Berkaca di Cermin Pecah
Olive mengamati bayi mungil hasil perselingkuhan suaminya, bak berkaca di cermin pecah. Bayi itu sangat mirip Refan. Rambut lurus, hidung mancung namun agak mendongak, mata agak lancip bak mata kucing, juga dagu bawahnya belah. Tapi warna kulitnya persis Rita, coklat gelap. “”Siapa namanya?””Tanya Olive ke bayi yang belum bisa bicara itu.
”Fanta Anatasia, Bu,’’Jawab Rita.
Hmmmm....Fanta, artinya apa? Olive berspekulasi memikirkan perkara kecil, hanya sebuah nama bayi, namun menjadi cikal bakal besar penyebab stressnya hari ini. Perkara kecil, ia besar-besarkan. Coba aku cari di mesin pencaria
Dendam Terbalas Hutang Budi, Belum Impas ‘’Ehm” Olive berdehem membangunkan Rita dari lamunannya. Dengan gelagepan, Rita terhenyak. ‘’Oh iya, saya bisa carikan baby sitter, kalau Ibu mau. Cuman buat Ibu aja. Bukan atas nama yayasan saya, ya Bu. Saya bantu Ibu. Ibu tidak usah bayar biaya admin. Gajinya ibu bayar langsung ke yang bersangkutan. Nanti Ibu saya kabari kalau saya sudah ada yang untuk baby sitter. ‘’jelasnya sebelum berpamitan dengan rivalnya itu. Mendengar penjelasan Rita menjalankan bisnis outsourcing tenaga pembantu rumah tangga dan punya yayasan, Olive berusaha mencerna penjelasan itu. Jangan-jangan, memang benar begitu. Apa iya itu benar bisnis ART. Sebab yang datang ke apartemennya dari segala umur. Ada yang tua 60 tahun ke atas, ada yang ABG, yang dewasa juga lebih sering. Namun kedatangan mereka hampir berpasang-pasangan seperti pasangan kekasih, kecuali yang nenek-nenek. Kedua pasang mata yang saling beradu si
Benteng Pertahanan Rapuh Si ManipulatifCita-cita yang dibangun bersama, terkadang tak sesuai dengan capaian. Impian yang tak sesuai dengan kenyataan. Refan-Olive, sepasang muda-mudi ini dulunya mencita-citakan membangun keluarga bahagia. Dari tunangan, sampai berhasil nikahan. Namun di tengah jalan, ada aral menghadang, membelokkan cita-cita itu berantakan. Ikatan perjalanan hidup bersama yang mereka ikrarkan dalam janji pernikahan, terancam rantas, saat pernikahan memasuki tahun ketiga. Oleh orang ketiga.Olive menjulukinya si Kuntilanak. Perempuan bekas pekerja malam itu menjadi pelaku utama, perusak mental psikis Refan. Dengan apa ? Dengan tawaran kebahagiaan versi kuntilanak, Refan merasakan kebahagiaan hidup bersama si kuntilanak. Bahagia rekayasa akibat konsumsi narkoba. Perlahan, executive muda itu menghancurkan pernikahannya berbarengan dengan usaha merusak dirinya sendiri. &nb
Tes Forensik Folikel Rambut Ketahuan Pakai Narkoba Olive yang dibingungkan oleh perilaku aneh suaminya berharap esok, atau lusa, suaminya akan kembali baik, emosinya stabil, tidak cemas dan bisa tidur nyenyak di rumah. Ia pelajari ada pola kambuh, sembuh dan kambuh lagi dari perilaku suaminya. Ia juga tidak menampik fakta bahwa pasca Refan bermalam satu dua malam di tempat kuntilanak itu, suaminya bisa pulang ke apartemennya dalam keadaan sehat mental, sembuh dari uring-uringan dan bahkan sembuh dari insomnia. Beberapa bulan setelah menikah hingga kini masa pernikahan mereka menginjak tahun ketiga, ia mengetahui suaminya menderita insomnia dan gangguan kepribadian. Meski telah mengkonsumsi obat penenang dari dokter psikhiater, Refan tetap sulit tidur,dengan gejala anxiety (kecemasan) yang terus meningkat. Refan juga menderita depresi, kebingungan, serta kelelahan meski tidak beraktivitas berat. Ketika suam
Naik Pitam Jam makan siang hari itu, Tubagus membawa Olive ke Komdag, alias Polda Metro Jaya. Unit 4 Subdirektorat 5, Direktorat Reserse kriminal Umum Polda Metro Jaya, tempat teman sekampung Tubagus berdinas. ‘’Pak Romi. Selamat siang, Ndan.’’ Sapa Bagus sambil mengetuk pintu ruangan Iptu Romi. Pria berkulit coklat gelap, mengenakan hem putih lengan panjang dilipat tiga perempat berdasi coklat motif, mengenakan celana panjang kain hitam, bangkit dari tempat kerjanya. Pria berpostur tegap dan berambut cepak itu kira-kira seumuran dengan Tubagus, mempersilakan tamunya masuk. ‘’Silakan-silakan. Wah, Apa kabar? Anak sudah berapa, Gus? Ini istri kamu?’’ tanya Pak Kanit menyapa teman sekampungnya yang lama tak jumpa. ‘’Bukan, Ndan. Ini teman sekantor. Saya, masih bujangan, Ndan. Belum laku,’’jelas Bagus berkelakar. Bagus memperkenalkan Olive ke pak Kanit. ‘’Ini teman saya yang pernah saya ceritakan s
Sepak Terjang Para MafiaMelanie dan pacar negronya, juga Rita dan para kurirnya serta para tenaga pengelola gudang narkoba di lingkungan Melanie-Rita, mereka semua berada di dalam mata rantai keterhubungan dan keterkaitan. Ilmu ekonomi manajemen menyebut keterhubungan mereka memenuhi azaz sebuah mata rantai suplai perdagangan narkoba. Sedangkan penegak hukum akan menyebutnya jaringan. Jika mata rantai suplai perdagangan melibatkan orang asing dan ada usaha memasukkan barang dari luar negeri ke Indonesia, aparat penegak hukum menamainya jaringan internasional. Sekelumit puzzle peristiwa dalam sepak terjang bisnis mereka, ada warna kental terlihat jelas di sana. Jika dunia kerja dan dunia bisnis biasa lazim menggunakan istilah sikut menyikut, maka dunia Mafia lebih tepat memakai istilah tusuk menusuk, dan saling menjatuhkan.Sepak terjang Rita di belantika bisnis haram makin menanjak. Jika dilihat dari perjalanan karier sebelumnya ia hanya
Gudang Mesum Minggu depan, Melanie meminta Rita mulai mengiklankan sharing sewa apartement. Dalam bulan itu Rita berhasil menemukan partner sewa 3 mahasiswa dan sisanya pekerja swasta. Itu artinya, ia telah menyewa 5 unit apartemen dengan masa sewa satu tahun, tersebar di beberapa lokasi di Jakarta, di Kemayoran, Slipi, Kelapa Gading juga di salah satu unit sewa milik Olive di Jababeka Cikarang. Merasa makin banyak job yang harus dia handel, Rita merasa ingin mendelegasikannya ke orang lain, tentu yang bisa dia percaya. Ia memilih salah satu kudanya untuk menghandel pekerjaan ini. Fira, salah satu penari striptease di bekas tempat ia bekerja dulu, berhasil ia rekrut menjadi kuda lantaran terjerat hutang berbunga. Fira masih bekerja sebagai penari di sana. Kepada partner sewa apartemen, Rita memperkenalkan Fira sebagai kerabatnya. Fira yang juga adalah simpanan Pedro, masuk lebih jauh ke bisnis haram kekasihnya itu me
Pengkhianatan Seorang KudaEvi meninggalkan apartemen di bilangan Boulevard Kelapa Gading siang itu dengan langkah gontai. Jujur, taraf hidupnya naik, lebih sejahtera dan makmur, serta nyaman dengan bekerja jadi tenaga backpacker. Pekerjaan yang ia lamar dari facebook.Pekerjaannya sederhana, hanya mendokumentasikan perjalanan dengan merekamnya melalui kamera pocket digital. Menjelajahi hotel-hotel murah kelas melati di Johor Bahru, makan enak, tidur nyaman dan jalan-jalan sore wisata kuliner di kawasan Medan Selera Medrum Walk. Pernah juga merekam wisata kuliner di kawasan Jalan Alor Food Street Kuala Lumpur."Kerja ringan, gaji besar euy! " teriaknya bangga menuturkan pekerjaannya ini ke sanak famili dan handai taulan.Betapa tidak, semua wisata kuliner yang ia jelajahi, ditanggung oleh bosnya. Tempat tinggal hotel melati yang ia tinggali juga sediakan fasilitas cukup berkelas. Ada fitness center dan air panas di kamar mandi hotel
Memanajemeni Konflik dengan Pembunuh Bayaran ‘’Kenapa kamu kelihatan kusut?” tanya Melanie ke Rita, si kaki tangannya.‘’Enggak kenapa-napa, kok, Cece,’’Jawab Rita berusaha menutupi masalah di lingkungan pekerjanya, para kurir alias kuda.‘’Kamu cerita, dong. Bagaimanapun, kita ini team work. Kalau ada masalah, sebaiknya terbuka. Biar kita cari solusi bersama,’’jelas si bos.Rita mulai menceritakan beberapa masalah yang ia hadapi dengan beberapa pekerja. Baik kuda maupun orang gudang. Kelakuannya macam-macam.Beberapa kudanya ada yang menolak perintahnya untuk mengantar langsung ke pembeli face to face di tempat mereka bikin janji. Katanya, cara adu banteng seperti itu membahayakan. Kurir menyerahkan barang langsung ke pembeli, itu disebut sistem adu banteng, menurut mereka membahayakan. Mereka memilih sistem lain yang disebut siste
Perlawanan Sayap Patah, Suami Tertebus Sore itu cukup panas. Suhu udara Jakarta 28 derajat. Hangat tergolong panas. Namun, sore itu sangat sejuk buat Refan dan Olive. Sementara buat sebelas orang pengacara kuasa hukum pembela Refan, cuaca hari itu sangat segar menyemangati mereka. Detik-detik pelepasan klien mereka sedang berlangsung. Kemenangan mereka di depan mata. ‘’Selamat, Bapak Refan, buat prestasinya, luput dari jerat hukum,’’Kompol Agung menyalami Refan dengan sebuah senyuman. Refan membalas dengan senyuman asli, benar-benar tersenyum. ‘’Selamat, Pak Irawan. Sukses dalam tugas, ya, Pak?” Kompol Agung juga menyalami Ketua Tim Kuasa Hukum beranggotakan 10 orang pengacara ini. ‘’Terima kasih, Bapak Agung,’’balas Irawan. ‘’Saran dan masukan saya buat Bapak Refan dan juga 11 orang kuasa hukumnya. Barangkali bisa disampaikan ke khalayak yang lain. Tapi secara khusus siang ini saya pesan buat Bapak Refan. Bahwa jerat hukum narkoba itu sulit buat mengurainya, buat lepas dari itu.
Akhir dari Perang DinginIrawan dan Olive sedang mendiskusikan perihal keterkaitan keuangan suaminya dengan selingkuhannya. Namun, Irawan menggiring Olive agar ia memiliki strategi defensif yang lebih baik saat menghadapi suami yang berselingkuh. Irawan melihat Olive terlalu lembek menghadapi perselingkuhan suaminya. Sebagai akibatnya sangat fatal, kesehatan suaminya menjadi taruhan.‘’Saya punya klien orang-orang hebat sekelas Bapak Refan di habitat pekerjaannya masing-masing. Kasus pemakai narkoba. Kemiripannya sama. Mereka mengalami gangguan kejiwaan. Terlihat dari penjelasan keluarganya bahwa klien saya itu konsul ke dokter psikhiater. Umumnya mereka itu sama seperti Ibu, terlalu lembek, tidak mau sedikit galak. Akibatnya, racun narkoba masuk terus. Pemakaian narkoba jangka panjang bikin syaraf dan otak putus,’’ papar Irawan.‘’Bukannya Bapak pernah bilang, suami saya bukan sekedar dira
Pembuktian Dua Lacak Jejak TerakhirDari mana datangya lintah? Dari darat turun ke kali. Dari mana datangnya Rita? Dari diskotek turun ke kantor polisi. Ini peribahasa yang mencibir Refan sejak tadi. Ia mendengar seorang polisi berkelakar tentang perilaku selingkuhnya. Ia merasa sangat malu dan geram.Sepi kembali mencekam. Refan masih meniduri sofa panjang berlapis kain wool kuning. Berusaha tidur, namun ia gelisah. Dari terbaring, kembali berubah posisi ke duduk. Ia yakin Rita berada hanya berjarak beberapa meter dari gedung ini. Ia merasa sangat heran, kenapa kisah cinta yang ia tutup rapat seakan hanya dia dan iblis yang tahu, dipisahkan di tempat ini dengan cara ditelanjangi banyak pihak. Ketika rombongan pengacara, istri dan ibunya meninggalkannya di tempat itu seorang diri malam ini, ia merasakan lagi kesepian ini sebagai sebuah hukuman Tuhan. Sebuah karma. Jika bukan, tidak mungkin perasaan yang ia alami seperti ini.Ia mel
Harta Dalam Pernikahan dengan Mafia Narkoba, Disita Negara Refan adalah orang pertama yang kaget dan tidak bisa terima penjelasan itu. Namun ia menahan diri seolah tanpa ekspresi meski dalam batinnya marah, kecewa tak terperi. Yang jelas sedih mendengar hal itu adalah Olive. Ia berpikir, mulai malam ini ia beristirahat dari penat mengumpulkan data pembelaan untuk suaminya. Namun, Olive juga berusaha berwajah dingin seolah tak perlu bereaksi. Namun, yang wajahnya tak bisa dibohongi dan tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya adlah Tante Anita. ‘’Loh, kenapa?” Tanya Tante Anita. Irawan segera menghadap Kompol Agung dan membahas hal itu tidak di hadapan kliennya. Dari kejauhan terlihat Polisi dan Irawan terlibat negosiasi yang alot. Namun tak berapa lama kemudian, Irawan kembali ke ruangan di mana klien dan keluarganya sedang berkumpul. Tim kuasa hukum Refan berada di pihak yang diombang-ambingkan nasibnya. Di dalam hati s
Detik-Detik Penentuan ''Kutunggu Cinta.Apakah berpihak kepadaku. Ku meminta jawab saat ini.''Sebuah puisi yang dituliskan entah oleh siapa di sebuah brosur sekolah playgroup yang sengaja dimasukkan orang ke celah di bawah pintu unit apertemennya. Olive berterima kasih atas tanda alam yang dianugerahkan Tuhan lewat brosur ini. Ia meminggirkannya ke tong sampah. Brosur itu ia baca sesaat sebelum meninggalkan apartemennya, malam itu Waktu menunjukkan pukul 20.10. Langit Jakarta tak segelap rona hidup yang baru saja melewati rumah tangga Olive-Refan. Olive dan mertuanya sedang dalam perjalanan menuju BNN Cawang. Mercedes Benz S-Class Hitam bernomor polisi B 1988 RO itu memasuki jalan besar Gatot Subroto menuju arah Cawang. Mereka masih membahas perselingkuhan Refan dengan penari striptis mafia narkoba, Rita Anastasia ‘’Nak, kamu memang beda dibandingkan para istri kebanyakan. Ekspresi kamu itu melihat kelakuan anak Tant
Mencerna Sebuah Kehilangan Hari ini pertempuran wanita murahan Vs wanita rumahan sepertinya segera berakhir, Olive mencerna makna kehilangan. Ia menemukan kembali hati suaminya utuh, meski raganya babak belur. Suaminya lolos dari lubang maut jerat hukum cinta sang mafia narkoba, Rita Anastasia. Bisa maut service ranjang Rita Anastasia yang merasuk di tubuh Refan juga telah habis. Refan Mananta akhirnya menyadari ia meminum racun mut setiap hari. Namun bersyukur ia punya Tuhan yang memberi dia seorang penolong, istri yang baik budi. Irawan menghubungi istri kliennya, Olivia Mananta memberitahukan bahwa malam itu sekitar pukul 11. 00 dalam tiga jam ke depan suaminya akan dibebaskan BNN. Irawan meminta Olive agar menyiapkan penyambutan terbaik atas kemenangan suaminya melawan mafia narkoba yang menjeratnya dalam masalah besar ini. Olive sedang kelelahan beristrahat di rumah. Namun ia siaga dengan ponselnya kalau-kalau pengac
Titik Terang Olive merasakan kelelahannya memuncak hari ini. Ia berharap dua rekening bank ini adalah pencarian terakhirnya. Ia sungguh kecewa, ketika sampai di kantor Bank, itu Customer Service (CS) mengatakan akan tutup dalam satu jam ke depan dan tidak menerima permintaan pelayanan yang membutuhkan waktu tunggu cukup lama. Maka ia meminta kepada staf CS itu agar mengerjakan print out rekening bank suaminya esok hari. ‘’Jika Ibu bisa kerjakan selesai besok siang jam 12, saya ambil ke sini jam 12. Saya minta nomor ponselnya, boleh? Saya akan memberikan tips yang layak untuk kerja keras Ibu. Karena saya sadar, yang saya minta itu cetak buku rekening koran selama 5 tahun,’’jelas Olive ke staf CS Bank OCBC NISP Gedung wisma 46. Staf perempuan berambut panjang dengan bulu mata lentik itu langsung membelalakkan matanya, lalu tersenyum. ‘’Ibu sangat membutuhkan segera ya, Bu? Saya bisa kerjakan setelah ini. Berhubung i
Sesal Itu Pasti Belakangan Jam tangan menunjukkan Pukul 11.30. Olive bersiap meluncur ke BNN untuk membesuk suaminya. Namun sebelum berangkat ke sana, ia merasa perlu menghubungi pengacaranya.‘’Halo, selamat siang, Pak Irawan. Bapak sudah ketemu suami saya hari ini? Ada kabar apa, Bapak?” Tanya Olive saat menghubungi Irawan, siang itu.‘’Sudah, Ibu. Saya sudah ketemu beliau. Saya juga sudah menghadap Kepala Deputy IV BNN Pak Benny. Saya beritahukan kepada BNN, bahwa kuasa hukum Pak Refan sudah mendaftarkan praperadilan ke PN Selatan,’’‘’Terus itu reaksi BNN gimana, Pak?”‘’Ya, itu ancaman buat mereka. Itu akan menurunkan kredibilitas kinerja mereka. Karena kalau menang atau tidak di praperadilan, kita tetap akan laporkan kinerja institusi BNN ke Indonesia Police Watch. Terus bukan itu saja, kita akan laporkan juga ke lembaga PBB United Nations
Menghitung Hari Dag Dig Dug Hari keempat penangkapan Refan Mananta. Hari masih pagi. Olive tak jenak bekerja. Sebentar-sebentar ia melihat jam. Ia ingin jam cepat menunuju 11.30, dia harus mengunjungi suaminya. Saat ini baru jam 09.00. Lalu ia pergi menuju ruangan Tubagus, seperti biasa ingin minta saran dan masukan. Ia melihat Tubagus berada di kabin server IT, maka ia tak berani mengganggu. Namun karena telah satu jam Tubagus tak kunjung nongol ke luar kabin, maka ia memberanikan diri masuk ke ruangan Tubagus. ‘’Gus....Gus....Lagi sibuk ya, Gus?” ‘’Hem...kenapa, Non?’’ Tubagus mencondongkan kepala ke luar kabin. ‘’Aku duduk di sini aja boleh ya, Gus? Aku ganggu kamu sehari ini, boleh? Mau ngomongin itu tuh?” ‘’Boleh....Tapi aku di sini, ya Non? Soalnya ini sedikit lagi kelar. Paling setengah jam,’’jelas Bagus. ‘’Ok, makasih, Gus,’’jawab Olive. ‘’Udah, kamu sambil cerita, aku dengerin,’’Jawab Tu