Masalah Nasya dengan Nasya belum selesai, kini giliran Airin yang mendapatkan masalah yang sama sekali tidak diduganya sejak awal. tiba-tiba saja Dia mendapat telepon dari rumah menyampaikan kabar Kalau kedua orang tuanya sudah tiba dan saat ini sedang menunggunya pulang ke rumah. tanpa beban Airin pulang ke rumahnya setelah bertahun-tahun tidak bertemu Baru kali ini dia bisa melihat wujud dari orang tuanya. "Kamu dari mana saja mami papi pulang kamu tidak ada di rumah kamu boleh hidup bebas dan bersenang-senang tapi kamu perempuan harus tahu aturan," ucap Sintia, ibunya Airin. wanita itu duduk dengan tegak sanggul setinggi tower Te*lkomsel memandangnya tanpa berkedip. Lazimnya orang yang sudah tidak bertemu sekian lama harusnya ibunya berlari menyambut kedatangan air dan memeluk putrinya itu, yang terjadi justru sebaliknya wanita itu memarahi Airin dan mengetahuinya anak tidak tahu aturan karena pulang ketika hari sudah malam. "salah papi mami tidak mau ngabariku lebih d
Semua anggota keluarga sedang makan. Hari ini, Raka resmi menjadi CEO di perusahaan keluarga. tidak ada pilihan lain, Raka terpaksa menerima permintaan ayahnya. belakangan ini kesehatan Dirga semakin menurun dokter menyarankan agar dia beristirahat total di rumah tidak lagi pergi ke kantor dan melakukan kegiatan yang berat dan terlalu memikirkan pekerjaan. untuk itu semua anggota keluarga diundang begitupun dengan Radit dan juga Airin pasangan itu terlihat lebih gembira dan bahagia terpancar dari wajah keduanya. "mami senang melihat kalian bahagia seperti ini harapan manis semoga kalian cepat memiliki momongan. kasihan Zain harus bermain sendiri." "mami doakan yang kuat biar kami cepat punya anak," jawab Radit tersenyum. tangan Airin meraba perutnya dorongan untuk menceritakan kepada semua anggota keluarga bawah saat ini harapan mereka akan segera terkabul. namun dia menunggu waktu yang tepat dia ingin lebih dulu memberitahukan kabar gembira itu kepada suaminya tapi dengan
Pengakuan penjahat itu justru membuat berang Radit dia melepaskan pelukannya dari Airin lalu maju menghantam pria itu membabi buta hingga darah bercucuran dari hidung dan juga mulutnya. Kalau Raka dan Chris tidak menarik Radit bisa jadi penjahat itu mati di tangan Radit malam itu juga. tak lama anak buah Radi datang menjemput kawanan penjahat itu dan menjumlahkan mereka ke penjara sembari menunggu penyelidikan dan dia sudah memutuskan malam itu juga Dinar akan ditangkap sebagai otak dari percobaan penculikan itu. Airin masih ketakutan menangis diperlukan Anisa tanpa sadar tubuhnya lemas dan terjatuh di lantai Anisa berteriak meminta pertolongan memanggil nama Airin agar tetap tersadar tidak lama darah mengalir dari bagian intinya turun menetes hingga ke ujung kaki. Anisa semakin berbagi kaget begitupun dengan yang lainnya ketika melihat kondisi Airin. bergegas Radit melarikan air yang ke rumah sakit diikuti oleh anggota keluarga yang lain. Mobil Radit berhenti di rumah sakit
Penangkapan Dinar ternyata tidaklah segampang yang diduga. begitu mengirim enam orang penjahat untuk mencuri paksa Airin Dinar pun melarikan diri dari rumah Radit. Dendamnya pada Airin membuatnya kalap dan tidak berpikir logis. dia sudah menyadari kalau tidak ada kemungkinan mendapatkan kredit kembali jadi daripada dia tidak bisa bersama Radit maka tidak juga bersama Airin. kini wanita itu menjadi buron tidak satupun dari teman-temannya mau membantu menyembunyikannya. amarah Radit benar-benar sudah berada di titik teratas. setelah diusutnya dia pun mengetahui bahwa Dinar selama ini sudah membohonginya mengenai penculikan dan penyekapan itu. hatinya sebagai semakin mantap untuk memburu Dinar menjebloskan wanita itu ke penjara agar tidak menjadi batasan dengan di kemudian hari siapa yang bisa menjamin kalau Dina tidak akan mencoba menyakiti Airin lagi terlebih saat ini wanita itu sedang mengandung anaknya. "Radit Kenapa sih harus ada pengawal di apartemen aku jadi tidak n
Ema bangkit dengan wajah pucat. Ketakutan menyelimuti wajahnya. Bagaimana ini? Jangan sampai Chris menemukannya ada di sini. "Biar saja, Bu, mungkin ini jalan Tuhan agar kalian bisa bertemu dan bicara," ucap Nasya, meski dia sendiri juga merasa takut. "Jangan, Nas. Tidak sekarang." Mata Ema berkeliling memperhatikan sekitar, tempat yang bisa dia pakai untuk bersembunyi. Begitu matanya menangkap sebuah meja yang didirikan terbalik, Ema segera jongkok di belakang meja itu. "Belum selesai juga? Kita pulang?" tanya Chris mendekat. Tubuh Nasya bergetar hebat, takut suaminya itu akan tahu kalau Ema tengah bersembunyi di belakangnya. "Ada apa? Kau terlihat berkeringat?" Chris menyapu kening Nasya yang basa oleh keringat. "Oh, ini, mungkin karena panas, jadi keringetan. Kita pulang, yuk. Kasihan Zain nungguin di rumah," sambar Nasya tidak ingin lebih lama di tempat itu yang sama saja dengan membahayakan keadaan Ema. Setelah di dalam mobil, Nasya segera mengirim pesan pada Airin agar meng
Nasya tidak bisa mengelak lagi, Chris sudah mendengar pembicaraan mereka. Nasya membuka tangannya, menunjukan apa yang ada dalam genggamannya. "Apa ini?" tanya Chris mengamati benda itu. Sama sekali belum pernah dia lihat sebelumnya. "Ini dari Bu Ema, dia minta Airin memberikan padaku, katanya ini diberikan ayahmu padanya saat mereka menikah dulu." Sesak dada Chris. Setiap nama itu terdengar di telinganya, hatinya kompak menjadi sangat sakit seperti kepalanya. Baginya Ema itu seperti racun ataupun virus yang hanya dengan namanya saja sudah bisa melumpuhkannya. "Buang!" perintah Chris arogan. Dia tidak sudi Nasya menyimpan benda milik wanita itu. Meski sudah diberikan oleh ayahnya, tetap saja itu milik Ema. "Jangan dong, Mas. Ini warisan ayah kamu. Kenapa sih, kamu bisa begitu egois?" Nasya tidak habis pikir, lalu tiba-tiba ingat portal berita yang dia baca kemarin soal anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya, dan ketiga sudah dewasa bertemu kembali, dan si anak mau memaafkan ora
Ema sudah pergi. Menghilang entah kemana membawa kesedihannya. Meski suaminya masih tidak mau membuka hati pada Ema, Nasya memutuskan untuk mencari wanita itu. Jika sudah memastikan Ema baik-baik saja, barulah dia bisa tenang. Namun, segala usah Nasya tidak membuahkan hasil. Mungkin juga karena kemampuan dia mencari terbatas. Dia seorang ibu, paham sekali apa yang dirasakan Ema saat ini. Membayangkan Zain melakukan hal yang sama padanya, membuat dada Nasya sakit. Jangan sampai Zain mengalami hal seperti dialami ayahnya. "Mau sampai kapan kamu mencarinya? Aku gak mau kamu sampai kelelahan dan akhirnya jatuh sakit hanya demi mencari wanita itu!" Nasya dia, berlalu meninggalkan suaminya yang bertemu di tengah anak tangga. Karena Nasya tak kunjung pulang sementara hari sudah gelap, Chris berencana untuk mencarinya. Nasya begitu keras kepala, meski sudah diperingatkan agar tidak pergi mencari Ema, perintah Chris sama sekali tidak diindahkan. "Sampai suami aku mau bantuin menemukan k
"Ada apa? Kenapa kamu menangis?" Chris menyongsong kedatangan Nasya. Begitu melihat wanita itu keluar dari pintu rumah sakit dengan berlinang air mata, Chris yang berada di parkiran luar, segera berlari dari mobil dan menghampiri Nasya. Tak mampu menjawab, Nasya segera menubruk dada Chris dan menangis sepuasnya. Chris harus menunggu hingga istrinya itu sedikit tenang. Dia pun memutuskan untuk memapah Nasya kembali ke dalam mobil. Lebih setengah jam menunggu keadaan Nasya tenang, dan setelahnya wanita itu masih memilih untuk diam. "Ngomong dong, Nas, apa yang terjadi?" Nasya menoleh melihat suaminya. Matanya masih merah bekas menangis tadi. "Kalau kamu gak mau menyesal, lebih baik kamu pergi jenguk Bu Ema, saat beliau masih mendengar ucapanmu, Mas." Pada akhirnya Nasya menjelaskan semua yang dia ketahui dan peringatan dokter yang mengatakan kemungkinan untuk sembuh sangat sedikit. Chris diam dengan seribu hal dalam benaknya. Dia pun tidak menjawab dan bergegas meninggalkan rumah
Elena tidak bisa menolak. Bukan hanya sekedar karena Raka akan membantu keluarganya, tapi jauh dari itu, dia juga menyimpan rasa pada Raka. Tidak dibuat-buat, mengalir begitu saja. Elena yakin, kalau Raka mampu membahagiakan dirinya. Pernikahan putra bungsu Dirga digelar di ballroom hotel dengan banyak tamu undangan dari kalangan pebisnis, publik figur, sampai semua karyawan perusahaan diundang. Banyak yang terkejut, tidak menyangka kalau atasan dan bawahan itu akhirnya dipersatukan dalam mahligai rumah tangga. "Kamu terlihat gugup," bisik Raka memandang lembut istrinya. Elena tersipu malu. Kini sudah resmi jadi suami istri, tapi rasa gugup dan deg-degan di dalam hatinya belum juga surut. Ada kalanya Elena mencubit tangannya, demi memastikan kalau dia sedang tidak bermimpi. Raka putra Dirgantara kini sudah jadi suaminya. "Sedikit," jawabnya pelan, hanya sekali mengangkat kepala lalu kembali menunduk tak tahan dengan tatapan mesra Raka. Raka menarik tangan Elena, menyelipkan j
"Bagaimana permintaan papi?" Dirga sudah muncul dan duduk di samping Raka yang tengah duduk di teras rumah menikmati kesunyian berteman secangkir kopi. Ayahnya kembali mendesak, tidak mungkin terus menghindar. Tapi, kalau dituruti juga dia tidak punya kandidat. Puas pacaran selama kuliah, menjadi sosok badboy, membuat Raka tidak lagi minat pada pernikahan. Ambisinya sudah terikat dengan urusan kantor. Ada kalanya dia menerima tawaran dari beberapa temannya untuk kumpul di sebuah bar, minum dan menikmati dunia malam. "Hei, kau dengar tidak? Diajak ngobrol kok, malah diam?" "Dengar, Pi. Tapi untuk saat ini aku masih belum ada jawaban untuk pertanyaan papi." Lebih baik pembicaraan ini langsung diputus, jangan lagi ada perpanjangan. "Kalau begitu kamu menerima putusan dari papi. Biar papi jodohkan pada anak teman papi aja," sambar Dirga tidak memberi celah. Terlalu lama bersabar dengan putra bungsunya ini, kalau tidak gerak cepat, bisa-bisa, dia tidak jadi menikah. "Jangan
"Wajah kamu kenapa?" Raka memiringkan kepala, mencoba melihat lebih jelas ke arah pipi Elena yang dia temui pagi ini di lift. "Gak papa, Pak," jawabnya singkat. Rambut panjangnya dibiarkan menutup pipi sebelah kanan, agar memar bekas tampar ibu tirinya tidak terlihat. Kalau bukan karena demi ayahnya, dia pasti sudah kabur lagi dari rumah.Elena mengutuk keberadaan ibu tirinya ada dalam hidup mereka, bukan memberi kebanggaan bagi ayahnya, justru derita. Elena harus menerima kekejaman dan penyiksaan ibu tirinya karena sudah menolak pernikahan dengan Edgar. Mau bagaimana lagi, dia tidak menyukai pria yang sombong dan sok berkuasa itu. Kalau dari hikayat Edgar yang dia dengar dari orang tuanya, harusnya pria yatim piatu itu berbudi pekerti dan bersikap baik, bukan justru sebaliknya. Dia juga tidak merasa perlu dinikahi Edgar karena permintaan terakhir Jason. Bahkan dengan Jason sendiri pun dia belum terlalu yakin, semua ini juga karena keluarganya yang memaksa dia harus menikah deng
Rasa penasaran Nasya menggerogoti pikirannya hingga tidak bisa tidur malam itu. Tidak sabar menunggu datangnya pagi agar dia bisa mencari Chris. Jelas kalau suara wanita yang dia dengar tadi milik Helen. Pertanyaan, mengapa malam selarut itu Chris ada bersama Helen? Memikirkan banyak kemungkinan buruk yang akan terjadi, membuat Nasya tak kuasa menahan air matanya. Apakah dia akan kehilangan Chris lagi? Apakah hati pria itu sudah berubah, kembali pada Helen? Segala tanya dia simpan hingga esok. Penantian Nasya berakhir. Langit sudah terang, begitu cerah, tapi tetap saja tidak bisa menghilangkan cemas di hatinya. "Pagi sekali, mau kemana?" tanya Anisa mendapati Nasya di anak tangga terakhir. Dia sudah bersiap, terlihat cantik meski kantong mata tetap menunjukkan kebenaran kalau dia semalaman tidak tidur. "Mau mencari Chris!" jawabnya tegas. Dia tidak perlu melirik ke arah Dirga yang saat itu juga ada mendengar obrolan mereka, karena dia yakin kalau ayahnya pasti saat ini tengah
Helen tidak tahu bagaimana lagi menyembunyikan wajah malunya. Di tengah semua tatapan menghakimi orang di kafe itu, dia mencoba untuk tetap bisa berdiri. Kalaupun mau mundur lagi, sudah kepalang tanggung. "Bagaimana, Bu, kita tetap melanjutkan tujuan kita kemari?" teguran dari petugas menyadarkan dirinya. Dengan ragu, Helen mengangguk. Dia akan terus berjuang, menggunakan kesempatan terakhirnya. Siang itu, Nasya membuat sedang ada di ruangannya. Kristal ikut bersamanya ke kafe dan sedang mencoba membujuk putrinya itu untuk tidur siang, jadi huru-hara di luar sana tidak sampai ke telinganya. Namun, begitu mendapati pintu ruang kerjanya didobrak, Nasya mengalihkan pandangannya. "Bapak ada kepentingan apa masuk ke mari?" tanya Nasya sewot, pasalnya menidurkan Kristal, dia harus ikut berbaring dan gaunnya sedikit tersingkap menunjukkan paha mulusnya. "Itu orangnya, Pak, tangkap saja!" seru Helen yang ternyata sudah ada di belakang petugas. Secara paksa, petugas menyeret Nas
Acara pernikahan itu pada akhirnya batal. Keluarga Ferdi tetap tidak terima. Mereka menuntut keluarga Nasya dengan tuduhan penjebakan. Namun, Dirga sudah tidak mau mendengar apapun penjelasan keluarga Ferdi, disaat itu juga diminta untuk membatalkan pernikahan itu. Sekarang, setelah semua orang pamit pulang dengan tanda tanya besar dalam hati mereka, kini semua anggota keluarga duduk di saling berhadapan. Rapat keluarga dimulai. Dirga duduk berdampingan dengan Anisa, mengamati Chris dan Nasya yang duduk tepat di depan mereka. Di sisi lainnya ada Raka, dan pasangan suami istri, Radit dan Airin. "Jelaskan!" perintah Dirga, menatap lekat pada wajah Chris. Matanya memicing, tanda tidak suka karena Chris menggenggam tangan Nasya dengan erat. Mengapa putrinya bisa bersama Chris sementara waktu itu, pria yang disebut bernama Andrew ini justru diusir Nasya. "Papi," Nasya mulai angkat bicara. Dia ingin menjadi tameng bagi Chris atas interogasi ayahnya. Tatapan Dirga pada suaminya s
Nasya tidak perduli kalau air matanya akan menghancurkan hasil karya-karyas pengantin yang sudah lebih 2 jam memoles wajahnya tadi. Meski mencoba untuk menahan air matanya tetap saja turun setelah mendengar semua cerita Chris. "Jangan menangis lagi, aku minta maaf karena sudah membuatmu menderita dan menungguku terlalu lama," bisik Chris sembari terus mengusap punggung Nasya yang menangis dalam pelukannya. Tuhan begitu sayang kepadanya, di saat dia akan terperangkap dalam jebakan Ferdi, keajaiban datang dan membuatnya mengetahui sifat busuk pria itu dan kini kebahagiaan nya disempurnakan lagi oleh berita yang baru dia dengar dari Chris. "Sayang, jangan menangis lagi, aku semakin bersalah," bujuk Chris lembut. Nasya tidak terima, dia memukul dada bidang Chris, kesal, tapi juga sangat bahagia. Kesal karena harus melalui penderitaan yang panjang berpisah dengan pria itu, tapi senang karena mengetahui kalau suaminya belum meninggal dan dia kini bersamanya. "Ini seperti mimpi. Aku t
Lily batal tinggal di rumah orang tua Nasya. Dia menempatkan wanita itu di rumahnya bersama Bi Sumi yang selama ini mengurus rumah mereka yang sudah lama ditinggalkan setelah kepergian Chris. Ingin sekali rasanya menolak, takut merepotkan Nasya dan keluarganya, tapi Nasya tetap bersikeras meminta wanita itu tetap tinggal di rumahnya. Setelah selesai mengamankan Bu Lily, Nasya dan Airin meneruskan rencana mereka ke toko perhiasan, mengambil perhiasan milik Anisa. Sesaat Nasya berangkat mencari Lily, ibundanya menghubungi meminta anaknya singgah ke toko perhiasan. "Tunggu, itu bukannya-" Airin menghentikan ucapannya dan menarik tangan Nasya untuk mundur. Mata Nasya mengikuti telunjuk Airin. Benar, dia mengenal pria yang sedang memeluk pinggang wanita bertubuh sedikit berisi. "Itu mas Ferdi!" desisnya tidak percaya. Pria yang akan berubah status menjadi suaminya besok justru jalan berduaan dengan wanita lain. Jangan bilang wanita itu saudara, sepupu atau kerabat, tidak ada hubungan
Kejadian di salon itu menorehkan luka sekaligus trauma yang cukup besar. Kalau bukan Radit datang menjemput mereka, Nasya tidak akan berani keluar dari salon itu. Imbasnya, saat Ferdi menyarankan mempercepat pernikahan mereka, Nasya manut saja. Dia menyerahkan semua urusan pernikahannya yang kali ketiga ini pada Anisa dan ibu Ferdi, sementara dia hanya mengurung diri di kamar menangisi takdirnya. "Nay, kamu mau kemana? Gak baik keluar rumah lagi. Besok kamu menikah, sebaiknya jangan pergi," tegur Anisa yang mendapati putrinya itu sudah rapi dan bersiap pergi. "Sebentar aja, Mi. Cuma mau bertemu seseorang," balas Nasya. Baru saja dia mendapatkan pesan dari Airin. Orang suruhannya berhasil menemukan alamat Lily dan sekarang dia ingin mengunjungi wanita itu hanya sekedar ingin memastikan kalau Lily baik-baik saja. "Gak boleh! Nanti mami dimarahi papi kamu." "Mi, please." Nasya menyatukan telapak tangan di depan dada. Suaranya diusahakan pelan agar Kristal yang sedang tidur siang tid