hani, dia mendapatkan nomor ponsel Selvia. Ada rasa deg-deg kan saat dia menghubungi Selvia dan untungnya Selvia tidak keberatan untuk bertemu dengannya.Waktu sudah menunjukan 13.30 Azura tiba di salah satu restoran tempat mereka janjian. Dia datang terlebih dahulu memastikan semuanya bisa berjalan dengan semestinya. Sambil memegang perutnya secara perlahan Azura merasa hidupnya begitu menyedihkan. Usia kandungannya yang baru saja 7 bulan seharusnya tidak seperti ini, tapi entah mengapa begitu menyedihkan. Daripada berlarut-larut lebih baik dia bertemu dengan Selvia untuk menyelesaikan masalah yang ada di antara mereka
Seusai itu senja jadi sendu awan pun mengabu Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku 'Ku memintal rindu menyesali waktu mengapa dahulu Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari Walau masih bisa senyum Namun tak selepas dulu Kini aku kesepian Kamu dan segala kenangan Menyatu dalam waktu yang berjalan Dan aku kini sendirian Menatap dirimu hanya bayangan Tak ada yang lebih pedih
Tak lama Bella dan Luis datang ke rumah sakit, mereka langsung menemui Azura. Azura hanya terdiam menatap lantai dengan pandangan kosong. Dia tidak pernah menyangka akan mengalami musibah seperti ini. Baru saja 2 tahun dia bahagia bersama Reno tapi sekarang jadi seperti ini."Ada apa ini Azura, kenapa Renk bisa seperti ini?" tanya Bella dengan khawatir."Aku... aku..." Azura tak sanggup berkata-kata lagi air mata terus mengalir di pipinya.Bella memeluk Azura. Dia mengerti perasaan menantunya yang tidak menyangka Reno bisa seperti ini. Luis tidak sabar menunggu kabar dari Dokter yang menangani Reno.“Aduh lama banget sih. Ngapain aja mereka,” ucap Luis gelisah.Mereka hanya saling diam sambil memanjatk
Keesokan harinyaDi saat Reno akan berangkat kerja Gil malah menangis. Dia tidak ingin Reno meninggalkannya membuat Reno tidak tega pada putranya."Mau cama papa, papa ga boleh pelgi.” Gil menarik tangan Reno.Reno menggendong Gil lalu berkata, “Gil mau sama ikut Papa?" tanya Reno."Cama Papa… Papa."Reno tidak tega menolak keinginan Gil. Dia pun tidak jadi berangkat ke rumah sakit demi menemani putranya."Bang apa ga masalah kamu ga
2 tahun kemudianTanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Pernikahan Azura dan Reno sudah 2 tahun begitu juga dengan usia Gil yang menginjak 2 tahun.“Sayang, kamu kenapa kok pucat sekali wajahmu?” tanya Reno khawatir keadaan Azura.“Ga tau nih Bang sudah 3 hari aku selalu mual dan muntah-muntah kali pagi,” jawab Azura.Reno teringat kejadian di Sydney dulu persis seperti keadaan Azura saat ini. Dia berpikir mungkin saja Azura hamil. Dia akan memastikan keadaan Azura hamil atau tidak agar tidak bimbang.“Kita ke dokter yaa pagi ini sekalian ikut ke rumah sakit,” ujar Reno.“Iya Bang.”
Tiga bulan kemudianUsia baby Gil sudah 3 bulan. Azura sudah tidak seperti dulu lagi dia banyak tersenyum seakan kebahagiaan selalu menghampirinya. Dalam hatinya berharap kebahagiaan ini jangan sampai berakhir. Sudah dua bulan ini dia membatasi jam praktiknya agar bisa berkumpul bersama keluarga dan bermain bersama putrinya, Gil.Tapi berbeda dengan Richie. Dia mencoba mengerti dengan kebahagiaan Azura dan Reno hanya bisa menatap dari kejauhan kebahagiaan mereka. Dia ingin sekali menghampiri putranya, memeluk putranya, dan mengatakan kalau dia sangat mencintai Gilbert Rexy Geraldo melebihi apapun di dunia ini.Hingga Richie datang menemui Reno di rumah sakit. Dia ingin meminta sekali saja bersama baby Gil lalu dia akan merelakan semuanya.“Ada apa kamu
Setelah pemeriksaan intensif dengan baby Gil oleh tim dokter barulah Luis merasa lega. Baby Gil mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Reno sangat sedih menatap bayi yang baru berusia sehari itu terbaring lemah di inkubator untuk membuat suhu tubuhnya stabil.Jarum infus masuk ke dalam tangan bayi mungil tersebut sampai suara tangisan terdengar tanpa air mata. Baby Gil diberikan air susu ibu pengganti yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit untuk memenuhi gizi anak Reno. Keadaan Azura yang masih dipengaruhi oleh obat penenang tidak memungkinkan untuk memberikan ASI untuk anaknya. Mungkin setelah Azura sadar baru dapat memberikan ASI yang semestinya.“Kamu baik-baik saja Ren?” tanya Luis.“Iya Pa, aku baik-baik saja,” ucap Reno.Luis tidak
Selvia sangat kesal terus mendengar suara tangisan anak Azura. Ingin sekali dia membungkam anak tersebut.“Woi diam ga? Kalau ga diam ku bunuh kamu," teriak Selvia.Suara teriakan Selvia terdengar sampai luar rumah yang hanya berdinding kayu tersebut. Richie sudah sangat emosional dia akan keluar mobil tapi ditahan oleh Reno.“Kamu jangan gegabah Richie,” ujar Reno.“Tapi anakku dalam bahaya,” protes Richie.Reno terdiam. Dia menatap Richie yang sangat khawatir pada Gilbert. Rasa jiwa seorang ayah seakan keluar dari di
Keberadaan Selvia tidak diketahui. Selvia tidak ada di apartemen atau di tempat biasa wanita itu berada. Hal tersebut membuat Richie menjadi semakin yakin kalau Selvia lah yang menculik anaknya.Richie mondar-mandir di dalam kantor dengan gelisah. Dia sangat khawatir dengan keadaan putranya apalagi baru saja beberapa jam dilahirkan di dunia ini seharusnya dia menyuruh orang untuk menjaga Azura dan Gilbert. Dia juga kesal pada Reno, Reno tidak bisa menjaga Azura dengan semestinya.Dering telepon Richie pun berbunyi."Hallo bagaimana?" tanya Richie."Saya masih melakukan pencarian Tuan, alamat yang kamu berikan sudah kosong sejak seminggu yang lalu sepertinya wanita itu sudah merencanakan ini semua dan wanita di cctv itu memang Selvia," ujar Hans.
Beberapa hari kemudianAkhirnya hari yang dinantikan Reno dan Azura tiba juga, Azura akan melahirkan anak pertama mereka. Reno menemani Azura di ruangan bersalin, tak tega melihat wajah kesakitan istrinya."Abang sakiiit." Azura mengeluh pada Reno."Tarik napas lalu buang sayang, ingat saat kamu senam hamil. Ayo sayang aku ada disini selalu menemanimu," kata Reno memberi semangat pada Azura."Sakiiit Bang.. ini semua gara-gara kamu" teriak Azura."Iya sayang ini semua gara-gara aku, ayoo sayang ambil nafasnya dorong lagi.""Bang sakiit… coba Abang ga bercinta ini ga mungkin sakit.”"Iya Sayang semua salah