Bab 135********"Bu Wongso meneror Sinta karena menganggap Sinta lah yang telah memberikan obat perangsang itu kepada Arif yang menyebabkan Arif over dosis. Kecurigaan Bu Wongso cukup beralasan karena Sinta pernah menjebak Arif dengan memberikan obat perangsang tersebut. Namun, Sinta bersikeras mengatakan kalau Arif sendiri yang meminum obat itu sesaat sebelum memperkosa Sinta," papar Burhan membuat Yana bergidik. Yana tidak bisa membayangkan bagaimana beratnya beban yang dipikul Sinta. Telah kehilangan bayi dan rahimnya dan harus menerima teror dan perlakuan kasar dari Bu Wongso."Apa polisi tidak dapat melacaknya?" Fikri akhirnya ikut berbicara."Polisi sudah menemukan kebenarannya, karena di botol obat itu polisi hanya menemukan sidik jari Arif. Jadi polisi menyimpulkan kalau Arif sengaja meminum obat perangsang tersebut. Polisi mencurigai motif dibalik peristiwa pemerkosaan tersebut adalah balas dendam." Burhan menatap Fikri seraya memberi penjelasan."Jika kebenaran telah terun
Bab 136Bersamamu Aku Bahagia******Dila sudah bangun dari tidur dan merengek meminta dibuatkan susu. Yana berusaha menenangkan karena Yana merasa sakit kepala yang cukup hebat. Namun, bocah berumur tiga tahun itu seperti tidak mengerti."Dila kenapa, Yan?" Bu Indah masuk ke dalam kamar dan melihat Dila yang menangis."Dila minta susu, Bu," sahut Yana seraya bangkit, tapi kemudian oleng dan terkulai lemas di tempat tidur."Fikri ... Nak!" Bu Indah berseru memanggil Fikri."Kenapa, Bu?" Fikri terkejut saat melihat Yana yang pingsan di tempat tidur."Nggak tahu, Nak. Tiba-tiba aja Yana pingsan," ujar Bu Indah mengendong Dila ke luar kamar.Fikri segera membawa Yana ke dalam kamarnya dan mencoba menyadarkannya dari pingsan.Setelah beberapa menit kemudian, Yana siuman dan memindai ruangan."Kamu pingsan di kamar Dila. Abang pindahin ke sini karena kamar Dila sempit," ujar Fikri seakan paham pemikiran Yana.Fikri menggenggam tangan Yana dan mengecupnya dengan mesra."Abang nggak tahu apa
Bab 137******Yana dan Asri datang ke pesta pernikahan Cinta bersamaan karena suami Asri tidak bisa ikut. (BACA KISAH CINTA DALAM JUDUL GAIRAH TERPENDAM SEKRETARIS KESAYANGAN CEO) "Cinta masih ganti baju, lagi. Lama amat pulak, Bang Fikri mau dinas sore ini," sungut Yana."Kita susul ke kamar aja, yuk," sahut Asri menarik tangan Yana dari tempat duduknya."Bang, Yana masuk dulu, ya," ujar Yana menepuk bahu Fikri karena suara musik yang menggema.Mereka masuk ke dalam kamar Cinta dan segera berselfi ria karena Cinta sudah selesai berganti pakaian. Sedangkan Daniel menunggu di luar karena ada Tamu penting.Cinta menceritakan tentang pernikahan nya yang sengaja dirahasiakan karena takut kehilangan Carisa. Yana dan Asri kagum kepada Cinta yang akhirnya menikah dengan seorang CEO berdarah Indonesia campuran Tiongkok.Ketika mereka sedang mengobrol, Daniel, suami Cinta masuk ke dalam kamar, tapi Kembali lagi Ke luar karena merasa sungkan dengan kehadiran Yana dan Asri."Cinta, bagaimana r
Bab 138Lingkungan baru*******Tiga bulan sudah berlalu ...Yana menetap di kediaman Fikri bersama Dila dan juga Bu Indah. Rumah yang dahulu sepi tanpa suara itu. Sekarang terdengar derai tawa atau tangisan Dila. Bocah mungil yang sedang asik bereksplorasi itu sungguh membuat Yana lelah.Terlebih barang-barang di rumah Fikri terbuat dari kaca yang membuat Yana khawatir kalau Dila akan menyenggol atau tanpa sengaja memecahkannya.Yana sudah mengundurkan diri dari sekolah Asri seminggu setelah mereka menghadiri pernikahan Cinta. Sebenarnya, Yana sangat berat hati untuk berpisah dengan teman-temannya seprofesi yang mengajar di sana. Teman yang sudah seperti saudara bagi Yana. Terlebih Mbak Asri yang memang berjiwa malaikat.Asri membantu Yana menyiapkan semua berkas-berkas yang diperlukan jika suatu saat Yana ingin mengajar di tempat lain."Cari lah tempat mengajar yang baru. Supaya ilmu yang kamu dapat di bangku kuliah dapat tersalur. Sayang, kan," ujar Mbak Asri ketika Yana pamit dari
Bab 139*****Mereka segera pamit pada Bu Indah untuk mengantar berkas tersebut ke sekolah yang dituju.Ketika memasuki gerbang sekolah, hati Yana berdebar-debar karena melihat sekolah yang begitu megah dan penampilan para wali murid yang begitu berbeda dengan sekolah yang dikelola oleh Mbak Asri.Wajar saja, sekolah yang berada dihadapannya saat ini adalah sekolah yang terletak di jantung kota dan rata-rata warga yang tinggal di daerah tersebut adalah orang berada. Berbeda dengan sekolah yang dahulu tempat Yana mengajar. Sekolah tersebut terletak di daerah terpencil dengan mata pencaharian warga hanyalah petani."Bang ...!" Yana menahan tangan Fikri ketika lelaki itu hendak masuk ke dalam gerbang."Kenapa?" Fikri mengernyitkan keningnya."Yana nggak pede. Wali muridnya pada glowing gitu," ujar Yana menundukkan kepalanya.Fikri tersenyum dan mengangkat dagu Yana. "Kita coba dulu. Kalau memang diterima, mau nggak mau kamu harus mengikuti lingkungan." Fikri menggandeng tangan Yana."Tap
Bab 140 ***** Peraturan tersebut menjelaskan untuk di larang membawa anak di bawah usia empat tahun karena khawatir akan mengganggu konsentrasi guru. Jika memang harus terpaksa membawa anak, maka guru harus membawa serta baby sitter. Selain itu, Yana juga harus ikut memakai semua pakaian seragam seperti guru yang lainnya. Fikri dan Yana menyanggupi semua persyaratan dan peraturan yang di berikan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah juga menjelaskan seragam yang dipakai setiap hari. "Nanti sore akan saya antar seragam ibu ke rumah, ya. Sekalian silaturahmi," ujar Bu Lidia tersenyum. "Waduh, maaf, Bu. Saya jadi merepotkan," jawab Yana sungkan. "Nggak apa-apa, kok, Bu Yana. Santai saja." Bu Lidia tersenyum ramah. Setelah selesai berdiskusi dengan Bu Lidya, Yana dan Fikri segera pamit karena khawatir Dila menangis. Sepanjang perjalanan mereka tidak henti-hentinya bersyukur karena Yana kembali dipertemukan dengan orang baik seperti Ibu Lidya. "Mudah-mudahan kamu betah mengajar di s
Bab 141Mengajar di sekolah baru*********Sebuah bangunan rumah dengan pondasi batu hitam dan dinding bercat abu-abu tampak sepi. Ada sebuah saung di pojok pekarangan rumah yang dihiasi bunga-bunga, dan tanaman hias lainnya. Pohon Palem berjejer di dekat jendela kamar utama. Sepasang burung merpati beterbangan di halaman rumah tersebut.Seseorang tersenyum miring mengawasi rumah tersebut dari balik kaca mobilnya. Dia terus mengawasi setiap detail rumah tersebut dengan sesekali mengambil gambar dari ponselnya.Setelah puas mengambil beberapa gambar dan mengamati rumah tersebut dengan seksama, perempuan itu kembali melajukan mobilnya meninggalkan lokasi.Yana sudah siap dengan seragam blazernya. Hari ini adalah hari pertama Yana berangkat ke tempat kerjanya yang baru, yaitu sebuah taman kanak-kanak yang terkenal unggul dan Megah.Yana kembali merapikan hijab segi empat yang diulurkannya menutupi dada sampai ke pinggang. Model seragam yang diberikan oleh ibu kepala sekolah menurut Yana
Bab 142*******Bu Lidya lalu meminta Yana untuk masuk kelas Bu Maya sebagai guru pendamping untuk hari itu. Sedangkan selanjutnya jika Bu Yana sudah mampu maka Bu Yana akan menjadi guru inti untuk sebuah kelas. Yana memahami prosedur sekolah tersebut dan menganggukkan kepala ketika Bu Lidya menanyakan pemahamannya tentang kelas yang di rolling."Ucapan Bu Linda jangan diambil hati ya, Bu. Dia orangnya emang begitu," ujar Bu Maya tersenyum ketika mereka memasuki kelas apel."Nggak apa-apa, kok, Bu. Saya mengerti. Lagi pula, saya memang harus banyak belajar untuk menyesuaikan diri dengan majelis Guru dan para siswa di sini. Saya mohon bimbingannya ya Bu," jawab Yana tersipu."Ibu tenang aja, guru di sini semuanya baik-baik, kok. Apalagi Bu Lidya. orangnya baik banget. ya ... cuma Linda aja yang memang orangnya suka julid," bisik Bu Maya tertawa kecil.Mereka pun segera masuk ke dalam kelas dan anak-anak sudah duduk dengan rapi menanti para guru untuk memberi materi dan mengajak bermain