“Rain.” Sapa Razel.
“Hai Raz.” Seru Rain sambil melambaikan tangan bonekanya, seolah boneka itu yang menyahut. “Kamu kemana saja?”
“Tidak kemana-mana.” Jawab Razel, dia terlihat sedih.
“Kenapa?” Tanya Rain, dia berdiri sambil memeluk bonekanya, “Kamu kok kelihatan sedih?”
Razel menatap Rain, menunduk. “Hari ini peringatan kematian ibuku,” jelasnya dengan wajah berduka.
“Ibumu sudah meninggal?” Rain terkejut.
“Ya. Sudah lama, tapi setiap peringatan kematiannya aku jadi bersedih.”
Rain mendekat kearah pagar, mengulurkan tangannya pada tangan Razel yang sedang memegang jeruji besi pagar. Tangan Rain memegang tangan Razel, lalu Rain mengulurkan bonekanya. “Ini Tania. Hadiah ulangtahunku, Diberi bunda. Ini buatmu saja.” Ucap Rain tulus.
Boneka berbentuk perempuan berambut lucu itu kini berpindah tangan lewat jeruji
Rain menghilang dalam robekan tembok dan kemudian robekan tersebut menutup sendiri secara ajaib. Bercak bercak kelabu semakin memenuhi ruangan.“Kita telat! Jin yang satu itu cepat sekali!” ucap laki-laki dengan aura merah cemerlang yang ternyata Langit. Auranya perlahan mengecil dan hanya berpendar di sekeliling tubuhnya saja.“Tadi Rain bukan?” Tanya Tarun.“Bukannya itu temanmu? Seharusnya kamu lebih mengenalnya.” Jawab Langit yang membuat Tarun keki.Langit memperhatikan ruangan tersebut. Mungkin lima menit lagi ruangan tersebut akan habis di makan bercak. “Kita pindah. Ini hanya ruangan antar dimensi saja. Hanya ruangan perbatasan saja.”“Kita tidak mengejar mereka?” Tanya Tarun sambil menunjuk ujung ruangan yang tadi digunakan Rain dan Razel pindah tempat.“Kita kembali dulu.” Jawab Langit.“Tapi—Rain, dia..”“Untuk sementara g
“Kau tahu Tarun, apa yang sangat menakutkan diperlintasan?” Tanya Aji ketika mereka berbicara tentang melakukan perlintasan.“Apa itu?”“jin Zebel. Itu adalah jenis jin rendah, tapi sangat menakutkan.”“Hah? Kenapa mesti takut dengan jin rendahan?”“Iya. Statusnya memang rendah. Kita yang hanya punya vidos tingkat menengah bisa menghalau dan mengalahkannya dengan cepat. Itu karena wujudnya kecil. Namun, kalau jin ini menggunakan kekuatannya, bahkan kita yang kuat pun bisa diseretnya ke dasar tergelap dalam diri kita.Jin zebel merupakan jin yang suka memanipulasi ingatan kita. Mencuri ketakutan kita, dan menjadikannya seolah nyata dalam pikiran kita,” Terang Aji. Dia menambahkan lagi, “bentuk jin ini kecil dengan perut buncit. Dia sering juga muncul di sekeliling orang orang yang serakah. Dia memanipulasi mereka akan rasa lapar, miskin, kesulitan sehingga mereka menjadi kalap dan ber
Malam-malam di rumah sakit terasa mencekam. Tarun lebih banyak meringkuk dalam selimutnya. Dia akan membenamkan diri dalam selimut sampai semulut, dan beberapa kali juga Tarun menelungkupkan seluruh selimut pada tubuhnya. Itu beberapa kali dilakukannya ketika dia merasa ada makhluk tak dikenalnya mendekat.Dia akan membungkus tubuhnya, bersembunyi sambil gemetaran. Makhluk tersebut lebih merajalela di rumah sakit. Mereka mengambil bentuk beragam rupa. Ada yang suster tanpa wajah, ada juga makhluk berjenis ular dengan tubuh separuh manusia. ular itu lengket, berlendir dan berjalan di lorong rumah sakit.Mengendusi setiap yang sakit. Air liurnya selalu menetes membasahi setiap manusia yang di endusinya. Lalu, secara kebetulan—Tarun yakin ini bukan kebetulan—yang ditetesi liur itu akan sakit. Itu terjadi pada seorang ibu yang datang menjenguk saudaranya. Kasurnya tepat di samping kiri Tarun. Saat itu makluk serupa ular masuk dari pepohonan di depan rumah sakit
Tarun membuka matanya. Kesadarannya mengambang. dan semua terasa mencekam di tengah kegelapan tak berujung. Lalu remaja itu menyadari, bahwa dia membawa seberkas cahaya di tangannya. Senternya!Maka, segera dia menekan tombol on pada senter, lalu kegelapan tersebut berubah menjadi terang. Dan Tarun melihatnya. Tiga makhluk kecil, bertanduk tiga, berperut buncit dan kaki dengan tungkai yang panjang seperti ranting pohon sedang memegangi kakinya dan menariknya turun terus ke dalam kehampaan.Tarun mengarahkan senternya ke arah tiga makhluk tersebut. Para monster kecil itu berteriak melengking ketika dihantam cahaya senter, tangan ketiga jin zebel terlepas dan mereka berenang menjauh dari cahaya.Tarun menggunakan kesempatan tersebut untuk segera bergerak ke atas. Dia berupaya keluar dari lubang gelap tersebut, menyorotkan senter ke atas. Setelah bersusah payah sekitar lima menit, akhirnya Tarun berhasil naik kepermukaan.Tarun masih bersikap waspada. Dia me
Tidak butuh waktu lama untuk membuat keriuhan dengan kemunculan Langit. Kemunculan dengan membuat retakan dalam ruang hampa pastinya akan menarik minat para jin untuk mengetahui apa yang terjadi.Berbeda dengan cara Tarun yang memilih membuat lubang dimensi secara diam diam, Langit melakukannya dengan cara yang heboh, membuat retakan dimensi yang bisa memindahkan langsung posisinya tanpa perlu memanjat lorong perlintasan.Retakan pada dimensi pasti akan menimbulkan energi tersendiri yang akan menarik perhatian dan mengundang segerombolan jin penjaga datang. Para anjing anjing penjaga itu memiliki ukuran sebesar kerbau, jumlahnya ada tujuh. Taring mereka tajam. Tiap tiap anjing memiliki bulu berwarna api. Kalau tidak memperhatikannya secara detil, salah salah orang yang melihatnya akan menyangka bahwa anjing itu berselimut api.Tarun masih mengamati dari balik persembunyiannya dan berupaya menekan energi vidosnya seminim mungkin. Dari kejauhan Tarun melihat salah
Tarun tanpa pikir panjang melompat ke luar, berteriak agar makhluk tersebut memperhatikan dan menurunkan kecepatannya. Namun, alih alih menurunkan kecepatannya, makhluk tersebut tidak mempedulikan Tarun yang melambai dan makin mempercepat larinya.Melihat kemungkinan bahwa makhluk tersebut akan lewat begitu saja dan membawa Rain, Tarun berpikir cepat. Dia tidak lagi menimbang dengan hati hati sebagaimana dia selalu melakukannya, kali ini dia harus berpikir cepat. Maka, secepat makhluk tersebut berlari, Tarun pun melompat sekuat tenaga, menggunakan auranya untuk membuat kekuatan lompatannya lebih kencang. Tarun mendarat tepat di punggung makhluk tersebut, memegang pundaknya dan bergelantungan.Di belakang, suara anjing menyalak semakin terdengar menjauh. Walau makhluk tersebut tahu Tarun bergelantungan di pundaknya, namun makhluk raksasa itu terkesan tidak peduli dan tetap memacu larinya sekuat tenaga. Tarun merasakan aliran angin menepuk nepuk wajahnya dengan kasar, me
“Iya, terimakasih. Tapi saya baik-baik saja. See!”“Bagaimana mungkin kamu menganggap jin itu sebagai teman? Dia jin Rain. Makhluk yang berbeda dengan kita, dan mereka selalu penuh tipu daya!”“Tarun, tolong dengarkan dulu. Pertama, saya baik-baik saja. Razel memang terlihat jahil, tapi dia baik. Yang kedua, sama sepertimu, dia juga teman saya. Saya berharap kamu bisa menganggapnya teman juga.”“Rain, manusia tidak bisa berteman dengan jin. mereka tidak bisa dipercaya.”“Tapi Razel bisa.”“Apa yang terjadi sama kamu sampai segitu membela jin yang menculikmu.”“Tidak ada.” Rain diam sebentar, “Hanya saja, saya dan dia memiliki hubungan yang sedikit rumit.”“Serumit apa?”Rain melenguh, dia mengusap mukanya, sekarang rasa kantuk mulai menderanya. “Dia—saya dan dia, kami pernah berteman waktu kecil dulu.
Setelah mengantar Rain, Tarun merasa tubuhnya lemas. Jadi, yang pertama kali dia lakukan adalah menelepon Aji. Dia meminta tolong Aji untuk menjemputnya karena merasa tubuhnya demikian letih.Aji datang dalam tempo tiga puluh menit setelah di telepon, dia menyerahkan helm pada Tarun dan kemudian motor Honda scoppy yang dikendarainya membelah jalanan.“Ru, kau ingin diantar pulang?”“Aku ingin istirahat, tapi tidak dirumah Bang. Ibu orangnya cemasan.” Sahut Tarun.“Jadi kerumah abang nih?”“Itu lebih baik.” Jawab Tarun.“Ayahmu menelepon semalam.”“Sudah kuduga. Lalu Abang jawab apa?”“Apa yang harus kujawab? Seperti biasa saja. Kamu menginap ditempatku.”“Terimakasih Bang.” Tarun merasa lega.“Tapi dengar Nak, kamu berhutang penjelasan padaku.”Tarun mendesah, lalu menjawab malas, “Iya&hel