Share

Bab 2

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-03-08 22:45:48

"Bagus, Reno, kamu memang harus tegas, sama istri yang suka membangkang seperti si Mila ini. Ibu juga nggak suka mempunyai menantu, yang nggak nurut seperti dia. Hanya bisa membuat emosi saja," cicit Bu Risma.

"Oh ... jadi maksudnya, kalian berdua itu tidak suka sama aku, dan lebih suka dengan Mbak Wina? Begitu bukan?" tanyaku.

Aku bertanya dengan tegas, kepada Bu Risma dan juga Mas Reno. Aku ingin tahu maksud mereka berkata seperti itu kepadaku. Apakah hanya untuk menggertaku, atau mereka memang benar-benar tidak mengharapkan aku ada di dalam kehidupan mereka lagi.

"Kalau memang iya, terus kamu mau apa, Mila? Aku lebih memilih Wina, yang menjadi menantuku, daripada kamu," terang Bu Risma, perkataannya itu begitu menusuk hatiku.

"Bu ... Ibu jangan bicara seperti itu, Bu. Bagaimana mungkin, Ibu lebih memilih aku dan melepaskan Mila? Dia itu suaminya masih ada, serta masih berstatus menantu Ibu? Aku memang selayaknya pergi dari sini, Bu, sesuai dengan kemauannya Mila. Karena aku juga tidak mau membuat rumah tangga Reno berantakan," papar Mbak Wina.

Ia berkata dengan begitu bijak, tetapi aku yakin, kalau dia berkata seperti itu hanya karena sedang berada di hadapan mertua dan juga suamiku. Seperti biasa Mbak Wina memang pandai sekali bersilat lidah. Ia itu seperti ular berbisa, yang siap menggigit dan menyebarkan racunnya.

Aku berkata seperti ini bukan tanpa alasan. Karena setiap ia berkata dan melirikku, dia terus tersenyum jahat ke arahku. Maksudnya apa ia berbuat seperti itu? Kalau memang bukan karena ingin meledekku. Aku yakin, kalau sebenarnya Mbak Wina itu merasa puas, dengan pembelahan mertua dan juga suamiku. Karena memang itu tujuannya ia mengadu, kepada suami dan juga mertuakum

"Tuh, Reno, kurang apa coba si Wina ini? Menurut Ibu, dia ini udah tau diri banget jadi orang. Tapi kenapa Si Mila tidak suka sama dia? Ia malah selalu menganggap, kalau Wina itu jahat. Ibu yakin, kalau istrimu ini memang tidak war*s, hatinya bus*k penuh dengan iri dan dengki." Bu Risma kembali memuji sikap Mbak Wina, yang menurutnya bijak.

"Iya, Bu, aku juga tidak paham, dengan jalan pikiran Mila itu seperti apa? Kenapa bisa, ia mempunyai pikiran picik seperti itu kepada Mbak Wina? Padahal ia itu baik banget kepada Mila, ia bahkan mau membelanya. Tapi memang dasar Si Milanya saja yang tidak tau diri," timpal Mas Reno.

Ucapan suami dan mertuaku ini benar-benar menusuk hatiku, membuat luka yang tak berdarah di dalam sana. Bisa-bisanya mereka malah membela perempuan bermuka dua itu dibanding aku, yang masih berstatus istri dan menantu yang sah. Mereka berdua terang-terangan membela Mbak Wina, hanya karena menilai dari tutur kata Mbak Wina, yang sebenarnya penuh dengan racun.

"Bu, Mas, jika memang kalian lebih mendengarkan kata-kata Mbak Wina dan tidak mau mendengar apa kataku. Ya sudah, silakan saja kalian bawa Mbak Wina ini untuk tinggal di rumah Ibu karena aku tidak mau menampungnya lagi! Kalau memang kamu mau, kamu juga boleh kok tinggal di sana, Mas. Kamu tidak kembali ke sini lagi juga nggak apa-apa, malah itu lebih bagus," usirku.

"Kamu mengusir kami, Mila?" tanya Mas Reno tidak percaya.

"Kalau iya, memangnya kenapa? Ingat ya, Mas. Rumah ini atas nama aku dan aku yang selalu membayar cicilan setiap bulanya. Jadi kamu tidak sepantasnya mengusir aku dari rumahku sendiri, yang ada kalian yang seharusnya pergi. Selama ini aku selalu diam dan sabar menghadapi ulah kalian, tetapi maaf kesabaranku juga ada batasnya. Jika kalian tidak mau menuruti aturanku, ya sudah pada minggat saja kalian semua. Jangan pernah lagi kalian tinggal dirumahku lagi," usirku dengan begitu tegas

Wajah Mas Reno begitu pucat, saat mendengar ucapanku. Mungkin ia tidak menyangka, kalau aku akan berkata seperti itu. Selama ini aku selalu diam, tetapi bukan karena aku takut. Aku hanya masih menghargai mereka semua, tetapi kali ini aku merasa sudah cukup sabar, makanya aku berontak.

Mungkin mereka lupa, kalau aku ini adalah manusia, yang punya hati dan juga perasaan. Aku bukanlah wayang, yang bergerak jika dimainkan oleh dalang. Jadi aku juga bisa melawan, sekiranya mereka semua menindasku dan berbuat yang tidak sesuai dengan keinginanku.

Bersambung ...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aku Siapa
kerennnn.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 3

    "Heh, Mila. Kamu itu kurang ajar sekali ya, kamu telah berani mengusir anakku! Mila, kamu itu harus ingat, walaupun kamu yang selalu membayar cicilan rumah ini, tetapi kamu masih terikat pernikahan dengan Reno. Jadi jika kamu mau mengusir Reno, bagikan dulu harta gono gininya," pinta Bu Risma."Apa yang dikatakan Ibu benar, Mila? Kalau kamu mau mengusir Reno dari rumah ini, kamu harus membagi dua harta bendamu. Kamu jangan serakah jadi perempuan, sebab semua yang kamu miloki juga karena ada andil Reno," timpal Mbak Wina.Mereka berdua meminta aku, supaya aku mau membagi dua hartaku. Mereka tidak ingin pergi dengan tangan hampa, sebab menurut mereka Mas Reno berhak mendapat harta gono gini, dari pernikahannya bersamaku."Oh, jadi maksud kalian, aku harus membagi hartaku dengan Mas Reno?" tanyaku lagi, sambil menatap kedua wajah perempuan itu dengan bergiliran"Memangnya kamu benar-benar mau berpisah denganku, Mira?" tanya balik Mas Reno.Ia meminta jawabanku, tentang apa yang akan aku

    Last Updated : 2023-03-08
  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 4

    "Reno, kamu jangan dengarkan apa kata Mila. Kamu harus memikirkan nasib Wina, jika dia sampai diusir dari rumah ini. Biar bagaimana pun, Wina ini adalah istri almarhum kakakmu. Dia menantu kesayangannya Ibu," pinta Bu Risma."Bu, kalau memang Ibu sayang sama menantu Ibu ini. Lebih baik dia ini bawa pulang saja ke rumah Ibu, biarkan dia tinggal di rumah Ibu, supaya dia bisa menemani Ibu dan Reni di sana. Karena di sini, Mbak Wina hanya bisa membuat aku selalu emosi. Bahkan bisa saja, dia membuat rumah tangga anak Ibu berantakan," saranku.Aku memberi saran kepada mertuaku, supaya mau menampung Mbak Wina di rumahnya.Karena dia bilang sayang kepada menantunya ini, serta menurutnya Mbak Wina merupakan menantu terbaik."Iya, Bu. Saran Mila ada benarnya dan itu lebih baik," timpal Mas Reno."Tapi Reno, aku sudah betah tinggal di sini. Masa iya sih kami tega mengusir aku dari sini. Aku masih boleh ya tinggal di sini, aku akan merubah sikapku kok," tawar Mbak Wina.Ia berkata dengan suara ya

    Last Updated : 2023-03-08
  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 5

    Aku kaget, saat melihat kamar yang berantakan. Bantal, guling, kasur semuanya sudah tidak pada tempatnya. Bahkan sprei dan sarung bantal, yang seharusnya menempel pun sudah berserakan dimana-mana, serta tidak karuan bentuknya. Entah mencari apa mereka berdua itu, sehingga membuat semua isi kamar menjadi seperti ini. Mungkin karena mereka marah kepadaku, hingga mereka melakukan semuanya ini. Niat untuk merapikan kamar pun urung, aku membiarkan semuanya tetap berantakan, supaya Mas Reno bisa melihatnya secara langsung, bagaimana kekakuan Kakak iparnya, yang selalu ia lindungi melebihi kepadaku. Aku ingin tahu bagaimana Responnya, jika dia tahu kalau Mbak Wina tidak selugu yang ia kira. Aku pun mengambil handphoneku, yang tersimpan di saku celanaku. Kemudian menelepon Mas Reno, supaya ia segera pulang. Namun, saat aku telepon, ternyata handphone Mas Reno tidak aktif. Aku pun merasa tambah kesal, menghadapi kenyataan ini. Aku pun segera pergi ke kamar untuk mengambil kunci mobil, serta

    Last Updated : 2023-03-08
  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 6

    Aku pun merasa kaget, saat Pak Hartono memberitahu seperti itu. Akupun bertanya tanya dalam hati, 'memangnya kenapa dengan perusahaanku? Bukankah baik-baik saja, seperti yang selalu dikatakan Mas Reno?'"Memangnya ada masalah apa Pak Tono, dengan perusahaan? Bukankah semuanya baik-baik saja ya, seperti yang dikatakan Mas Reno?" tanyaku."Pokoknya Ibu datang saja ke rumah saya, nanti akan saya ceritakan semuanya. Maaf yaa, Bu. Karena saya tidak bisa menyampaikan semua ini lewat telepon," jawabnya."Baik, Pak Tono, aku OTW ke sana. Kebetulan saat ini aku juga sedang sendirian, serta posisiku berada diluar rumah," terangku.Setelah aku menyetujui, Pak Tono pun memungkas pembicaraan kami, kemudian ia menutup sambungan telepon tersebut. Aku pun kembali melajukan mobil menuju rumah Pak Hartono. Aku kini tidak lagi peduli terhadap keberadaan Mas Reno, Bu Rosma serta Mbak Wina. Yang tidak tahu keberadaannya sekarang. Tetapi kini pikiranku fokus menyetir untuk segera sampai ke rumahnya Pak

    Last Updated : 2023-03-08
  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 7

    "Jadi begini, Bu. Orang yang memegang kendali atas semua itu, hanya aku dan Pak Reno. Karena dia, yang sekarang memimpin perusahaan. Tapi, kalau saya berani bersumpah, Bu. demi Allah, saya tidak pernah melakukan semua itu. Kalau memang saya yang melakukannya, buat apa saya membongkar semua ini ke Ibu? Itu sama saja, saya menyerahkan diri kepolisi," terangnya lagi."Jadi maksud Pak Hartono, kemungkinan besar yang melakukan semuanya ini adalah Mas Reno begitu?" tanyaku tidak percaya."Ya seperti itulah, Bu. Jika Ibu merasa kurang yakin, dengan apa yang aku katakan tadi. Sebaiknya Ibu segera menyelidikinya sendiri, Biar Ibu bisa melihatnya langsung, apa yang sebenarnya terjadi," saran Pak Hartono.Kalau memang apa yang dikatakan Pak Hartono terbukti, jika Mas Reno yang melakukannya. Berarti ia benar-benar keterlaluan dan tidak tahu malu. Lalu untuk apa, ia melakukan semuanya itu? Padahal aku telah memberinya kepercayaan, supaya ia memimpin perusahaanku dengan benar.Tapi kenapa, dia mala

    Last Updated : 2023-03-08
  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 8

    Bab 8"Kamu itu bagaimana sih, Mila? Suami pulang salah, nggak pulang apalagi. Bukannya suami datang disambut dengan wajah ceria, ini malah disambut dengan omelan," protesnya.Bagaimana aku tidak marah, jika ternyata Mas Reno bermain serong dengan perempuan lain, yaitu mantan Kakak iparnya sendiri. Aku yang baru saja selesai melaksanakan shalat malah terpancing emosi, ketika melihat kehadiran pria jahat ini. Menurutku, Mas Reno ini sudah kehilangan akal sehatnya. Karena ia tidak merasa bersalah, dengan semua perbuatannya tersebut, yang dengan sengaja melalaikan peringatanku. Padahal aku sudah bilang, kalau mengantar Mbak Winanya jangan terlalu lama, tapi ini sepertinya malah sengaja, ingin membuat aku terpancing emosinya. "Mas, bagaimana aku tidak ngomel sama kamu, sedangkan sikap kamu saja membuat aku aku terpancing emosi. Sudah aku bilang, ngantar mereka jangan terlalu lama, ini malah jam segini baru pulang. Kalau memang kamu bersikap seperti ini terus, silakan kamu tinggal bareng

    Last Updated : 2023-03-31
  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 9

    Kemudian aku fokus kembali, membaca laporan yang Pak Hartono berikan. Saat aku sedang duduk di kursi Direktur Utama, sambil asyik membaca laporan kantor. Ada orang yang masuk, tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Ternyata itu adalah Mas Reno, aku tahu karena aku melihat dari pantulan lemari kaca, yang menghadap ke arah pintu tersebut.Mas Reno pastinya tidak tahu, kalau aku ada diruangan ini. Karena semua ini sudah di setting oleh Pak Hartono. Makanya ia langsung slonong boy saja masuk, tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan salam. Aku sebenarnya emosi, melihat dia yang tidak beretika seperti itu. Apalagi melihat dia, yang baru datang ke kantor, padahal sudah telat.Bagaimana mau mengelola perusahaan dengan baik? Kalau dianya saja masuk kantornya seenak sendiri. Pantas jika ada karyawan yang selalu datang terlambat, sebab ia mencontoh kebiasaan pemimpinnya yang selalu datang terlambat. Jadinya pantas tidak ada kedisiplinan yang tertanam, sebab pemimpinnya saja ngasal begini."Heh, siapa

    Last Updated : 2023-03-31
  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 10

    "Kamu itu ngomong apa sih, Mila. Rahasia apa maksud kamu," tanya Mas Reno berkelit, tetapi ekspresi wajahnya berubah, tidak seperti tadi."Ya aku nggak tau lah, Mas. Karena yang aku tuduh punya rahasia itu kan kamu, jadi hanya kamu dan Allah yang tahu, apa yang kamu lakukan dibelakangku." Aku menjawab pertanyaan suamiku, yang ternyata ia itu adalah benalu."Udah ah, nggak jelas bicara sama kamu," ujarnya menghentikan perdebatan ini.Setelah itu ia mengeluarkan handphonenya, yang dia ambil dari dalam saku celana karena tiba-tiba handphone-nya berdering. Ia bukannya mengangkat teleponnya, tetapi malah melirik ke arahku. Mungkin ia risih denganku, sebab dari tadi aku tidak berhenti memperhatikan gerak-geriknya tersebut."Mas, angkat dong teleponnya, kok kamu malah diam saja sih! Memangnya siapa yang menghubungimu?" tanyaku kepo."Ini dari klien, Mila. Mas angkat teleponnya di luar ya. Soalnya kami akan membicarakan masalah kontrak kerja, yang dapat menguntungkan perusahaan ini," terang

    Last Updated : 2023-04-01

Latest chapter

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 71

    "Aku lebih memilih memaafkannya, Mas. Karena sepertinya dia bersungguh-sungguh meminta maaf kepadaku. Akupun tidak mau menyimpan dendam, apalagi orang tersebut sudah mengatakan maaf," terangku.Mas Reynaldi pun manggut-manggut, saat mendengar penuturanku tentang keputusan apa yang aku ambil."Baguslah kalau memang begitu, kamu memang orang baik, Mila. Kamu tidak mempunyai rasa dendam, walaupun orang tersebut telah menyakiti kamu," puji Mas Reynaldi."Ya memang harus seperti itu, Kan mas? Lagian untuk apa juga aku memperpanjang masalah, toh dia juga sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan dia juga telah mengucapkan kata maaf. Itulah yang penting buatku,"Setelah itu kami membahas tentang persoalan lain, yaitu membicarakan masalah pertunangan kami, yang akan dilaksanakan besok malam. Kami akan melaksanakan pertunangan tersebut di sebuah gedung, yang telah kami persiapkan jauh-jauh hari. Lumayan banyak juga orang yang akan kami undang, yaitu keluarga dekat kami, seluruh karyaw

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 70

    "Oh, ada Maya ya, Bi. Ya sudah, Bi, bilang sama Maya tunggu sebentar ya," pintaku."Iya, Non," sahut Bi Ratih.Aku pun segera merapikan pakaian, serta memakai kerudung, lalu setelah selesai baru aku menemui Maya beserta keluarganya. "Mila, maaf aku menganggu," ucap Maya dengan lembut.Maya tidak seperti biasanya yang selalu bersikap arogan. Ia bertanya saat aku baru saja masuk ke ruang tamu. Padahal tadinya aku berniat mau menyapa mereka duluan, tapi ternyata malah didahului oleh Maya."Lho ... kenapa kamu meminta maaf, Maya? Memangnya kamu punya salah apa sama aku," tanyaku berpura-pura tidak mengerti."Mila, kamu jangan melaporkan aku ke Polisi ya! Aku mohon, Mila," pinta Maya memelas.Memangnya kamu salah apa, hingga aku harus melaporkan kamu ke Polisi?" Aku masih tetap berpura-pura tidak tahu, tentang apa yang telah dilakukannya. Maya pun kemudian menjelaskan semuanya, tentang perbuatannya yang menyewa orang untuk mencelakaiku tempo hari.Dia terus memohon kepadaku, jika dia ti

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 69

    "Maaf, semuanya, kami sebagai pihak rumah sakit sudah semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk pasien. Namun sayang, pasien tidak bisa bertahan dan ia meninggal dunia," terang Dokter."Innalillahi wainnailaihi roji'un," ucap kami serempakHatiku terhenyak saat mendengar kabar duka yang diucapkan oleh sang dokter yang telah menangani Mas Reno selama ini. Mbak Wina pun menangis, ia memelukku erat. Aku pun tidak kuasa menahan haru dan akhirnya ikut menangis. Aku merasa ikut sedih karena Mas Reno meninggal, sebab ia tidak kuat menahan peluru yang bersarang di pinggangnya. Karena kata dokter, peluru tersebut sampai mengenai ginjalnya. Mengerikan memang, tapi inilah jalan hidup yang harus dijalaninya. "Sudahlah, Mbak, kamu yang sabar ya. Mungkin ini memang jalan Mas Reno untuk kembali kepada pemilikNya. Kita doakan saja, semoga Mas Reno bisa diterima amal ibadahnya, serta meninggal dalam keadaan husnul khotimah." Aku berusaha membujuk Mbak Wina, supaya ia tidak berlarut dalam kes

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 68

    "Aku kok malas banget ya, Mas. Apalagi jika mengingat semua perbuatannya, ujarku."Mas paham, Mila, tapi kamu juga jangan seperti itu. Kita harus tetap berbuat baik kepada siapa pun, walaupun orang tersebut telah menyakiti kita," tegur Mas Reynaldi.Perkataannya itu membuat aku malu, padahal yang seharusnya julid itu dia. Karena Mas Reno merupakan mantan suamiku, sedangkan dia merupakan calon suamiku. Tapi kini malah dia yang mengingatkan aku, supaya aku mau menengok mantanku tersebut."Iya, Mas, kamu benar. Ternyata aku telah salah telah berpikir seperti itu," ucapku."Itu manusiawi kok, Mila. Karena yang namanya manusia pasti mempunyai salah dan khilaf. Makanya sekarang Mas ngingetin kamu, barangkali kamu sedang khilaf kan," sahut Mas Reynaldi."Bener, Mas, terima kasih ya kamu telah mengingatkan aku. Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke rumah sakit! Kita ajak Mama sama Papa ya, barangkali saja mereka juga mau menengok, biar sekalian kita berangkat bareng," kataku.Aku pun kemudian s

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 67

    "Keadaan Pak Reno untuk saat ini masih hidup, ia membutuhkan perawatan secara medis. Semoga saja dia bisa selamat," sahut Pak Polisi.Aku merasa ngeri saat mendengar Pak Polisi menjelaskan, tentang keadaan Mas Reno saat ini. Ternyata ia di tembak polisi karena berusaha melawan pihak yang berwajib. Pantas saja jika tadi terdengar suara tembakan, serta terdengar suara jeritan bahkan suara tembakannya sampai terdengar dua kali.Aku tidak menyangka, jika Mas Reno sampai segitunya. Hanya karena niat ingin mengusai harta bendaku, sehingga ia menjadi seorang kriminal, yang harus berhadapan langsung dengan aparat kepolisian. Ia bahkan sepertinya tidak kapok, telah membuat Ibu dan adiknya meninggal dunia. Atau mungkin juga ia belum tahu, jika Bu Risma dan juga Reni telah tiada. Kemudian aku melirik ke arah Mbak Wina, ia hanya tertunduk tanpa bersuara. Tetapi wajahnya begitu pucat, entah karena sedang sakit, atau karena kaget dengan semua yang terjadi barusan kepadanya. "Jadi maksudnya, Mas R

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 66

    "Siap, Mas. Apa pun yang terjadi nanti dan hukuman apa yang akan ditanggungnya, itu merupakan resiko yang harus dia pertanggung jawabkan," jawabku."Ya sudah, jika kamu sudah siap. Biar para polisi segera melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin," pungkas Mas Reynaldi.Ia mengakhiri perkataannya, aku pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh Mas Reynaldi. Kemudian kami berdua kembali fokus untuk melihat para polisi, yang sedang melakukan tugasnya tersebut. Ada sekitar delapan orang polisi yang menjalankan misi ini. Para polisi tersebut mengepung rumah, yang dikatakan detektif ada kedua tersangka tersebut. Setelah itu salah satu polisi mendobrak pintu, hingga akhirnya pintu terbuka. Kemudian setelah pintu terbuka, masuklah empat orang polisi. Sedangkan keempat orang lainnya berjaga-jaga di luar. Tidak berapa lama setelah polisi masuk, terdengar dua kali suara tembakan dari dalam rumah tersebut, serta jeritan seseorang entah siapa itu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, sehingga terde

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 65

    "Ya iya dong, Mas, aku ingin tau. Makanya aku bertanya sekarang," sahutku.Mas Reynaldi, kembali membuka sabuk pengamannya, kemudian langsung menghadapku."Baiklah, Mila, aku akan memberitahumu, kenapa aku tidak mengajarimu waktu itu. Aku menyuruh Mbak Rika yang mengajari kamu karena belum tentu juga kalau Mas yang mau mengajari kamu, kamunya mau. Apalagi waktu itu Mas sedang dalam tahap pendekatan sama kamu. Jadi Mas takut, kalau nantinya kamu malah tidak mau menerima Mas. Jadi Mas minta tolong saja sama Mbak Rika, beres kan," terang Mas Reynaldi."Oh, jadi seperti itu ya," "Hooh. Ya sudah, ayo kita pulang," ajaknya."Ayo," kataku.Setelah itu, Mas Reynaldi pun kembali memakai sabuk pengaman. Kemudian ia segera melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Sedangkan mobilku, yang dibawa Pak Edi telah berangkat lebih dulu. "Mila, apa kamu tahu, siapa orang yang telah menyuruh ketiga pria tadi untuk menghadangmu," tanya Mas Reynaldi."Iya, Mas, aku tau,""Lalu siapa orang yang telah ber

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 64

    Saat mereka bertiga akan menyentuhku, aku segera memberi mereka jurus, yang selama ini aku pelajari dari Mbak Rika. Ternyata benar-benar ada manfaatnya semua ini, sebab aku bisa membuat mereka bertiga kalah dan terjatuh satu-persatu. Maya pun terlihat kaget, saat melihat semuanya itu. Mungkin ia tidak menyangka, jika aku ternyata bisa bela diri. "Mila, ternyata kamu sekarang ada kemajuan ya. Kamu juga bahkan sudah bisa bela diri sekarang," ujar Maya."Kenapa, Mbak Maya? Apa kamu kaget melihat aku bisa bela diri, atau kamu takut menghadapiku?" tanyaku balik."Sombong kamu, Mila, kamu itu sekarang menyebalkan sekali. Lihat saja kamu, apa kamu sekarang bisa melawan ketiga anak buahku? Kalau memang kamu bisa, baru aku akan mengakui kalau kamu hebat," ujar Maya."Heh ... kalian bertiga, ayo kalian maju! Cepat tangkap perempuan ini, lalu bawa dia ke tempat yang sudah ditentukan! Aku percayakan semuanya kepada kalian, masa iya kalian bertiga harus kalah dengan seorang perempuan. Badan kali

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 63

    "Mbak, maaf ya, bisa pindah nggak? Mbak, jangan tidur di jalan, soalnya menghalangi kendaraan yang mau melintas. Mbak bisa tidur di pinggir jalan biar aman," panggung.Tetapi ia tidak bergeming, Namun, saat aku mau mengecek keadaannya, ada tiga orang pria kekar yang menghampiriku. Mereka berhenti, kurang lebih dua meter dari tempat aku berdiri. Kemudian si perempuan yang tadi tergeletak pun bangun, bersamaan dengan suara tepuk tangan yang datang dari arah belakang tiga pria tadi.Kemudian tiga orang pria ini menyebar mengelilingiku, ia memberi jalan kepada orang yang bertepuk tangan tersebut. Namun, yang begitu mengejutkan buatku. Karena ternyata, orang yang bertepuk tangan tersebut adalah Maya. Seorang perempuan, yang bersikukuh ingin mendapatkan Mas Reynaldi."Mbak Maya" kataku, kaget."Iya, Mila, aku adalah Maya. Kenapa, kamu kaget melihatku?" tanya Mbak Maya.Ia bertanya kepadaku, sambil terus mendekatiku. Sampai kini kami berdiri dan saling berhadapan."Mbak, kenapa kamu ada di s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status