"Apa ini yang dia maksud adalah benda ini?" Pikir Maya saat melihat kertas lain selain undangan ulangtahun. "Apa yang anak itu tulis di sini?" Maya hendak membukanya, tetapi ponselnya berdering. Tangannya masukkan kembali kertas itu ke dalam tas, lalu beralih untuk mengambil ponselnya. Keningnya membentuk kerutan saat melihat layar. Nomer itu tidak tersimpan dalam kontaknya. Jarinya menggeser tombol. "Hallo, siapa ini?" "Maya Lin, ini aku, Robin Lee. Managerku Bulan bahwa kau akan datang ke studio untuk menemuiku." "Ya. Itu benar. Apa kau masih ada jadwal lain dan ingin menunda pertemuan kita?" tanya Maya untuk memasukkan. "Tidak. Aku tidak berpikir begitu. Aku ingin kita mengatur ulang tempatnya. Bagaimana jika kita bertemu di kafe X?" "Kenapa tiba-tiba mengubah tempat?" "Aku hanya ingin suasana yang lebih santai. Aku akan menunggumu di sana." Maya belum sempat menjawab, panggilan itu telah diakhiri begitu saja oleh Robin. Maya memikirkannya, bukankah ini aneh? Pria itu tidak
Maya memasuki sebuah toko. "Selamat datang, apa ada sesuatu yang anda cari?" Seorang pramuniaga datang menyapa dan menawarkan bantuan. "Apa kau tahu apa yang cocok untuk anak laki-laki usia 7 tahun?" tanya Maya. "Silahkan ikut saya. Saya akan tunjukkan beberapa yang cocok. " Maya mengikutiku pramuniaga itu. Dia melihat ke sekitar, ada banyak produk yang bagus. "Silahkan, anda bisa memilih. Apa anda tahu ukurannya?" "Biarkan aku memilih sendiri, kau bisa pergi. Aku akan memanggilmu nanti." "Baiklah. Saya akan ada di sana jika anda membutuhkan saya." Pramuniaga itu meninggalkan Maya. "Berapa ukuran anak itu ya?" Maya memikirkannya. Dia melihat pakaian yang mungkin sesuai, tapi dia tidak yakin .Maya mengambil ponselnya, lalu menghubungi Samuel, satu-satunya orang yang mengenal baik anak itu. "Ada apa?" Suara pria itu terkesan dingin. "Apa kau tahu berapa ukuran pakaian Stelio?" tanya Maya secara langsung. "Kenapa kau ingin tahu?" "Aku sedang memilih pakaian sebagai hadiah untuk
"Kau sudah puas sekarang?" Samuel mengucapkannya dengan dingin mereka baru saja sepeda berbelanja disebuah toko. Maya tersenyum cerah, menunjukkan kebahagiaannya melihat barang yang baru saja dia beli. Dia berkata, "Mario pasti akan menyukainyainya."Samuel melirik ke arah Maya. Samuel menyadari bahwa sebelumnya Maya tidak seantusias ini saat berbelanja hadiah ulang tahun untuk Stelio, tetepi saat ini Maya justru begitu bahagia membeli hal-hal yang tidak berguna itu, Samuel merasa kesal. "Hanya karena ini kau begitu bahagia? Kenapa kau tidak memikirkan ulang tahun Stelio dengan tersenyum seperti itu juga.""Kenapa aku harus bahagia untuk hari lahir anak orang lain? Aku hanya ingin bahagia untuk anakku saja," ucap Maya dengan tegas. "Kau selalu saja!" Samuel merasa tidak senang. Dia tidak lagi mengatakan sesuatu dan fokus untuk menyetir."Akan jauh lebih baik jika kau datang mengunjungi makamnya juga besok," ucap Maya dengan tiba-tiba menyatakan harapan di dalam hatinya. "Mario akan l
"Kau yakin tidak ada yang ingin kau ceritakan pada papa?" Samuel duduk di tepi tempat tidur dengan ekspresi khawatir ke arah putranya. "Ya. Papa, tolong biarkan aku beristirahat. Aku hanya lelah hari ini dan juga mama tidak melakukan apapun padaku." Stelio menarik selimut untuk menutupi tubuh dan juga wajahnya guna menghindari pertanyaan Samuel. "Kalau begitu beristirahatlah, papa selalu terbuka jika ada hal yang ingin kau katakan." Samuel menarik selimut yang menutupi wajah itu, dia memberikan kecupan ringan di keningnya. "Selamat tidur." Ayah satu anak ini melangkah mematikan lampu lalu keluar. Stelio memikirkan sesuatu sebentar. Dia mencoba untuk berpikir positif. Perlahan matanya mulai tertutup dan jatuh dalam tidur lelap. *** Maya duduk sendirian di kamarnya, ketika Samuel datang tanpa mengetuk pintu. Secara refleks langsung berdiri. "Kenapa kau datang ke kamarku? Apa kau ingin menyeretku untuk berlutut di kaki anak itu?" ucap Maya ketika Samuel tiba-tiba datang ke kamarnya.
"Bersihkan tubuhmu itu. Kita akan pergi ke kamar Stelio segera." Samuel menunjukkan sikap dingin. Bahkan tatapan matanya juga menusuk. Maya tertingat tentang apa yang terjadi di masa lalu. Tatapan seperti ini tidaklah asing baginya. Sikap acuh tak acuh Samuel sama seperti saat Maya memaksa pria ini untuk tidur dengannya. "Aku tidak ingin bergerak. Kau saja yang memberikan kejutan sendiri. Lagipula ini juga kesalahanmu!" ucap Maya dengan tidak kalah dingin. "Maya Lin, jika kau tidak bangun segera, aku sendiri yang akan melemparkanmu ke bathtub." "Lakukan saja, dengan begitu aku akan demam dan memiliki alasan untuk tidak menghadiri pesta ulang tahun anakmu itu!" Samuel menghela nafas. "Istirahatlah, aku yang akan mengurus perayaan saat ini." Samuel mulai menggunakan kemejanya. Lalu keluar dengan membanting pintu. Maya hanya terdiam melamun memikirkan sesuatu. Dia merasa kembali ke saat seperti dulu. Namun, ini hal yang lebIh baik. Jika Samuel bersikap lembut padanya sepanjang wak
Samuel menghela nafas, dia turun dari mobil. "Aku tidak menyangka akan mendatangi tempat ini lagi." Meskipun kedatangannya ke sini bisa dihitung dengan jari, Samuel melangkahkan kaki dengan pasti, seperti seseorang yang sudah familier dengan tempe ini. Di jarak beberapa langkah darinya. Dia melihat seorang wanita yang telah mengacaukan hari-harinya. Kaki panjangnya dengan cepat melangkah mendekati wanita itu. "Sudah aku duga, kau pasti datang ke sini. Kenapa kau pergi diam-diam membuat orang panik. Apa kau tahu bahwa Stelio begitu khawatir."Wanita yang tidak lain adalah Maya Lin itu tidak menjawab. Dia fokus untuk berdoa. Samuel menghela nafas dan menunggu sampai dia selesai ."Kenapa kau berdiri di belakang? Duduklah di dekatku dan berdoa untuk Mario," ucap Maya tanpa memandang ke arah Samuel. "Tidak. Anak ini tidak ada hubungannya denganku. Maya Lin, apa kau sudah selesai? Ayo, kembali!" Maya menolaknya, "Aku akan tetap di sini sampai siang. Bukankah kau yang mengizinkanku unt
"Mama, apa mama yang memilihnya untukku?" Stelio tersenyum bahagia."Ya. Samuel juga membantuku untuk memilihnya. Jika bukan karena dia, aku mungkin hanya akan memberikan pakaian secara acak tanpa menyesuaikannya denganmu," ucap Maya dengan terus terang. Dia bahkan tidak peduli saat Samuel menatapnya untuk menegurnya. "Tidak apa-apa, walau mama memilih pakaian secara acak, aku juga akan tetap menganggapnya barang berharga. Aku selalu iri saat datang ke pesta ulang tahun anak teman papa, mereka mendapatkan hadiah dari mama mereka. Sekarang, aku juga akhirnya mendapatkannya." Senyum tidak lepas dari bibir Stelio. Maya memandang anak laki-laki ini yang membuatnya teringat dengan masa lalunya. Tidak ada perayaan ulang tahun besar untuknya. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan hadiah dari orang tuanya karena semua berpusat pada Mathilda. Apa sekarang ini, anak ini telah menanggung karma? Tidak , Stelio Ren jauh lebih beruntung karena Samuel selalu memperhatikannya."Mama, kenapa mama melam
"Maya Lin!" Samuel secara posesif mendekat dan memeluk bahunya. Pandangannya begitu tajam ke arah pria yang berdiri di dekat istrinya ini lalu menoleh ke arah Maya. "Kenapa kau berdua dengan pria lain di tempat sepi seperti ini?" "CEO Ren, jangan salah paham dengan kebersamaan kami. Aku hanya datang menemani Maya yang sendirian di sini, Maya selalu tidak nyaman berada di pesta-pesta seperti ini, jadi aku khawatir padanya." Pria itu memberikan penjelasan. "Allen, sepertinya kau begitu tahu tentang istriku," cibir Samuel Ren. Dia tidak menatap pria ini dengan penuh ketidaksenangan. "Sekarang istriku sudah bersamaku, jadi kau bisa pergi sekarang!" Allen menatap ke arah Maya sejenak. "Baiklah, aku akan pergi. " "Allen, aku akan menemuimu nanti, nikmatin pestanya," ucap Maya dengan rasa bersalah. Allen hanya mengangguk lalu melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu. Samuel menunggu sampai Allen meninggalkan tempat itu. Maya memalingkan wajahnya dari Samuel. "Kenapa kau begitu kasar? B
"Maya, jika ada hal penting yang terjadi, aku akan meminta izin agar ada yang bisa menggantikan mu," ucap Manager Chen yang melihat kecemasan di wajah Maya. Maya menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, ini bukan urusan yang penting."Maya yakin tanpa dirinya ikut campur, Samuel pasti akan menemukan Stelio. Maya mengulurkan ponselnya pada Manager Chen, seperti biasa Managernya yang akan menyimpan ponselnya selama dia syuting. Selama syuting, Maya berusaha untuk tetep ceria dan bergaul dengan anggota reality show yang lain, tapi suasana hatinya sedang tidak baik. Banyak pemikiran di kepalanya. "Apa Samuel sudah menemukannya? Bagaimana keadaan anak itu? Apa alasan dia pergi tiba-tiba? "Kita akan break sebentar, bersiaplah untuk sesi selanjutnya." Maya langsung pergi menemui Managernya. Dia langsung diberitahu, "Maya, ada telepon dari nomer yang tidak di kenal. Dia menelepon berulang kali." "Biarkan aku mengeceknya!" Saat ponsel itu berada di tangannya, Maya langsung mendapatkan telepo
Mulut Stelio terbuka lebar melihat nama yang tertera di batu nisan itu. Marion Lin Ren. "Orang ini memiliki nama tengah yang menjadi surname Mama dan juga Ren. Apa dia ada hubungannya dengan keluarga Ren?" Stelio merasa semua semakin jelas, apalagi pernyataan Maya tadi. Namun, hati kecilnya masih sulit untuk percaya. Ada banyak pertanyaan di pikiran Stelio. Pria kecil itu melihat ke sebuah foto bayi kecil. Foto yang disentuh oleh Maya berulang kali. Tanpa sadar, dirinya merasa iri dengan hal itu. Stelio berbalik lalu pulang ke rumah dengan dipenuhi kerumitan di pikirannya.Seseorang tiba-tiba menepuk bahunya. Tubuh Stellio tersentak kaget. Dia berbalik dengan ragu karena takut jika itu adalah Mamaya. "Tuan Kecil Stelio, saatnya untuk pulang." Stelio merasa lega karena supir yang mendatanginya. ***"Papa, apa papa memilliki anak yang lain?" Stellio tidak tahan ingin tahu tentang ini. Samuel yang sedang fokus mengetik sesuatu, langsing mengalihkan pandangan pada Stelio. "Tidak ada.
Stelio mendapatkan banyak komentar negatif, bahkan para haters juga mulai berani untuk melakukan tindakan kejam seperti melemparkan telur busuk ke arah Stelio saat anak itu keluar untuk menemui para penggemar yang datang. Maya tidak sempat menghentikan itu. Dia dapat melihat ekspresi tidak menyenangkan yang di miliki oleh Stelio. Namun, senyum profesional masih terukir di bibirnya saat para penggemar mengkhawatirkannya. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Aku hanya perlu membersihkannya." Namun, semua itu tidak sesederhana itu karena kulit Stelio menjadi memerah. Sepertinya telur itu juga diberikan obat lain yang membuat kulit iritasi. Beruntung bahwa Stelio sudah menyelesaikan semua bagiannya. Maya tidak tahan lagi melihat hal ini. "Stelio, lebih baik kau berhenti saja setelah ini!" ucap Maya dengan keras ketika mereka berada di kamar. "Tidak mama, aku--" "Aku tidak tahan lagi. Kau selalu saja terlibat dalam masalah dan sekarang citramu sudah buruk di mata publik. Selain itu ka
Maya awalnya menjalankan syuting dengan aman, tetapi dalam beberapa hari semua berubah. Saat anak itu tiba-tiba saja datang. "Sutradara, apa ini? Kenapa plot di naskah berubah begitu drastis? Bahkan, kau memasukkan karakter seorang anak?" Maya memprotes apa yang terjadi. Dia sengaja berbicara berdua dengan Sutradara. "Maya, ini bukan perubahan drastis. Penulis hanya menambahkan. Beberapa adegan menunjang. Lagipula, kita juga bisa memanfaatkan kepopuleran kalian berdua untuk drama ini saat tayang." Maya masih mencurigai sesuatu. "Sutradara, apa suamiku menemuimu dan memberikan investasi besar dengan syarat cerita diubah agar ada adegan seorang anak?" "Tidak ada yang seperti itu. Aku sendiri yang memilih untuk memasukkannya. Maya Lin, kau tidak perlu memikirkan tentang ini. Hanya fokuslah untuk berakting. Ini seharusnya mudah bagimu untuk berinteraksi karena dia adalah putramu, kan? Jangan banyak protes dan lakukan saja apa yang telah ditentukan."Maya Pergi dengan perasaan kecewa.
Samuel memberikan bunga pada Maya dan Stelio. "Selamat telah menyelesaikan syuting drama ini!" "Terima kasih, papa." Stelio tersenyum senang. Para kru dan para artis yang terlibat mulai melakukan perayaan dengan foto besama. "Sebagai perayaan, aku akan mentraktir kalian semua di restoran." Samuel mengucapkan hal yang sangat diidamkan oleh pemain dan juga para kru lainnya. "Ayo, kita langsung ke restoran yang aku pesan sekarang juga."Semua orang mulai bersiap. Samuel mencegah Stelio yang akan mengikuti Maya dan Manager Chen. "Stelio, kau akan berada di mobilku. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu."Stelio menatap Samuel dengan bingung, tetepi dia tetep saja naik ke mobil. Selama perjalan, Samuel langsung memberikan pertanyaan padanya. "Apa kau dekat dengan Mike? Hubungan apa yang kalian berdua miliki?" tanya Samuel. "Papa, bukankah papa ingin aku untuk memisahkan mereka berdua? Aku tidak memiliki hubungan lain dengan orang itu selain hal ini," jawab Stelio dengan tenang. "Ap
"Jangan mencari alasan. Aku tahu bahwa kau hanya mengatakan omong kosong untuk bisa meninggalkan tempat ini," ucap Samuel tidak berniat untuk melepas Maya. "Samuel, apa kau tidak menggunakan mata dengan baik? Itu sangat jelas, tetepi kau tidak melihatnya. Ayo, kita perlu untuk pergi ke dokter mata!" ucap Maya dengan kesal. Stelio mengamati kedua orang tuanya yang sedang berdebat ini. Dia lalu mengalihkan pandangan ke arah pintu. Keningnya berkerut begitu dalam, seolah sedang memikirkan sesuatu. *** Hari berlalu, tubuh Stelio secara perlahan sudah mulai pulih. Dia dengan mendesak untuk diizinkan syuting. Samuel masih khawatir dengan keadaannya. "Kau yakin sudah merasa lebih baik?""Ya." "Baiklah. Jika itu keinginanmu. Stelio, mulai besok, kau akan memiliki pengawal yang akan menjagamu," ucap Samuel memberitahu kepada putranya. Stelio tidak menyetujui keputusan Samuel, "Kenapa aku membutuhkan pengawal. Bukankah akan lebih aman jika aku bersama dengan Mama? Papa, bisa saja para Pen
"Apa Bos memintamu untuk melakukan ini? Jika sampai sesuatu terjadi padanya, kau akan tahu apa yang dapat kami lakukan. Kau harus tahu jangan pernah menyentuh anak itu sembarangan. " ucap orang di telepon itu. Panggilan telepon berakhir. Mike mulai merasa cemas. Sekarang, dia harus memastikan bahwa anak itu baik-baik saja demi kesehatan hidupnya juga. Mike langsung menghubungi seseorang kenalan yang dia percayai untuk mengatasi hal ini. *** "Apa yang anak itu makan, aku juga memakan menu yang sama. Jika ada sesuatu yang salah, aku pasti juga mengalaminya," ucap Maya. "Tidak. Itu belum tentu. Maya, kau memang selalu tidak cermat untuk hal seperti ini. Pasti ada seseorang yang menyentuh makanan Stelio dan melakukan ini padanya. Siapa orang yang tidak waras itu sehingga berani melukai seorang anak?" Samuel merasa kesal. "Lalu, bagaimana dengan keadaannya sekarang?" "Beruntung bahwa dokter bisa mengatasi ini, tapi Stelio masih belum bangun.""Samuel, lebih baik kau mengubah keputus
Stelio tidak mengakui bahwa dia sedang demam dan bertindak normal. Manager Chen juga tidak bisa berbuat banyak, tetepi siapa yang mengira sesuatu yang buruk terjadi. "Maya Lin, bagaimana ini bisa terjadi? Kau tidak menjaganya dengan benar!" Samuel marah besar. Hari ini, Stelio dikabarkan pingsan di lokasi syuting. Maya menjadi pihak yang terdalam karena tidak menyadari kesehatan Stelio. Bagaimana Maya bisa tahu hal ini saat jadwal syuting menghasilkan semakin padat?"Kenapa kau menyalahkanku? Apa aku yang membuat anak ini sakit? Samuel, anakmu itu punya tubuh yang lemah dan tidak cocok untuk tetap berada di Industri hiburan. Lebih baik jangan memaksa untuk tetap membuatnya syuting denganku!" "Kau mengatakan ini untuk menyingkirkan, Stelio, kan? Itu tidak mungkin. Termasuk jika tubuhnya lemah, selama dia masih ingin bertahan di Industri hiburan maka tidak ada yang bisa menghentikannya, termasuk itu dirimu!" tegas Samuel. "Aku juga akan mengatur agar proses syuting tidak akan terlalu
Samuel melangkah lalu mencium Maya dengan cara yang sama seperti yang Mike lakukanlah padanya. Kali ini Maya membiarkannya dan membalas ciumannya. "Lalu yang kedua kau harus...." Samuel mengucapkan setelah melepaskan ciumannya. "Kedua? Kau bilang hanya satu, kan?" protes Maya. "Aku yang membuat aturan jadi terserah padaku. Kau juga harus memenuhi ini! Aku ingin kau harus melibatkan Stelio pada setiap drama yang kau mainkan.' "Samuel, apa kau pikir setiap drama membutuhkan pemeran anak-anak? Aku tahu kau melakukan ini agar anakmu itu dapat mengangguku, kan?" Maya sudah berhasil terbebas setelah negosiasi panjang. Sekarang, dia harus terjebak lagi? Tentu saja, dia tidak mau. "Kenapa kau begitu terganggu? Apa karena kau masih ingin bermain banyak drama dengan adegan romantis bersama para aktor muda, dan melupakan statusmu sebagai seorang ibu?""Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Kau saja yang terlalu berlebihan.""Jadi, kau tidak ingin melakukannya walaupun ini Syarat yang aku