"Maksud kamu apa, Zack?! Kamu jatuh cinta sama bocah perempuan bau kencur itu??!" Veronica bangkit dari duduknya. Ia tidak menyangka. Apa yang Andrew katakan benar adanya. Ternyata di Indonesia, Zack bermain api dengan perempuan lain. Bahkan bukan dengan orang lain, melainkan orang yang pernah tinggal bersama mereka.
"Ve, please ... duduk dulu ...," bujuk Zack sembari menarik kembali tangan Veronica dan mengajaknya kembali duduk agar emosi wanita itu tidak makin meninggi.Veronica menatap nanar ke arah suami tampannya itu. Selama ini ternyata dia salah. Veronica menyangka kalau hanya dirinya seoranglah di hati Zack. Dia terlalu percaya diri dan itu membuatnya lalai.Setelah Veronica kembali duduk, Zack pun menggenggam erat jemari tangan istri pertamanya itu. "Ve, aku tetap mencintai kamu, tapi ... terus terang, aku juga mencintai dia. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku ini. Terus terang, dulu kami ...." Zack menggantung omongannya.Veronica mZack terlihat sama sekali tidak menyadari. Padahal dua bulan yang lalu ia jelas-jelas sedang tidak berada di LA, lelaki itu berada di Indonesia. Justru Veronica bercinta dengan Andrew hampir setiap hari di masa itu."Oke, sudah! Mengenai flek yang keluar dari jalan lahir itu karena perkembangan bayi. Tetapi, tetap mesti waspada," seru Steve ke arah pasangan suami istri tersebut. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan menuju ke meja kerjanya.Veronica pun beranjak dari brankar dibantu oleh seorang perawat wanita. Zack menunggunya, kemudian mengiring sang istri duduk di hadapan sang dokter.Beberapa hari yang lalu memang ada flek yang keluar dari vag*na Veronica. Tadinya ia sangka itu darah haid. Namun, hanya dua hari flek itu keluar, berikutnya tidak. Malah kepalanya yang justru sering pusing, dan perut pun mual-mual. Makanya ia putuskan membeli tespek."Akhirnya kamu hamil lagi ya, Ve. Aku turut senang ...," ujar Steve seraya tersenyum lebar menata
"Mak–maksudku bukan begitu, Zack. Kamu tahu mama dan papa gimana .... Mereka itu kolot dan kaku. Aku hanya nggak mau kita malah nambah masalah jika berterus terang. Apa lagi mama paling anti dengan poligami," ungkap Veronica beralasan."Hah? Benar begitu? Bukannya poligami itu ada dalam syariat Islam?" Zack tahu kalau syariat Islam menerima poligami. Makanya dia tidak ragu untuk meneruskan pernikahan poligaminya ini. Lagipula, orang tua Nabila tentu lebih paham, karena mereka muslim sejak lahir. Begitu pemikirannya."Memang ada ...," sahut Veronica. Ia mendesah malas, "tapi tidak semua orang Islam juga bersedia dan menerima poligami itu di kehidupan pribadinya, Zack," ujar Veronica berusaha memberi pengertian kepada sang suami.Zack terdiam. Dia berusaha mencerna apa yang Veronica jelaskan. Namun, di dalam hatinya tidak bisa menerima hal itu begitu saja. Ia kasihan kepada putranya jika sampai tidak diakui seperti itu."Sudahlah, Zack. Nanti kita p
Wanita muda itu mengusap wajahnya lelah. Ia berusaha membuang jauh-jauh bayang-bayang kejadian malam itu."Nabila," panggil Zack dari seberang sana.Nabila pun mengarahkan kamera ponselnya kembali ke wajahnya. Veronica masih berada di toilet sepertinya."Lusa aku berangkat kembali ke Indonesia. Kamu mau dibawakan apa?" tanya Zack dengan wajah ramahnya itu."Nggak usah repot-repot!" cetus Nabila memasang wajah tidak bersahabat."Kamu masih marah?" lirih Zack sembari mencuri-curi pandang ke arah kamar mandi di kamarnya.Nabila bergeming."Maafkan aku, Sayang ...," bisik Zack lagi.Entah mengapa wajah Nabila menjadi terasa memanas mendengar bisikan Zack yang memanggilnya dengan sebutan sayang. Padahal sebelumnya panggilan itu justru membuatnya ingin muntah saja. Namun, sekarang mengapa berubah? Batinnya jadi bertanya-tanya. "Kamu sudah selesai neleponnya ini? Bukannya di sana masih gelap?" ujar Nabila tanpa menjawa
"Apa Anda tidak mengetahui tentang hal ini?" tanya Dokter Mishelle kepada Zack. Ia menangkap ada sesuatu hal penting, sehingga pria di hadapannya itu terlihat memucat ketika mendengar apa yang ia sampaikan.Zack menggeleng lemah. Matanya terasa memanas. Rasa di dalam hatinya bercampur aduk. Ada marah, sedih, dan juga kecewa. Ia tidak menyangka, selama ini Veronica dan Steve membohonginya. Atau justru memang dia yang bodoh?Dokter Mishelle membalik kertas di pegangannya. "Di sini istri Anda, Nyonya Veronica Robinson telah melakukan inseminasi tiga kali, dan ketiga-tiganya gagal dalam proses fertilisasi. Tetapi, ketika dengan ovum sang surrogate mother, sekali saja, langsung berhasil," jelasnya."Oh begitu, Dokter?"Sang dokter menganggukkan kepala meyakinkan. "Saya tidak paham, mengapa Anda sampai tidak mengetahui hal ini. Ada tanda tangan Anda di sini." Dokter Mishelle menunjuk ke arah bubuhan tanda tangan Zack yang ada di kertas yang kini ia leta
Tidak pernah Zack bersikap sekeras itu selama ini. Ya, selama sebelas tahun pernikahan mereka, kalaupun marah, Zack tidak pernah sekali pun membentak sekeras itu di hadapan Veronica. Ini adalah pertama kalinya."I–iya, Zack ... Nabila tidak tahu kalau itu menggunakan sel telur miliknya sendiri," ujar Veronica menjawab pertanyaan sang suami.Kontan Zack meremas rambut kepalanya sendiri. Ia benar-benar sudah kehabisan kata-kata. "Aaarrgh!""Zack ... maafkan akuuu ...," ucap Veronica memelas. Ia berusaha memegang lengan suaminya. Namun, sekali lagi, ditepis oleh Zack. Hatinya perih sekali menerima kekasaran sang suami.Pria itu benar-benar marah kali ini. "Aaakh! Huekk!" Tiba-tiba Veronica merasa sangat mual. Ia memegang perut dan menahan mulutnya.Sontak Zack menatap cemas ke arah sang istri. Ia teringat ketika dulu Veronica hampir meninggal dunia karena keguguran. "Kamu ... nggak apa-apa?" tanya pria itu lirih. "Hhhhgg!
Semenjak Veronica menyampaikan keinginannya untuk putus hubungan dengannya, Andrew menjadi gusar. Bagaimana tidak? Ia mencintai wanita cantik itu. "Bagaimana bisa dia mencampakkan aku begitu saja? Aku tidak akan pernah menerima itu!" lirih Andrew pada diri sendiri.Hari ini ia bermaksud untuk kembali mendatangi Veronica. Ia benar-benar tidak akan mau jika Veronica memutuskan hubungan di antara mereka.Sesampai di butik Veronica, Andrew yang sudah terbiasa masuk sampai ke ruangan kerja wanita itu pun langsung menuju ke sana. "Sorry, Sir. Mrs. Robinson sedang tidak ada di tempat," lapor asisten Veronica mencegat Andrew."Oh ya?"Sang asisten pun mengangguk memastikan.Andrew lalu berbalik hendak keluar dari tempat itu. Ia merogoh ponsel yang ada di balik jasnya dan menghubungi kontak Veronica.Sekali dia menghubungi, tidak diangkat. "Ck!" decak pria itu kesal. Kemudian ia coba lagi menelepon. Akan teta
"Berapa usia kandungan kamu, Ve?" ulang Andrew berusaha untuk meredam emosinya yang tadi begitu menggelegak."Sudah tiga bulan," jawab Veronica kembali berbohong. Ia harus menjaga rahasia ini sampai kapan pun.Andrew terduduk lemas di sana. Ia menghela napas panjang. Kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Veronica. Pria itu mengingat-ingat tiga bulan yang lalu, Veronica bersama siapa? Dirinya, ataukah Zack?"Ini anak Zack ...," lirih Veronica mengulang ucapannya meyakinkan Andrew. Isak tangisnya mulai mereda. Akan tetapi, ia tidak mau menatap mata pria itu.'Benar, tiga bulan lalu aku ke Paris karena ada pekerjaan. Dan Veronica bersama suaminya,' bisik hati Andrew."Beberapa hari belakangan ini dan sampai beberapa bulan ke depan Zack tidak akan berani menyentuhku. Dokter bilang, kandunganku lemah. Zack khawatir kejadian dulu terulang, aku hampir meninggal karena keguguran dan pendarahan," terang Veronica. Zack saja begitu pengertian. I
"Apa?! Veronica hamil? Yang bener kamu ...?" Jennifer terkejut mendengar berita kehamilan sang menantu dari putranya, "jangan sampai kalian membohongi kami lagi, Zack," lanjutnya mencoba meyakinkan diri. Meskipun ia bahagia mendengar berita tersebut, dirinya masih ingat dengan kebohongan anak dan menantunya waktu itu."Iya, Mom. Veronica benar-benar hamil sekarang," ujar Zack meyakinkan ibunya. Bibirnya senantiasa tersenyum senang menyampaikan berita bahagia ini."Syukurlah, Zack. Mommy turut senang kalau begitu. By the way, apa orang tua Veronica sudah mengetahui berita ini?""Sudah, Mom. Kemarin Veronica sudah menghubungi mereka," jawab Zack apa adanya."Hhh, bagus ... dan kamu baru ngasih tahu Mommy hari ini?" rajuk Jennifer."Sorry, Mom. Aku memang mau segera menyampaikan ke Mommy. Tapi, banyak sekali yang mesti aku urus kemarin. Aku rencananya akan kembali bekerja di LA, Mom," kilah Zack menjelaskan kepada sang bunda."Oh, y
Nabila melirik sebentar ke arah Zack. Ia sama sekali tidak mau menyahuti. Wanita muda itu lalu menoleh ke arah Hana dan mengulurkan tangan sembari meringis kesakitan."Kamu nggak apa-apa, Nabila?" tanya Hana cemas seraya membantu memapah adiknya."Sakit, Kaak ...," rengek wanita muda itu sembari bangkit perlahan."Zayn ...." Tiba-tiba Zack tersadar akan putra kecilnya yang terlihat khawatir pada ibunya itu. Zayn menoleh ke arah ayahnya. Ia terlihat tengah mengingat-ingat. "Dad ... Daddy ...," ucapnya ketika ingatannya mulai terbuka. Zack tersenyum, kemudian memeluk putra kecilnya itu dengan perasaan membuncah dan penuh keharuan. Ia sangat merindu."Kaaak ...!" Tiba-tiba Nabila kembali merengek pada Hana.Zack menoleh ke arah Nabila dan pandangan matanya mengikuti pandangan wanita muda itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat air bercampur darah yang mengalir ke lantai."Nabila! Kita mesti ke UGD!" ujar Hana panik, "Zack, tolong panggil perawat!" suruhnya pada Zack."O–oke!" Zack den
"Pak, cepat ya!" seru Zack kepada supir mobil taksi yang ia tumpangi. Sungguh hatinya merasa gelisah karena sudah tiga hari ini—sejak ia sampai di LA dan bahkan sampai kembali ke Indonesia— handphone Nabila tidak bisa dihubungi. Ia yakin Nabila saat ini kembali menghindar darinya. Bahkan ia tahu dari Max, kalau wanita muda itu kini sudah tidak lagi berada di rumah mereka. "Baik, Mister. Saya usahakan!" jawab sang supir sembari memutar roda mobil, kemudian membawa kendaraan itu keluar dari area parkir airport. Arus lalulintas di jalanan terlihat ramai lancar.Tak berapa lama kemudian terdengar suara dering ponsel milik Zack. Pria itu lekas merogoh benda segi empat tersebut dari saku jaket kulitnya. Tertera nama Max di sana."Ya, Max! Aku sudah sampai di bandara Soetta dan sekarang lagi on the way pulang ke Bekasi," jelas Zack kepada sang sahabat."Oh, iya. Gimana? Nabila sudah bisa dihubungi?" tanya Max. Semenjak Zack tidak bisa menghubungi kontak sang istri, ia mengerahkan siapa saja
"Gimana, sudah ada kabar?" Zack saat ini sedang dalam panggilan telepon dengan sahabatnya, Max. Tadi pria itu menghubungi Max untuk mencarikan chanel jet pribadi, agar ia bisa terbang menuju ke Amerika sesegera mungkin. Ia sangat khawatir akan kesehatan bayi kecilnya di rumah sakit."Oke, Bro. Sudah dapat, adikku selalu bisa diandalkan kalau soal ini," sahut Max dari seberang sana."Bagus. Aku sangat berterima kasih kepada kalian.""Jangan lebay!" Max mencandai Zack. "Ya sudah, kamu cepat ke bandara. Pilot sudah menuju ke sana.""Ok, Max. Thanks! Aku akan segera ke sana." Zack pun menutup teleponnya. "Gimana?" tanya Jennifer kepada putranya. Wanita tua itu jelas ingin sama-sama ikut ke Amerika."Sudah siap, Mom!" sahut Zack.Yasmin dan Surya sudah pulang ke rumahnya tadi. Mereka juga hendak bersiap-siap untuk berangkat dan melihat keadaan cucu kesayangan yang sedang sakit itu secara langsung.Zack terlihat memainkan ponselnya lagi. Ketika tersambung ...."Hallo, Pa. Jetnya sudah siap
Mendengar permintaan Nabila, Zack terpaku menatap nanar ke arah wanita muda itu. Tubuhnya terasa kaku seketika dan lidahnya pun kelu. Ia sudah mengira akan begini jadinya."Tidaaak ... tidak, Zack!" Yasmin menghambur ke arah menantunya sembari menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Air matanya kini telah mengalir deras menganak sungai, "tolong kalian jangan bercerai ....""Yasmin!" Tiba-tiba terdengar selaan suara Jennifer memanggil besan wanitanya dari muka pintu.Sontak semua orang menoleh ke arah sumber suara. Zayn tidak lagi berada bersamanya karena ia telah meletakkan balita kecil yang telah tidur nyenyak tersebut di ranjang di kamarnya."Jangan pengaruhi putraku lagi. Kamu tidak lihat apa yang telah anakmu perbuat, heh?" ujar Jennifer dengan suara yang datar tetapi begitu penuh penekanan. Ia jelas marah dengan perselingkuhan Veronica.Surya hanya terdiam di sana. Ia mewajarkan jika Nabila dan Jennifer bersikap seperti itu. Apa yang dilakukan putri tunggalnya itu meman
"Di–di ... dia ...." Nabila tergagap di sana dengan wajah yang kini telah basah karena air mata. "Kamu kenapa, Nabila?" tanya Jennifer panik sembari meraih cucunya dan dengan cepat memegang bahu Nabila yang saat ini terlihat aneh. Nabila terlihat pucat dan bibirnya gemetar di sana. "I–itu ...." Dahi Jennifer berkerut kencang melihat ke arah ponsel yang dilirik oleh Nabila. Dengan cepat wanita tua itu meraih benda segi empat tersebut sambil menggoyang-goyangkan badannya berusaha menenangkan sang cucu yang merengek di gendongannya. Akhirnya Zayn tampak mulai tenang dan hendak kembali tidur di dekapan sang nenek.Nabila terduduk di ranjang Zayn dengan wajah yang masih pias. Ia tertunduk sembari menyusut kedua matanya yang basah. Wanita muda itu terlihat sangat shock.Sementara Jennifer, ia membuka ponsel Zack yang layarnya memang sudah berada di perpesanan WA. Dengan cepat ia memutar video yang ada di sana. Betapa terkejutnya Jennifer melihat apa yang ada di video tersebut. Kedua mata
Hari ini Yasmin dan Surya mengunjungi rumah Zack juga Nabila. Mereka baru saja selesai makan malam bersama. Surya sudah diberitahukan oleh sang istri kalau sebenarnya Zayn bukanlah cucu mereka. Bahkan tidak ada hubungan darah sama sekali.Akan tetapi, Surya memutuskan untuk bersikap bijak. Ia tidak mau mempermasalahkan hal itu. Zayn adalah putra dari Zack, menantunya. Itu cukup mengartikan kalau Zayn sama saja dengan cucunya sendiri.Setelah berkomunikasi dengan sang suami, Yasmin merasa lebih lega. Pandangan suaminya sedikit banyak ikut mempengaruhi pikirannya yang tadinya terasa kusut dan runyam. Selama ini ia tidak menyukai Nabila, karena dianggap sebagai duri dalam rumah tangga putrinya. Akan tetapi, ia tidak sanggup untuk membenci Zayn. Dirinya sudah telanjur sayang, bahkan ia merasa rindu untuk selalu bertemu balita kecil tersebut."Zayn tetaplah cucu kami," ucap Surya sembari tersenyum hangat kepada semua orang, "kami menyayangi Zayn sama seperti kepada Thomas," lanjutnya.Zack
Zack pulang kerja cukup larut, pukul 22.05 WIB. Banyak hal yang mesti dia kerjakan tadi di kantor. Meskipun memang sebenarnya semua sudah selesai di pukul 20.00 tadi, tetapi pria itu memutuskan untuk lebih lama berada di tempat kerjanya. Hal itu karena ia merasa pikirannya sedang kalut dan tidak nyaman dengan keadaannya bersama sang istri keduanya saat ini.Ya, sejak Nabila marah kepadanya, pria itu selalu kepikiran. Ia khawatir kalau wanita muda itu kembali pergi darinya. Zack masuk ke dalam kamarnya. Kemudian ia membuka jas dan kemeja kerjanya, lalu meraih handuk, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai mandi, pria itu keluar. Ia tertegun sebentar di ambang pintu kamar mandi, karena ternyata ada Nabila yang tengah duduk di pinggir tempat tidurnya sekarang."Mmm, Zack ... kamu mau langsung istirahat ya?" tanya Nabila tampak kikuk."Iya. Ada apa, Nabila?" tanya sang suami heran."Oh, ya udah. Aku juga mau tidur. Besok aja," ujar Nabila sembari ban
"Ada apa kalian ini?" tanya Jennifer ketika menyadari kalau sepasang suami-istri di hadapannya tidak saling bicara satu sama lain. Hanya Zack yang tadi ia lihat mencoba mendekati sang istri ketika Nabila menyiapkan sarapan. Namun, wanita muda itu terlihat menghindar dan tidak mau menyahuti sang suami. Itu membuat Jennifer heran.Nabila masih diam sembari mengunyah makanannya dan juga membantu Zayn makan di tempatnya. Sementara Zack hanya melirik ke arah wanita muda itu."Nabila sudah tahu soal Zayn, Mom," jawab Zack datar, tetapi hatinya diselimuti rasa bersalah."Oh, jadi kamu sudah bicara?" tanya Jennifer memastikan, "bagus kalau begitu. Bukannya Nabila memang sudah dari dulu menganggap Zayn sebagai anak sendiri?""Tapi kenapa baru memberitahuku sekarang, Mom? Aku nggak terima selama ini Zack membohongiku sampai lebih dari dua tahun," sahut Nabila tidak terima."Nabila, maafkan aku ...," ucap Zack untuk ke sekian kalinya. Nabila mendengkus tak suka. Lantas ia bangkit berdiri, lalu
"Itu ...? Itu apa?" tuntut Nabila dengan raut penasaran.Zack mendekat dan duduk di samping Nabila. Ia meraih telapak tangan sang istri dengan degup jantung yang tidak keruan. "Nabila, sebenarnya ...."Wanita muda di hadapan Zack itu bersiap menyimak apa yang akan di sampaikan oleh sang suami. Sentuhan dari sang suami membuat darahnya sedikit berdesir hangat karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu dan melakukan kontak fisik, tetapi dirinya berusaha mengabaikan rasa itu. Dengan melihat gelagat Zack yang mencurigakan seperti ini, Nabila merasa cemas dan muncul ketakutan tersendiri di lubuk hatinya. "Sebenarnya apa? Zack, kamu jangan buat aku khawatir!" tegas Nabila yang kini terlihat mulai kesal."Nabila, Zayn itu ... dia sebenarnya adalah anak kamu," jawab Zack dengan suara lirih, tetapi cukup jelas terdengar oleh telinga Nabila.Wanita muda di hadapan Zack mendengkus dan tertawa kecil. Ia heran dengan perkataan sang suami. "Zayn memang anakku!" serunya. Di dalam hatinya curiga ka