"Ayo, Ma, Pa, Mom ... silakan duduk dulu," ucap Zack mempersilakan para orang tuanya itu. Ia berusaha untuk mengurai kecanggungan yang hadir di antara mereka semua."Eh iya, ini ada martabak," seru Jennifer, "tadi kami singgah di lapak martabak ujung jalan sana. Mommy sudah lama nggak makan ini. Sudah bertahun-tahun lamanya," ujar Jennifer sembari menyerahkan bungkusan besar berisi beberapa kotak martabak yang tadi sempat ia letakkan di atas meja kepada Nabila. Wanita paruh baya itu tersenyum semringah.Nabila pun membalas senyuman itu dengan menarik kedua sudut bibirnya lebih lebar. "Ah, iya. Maaf, kami baru membeli furniture untuk ruang tamu dan ruang tengah ini, dan pindahan pun baru kemarin. Zack juga lupa memberitahuku soal kedatangan kalian. Jadi, kami tidak menyiapkan apa-apa," sahut Nabila merasa bersalah. Ia lalu meraih apa yang mertuanya berikan."Tidak perlu repot-repot menyiapkan apa-apa untuk kami," sahut Yasmin dengan nada dingin. Wanita tua itu lalu mendaratkan bokongny
Tidak berapa lama setelah mereka semua saling berbicara, Zayn terbangun karena mulai terusik dengan suara-suara di sekitarnya. Bayi kecil itu melihat dengan heran ke arah orang-orang yang kini tengah mengelilinginya."Cucu Eyang sudah bangun ...!" seru Yasmin hendak menggendong bayi mungil tersebut.Baru saja Yasmin meraih kedua ketiak Zayn. Bayi itu pun menangis dengan sangat kencang. Matanya menatap dengan sorot ketakutan terhadap wanita tua yang tidak dikenal yang hendak meraih tubuhnya itu."Sini sama Bunda, Nak," ucap Nabila, dan dengan cepat mengambil putranya sebelum Yasmin.Senyuman pun luntur dari bibir Yasmin yang sejak tadi semringah. "Dia masih takut," ujar Nabila melihat ke arah Yasmin dan yang lainnya bergiliran, "biar aku mandikan dulu," lanjutnya sembari beranjak dari ranjang dan meraih sehelai handuk yang terlipat di dalam lemari perlengkapan Zayn di sana."Sama aku juga waktu itu Zayn ketakutan," ungkap Jennifer sembari tersenyum ke arah besan wanitanya."Iya, naman
Zack bangkit dari duduknya dengan hati yang terjentik keras. Ia tidak suka dengan perkataan Nabila seperti itu, padahal sudah berkali-kali ia katakan kalau tidak akan pernah menceraikannya. Kemudian pria itu pun berjalan mendekat ke arah Nabila, lalu meraih lengan istri mudanya tersebut, dan menggiringnya masuk kembali ke dalam kamar. "Tidak perlu kamu tanggapi apa-apa yang dikatakan mama Veronica seperti itu!" ujarnya keras dengan menahan suaranya kepada sang istri.Nabila mendengkus kasar dan membuang muka. Ia kesal, toh, orang-orang tidak menyetujui rencana Zack yang ingin meneruskan pernikahan mereka. Mengapa suaminya ini terus saja berkeras mempertahankan ikatan ini?"Aku mencintaimu, Nabila," bisik Zack dengan geram, "dan aku tidak akan pernah. Ingat! Tidak akan pernah menceraikan kamu. Kecuali kamu yang ingin berpisah dengan Zayn!" tegas pria itu dengan menekan setiap perkataannya di telinga sang istri.Nabila menoleh ke arah wajah suaminya yang tampak menahan perasaan. Rahang
"Oke ... aku sudah janji nggak akan maksa kamu lagi untuk bercinta denganku. Tapi, aku nggak janji kalau ingin memeluk dan menciummu. Aku mencintaimu, Nabila. Kamu istriku, aku berhak," ujar Zack.Nabila menghela napas panjang. Ia lelah dengan semuanya. "Ingat ... kamu janji kemarin akan mau menuruti semua keinginan aku. Aku cuma mau kamu lembutkan hatimu sedikit untukku. Lagi pula, kamu menikmati sentuhanku, 'kan?"Blussh ....Wajah Nabila terasa memanas mendengar kata-kata seduktif sang suami. Jujur, memang selalu dan selalu pada akhirnya tubuhnya tidak bisa menolak, bahkan malah menikmati setiap sentuhan dari Zack. Namun, ia punya harga diri yang mesti ia jaga. Tidak semudah itu Zack meluluhkan hatinya hanya karena berhasil memanipulasi sensasi terhadap diri pria itu di tubuhnya."Aku cinta kamu ...," bisik Zack seraya kembali mencoba menaraih jemari istrinya.Kali ini Nabila membiarkan. Darahnya pun berdesir menerima sentuha
"Hallo, Andrew," sapa Veronica kepada pria di seberang sana."Hi, Darling. What's up?" tanya Andrew, karena cukup jarang Veronica meneleponnya."Dalam pekan ini kamu jangan kemari ya," pinta Veronica. Sengaja ia memberi jangka waktu cukup panjang. Selain memang sedang bosan dengan pria itu, hal itu karena ia juga mesti mawas diri. Kalau-kalau Hana ingin mengganti jadwal kunjungannya dengan tiba-tiba."Why?" tanya Andrew terdengar heran, "your husband in here now?""No, ada sahabatku mau ke rumah," bantah Veronica jujur."Sahabatmu perempuan, 'kan? Jangan bilang dia laki-laki." Ucapan Andrew terdengar penuh penekanan.Veronica memutar bola matanya. Terkadang pria itu justru bisa lebih posesif dibandingkan suaminya sendiri. "Off course dia perempuan!" serunya terdengar bosan."Oke ... oke, jangan marah, Darling," rayu Andrew sembari tertawa kecil."Ya sudah. Itu saja." Veronica pun memutuskan saluran teleponnya. Ia malas untuk banyak bicara lagi.***"Jadi kamu sekarang sudah pindah ke
"Pijat ya pijat aja, Zack. Malah kamu main-main. Merinding tahu!" Nabila mengalihkan kakinya menjauh dari tangan sang suami.Zack tertawa kecil mendengar ungkapan Nabila itu. Benar saja, memang tubuh Nabila begitu sensitif jika ia sentuh. Sungguh itu yang menarik dari wanita muda tersebut bagi Zack. Pria itu kemudian beranjak dan bangkit dari tempat tidur. "Ya sudah, aku ke kamar sana dulu," pamit pria itu. Ya, malam kemarin ia sudah tidur di kamar lain hanya untuk menghindari Nabila. Mengapa Zack lakukan itu? Hal itu karena beberapa hari ini rasanya gairahnya sedang memuncak. Ia benar-benar menginginkan Nabila. Ia khawatir kalau di ranjang yang sama, maka ia tidak bisa mengendalikan diri dan memaksa istri mudanya itu. Ia sudah berjanji untuk tidak melakukan itu dengan paksa."Mmm ... Zack." Panggilan Nabila menahan langkah sang pria. Zack pun menoleh kembali ke belakang. "Ya?" Matanya menyorot penuh tanda tanya."Kamu dan mommy kapan k
Hana kembali membulatkan kedua matanya. Ia benar-benar terkejut dengan berita yamg terlontar dari mulut wanita yang ada di hadapannya itu.Veronica mengangguk-angguk meyakinkan sahabatnya. "Jadi, gimana kabar Nabila dan bayi kalian?" tanya Hana kemudian. Ia menarik napas dengan berat dan mengembuskannya dengan perlahan-lahan. Ia ingat, kalau dirinyalah yang mengenalkan keluarga sahabatnya kepada si adik pantinya tersebut.Veronica mencebik dan menaikkan kedua alisnya. "Baik. Dan saat ini Zack dan mommy-nya sedang berkumpul dengan mereka," ujarnya.Hana mengernyitkan dahinya. "Berkumpul dengan mereka? Dengan Nabila dan bayimu? Bayi itu nggak kalian ambil dari Nabila?" cecarnya penasaran.Veronica menghela napas panjang. "Nggak semudah itu, Han ...," katanya."Loh, kenapa? Nabila sudah melarikan anak kalian, setelah ketemu kenapa malah tidak kalian ambil?" Hana masih bingung dengan apa yang Veronica sampaikan. Ada apa sebenarnya, hatinya bertanya-tanya."Bayi itu sudah dekat banget den
Veronica merutuk di dalam hati. Degup jantungnya kontan berdebar dengan kencang. "Ah, iya! Ini punya Zack, Han!" serunya sembari meraih benda itu dari tangan sahabatnya. Mati-matian ia berusaha terlihat normal di hadapan Hana. Bagaimana tidak, sudah belasan tahun mereka bersahabat, tentu ia khawatir jika Hana dapat melihat gelagat mencurigakan darinya.Hana mencebik dan menaikkan kedua alisnya. "Aku sangka Zack nggak suka jenis jam seperti itu. Soalnya sering aku lihat dia pakai jam sporty," ujarnya, "tapi nggak mungkin juga punya laki tetangga, 'kaaan?" lanjutnya sembari melihat Veronica dan terkekeh sendiri."Hahahaaa." Veronica tertawa sumbang membalas candaan Hana. "Maklum ... umurnya 'kan, sudah semakin tua, Han. Apalagi sudah akan punya dua anak ini. Jadi, selera sedikit bergeser. Tapi, memang ... dia lebih suka jam sporty, sih," kilah Veronica. Jantungnya berdebar-debar.Namun, wanita itu bersyukur, yang menemukan jam tangan itu bukanlah Zack. Suaminya itu kemarin bilang, akan
Nabila melirik sebentar ke arah Zack. Ia sama sekali tidak mau menyahuti. Wanita muda itu lalu menoleh ke arah Hana dan mengulurkan tangan sembari meringis kesakitan."Kamu nggak apa-apa, Nabila?" tanya Hana cemas seraya membantu memapah adiknya."Sakit, Kaak ...," rengek wanita muda itu sembari bangkit perlahan."Zayn ...." Tiba-tiba Zack tersadar akan putra kecilnya yang terlihat khawatir pada ibunya itu. Zayn menoleh ke arah ayahnya. Ia terlihat tengah mengingat-ingat. "Dad ... Daddy ...," ucapnya ketika ingatannya mulai terbuka. Zack tersenyum, kemudian memeluk putra kecilnya itu dengan perasaan membuncah dan penuh keharuan. Ia sangat merindu."Kaaak ...!" Tiba-tiba Nabila kembali merengek pada Hana.Zack menoleh ke arah Nabila dan pandangan matanya mengikuti pandangan wanita muda itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat air bercampur darah yang mengalir ke lantai."Nabila! Kita mesti ke UGD!" ujar Hana panik, "Zack, tolong panggil perawat!" suruhnya pada Zack."O–oke!" Zack den
"Pak, cepat ya!" seru Zack kepada supir mobil taksi yang ia tumpangi. Sungguh hatinya merasa gelisah karena sudah tiga hari ini—sejak ia sampai di LA dan bahkan sampai kembali ke Indonesia— handphone Nabila tidak bisa dihubungi. Ia yakin Nabila saat ini kembali menghindar darinya. Bahkan ia tahu dari Max, kalau wanita muda itu kini sudah tidak lagi berada di rumah mereka. "Baik, Mister. Saya usahakan!" jawab sang supir sembari memutar roda mobil, kemudian membawa kendaraan itu keluar dari area parkir airport. Arus lalulintas di jalanan terlihat ramai lancar.Tak berapa lama kemudian terdengar suara dering ponsel milik Zack. Pria itu lekas merogoh benda segi empat tersebut dari saku jaket kulitnya. Tertera nama Max di sana."Ya, Max! Aku sudah sampai di bandara Soetta dan sekarang lagi on the way pulang ke Bekasi," jelas Zack kepada sang sahabat."Oh, iya. Gimana? Nabila sudah bisa dihubungi?" tanya Max. Semenjak Zack tidak bisa menghubungi kontak sang istri, ia mengerahkan siapa saja
"Gimana, sudah ada kabar?" Zack saat ini sedang dalam panggilan telepon dengan sahabatnya, Max. Tadi pria itu menghubungi Max untuk mencarikan chanel jet pribadi, agar ia bisa terbang menuju ke Amerika sesegera mungkin. Ia sangat khawatir akan kesehatan bayi kecilnya di rumah sakit."Oke, Bro. Sudah dapat, adikku selalu bisa diandalkan kalau soal ini," sahut Max dari seberang sana."Bagus. Aku sangat berterima kasih kepada kalian.""Jangan lebay!" Max mencandai Zack. "Ya sudah, kamu cepat ke bandara. Pilot sudah menuju ke sana.""Ok, Max. Thanks! Aku akan segera ke sana." Zack pun menutup teleponnya. "Gimana?" tanya Jennifer kepada putranya. Wanita tua itu jelas ingin sama-sama ikut ke Amerika."Sudah siap, Mom!" sahut Zack.Yasmin dan Surya sudah pulang ke rumahnya tadi. Mereka juga hendak bersiap-siap untuk berangkat dan melihat keadaan cucu kesayangan yang sedang sakit itu secara langsung.Zack terlihat memainkan ponselnya lagi. Ketika tersambung ...."Hallo, Pa. Jetnya sudah siap
Mendengar permintaan Nabila, Zack terpaku menatap nanar ke arah wanita muda itu. Tubuhnya terasa kaku seketika dan lidahnya pun kelu. Ia sudah mengira akan begini jadinya."Tidaaak ... tidak, Zack!" Yasmin menghambur ke arah menantunya sembari menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Air matanya kini telah mengalir deras menganak sungai, "tolong kalian jangan bercerai ....""Yasmin!" Tiba-tiba terdengar selaan suara Jennifer memanggil besan wanitanya dari muka pintu.Sontak semua orang menoleh ke arah sumber suara. Zayn tidak lagi berada bersamanya karena ia telah meletakkan balita kecil yang telah tidur nyenyak tersebut di ranjang di kamarnya."Jangan pengaruhi putraku lagi. Kamu tidak lihat apa yang telah anakmu perbuat, heh?" ujar Jennifer dengan suara yang datar tetapi begitu penuh penekanan. Ia jelas marah dengan perselingkuhan Veronica.Surya hanya terdiam di sana. Ia mewajarkan jika Nabila dan Jennifer bersikap seperti itu. Apa yang dilakukan putri tunggalnya itu meman
"Di–di ... dia ...." Nabila tergagap di sana dengan wajah yang kini telah basah karena air mata. "Kamu kenapa, Nabila?" tanya Jennifer panik sembari meraih cucunya dan dengan cepat memegang bahu Nabila yang saat ini terlihat aneh. Nabila terlihat pucat dan bibirnya gemetar di sana. "I–itu ...." Dahi Jennifer berkerut kencang melihat ke arah ponsel yang dilirik oleh Nabila. Dengan cepat wanita tua itu meraih benda segi empat tersebut sambil menggoyang-goyangkan badannya berusaha menenangkan sang cucu yang merengek di gendongannya. Akhirnya Zayn tampak mulai tenang dan hendak kembali tidur di dekapan sang nenek.Nabila terduduk di ranjang Zayn dengan wajah yang masih pias. Ia tertunduk sembari menyusut kedua matanya yang basah. Wanita muda itu terlihat sangat shock.Sementara Jennifer, ia membuka ponsel Zack yang layarnya memang sudah berada di perpesanan WA. Dengan cepat ia memutar video yang ada di sana. Betapa terkejutnya Jennifer melihat apa yang ada di video tersebut. Kedua mata
Hari ini Yasmin dan Surya mengunjungi rumah Zack juga Nabila. Mereka baru saja selesai makan malam bersama. Surya sudah diberitahukan oleh sang istri kalau sebenarnya Zayn bukanlah cucu mereka. Bahkan tidak ada hubungan darah sama sekali.Akan tetapi, Surya memutuskan untuk bersikap bijak. Ia tidak mau mempermasalahkan hal itu. Zayn adalah putra dari Zack, menantunya. Itu cukup mengartikan kalau Zayn sama saja dengan cucunya sendiri.Setelah berkomunikasi dengan sang suami, Yasmin merasa lebih lega. Pandangan suaminya sedikit banyak ikut mempengaruhi pikirannya yang tadinya terasa kusut dan runyam. Selama ini ia tidak menyukai Nabila, karena dianggap sebagai duri dalam rumah tangga putrinya. Akan tetapi, ia tidak sanggup untuk membenci Zayn. Dirinya sudah telanjur sayang, bahkan ia merasa rindu untuk selalu bertemu balita kecil tersebut."Zayn tetaplah cucu kami," ucap Surya sembari tersenyum hangat kepada semua orang, "kami menyayangi Zayn sama seperti kepada Thomas," lanjutnya.Zack
Zack pulang kerja cukup larut, pukul 22.05 WIB. Banyak hal yang mesti dia kerjakan tadi di kantor. Meskipun memang sebenarnya semua sudah selesai di pukul 20.00 tadi, tetapi pria itu memutuskan untuk lebih lama berada di tempat kerjanya. Hal itu karena ia merasa pikirannya sedang kalut dan tidak nyaman dengan keadaannya bersama sang istri keduanya saat ini.Ya, sejak Nabila marah kepadanya, pria itu selalu kepikiran. Ia khawatir kalau wanita muda itu kembali pergi darinya. Zack masuk ke dalam kamarnya. Kemudian ia membuka jas dan kemeja kerjanya, lalu meraih handuk, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai mandi, pria itu keluar. Ia tertegun sebentar di ambang pintu kamar mandi, karena ternyata ada Nabila yang tengah duduk di pinggir tempat tidurnya sekarang."Mmm, Zack ... kamu mau langsung istirahat ya?" tanya Nabila tampak kikuk."Iya. Ada apa, Nabila?" tanya sang suami heran."Oh, ya udah. Aku juga mau tidur. Besok aja," ujar Nabila sembari ban
"Ada apa kalian ini?" tanya Jennifer ketika menyadari kalau sepasang suami-istri di hadapannya tidak saling bicara satu sama lain. Hanya Zack yang tadi ia lihat mencoba mendekati sang istri ketika Nabila menyiapkan sarapan. Namun, wanita muda itu terlihat menghindar dan tidak mau menyahuti sang suami. Itu membuat Jennifer heran.Nabila masih diam sembari mengunyah makanannya dan juga membantu Zayn makan di tempatnya. Sementara Zack hanya melirik ke arah wanita muda itu."Nabila sudah tahu soal Zayn, Mom," jawab Zack datar, tetapi hatinya diselimuti rasa bersalah."Oh, jadi kamu sudah bicara?" tanya Jennifer memastikan, "bagus kalau begitu. Bukannya Nabila memang sudah dari dulu menganggap Zayn sebagai anak sendiri?""Tapi kenapa baru memberitahuku sekarang, Mom? Aku nggak terima selama ini Zack membohongiku sampai lebih dari dua tahun," sahut Nabila tidak terima."Nabila, maafkan aku ...," ucap Zack untuk ke sekian kalinya. Nabila mendengkus tak suka. Lantas ia bangkit berdiri, lalu
"Itu ...? Itu apa?" tuntut Nabila dengan raut penasaran.Zack mendekat dan duduk di samping Nabila. Ia meraih telapak tangan sang istri dengan degup jantung yang tidak keruan. "Nabila, sebenarnya ...."Wanita muda di hadapan Zack itu bersiap menyimak apa yang akan di sampaikan oleh sang suami. Sentuhan dari sang suami membuat darahnya sedikit berdesir hangat karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu dan melakukan kontak fisik, tetapi dirinya berusaha mengabaikan rasa itu. Dengan melihat gelagat Zack yang mencurigakan seperti ini, Nabila merasa cemas dan muncul ketakutan tersendiri di lubuk hatinya. "Sebenarnya apa? Zack, kamu jangan buat aku khawatir!" tegas Nabila yang kini terlihat mulai kesal."Nabila, Zayn itu ... dia sebenarnya adalah anak kamu," jawab Zack dengan suara lirih, tetapi cukup jelas terdengar oleh telinga Nabila.Wanita muda di hadapan Zack mendengkus dan tertawa kecil. Ia heran dengan perkataan sang suami. "Zayn memang anakku!" serunya. Di dalam hatinya curiga ka