"Ah, kau ini," jawab Elsyam. Ia segera menyenggol bahu dari tangan kanannya itu. Memang sejak dulu dirinya sudah menganggap Rido itu seperti temannya sendiri dan bukan seperti atasan dan juga bawahan.
Elsyam memanggil sang istri, untuk ikut makan malam bersamanya di balkon. "Arini, cepat ke sini."
Arini hanya mengenakan piyama panjang dan dirinya memakai sebuah bando berwarna biru. "Tunggu sebentar." Lalu ia melangkah mendekati sang suami dan duduk di sebelah Elsyam.
Mata wanita itu langsung tertuju pada ikan bakar, ternyata walaupun terlihat tidak mendengarkannya dan tidak memedulikannya tetapi lelaki itu sangat perhatian buktinya saja sekarang tadi dirinya ingin ikan bakar dan Elsyam sekarang memberikannya.
"Ayo, Rido makan bersama," ujar Elsyam.
Rido menolak, jadinya juga baru saja makan bersama keluarganya. Perutnya tidak akan cukup jika dirinya harus ikut makan bersama lagi. Ia memilih untuk duduk di kursi kembali menikmati minuman
Elsyam menyentuh dadanya yang terasa begitu linu, dirinya teringat Rido. Lantas segera membuka pintu kamar. "Bisa-bisa aku terkena serangan jantung jika seperti ini terus." Elsyam memegang dadanya sembari melangkah ke arah pintu."Aku hanya ingin menyerahkan ini. Maaf tadi aku tidak melihatnya sama sekali," ujar Rido dengan canggung padahal sudah jelas-jelas dirinya melihat adegan tersebut.Elsyam pun sama malunya, tetapi tidak mungkin jika dirinya harus menjelaskan perihal hubungan suami istrinya dengan Rido Karena itu adalah privasi antara ia dan juga Arini. "Sudahlah jangan dibahas, yang tadi itu bukan apa-apa hanya saja Arini senang mendapatkan ponsel baru itu," ujar Elsyam. Dirinya juga tidak berbohong memang tadi tidak melakukan apa-apa dengan Arini.Rido berdehem, mau mereka berdua melakukan apa pun itu tidak masalah karena sudah sah sebagai suami istri."Oh, aku kira sedang proses untuk—""Rid, sudahlah kenapa cara bicaramu sekarang s
"Nah, seperti itu. Aku sudah memasukkan nomor whatsapp jika ada hal penting kamu langsung hubungi saja," ujar Elsyam. Tadi dirinya sudah bertanya nomor siapa saja yang akan dimasukkan, tetapi Arini tidak memerlukan lagi nomor-nomor lama yang ada di ponselnya maka dari itu hanya nomor dirinya saja. "Paham?" Elsyam bertanya kembali untuk memastikan jika Arini benar-benar mengerti.Arini menggangguk paham, lelaki itu mengajarinya dengan sabar perlahan-lahan untuk menggunakan ponsel tersebut. Memang tak jauh berbeda cara penggunaan ponsel mahal dan juga ponselnya yang dulu."Ayo kita sarapan," ujar Elsyam.Elsyam dan Arini melangkah beriringan, hari ini lelaki itu berangkat lebih awal karena dirinya akan mengadakan pertemuan-pertemuan penting dengan beberapa klien. Satu tahun dirinya vakum dari perusahaan membuat ia kehilangan banyak investor maka dari itu dirinya harus mengulang kembali untuk mengundang para investor berinvestasi lagi ke dalam perusahaannya.
Sudah tiga bulan berlalu, proses perceraian Elsyam dan Haruni sudah selesai. Sidang perceraian Mereka pun berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan apapun, karena Haruni tidak bisa berkutik lagi."Sesuai janjimu jika perceraian kamu dan juga Haruni sudah selesai maka Hendri boleh kembali ke rumah ini," ujar Bu Sekar. Dirinya langsung menodongkan sebuah pertanyaan kepada Elsyam yang baru saja tiba di rumah.Elsyam mengangguk, ia tidak berkata sepatah kata pun. Dirinya hari ini cukup sangat lelah. Lalu ia segera melangkah menuju paviliun memberikan beberapa buah dan bingkisan. Dirinya juga sangat malas berdebat dengan ibunya tersebut.Arini yang menatap dari tangga pun heran suaminya itu sangat sering ke paviliun terkadang pulang bekerja berangkat bekerja ataupun malam hari. Dirinya penasaran tentang siapakah orang yang berada di paviliun itu. Ia juga tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk melihat siapakah orang yang berada di sana dan begitu sangat diperhat
Elsyam menghela napas panjang. "Katakan apa yang membuatmu kesal? Jangan membuatku marah Arini," ujar Elsyam lagi.Akhirnya setelah berkali-kali ditanya oleh sang lelaki dan juga mendapatkan ancaman Arini mengatakan jika dirinya kesal karena Elsyam terus-terusan pergi ke paviliun."Kamu selingkuh jangan-jangan," ujar Arini tiba-tiba.Elsyam tertawa. Dirinya menoyor kepala sang istri. Bisa-bisanya wanitanya berpikiran seperti itu jika dirinya berselingkuh bahkan menyembunyikan selingkuhannya di dalam paviliun. "Ayo." Elsyam segera menggandeng tangan sang wanita, keduanya melangkah menuruni tangga lalu ke arah paviliun yang ada di belakang. Jaraknya tidak terlalu dekat membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai di sana. Paviliun belakang sama seperti rumah sederhana yang memiliki halaman dan lainnya juga.Lelaki itu segera mengetuk pintu, lalu ia melihat seorang bapak-bapak membukakan pintu dan menyuruh keduanya untuk masuk.Arini heran saat melih
"Aku dan Haruni akan segera menikah, karena Haruni tengah mengandung darah dagingku. Untuk itu dia sekarang ikut tinggal di sini," papar Hendri.Elsyam tidak terkejut mendengar hal tersebut karena memang, ia sudah mengetahui perihal kehamilan Haruni. Dirinya juga sudah bisa menebak jika hal ini akan terjadi. Jika waktu itu mereka terang-terangan tidak mengakuinya sekarang justru mengakui sendiri. Jika berhadapan dengan keluarga serta yang lainnya wajah Elsyam berubah sangat drastis bahkan cara bicaranya pun sangat berbeda.Bu Sekar gembira mendengar jika Haruni tengah mengandung anak dari Hendri, karena dirinya sudah tidak sabar ingin segera menimang cucu. Wanita itu melangkah mendekati ke arah Haruni, lalu ia mengelus-ngelus perut dari Haruni.Elsyam pun kembali melanjutkan sarapannya, dirinya melirik ke arah Arini yang masih terheran-heran dengan apa yang terjadi di tengah-tengah keluarganya.'Aneh, aib kok disyukurin.'Lelaki itu baru sada
"Ya, boleh tapi kamu harus hati-hati. Jika mereka mengatakan hal-hal yang membuatmu sakit hati anggap saja ucapannya itu hanya sebuah tong sampah yang dipukul tidak perlu dihiraukan." Sebelum berangkat bekerja Elsyam memberikan beberapa pesan kepada istrinya itu. Ia tidak ingin jika Arini nantinya justru akan tertekan berada di rumah ini. "Dan jika ada apa-apa atau mereka berbuat sesuatu kamu segera menelponku ya," ujar Elsyam. Arini mengangkat jempolnya pertanda jika dirinya sudah paham dan setuju dengan apa yang diucapkan oleh suaminya itu. Elsyam mengelus puncak kepala Arini, lalu segera pergi. Memang benar terkadang dirinya dibuat gemas oleh tingkah Arini dan juga terkadang tingkah wanita itu yang membuatnya sakit kepala. Apalagi saat Arini berbicara omong kosong hal itulah yang paling sangat menyebalkan untuknya. *** Arini sudah tiga jam berada di dalam kamar. Memang segala macam kebutuhannya juga sudah dipenuhi oleh para pelayan. Namun, dirinya
Arini juga meminta seorang pelayan untuk membelikannya beberapa jenis tanaman hias yang berada di pinggiran jalan. "Kalau bisa cari yang dua puluh ribu saja satuannya." Dirinya tidak mempermasalahkan harga yang murah yang terpenting jika segala sesuatu dirawat pasti akan menjadi indah. "Nyonya itu kotor biar saya saja." Arini beberapa kali menolak bantuan dari para pelayan yang ingin mengambil tugasnya, wanita itu tidak mau hanya duduk dan menyuruh-nyuruh dirinya ingin melakukan hal itu juga. "Tidak aku bisa kok berkebun juga," ujar Arini. Terbiasa selalu bekerja, setelah menjadi nyonya besar dirinya tidak pernah melakukan apa-apa sehingga tubuhnya terasa sakit karena tidak digerakkan seperti biasanya. Sikap Arini juga banyak membuat para pelayan memujinya, karena nyonya barunya itu tidak seperti Haruni yang hanya bisa memerintah saja. "Sangat berbeda sekali dengan nyonya sebelumnya. Dia tidak mau kotor, tetapi nyonya Arini justru sebaliknya." Para pe
"Basah Arini," ujar Elsyam. Arini tertawa melihat wajah kesal dari suaminya itu. Ini mereka berdua Tengah berada di dalam kamar mandi yang hanya berdindingkan kaca. Sejak tadi Arini terus menciprati Elsyam dengan air yang mengalir dari shower."Kamu ini awas, ya," ucap Elsyam. Lelaki itu memberikan ancaman, tetapi tidak menggentarkan niat sang wanita untuk terus mengerjainya. "Arini, basah semua ini." Elsyam menggeleng istrinya itu memang benar-benar sangat sulit untuk diberitahu.Arini kembali tertawa, dirinya terus memundurkan tubuh sampai-sampai menabrak bathtub dan terjatuh di dalamnya. "Aw, sakit," ujar Arini. Dirinya yang berulah dan ia juga yang terkena batunya tercebur ke dalam bathtub.Elsyam yang terkejut pun segera mendekat. Keduanya saling berdekatan dan menatap satu sama lain. "Kamu tidak apa-apa?" Wajah Elsyam pun terlihat begitu terkejut dan panik dengan apa yang terjadi kepada Arini. Dirinya langsung saja menolong wanita itu untuk bangkit dan sam
"Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y
Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara
Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih
"Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam
Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just
Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini
Abraham benar-benar merasa begitu gelisah. Sudah satu minggu, Santira mengabaikannya bahkan wanita itu tidak mau berbicara dengannya dan di kantor pun saat berpapasan bahkan Santira langsung saja membuang wajah tidak mau menatap ke arahnya.Ketukan di pintu membuat lamunan dari Abraham pun buyar, ia langsung saja menatap di mana orang yang sedang dirinya nanti sudah berada di ambang pintu."Ada apa Pak Abraham memanggil saya?" Memang seperti biasa jika di kantor Santira akan bersikap formal dan mereka pun seolah-olah tidak saling mengenal satu sama lain. Semua itu karena mereka berdua menjunjung tinggi profesionalitas saat bekerja.Abraham benar-benar sangat merindukan wanita itu, bahkan Santira pun sudah tidak mau lagi mengangkat dan membalas chat serta panggilan telepon dari dirinya. Lelaki itu langsung saja melangkah menuju pintu dan langsung mengunci pintu dari dalam, ia tidak mau lagi jika sampai Santira melarikan diri karena menurutnya sangat sulit sekali untuk berbicara dengan
Elsyam benar-benar seperti tengah mendengarkan seorang ABG yang sedang bercerita mengenai kisah asmaranya. Lelaki itu terus saja menahan tawa, mendengar cerita Abraham yang dituntut meminta kepastian oleh Santira.Dirinya juga benar-benar merasa heran kepada kakak iparnya tersebut, bagaimana bisa ia menggantungkan perasaan seorang wanita hampir 2 tahun. Padahal selama ini mereka seperti layaknya sepasang kekasih yang tengah backstreet saja karena memang tidak ada orang yang mengetahuinya selain dirinya itu.Elsyam juga memang sering mengatakan kepada Abraham agar dia mau memberikan penjelasan dan juga kebenaran ini kepada istrinya Arini, dirinya takut jika sampai Arini tahu dari orang lain justru akan marah."Oh, jadi sekarang kalian berdua sudah resmi pacaran?"Abraham melirik ke arah Elsyam dengan tatapan yang begitu aneh. Mereka berdua memang berada di ruang kerja dari lelaki itu, untung saja tadi elea menangis jadi Arini tidak ikut nimbrung bersama dan memilih untuk kembali lagi k
Walaupun Abraham sudah mengatakan jika dirinya memang mencintai Santira dan juga ingin menikahinya, tetapi tetap saja wanita itu masih merajuk kepada Abraham atas apa yang selama ini dilakukan oleh dirinya. Mungkin rumus matematika memang sulit untuk dipahami, dihafal. Namun, memahami hati wanita jauhlah lebih sulit daripada itu.Abraham benar-benar merasa sangat pusing, karena sejak pulang dari restoran itu Santira tidak memberikan jawaban apapun dan wajahnya masih sangat masam.Dirinya sudah meminta maaf berulang kali kepada Santira, tetapi tetap saja wanita itu masih kesal dan juga marah. Dirinya juga sangat merasa bingung, sebenarnya apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Tadi Santira meminta dirinya sebuah kepastian, lalu ia sudah memberikan kepastian. Lantas di saat ia sudah memberikan jawaban apa yang diinginkan oleh Santira mengapa wanita itu justru berbalik merajuk kepadanya."Santira, kamu tahu jika aku sangat tidak suka didiamkan kenapa kamu melakukan itu?" Dirinya bukan