Pesawat Singapore Airlines itu terbang melintasi langit biru berawan putih yang tampak bagaikan kapas-kapas lembut yang melayang. Jeda antar musim liga Eropa memberikan kesempatan untuk Agus dan Anita kembali ke tanah air.Rasanya begitu besar kerinduan di hati mereka untuk bertemu dengan orangtua masing-masing. Memang rencananya dari Barcelona akan turun ke Jakarta terlebih dahulu. Ada dua kali transit dari Barcelona ke Milan lalu transit lagi di Bandara Changi sebelum mendarat ke Bandara Soekarno Hatta. Sekitar 19 jam setengah waktu tempuh itu seluruhnya.Tentu saja di Bojonegoro, kampungnya Mas Agus tidak ada bandar udara. Mereka akan melanjutkan perjalanan seusai temu kangen dengan papa mama Anita dengan pesawat jurusan Jakarta-Surabaya. Dari Surabaya, mereka akan naik transportasi darat ke Bojonegoro yang masih satu provinsi dengan Surabaya. Hanya bisa seperti itu cara Agus dan Anita bisa sampai ke kampung halamannya Mas Agus.Tidak lupa Agus membawakan oleh-oleh untuk keluargan
"Nggak usah dipakai dulu dasternya daripada nanti saya lepas lagi, Mbak!" sergah Agus setelah mereka berdua mengeringkan tubuh dengan handuk bersih.Lengan kekar Agus meraup tubuh Anita yang sudah mulai bertambah berat ke gendongannya. Wanita hamil itu terkesiap kala ia merasa kehilangan bobot tubuhnya melayang naik meninggalkan pijakannya di lantai kamar yang dingin.Dengan segera Anita menalikan tangannya ke leher Agus. "Mas, despacito ya ...," ucapnya terkikik. Despacito itu artinya perlahan-lahan. "Oohh ... sudah belajar bahasa Spanyol juga ya?" sahut Agus terkekeh lalu dia pun mulai menyusuri leher wangi istrinya itu.Bulatan kembar yang memang sudah ranum sebelum hamil semakin besar dan selalu membuat Agus tegang di bawah sana saat menyentuhnya dengan tangan dan mulutnya. Sapuan lidah di puncak gunung batok kembar itu membuat Anita gemetar dan mendesah nikmat. Dia suka setiap sentuhan intim dari suaminya."Wah, dedek bayinya kayaknya bakal kenyang ini, Mbak kalau susu Mamanya m
Perjalanan Agus dan Anita dari Jakarta hingga tiba di tujuan kampung halaman Agus usai sudah. Diantar oleh driver gocar dari Surabaya ke Bojonegoro, Agus membayar dengan tiga lembar merah uang rupiah. Rumahnya masih seperti dulu saat Agus tinggal di kampung yang menyisakan sejuta kenangan pahit manis dengan orang-orang yang berasal dari masa lalunya. Ada rasa haru yang menyeruak dalam dadanya, sebuah perasaan asing yang terasa begitu pekat. Dia telah berhasil mendobrak segala hinaan dan caci maki yang merendahkan dirinya dulu."Ayo, Mbak kita masuk cari bapak ibuku di dalam," ajak Agus sambil membantu driver gocar itu menurunkan koper miliknya dan milik istrinya.Sore itu Bu Rodiyah tergopoh-gopoh keluar dari rumah sederhana yang sudah usang itu menyambut putera tunggal dan menantunya. "Gus, Nita, syukur akhirnya sampai juga ke sini! Ayo masuk ... masuk ...," sambutnya memeluk Anita sementara Agus membawa koper di kanan kiri tangannya dan meninggalkan sebuah koper di halaman depan ru
Rumah tingkat dua lantai berdinding putih bak istana itu berdiri di Dusun Tapan, Bojonegoro. Letaknya hanya berbeda 3 rumah dari rumah mantan istri Agus dulu yang bernama Ratih Sitoresmi. Pintu gerbang teralis hitam setinggi 2 meter itu dibuka sendiri oleh Agus. Dia menggandeng tangan istrinya mengikuti Pak Slamet melihat-lihat rumah barunya. Biaya pembangunannya menghabiskan 1 milyar lebih sedikit, Agus mencatat semua transfer uang pembangunan rumah itu dengan teliti dulu."Mbak Anita suka nggak sama rumahnya, ini bapakku yang jadi mandor bangunannya?" tanya Agus kepada istrinya yang masih mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan dalam rumah yang masih berbau cat dinding karena masih belum dihuni sejak dibangun."Bagus banget, Mas. Nita suka kok, paling nggak kokoh bangunannya dan kelihatan nyaman ditinggali," jawab Anita tersenyum bahagia. Dia tidak menyangka akan dibuatkan rumah oleh suaminya itu di Bojonegoro.Pak Slamet turut senang jerih lelahnya berbulan-bulan tidak meng
Suara canda tawa ibu-ibu yang membantu acara mitoni (syukuran 7 bulan usia kehamilan) Anita terdengar riuh di dapur rumah baru pasangan Agus dan Anita. Tumpukan kotak nasi berkat sudah siap dibagikan siang itu. Bu Rodiyah yang memimpin jalannya acara siang itu mendampingi menantu cantik kesayangannya. Sementara Agus duduk menemani istrinya di sofa sambil sesekali mengobrol dengan bulik dan bude-nya ( bibi adik dan kakak perempuan ibunya)."Berhubung semua sudah beres acara syukuran rumah baru dan mitoni buat Anita, sekarang tolong dibantu kirim-kiriman nasi berkat ya!" ujar Bu Rodiyah ke saudari-saudarinya yang seumur hidup tinggal di Dusun Tapan bersamanya selama ini."Siap, Mbakyu!" Seruan dari para wanita berjumlah enam orang itu serempak.Ketika tiba saatnya membagikan nasi berkat ke rumah-rumah warga Dusun Tapan, Bulik Rohmah dan Bude Rohana saling lempar tanggungjawab untuk mengirimkan nasi berkat ke rumah Ki Agung Artosuwiryo yang berstatus mantan mertua Agus."Rohmah, koen ba
Suara lagu dari Ruth Sahanaya yang terdengar dari radio di pendopo sunyi itu meremas-remas hati sepasang mantan suami istri itu. "Terlalu indah dilupakan, terlalu sedih dikenangkan ... Setelah aku jauh berjalan dan kau kutinggalkan. Betapa hatiku bersedih mengenang kasih dan sayangmu. Setulus pesanmu kepadaku ... Engkau 'kan menunggu ... Andaikan kau datang kemari, jawaban apa yang 'kan kuberi? Adakah jalan yang kautemui untuk kita kembali lagi?" Namun, suami baru Ratih tidak setuju istrinya yang sudah beranak satu itu terbawa romansa dengan 'mas mantan bojo'. Dia berdehem keras lalu berkata dengan nada tegas, "Tih, kita susul bapakmu ke RSUD Bojonegoro aja kalau begitu!"Ratih seolah tak rela pertemuannya dengan Agus terputus begitu saja. Dia pun menyapa mantan suaminya itu. "Mas Agus, gimana kabarnya? Lama kita nggak ketemu, Mas! Ratih ... Ratih ... kangen ... uwaaaa," ucapnya lalu menangis kencang menghambur ke pelukan Agus. Padahal ada suaminya juga yang membuat kedua pria itu sa
Semenjak tersandung kasus dugaan suap dan menjadi target OTT otoritas pemberantasan korupsi pejabat publik, Radit menjadi lebih berhati-hati dalam melangkah. Dia mulai berubah ke arah yang lebih baik.Kehamilan istrinya yaitu Yuni Sahara juga penyebab salah satu titik balik dimana dia bertekad menjadi manusia yang lebih mulia dan tidak lagi berkubang dalam lembah dosa."Yun, hati-hati naik tangganya. Perut kamu sudah besar banget sekarang!" ujar Radit membantu istrinya menapaki tangga masuk ke gedung dewan yang cukup banyak dan tinggi.Mereka berdua baru saja turun dari mobil Toyota Fortuner hitam milik Radit yang disopiri oleh Pak Bandi. Rencananya hari ini adalah hari terakhir Yuni ngantor sebelum cuti melahirkan karena HPL (Hari Perkiraan Lahir) puterinya besok menurut dokter kandungannya.Rapat umum anggota dewan dimulai pukul 09.00 WIB dengan banyak agenda pemaparan hasil kerja selama setahun dari dewan perwakilan rakyat Indonesia yang dilantik periode lalu. Seperti biasa rapat s
Pagi itu pesawat Malaysia Airlines yang membawa Bu Rodiyah dari Jakarta menuju ke Barcelona baru saja mendarat. Wanita desa berusia setengah abad lebih itu berusaha tetap tenang dan mengikuti panduan pramugari hingga berhasil keluar dari gerbang kedatangan penumpang internasional di Bandara International Barcelona El-Prat."Ibuuu!" sambut Anita bergegas mendekati Bu Rodiyah lalu saling bertukar cium peluk dengan ibu suaminya itu."Syukur kalau nggak nyasar, Bu! Hahaha," tukas Agus sembari tertawa berderai. Sebenarnya dia sudah cemas sedari semalam karena ibunya baru sekali pergi keluar negeri sendirian.Bu Rodiyah pun tertawa gembira dan menjawab, "Aslinya Ibu juga grogi, Gus. Di pesawat akeh londo-ne (banyak bule-nya), nggak paham omong apa. Ibu cuma senyum ngangguk-ngangguk aja kalau diajak ngomong.""Kita ke tempat tinggal Agus ya, Bu. Sini tas jinjingnya Agus bawakan saja," ujar puteranya lalu mengangkat tas berisi baju ganti yang berukuran sedang itu.Mereka bertiga berkendara de
Gustav Gonzales berdiri menatap piala Copa Del Rey yang berdiri tegak di rak kaca pajang di kantornya. Di dinding hall of fame ruangan itu terpajang momen-momen selebrasi kemenangan tak terlupakan yang telah dijalani oleh sang kapten Agus Sampurna.Sepuluh tahun sudah pemuda asal sebuah kampung di Indonesia membela timnya. Pria itu membawa kejayaan bagi FC Barcelona dalam setiap tetes peluh perjuangannya. Kini tiba saatnya untuk mengucap sebuah kata perpisahan dengannya."TOK TOK TOK.""Masuk!" sahut Gustav dari dalam ruang kantornya. Dia sudah menunggu kedatangan pria yang dia kasihinya selama 10 tahun belakangan, yang menjadi kesayangan Barcelonistas juga."Selamat siang, Señor Gustav," sapa Agus dengan tatapan sendu dibarengi hati yang tegar. Baginya saat ini sungguh berat, separuh jiwanya telah ada bersama Barça selama satu dasawarsa.Pria berdarah Spanyol itu bergegas mendekati Agus dan memberikan pelukan eratnya. Dia menepuk-nepuk punggung Agus dengan mata basah. Rasanya terlalu
Sebuah kejutan yang terjadi di Final Match Copa Del Rey (Piala Raja Spanyol) musim kali ini, klub FC Levante berhasil naik kelas dengan bertemu juara bertahan FC Barcelona di babak puncak perjuangan itu.Mantan kapten FC Barcelona yaitu William Aufbahn rupanya membuktikan performa terbaiknya bersama tim barunya, FC Levante. Pria asal Perancis itu bermain dengan sangat mengesankan, membuat gol-gol jitunya bersama rekan-rekannya dalam setiap pertandingan.Kekecewaannya terhadap Barça dalam hal ini mantan bosnya yang melecut semangatnya untuk bangkit. Bahkan, William Aufbahn masih belum bisa move on dengan perasaan cintanya kepada Paula Simona Gonzales, adik perempuan bos Barça yang justru menikahi striker baru asal Argentina itu yang kini merumput bersama tim Blaugrana di Barcelona.William Aufbahn sekali lagi berhadapan dengan Agus Sampurna memperebutkan bola tendangan pertama di garis tengah lapangan hijau setelah peluit wasit berbunyi."Priiittt!"Bola bergulir ke kaki Jorge Barrocel
"Pak ... mohon sedekah ... saya belum makan sejak kemarin ...," ucap Radit dengan tangan menengadah di depan kaca jendela mobil yang berhenti di lampu lalu lintas yang menyala merah.Tiba-tiba beberapa pria berseragam Satpol PP ibukota bergegas mendekat ke arah Radit dengan tatapan tak bersahabat."Hey, kamu! Dilarang mengemis di lampu merah, jangan kabur kamu! Ayo ikut ke kantor!" teriak petugas Satpol PP mengacungkan tongkat hitamnya yang keras ke arah Radit yang lari tunggang langgang menghindari kejaran Satpol PP itu.Sayangnya Radit tertangkap dan kedua petugas Satpol PP itu sudah bersiap memukulinya dengan tongkat hitam yang keras. "TIDAAAAKKKKK!!!" jerit Radit kencang yang membangunkan ketiga rekan satu selnya jelang pagi itu.Pak Untung Saripan dan Pak Bintoro Wasesa mendekati ranjang Radit lalu menepuk-nepuk badan Radit agar pria itu terbangun daru mimpi buruknya yang membuatnya sampai mengigau berteriak-teriak."Pak ... Pak ... bangun, Pak Radit!" ujar Pak Bintoro yang beru
"Hey Satria, papa kamu keren banget! Dia idolaku," ucap Jordan Ralleigh, teman sekolah Satria Sampurna di sekolah Taman Kanak-kanak di Barri Gothic."Aku juga ngefans dengan Kapten Agus, tendangannya jitu dan jarang sekali meleset dari gawang!" timpal anak yang lain.Sementara bocah yang ayahnya dipuji oleh teman-temannya itu tersenyum lebar. "Tentu saja, papaku memang keren. Larinya secepat kilat dan badannya seperti Hercules!" sahut Satria dengan bangga.Sesampainya di depan butik mamanya, Satria pun melambaikan tangannya kepada rombongan teman-teman sekolahnya yang berjalan kaki menjauh meneruskan perjalanan pulang ke rumah mereka masing-masing yang terletak tak jauh dari situ."TING." Bel pintu butik penanda ada tamu yang datang berbunyi."Mamaaa ...," panggil Satria manja lalu menubruk tubuh ramping mamanya yang cantik itu di belakang konter meja kasir.Sambil mengusap-usap kepala puteranya, Anita bertanya, "Apa sekolahnya asik, Sayang?"Bocah laki-laki kesayangan Anita itu menja
Yuni Sahara menggendong puterinya yang masih berusia 5 bulan saat menghadiri sidang vonis suaminya atas kasus suap perundangan megaproyek. "Terdakwa Raditya Poncobuwono terbukti bersalah terlibat dalam kasus suap PT. DPU, PT. SKC, PT. UBM, PT. GGA, PT. KPA. Sanksi yang akan diterima adalah sebagai berikut; denda senilai 1 milyar rupiah dan penjara selama 10 tahun. Ada pun barang bukti berupa hasil korupsi akan disita oleh negara. TOK TOK TOK!" Hakim ketua persidangan tipikor mengetuk palu 3 kali untuk mengesahkan putusan vonis untuk kasus yang menjerat Radit.Sang terdakwa yang mengenakan baju oranye pun tertunduk lesu di kursi pesakitan. Dalam benak Radit masa depannya terasa gelap, kebahagiaan yang seharusnya dia nikmati bersama istrinya yang beberapa bulan lalu melahirkan puterinya, Juwita seolah sirna.Petugas kepolisian menggelandang pria berperawakan tegap itu keluar dari ruang persidangan di antara serbuan kilat blitz kamera kuli tinta dan reporter pencari berita utama. Radit
"TING." Bunyi bel penanda ada tamu yang masuk ke butik Bohemian Twilight itu terdengar nyaring.Kepala Anita dan Claudia sontak menoleh ke arah pintu butik mereka. Keduanya pun tersenyum menyambut kedatangan kedua suami mereka masing-masing. Mereka berdua sedang melayani pelanggan yang membayar belanjaan."Terima kasih, Nyonya Anderson!" ucap Anita melepas kepergian klien langganannya.Kedua pemuda tampan berpakaian setelan jas necis itu mendekati pasangan mereka masing-masing di meja konter kasir."Hallo Liefje!" (Halo Sayangku!) sapa Pedro dalam bahasa Belanda lalu memeluk dan mengecup bibir Claudia dengan mesra.Claudia Bijlow pun bertanya, "Apa menang tadi pertandingannya, Bebe?" "Kapten dan Argentine Boy membuat gol. Barça menang lagi, Cloud," jawab Pedro santai lalu dia bertanya, "apa kau suka model rambutku yang baru?""Itu cute, Pedro," jawab Claudia terkikik geli menatap wajah suaminya yang kali ini berganti model rambut spike Harajuku, sedikit funky dan kekanak-kanakan.Sem
La Liga Espanol yang dimainkan sore ini adalah pertandingan tengah musim antara FC Barcelona versus Deportivo La Coruña di Stadion Riazor yang berkapasitas hingga 34.000 penonton. Beberapa pemain yang sudah memiliki anak menggandeng anaknya masuk ke lapangan sebelum pertandingan dimulai sambil menyanyikan lagu mars tim kesebelasan di tengah lapangan. Agus pun tak sabar menantikan Satria, puteranya bisa digandeng masuk ke lapangan hijau sebelum bertanding, pasti sangat membanggakan bila anak itu kelak dewasa dan mengenangnya.Sayangnya bayi itu masih berusia 3 bulan. Sedangkan, rekan satu timnya Pedro Van Bergen juga tengah menantikan kelahiran putera pertamanya bersama Claudia. Pasangan pengantin baru yang fenomenal Paula Simona Gonzales dan Diego Martinez juga kabarnya akan segera memiliki anak setelah menikah beberapa minggu, adik bos Barça itu hamil.Karena performa Diego Martinez yang bagus di setiap pertandingan, Senhor Jose Mourinho memilih untuk menaruh posisi pemuda Argentina
"Ouuhh ... Diego ... sube sube ... akkh!" racau señorita cantik itu meminta pemuda Argentina itu bergerak menaikkan bibirnya dari betis mulus hingga ke pangkal pahanya. (sube=naik)Permainan cinta Paula Simona Gonzales bersama pemain libero Barça itu selalu liar. Malam-malam panas di Barcelona membuat Diego Martinez terperangkap dalam gairah si nona muda adik bosnya.Tubuh kekar Diego bersimbah peluh hingga nampak seperti sehabis mandi. Dia main di atas berjam-jam dengan berbagai posisi dan Simona tak kunjung lelah melayani pemain sepak bola yang tangguh staminanya itu. "Señorita, Espero que disfrutes de nuestro amor!" (Nona, saya harap Anda menikmati percintaan kita!) Diego terengah dengan jantung berpacu memagut bibir ranum wanita binal itu yang kini tengah menindih tubuh Diego."Milikmu keras terus dan aku suka, Argentine Boy! Kupikir lebih baik kita menikah saja, kau membuatku kecanduan tubuh tangguhmu ini, Diego. Uhmm ... akkh!" Simona bergerak menghentakkan tubuhnya dengan liar
Pagi itu pesawat Malaysia Airlines yang membawa Bu Rodiyah dari Jakarta menuju ke Barcelona baru saja mendarat. Wanita desa berusia setengah abad lebih itu berusaha tetap tenang dan mengikuti panduan pramugari hingga berhasil keluar dari gerbang kedatangan penumpang internasional di Bandara International Barcelona El-Prat."Ibuuu!" sambut Anita bergegas mendekati Bu Rodiyah lalu saling bertukar cium peluk dengan ibu suaminya itu."Syukur kalau nggak nyasar, Bu! Hahaha," tukas Agus sembari tertawa berderai. Sebenarnya dia sudah cemas sedari semalam karena ibunya baru sekali pergi keluar negeri sendirian.Bu Rodiyah pun tertawa gembira dan menjawab, "Aslinya Ibu juga grogi, Gus. Di pesawat akeh londo-ne (banyak bule-nya), nggak paham omong apa. Ibu cuma senyum ngangguk-ngangguk aja kalau diajak ngomong.""Kita ke tempat tinggal Agus ya, Bu. Sini tas jinjingnya Agus bawakan saja," ujar puteranya lalu mengangkat tas berisi baju ganti yang berukuran sedang itu.Mereka bertiga berkendara de