Home / Romansa / Skandal Sang Pilot / Teror Bangkai Berdarah

Share

Teror Bangkai Berdarah

Author: Aisyah J. Yanty
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

PART 24



Aku menjerit sekuatnya dan sontak langsung memuntahkan isi perut. Tak sanggup melihat darah yang berserakan di lantai.

Seekor kucing hitam yang terkoyak perutnya dan dengan leher nyaris putus. 

"Ada apa, Bu Nina?" tanya Lina, ART yang setengah berlari menemuiku. 

Aku masih memuntahkan apa yang ada di dalam perutku, sambil menunjuk ke arah kardus mie instan yang terguling. 

Lina berjalan dan melongokkan kepala ke dalam kardus yang kutunjukkan tadi. 

"Astaga, apa ini, Bu. Uweekkk … Uweekkk," Lina ikut-ikutan muntah melihat bangkai kucing yang mati mengenaskan tersebut. 

Aisyah J. Yanty

Vote dan kasih ulasan doongg,, biar semangat author ngetiknya

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Skandal Sang Pilot   Kembalinya Dinda

    Jangan lupa tekan vote ❤ yaaa PART 25 "Kamu itu sebenarnya siapa sih?" "Lo mau tau banget siapa gue? Oke!" Wanita yang suaranya terdengar sangat tidak asing bagiku itu, melepaskan kaca matanya. Kemudian topi lalu masker yang ia kenakan. "Astaghfirullah, elo ....? "Iya ini gue. Napa … lo kaget gue masih hidup? Gue punya seribu nyawa. Jadi gue itu gak akan bisa mati." "Tapi, elo kan uda hanyut di arus deras sungai itu." Dia terus bergerak maju dengan pisau mengayun di sisi pah

  • Skandal Sang Pilot   Video Terlarang

    "Dindaaa … lepasin anakku," Mungkin karena terkejut dengan teriakan Mas Thoriq, Dinda tampak kehilangan keseimbangan dan …. Buuuggghhh Aaawww ...." ALIISSHAAA …." Aku dan Mas Thoriq berlari menuju balkon, untuk memastikan keadaan Alissha yang terjatuh bersama Dinda. Tangisan kencangnya terdengar hingga ke atas. "Alhamdulillah," Aku mengucap syukur, karena Alissha dalam keadaan baik-baik saja. Kini tengah berada dalam gendonga

  • Skandal Sang Pilot   Dasar Benalu

    Aku beringsut mundur dan terduduk lemas di ranjang yang sudah sangat acak-acakan. Berkali-kali meneguk ludah hingga tenggorokan terasa mengering. "Sekarang cepat bersihkan dirimu lalu pergi dari sini!" usirku tanpa sudi menatap. "Oke!" Mas Thoriq melangkah masuk ke kamar mandi. Tinggallah aku menangis sendiri. Selimut yang diam tak tahu apa-apa, kulemparkan ke lantai. Begitu juga dengan bantal dan guling. Tubuhku jatuh luruh ke lantai. Menangis tersedu dengan memeluk lutut yang menekuk dan membenamkan wajahku. Sebegitu cerobohnya aku bisa sampai terjadi hal seperti ini. Tapi apakah aku yang salah? Sama sekali aku tak menyangka Mas Thoriq tega berbuat demikian. Pintu kamar mandi membuka. Lelaki

  • Skandal Sang Pilot   Selamat Datang, Kapten Barry

    Jangan lupa Subscribe dan follow akun yaa PART 28 Aku menahan napas dan tenggorokanku bergerak turun meneguk ludah. Degup jantung seakan berlomba dengan nafas yang juga memburu. Kuraba kantong blazer seragamku untuk mencari ponsel. Aduh, pasti di tas tadi, gumamku sambil menepuk dahi. "Nina! Nina, keluar kamu!" teriaknya. Mas Thoriq berdiri tepat di depan lemari. _______ Aku mendengar Mas Thoriq menggeser pintu kamar mandi yang bergaya jepang itu dan masih terus berteriak memanggil-manggil namaku.

  • Skandal Sang Pilot   Captain Barry

    PART 29 Hei, kok diam aja?" desisnya dengan mendekatkan wajahku padaku. Kepala kutarik mundur, menghindari wajah tampan tapi sebenarnya busuk itu. "Aku bisa bekerja di Berkah Air ini lagi karena jasa papi kamu." Aku tersentak dan menoleh pada wajah yang menyeringai sombong itu. "Papi?" _______ "Ya, Papi kamu sudah bicara dan berusaha meyakinkan Om Rahmat untuk merekrut aku kembali di sini, walaupun harus turun menjadi Co-Pilot. Se

  • Skandal Sang Pilot   Utang-utang Thoriq

    PILOT TEWAS BERSAMA GUNDIKNYA PART 30 "Kurang ajaaar ...!" "Lepasin dia!" Mas Barry turun dan langsung memukul pergelangan tangan yang menarik hijabku tadi. Mas Thoriq mengerang sakit hingga cengkeraman di hijabku terlepas. ________ "Si-siapa kamu--" Ucapannya menggantung sambil mengusap pergelangan tangannya yang sakit akibat pukulan Mas Barry tadi. Begitu cengkeramannya lepas, aku langsung berlari untuk berlindung di belakang tubuh tinggi Mas Barry.

  • Skandal Sang Pilot   Babak Belur

    PART 31 Refleks tanganku meraih pot keramik kecil yang terletak di atas meja, kemudian melemparkannya ke tiang rumah. Ketiga debt collector itu terkejut mendengar suara denting pecahan pot tersebut. “Saya bilang pergi dari rumah saya … atau pot ini yang mengenai kepala kalian?” geramku kesal, sambil memegang salah satu pot yang terbuat dari tanah liat. *** “Tenang, Bu. Ki-kita bisa bicarakan semuanya dengan baik-baik kan?” Salah satu pria berbadan bersikeras untuk mencoba menenangkanku. Tanpa banyak kata, pot tanah liat itu kembali aku lemparkan. Tapi kali ini ke arah kaki mereka. Beruntung mereka segera menghindar. Jika tidak, mereka harus siap beling-beling dari pot

  • Skandal Sang Pilot   Hasil Diagnosa Dokter

    PART 32 Jantungku berdegup kencang ketika Mami menyebut nama Mas Thoriq. Apa ada hubungan dengan peristiwa tadi? “Ke-kenapa dengan Mas Thoriq, Mi?” “Thoriq kayaknya menjadi korban perampokan. Sekarang kondisinya kritis dan tak sadarkan diri di ICCU.” ________ “Oke, oke, Mi. Aku segera ke sana.” Aku menutup telepon dan memandang ke arah Mas Barry yang sedang focus mengemudi. “Ada apa, Nina?” “Mas Thoriq koma di ICCU, Mas.” “Apa … koma?” Aku mengangguk. Mas Barry menggosok dagunya, tanda ia pun saat ini pasti sedang gundah. “Dasar bod*h! Sudah dibilang cukup kasih peringatan aja. Ini kok malah sampai koma.” “Terus, kita harus gimana ini, Mas

Latest chapter

  • Skandal Sang Pilot   Thoriq Semakin Kritis

    PART 41 Suara mesin detak pacu jantung terdengar. Di dalam para dokter dan perawat masih bekerja keras melaksanakan tanggung jawab atas tugasnya. Papi berjalan mondar-mandir di depan pintu kaca ruang ICU. Rasa khawatir yang mendalam tergambar dalam mimik wajah dan gerak gerik tubuhnya. Sudah sama-sama tahu, kalau Papi memang begitu menyayangi Mas Thoriq. Meski dengan kelakuan buruknya sekali pun. Sedangkan aku? Hati ini benar-benar sudah mati dan teramat sangat membenci laki-laki itu. Luka yang ditanamkan di dalam hati ini, benar-benar mendarah daging. Jika ditanya apakah aku bisa memaafkannya atau tidak, entahlah … Rasanya jantung ini terus mendetakkan ka

  • Skandal Sang Pilot   Thoriq Kritis

    "Mas Thoriiiiq," Aku berteriak dan menutup telinga karena suara dentuman tubuh mereka ke tanah, membuatku tak berani melihat. Aku menelan saliva. Kuberanikan diri melihat ke bawah dengan mata setengah tertutup. Astaga, Hesti terjatuh dalam keadaan telentang, sedangkan Mas Thoriq jatuh telungkup tak jauh dari posisi Hesti. Tampak darah mengalir dari belakang kepala Hesti. Bergegas aku mencari kunci di setiap sudut laci. Ya ampun, ngapain sih Mas Thoriq pakai sembunyiin kunci segala, rutukku membatin. Ketika nyaris putus asa, aku mendengar seseorang memutar knop pintu. "Mas Barry?" cetusku saat melihat sosok tinggi dan berjanggut tipis muncul dari balik pintu. "Ko

  • Skandal Sang Pilot   Thoriq dan Hesti Jatuh

    Tampak raut wajah lelaki itu terkejut dan ia berusaha merampas dari tangan Hesti. Tapi, wanita itu tak kalah sigap. Ia mengangkat bungkusan kecil itu ke udara. “Itu bukan apa-apa. “ “Bohong! Ini kond*m siapa?” Mas Thoriq hanya diam dan mengalihkan pandangan cuek ke arah lain, tanpa menjawab. Sementara Hesti terus mendesak sambil memukul-mukul dada Mas Thoriq. “Sudahlah, Hesti. Tidak usah kekanak-kanakan seperti itu. Kondom di kantongku kan belum tentu artinya aku selingkuh,” jawabnya santai tanpa merasa bersalah. “Lalu kond*m ini untuk apa kalau tidak untuk-” Ucapan Hesti terjeda karena mendengar suara ponsel Mas Thoriq berdering. “Siapa itu, Mas?” tanya Hesti penuh selidik. Tapi, Mas Thoriq berusaha m

  • Skandal Sang Pilot   Kondom Di Saku Thoriq

    Ronta kakiku mulai melamban, seiring tubuh yang semakin melemas. Aku sudah pasrah jikalau aku harus mati malam ini.“Hahaha … mam*us lo! Mati lo malam ini juga!”Meski di air, tapi suara itu sangat kukenal. Astaga … ternyata dia.***Aku tersadar dari entah apa namanya. Yang kuingat saat itu aku tengah dibenamkan di air dengan leher yang terjerat tali. Apakah aku sudah mati ataukah hidup? Atau sudah berada di alam kubur? Ketakutan membuatku menjadi takut untuk membuka mata. Takut menghadapi kenyataan.“Woi! Bangun! Aku tahu kamu sudah sadar,” bentak seseorang dan yang kutahu itu suara Hesti.Kubuka perlahan ke

  • Skandal Sang Pilot   Sosok Misterius

    Ya Allah … akan bagaimanakah nasib kami? Akankah pesawat ini akan mendarat selamat, kendati harus melakukan pendaratan darurat? Haruskan kami juga menyusul sahabat-sahabat kami yang kemarin jatuh di perairan juga, meski kami berada di perairan yang berbeda …? ______ Guncangan beberapa kali terjadi dan teriakan histeris terus menggema. Aku hanya bisa terus berdoa tiada henti untuk keselamatanku dan seluruh penumpang berserta awak kabin lainnya. Bayangan Alissha terus menerus menari di pelupuk mata. Tawanya, celotehannya manjanya, Allahu … haruskah semua berakhir di sini? Penderitaan, luka dan kecewa. Aku berdoa dan tersenyum getir. Bruuuk … bruuuk … bruuuk … hentakan hingga tiga kali menyebab

  • Skandal Sang Pilot   Pesawat Nina Mengalami Kerusakan

    Part 36 Mataku membulat tak percaya dengan sosok wanita di dalam taksi. Kupicingkan mata untuk menajamkan penglihatan. Sosok wanita berkacamata hitam itu menoleh padaku. Pelan-pelan ia membuka kaca matanya, lalu melambai padaku. Astaga, Dinda! Glek. Aku meneguk ludah. Buronan itu mulai mencariku kah? *** Wanita itu menggunakan masker. Hanya dari tatapannya, aku sudah langsung bisa mengenalinya, sekali pun ia menggunakan masker yang menutupi sebagian wajah. Mendadak tubuh ini menggigil takut. Inikah awal hidup mulai akan tak tenang lagi. Seandainya pun aku melapor pada pihak kepolisian, belum tentu mereka bisa

  • Skandal Sang Pilot   Mami dan Papi Cerai

    “Dinda … Dinda … kabur dari penjara, Nin.” “Dinda kabur, Mi?” _______ “Iya … Dinda kabur. Tadi pihak LP nelpon Mami. Makanya Mami khawatir banget ini.” Aku menggigit ibu jari lalu meraup wajahku kasar. Kok bisa-bisanya Dinda kabur dari penjara. Suasana yang tadinya aman dan tenteram, menjadi seakan mencekam. Karena Dinda itu memiliki jiwa psyho yang bisa membahayakan banyak orang. “Alissha mana, Mi?” “Sama Bu Asih di taman.” Bergegas aku berlari untuk menjemput putri semata wayangku itu. Aku takut jika Dinda menjadikan Alissha sebagai sasaran kemarahannya. Karena Dinda begitu amat membenciku. “Bu Asih, ayo bawa Alissha pulang!”

  • Skandal Sang Pilot   Dinda Kabur

    PART : 34 “Tidak!” Aku terkesiap melihat Mami. Tidak pernah ia membentakku sebelumnya. Bahkan sejak aku masih kecil. Bahkan dengan Mas Thoriq yang bukan anak kandungnya sekali pun. Wanita berhijab lebar itu menarik tanganku hingga aku tertatih mengikuti langkahnya. “Kita mau ke mana, Mi?” “Sudah diam! Ikuti kata-kataku sekali ini saja!” sahutnya tanpa menoleh. _________ Mami membawaku menemui salah seorang perawat. Entah apa yang mereka bicarakan, kemudian aku diajak untuk ikut ke sebuah ruangan. Sesampai di sebuah ruangan yang bertuliskan LABORATORIUM, perawat wanita itu mengambi sample darah dan urine-ku

  • Skandal Sang Pilot   Tertularkah Aku?

    PART: 33 Mataku membulat untuk memastikan mataku tidak salah membaca. Dan sontak aku langsung menutup mulutku. “Itulah sebab kenapa saya bertanya apakah pasien memiliki istri atau tidak. Karena kemungkinan ia juga menularkan penyakit ini kepada istrinya.” *** Aku tersandar pada punggung kursi. Ujung jariku terasa gemetar karena mendengar penuturan Dokter Derry barusan. Mas Thoriq mengidap HIV. Penyakit yang sangat menakutkan dan belum ada obatnya. Lalu, bagaimana denganku? Bukankah kemarin ia sempat meniduriku dalam keadaan tidak sadar? Mendadak perutku terasa mual dan rasanya ingin muntah. Sindrom yang selalu kualami ketika stres dan panik. Sebelum aku memuntahkan is

DMCA.com Protection Status