Bab 44Rencana Intan"Yana ..." Bu indah mengusap wajahnya dengan kasar dan duduk lemah di sofa."Kalau Mbak Yana balik ke Pati, maka, Intan juga harus ikut," ujar Intan menatap tajam ke arah Yana."Loh, ngapain kamu mau ikut aku?" Tanya Yana gusar."Ya, aku pengen ikut aja. Kan aku kangen sama mbak Yana, apa salahnya aku ikut?" Ujar Intan menatap Yana"Aku itu tinggal sama mertua, Intan. Belum tentu dia ngizinin kamu ikut tinggal bersama kami?" Jawab Yana pelan."Nggak masalah sih, aku kan bisa ikut Mbah Marijan. Si Mbah pasti senang," jawab Intan menaikturunkan alisnya.Yana berpikir sejenak. Yana sangat mengenal karakter Intan yang pemberani dan cerdas. Selain itu, Intan jago ilmu bela diri. Kalau Intan tahu kelakuan Arif dan ibu mertuanya yang selama ini tidak baik, bisa-bisa, Arif bakalan babak belur dihajar oleh Intan."Kalau kamu mau ikut aku ke Pati, mending aku nggak usah balik, deh," ujar Yana lalu mengusap wajah Dila yang berkeringat.Bu Indah menatap Yana dengan senyum bah
Bab 45Pulang kampung"Mbak, wajahmu kenapa?" Tanya Intan kepada Yana ketika mereka sedang duduk di Sofa ruang rawat Dila."Kenapa emang?" Tanya Yana berbalik."Itu, kayak bekas pukulan," ujar Intan menelisik wajah Yana."Ngaco' kamu, siapa yang pukul Mbak?" Tanya Yana dengan senyum getir."Mas Arif, barangkali," ujar Intan membuat Yana terkejut."Ya nggak mungkinlah, kamu tau sendiri, kan, Mas Arif orangnya baik," sahut Yana berbohong."Iya … tapi aku kenal dia Kan, tiga tahun lalu, sekarang belum tentu, kan?" Ujar Intan lagi."Mas Arif masih sama kayak dulu kok. Nggak ada yang berubah," sahut Yana meninggalkan Intan.Intan menahan tangan Yana. "Mbak Yakin?" Tanya Intan dengan menatap manik mata Yana."Ya, yakinlah!" Ujar Yana tetap meninggalkan Intan."Jangan lupa, Mbak, aku seorang karate, aku tau bekas luka karena pukulan dengan tidak," ujar Intan menatap Yana dengan tajam.Yana melangkah meninggalkan Intan seorang diri, ketika intan sedang asik dalam lamunannya, Bu indah datang m
Bab 46"Saya pikir, Mbak Yana orang yang suka bercanda juga," sahut kurir tersebut.Arif mengepalkan tangannya. "Tega banget Yana menyebut ibuku Genderuwo," gumam Arif di dalam hati.********Pak Bejo sudah berpakaian rapi dengan istrinya dan Sasa. Mereka hari ini akan menjemput Dila dari rumah sakit."Pak, bagaimana kalau Yana menolak pulang ke rumah?" Tanya istrinya dengan wajah suram."Jangan khawatir, Bu. Bapak yakin, Intan bisa mengatasi ini semua," jawab Pak Bejo kepada istrinya.Mereka lalu melajukan Sepeda motornya dengan kecepatan sedang."Rencananya bapak mau nyater mobil siapa, Pak?" Tanya Bu Bejo ketika mereka sudah sampai di pelayangan sungai."Mau nyarter mobil pak Agus aja, Bu," ujar Pak Bejo."Eh, Jangan, Pak. Mobil pak Agus itu pake AC. Nanti ibu mabuk perjalanan," pungkas Bu Bejo."Trus, kudu pake mobil apa?" Tanya Pak Bejo menoleh istrinya."Naik mobil Carry aja," ujar Bu Bejo membuat suaminya langsung melotot."Kamu pikir, Dila itu kambing, naik mobil Carry? Nggak,
Bab 47Mencari kebenaranMobil yang membawa Pak Bejo dan keluarganya sampai di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi pada pukul sebelas siang."Yana …" pekik Bu Bejo melihat Yana yang berada di hadapannya.Bu Bejo memeluk erat Yana dan Dila. "Ibu sangat merindukanmu, Nduk," ujar Bu Bejo disela Isak tangisnya."Yana juga merindukan ibu," sahut Yana memeluk erat ibunya."Cucu Mbah wedok, cantiknya," ujar Bu Bejo mencium Dila dengan gemas, namun, Dila menolak dengan memalingkan wajahnya.Bu Bejo mengernyitkan keningnya, "Dila belum pernah bertemu sama ibu, nanti kalau sering ketemu, bakalan betah kok, Bu," ujar Yana menatap ibunya yang terlihat sedih."Dila, perkenalkan, ini Mbah wedok, Mbahnya Dila," ujar Intan kepada Dila. Bu Bejo mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Begitu terharu, karena Akhirnya, Yana dan Dila bisa ditemukan. Allah mengabulkan do'a yang selalu dipanjatkannya di keheningan malam."Iya, Nduk, ini Mbah, Mbah wedok," Bu Bejo mengulurkan tangannya. Begitu ingin rasa Bu
Bab 48Bu Indah mencium dan memeluk Yana dan Dila dengan penuh kasih sayang."Ibu pasti akan sangat merindukanmu, Yan. Jaga diri baik-baik, dan ingat, pikirkan matang-matang, jika kamu ingin mengambil keputusan," ujar Bu Indah memberi wejangan."Baik, Bu," ujar Yana mencium punggung tangan Bu Indah dengan takzim.Mereka melambaikan tangan kepada Bu Indah ketika mobil sudah mulai bergerak meninggalkan halaman rumah sakit Raden Mattaher Jambi."Dila, nanti malam bobo sama Aunty Sasa, ya?" Ujar Sasa mencairkan suasana yang kaku."Aunty Sasa?" Tanya Dila."Iya, sama Aunty Sasa," jawab Sasa."Anti, anti, panggil Bibik, jangan sok jadi orang barat, orang ndeso, juga," protes pak Bejo lagi."Apa salahnya sih, Pak. Bibi itu panggilan kuno," sahut Intan menoleh Bapaknya yang duduk di bangku paling belakang."Hallah, bapak nggak boleh Pokoknya, malu ntar di dengar tetangga," ujar Pak Bejo membuat Intan memutar bola matanya."Peduli amat sih, Pak. Sama omongan orang?" Ujar Intan kesal."Pokonya
Bab 49TerungkapPak Bejo dan rombongan sampai ke rumahnya ketika hampir adzan ashar."Yana, ajak Dila istirahat dulu, kasian," ujar Bu Bejo pada Yana. Yana mengangguk dan membaringkan Dila di dipan dalam kamarnya.Kamar yang hampir lima tahun ditinggalkan. Kamar itu masih rapi dan bersih.Pintu kamar diketuk "Masuk," ujar Yana mempersilahkan sang pengetuk untuk masuk."Kalau Mbak capek, biar Dila sama aku aja," Intan duduk di sisi dipan."Nggak apa-apa, kamu masih capek juga, biarlah Dila istirahat juga dahulu," sahut Yana seraya membaringkan tubuhnya yang lelah.Yana tertidur hingga menjelang waktu adzan magrib, Yana menghirup udara di sekitar, yang masih teramat sangat sangat asri. Yana tersenyum, sekian lama Yana tidak merasakan ketenangan dan kedamaian seperti pada saat ini.Yana menatap Dila yang tengah tertawa bersama kedua orang tuanya dan saudaranya, mereka tampak sangat menyayangi Dila, mereka bersama-sama membuat Dila tersenyum bahagia. Mbah wedok dengan telaten menyuapi D
Bab 50"Genderuwo?" Tanya Arif dengan senyum tersungging."Iya, genderuwo," sahut Bu Wongso masih dengan takut."Genderuwo itu sudah tidak ada, Bu. Itu zaman dahulu, sebenarnya, Genderuwo itu adalah ibu sendiri, ibu menyebutkan diri ibu sebagai genderuwo, begitu, Bu?" Dada Arif turun naik karena emosi.Bu Wongso hanya terdiam, karena tidak tahu harus berkata apa."Ibu juga memaksa Yana membeli lauk pauk yang mahal-mahal karena ibu iri, Yana mendapat jatah lebih banyak dari pada ibu, iya kan, Bu? Ibu sengaja menyuruh Yana memasak enak setiap hari agar Yana tidak punya kesempatan untuk membeli kebutuhannya," Arif menatap tajam ke arah ibunya."Bu … apa salah Yana? Yana sudah berbuat baik pada ibu, tapi mengapa ibu selalu menyakitinya?" Tanya Arif dengan berurai air mata."Ibu tau, aku bahkan hampir saja membunuh Yana, karena aku pikir, Yana meracuni ibu, padahal, ibu sendiri yang membuat tubuh ibu keracunan," ujar Arif menjambak rambutnya dengan kasar."Aku nggak nyangka, ibu tega berbu
Bab 51Catatan kecil YanaArif tak sengaja melihat halaman yang bertaburan bunga Edelweis tersebut, dan Arif tercengang ketika membaca lembar demi lembar isi buku kecil tersebut.14 Mei 2021[Hari ini aku sangat sedih, karena ibu tidak mengizinkan aku untuk memasak ayam bumbu yang kemaren di olah sama Mas Arif, padahal, Mas Arif niatnya ngolah ayam bumbu untuk di masak ketika Dila mau makan, mungkin aku kurang bersyukur menjadi seorang istri, sehingg di kasih cobaan punya mertua yang tidak pernah menyukaiku.]Arif menarik napas saat membaca tulisan tangan Yana yang indah di atas buku note kecil tersebut.Arif membuka halaman berikutnya.20 Juni 2021[Aku sangat kecewa sama Mas Arif, dengan kasarnya, Mas Arif menjambak rambutku dan menampar pipiku, hanya karena aku protes dengan pengurangan uang belanja. Bagaimana aku tidak protes, uang satu juta rupiah selama satu bulan bisa dipakai buat apa? Sedangkan kebutuhan diapers Dila dan susunya saja sudah memakan hampir satu juta. Aku jualan