Dengan mengendarai kendaraan masing-masing, Bu Nura dan Bunga sudah masuk ke tempat tujuan. Bu Nura membawa Bunga memasuki salah satu restoran di kota itu agar mereka bisa bicara dengan nyaman. Melihat raut wajah datar wanita di depannya, Bunga sepertinya bisa menebak apa yang ingin di tanyakan oleh Bu Nura padanya. Seorang pelayan menghampiri meja mereka. Bu Nura menyebutkan pesannya. Sedangkan Bunga hanya memesan es cappuccino saja.Walaupun perutnya sudah terasa lapar, tapi Bunga ingin makan siang bersama dengan Bu Rati, Mawar dan karyangannya yang lain. Makan siang yang sangat menyenangkan. Tidak seperti saat ini dimana Bunga akan di interogasi oleh Bu Nura.“Baik. Silahkan tunggu dulu. Pesanan akan segera datang.” Setelah pelayan itu pergi, suasana hening melingkupi meja yang di tempati Bu Nura dan Bunga.“Saya langsung saja Bunga. Apakah hubungan kamu dan Aris hanya sebatas teman dan klien saja?” Sesuai dugaan Bunga, Bu Nura menanyakan hubungannya dengan Aris.“Hubungan kami ha
“Apakah anda bisa memperbaiki motor saya?” Pria itu menganggukan kepalanya sambil melihat ban motor bagian depan yang sudah kempes.“Kebetulan sekali bengkel saya ada di dekat sini. Biar saya tuntun.”“Bagaimana dengan motor anda?” Tunjuk Bunga pada motor milik pria itu di belakangnya.“Tidak masalah. Saya bisa kembali lagi kesini dengan berjalan kaki. Jaraknya sangat dekat dengan bengkel. Ayo kita kesana.” Bunga hanya bisa menurut dengan berjalan di belakang pria itu. Rupanya mereka berhenti di bengkel yang baru saja di bangun.Ada dua ruko dengan ukuran yang besar di bengkel itu. Sebelah kanan adalah bengkel mobil dan sebelah kiri adalah bengkel motor. Bengkal ini memang baru di bangun satu bulan lalu. Seingat Bunga, Satrio juga pernah membawa motornya ke bengkel ini. Tapi, saat Bunga bertemu dengan pria yang menolongnya ini, ia dulu berpakaian asn. Lalu, apakah dia juga memiliki usaha bengkel motor ini?“Saya pergi dulu karena harus kembali ke kantor.”“Terima kasih banyak Pak.” J
Sesuai dengan yang sudah di rencanakan tadi malam, pagi harinya Aris membersihkan rumah untuk mengumpulkan sampah di halaman belakang. Ia sudah memasukan semua foto Bunga ke dalam kantung plastik. Hanya menyisakan album foto yang sudah kosong. Album foto yang akan ia isi dengan perempuan yang akan di jodohkan dengannya. Itupun jika dia setuju dengan perjodohan itu. Melihat kesibukan Aris pagi ini, Bu Ratmi tidak banyak bertanya. Tadi malam ia sudah bicara dengan menantunya. Bu Nura sendiri yang cerita pada Bu Ratmi jika akan menjodohkan Aris dengan anak temannya dari desa sebelah. Semua foto dan sampah di masukan dalam tempat pembakaran dari semen berbentuk lingkaran. Aris melempar potongan korek api dari kayu kecil lalu menutup tempat pembakaran sampah itu agar asapnya tidak terlalu pekat di udara. Aris menatap ke arah tempat pembakaan itu. Hatinya tersasa sakit saat di paksa melupakan Bunga begitu cepat. Tapi, ini semua juga demi kebaikan mereka. Karena Aris tidak ingin memaksakan
Di tengah kesibukannya bekerja di toko emas milik Amira, Ragil sudah mempersiapkan barang-barang yang akan di bawa sebagai seserahan ke rumah keluarga Amira hari ini. Dalam rangka acara lamaran itu mereka akan berunding untuk menentukan tanggal pernikahan yang cocok untuk Ragil dan Amira. Meskipun hubungan Pak Harto dan Budi sedang tidak baik dengan Ragil dan Bu Jumi, mereka tidak ingin menampakannya di depan keluarga Amira. Biarlah hanya keluarga mereka yangt tahu tentang masalah yang masih terjadi hingga sekarang. “Aku harap kau tidak membuat ulah lagi yang bisa mencoreng nama keluarga kita Ra.” Sindir Budi yang tengah memasukan seserahan ke dalam bagasi mobilnya. Hanya ada Arga yang menemani Budi dan Tina. Sofia tetap tidak mau pulang dengan alasan sibuk. Padahal di sosial medianya, Sofia memperlihatkan foto di dalam hotel bersama teman-teman pramugari yang lain. Sedangkan Arum tidak di ketahui dimana keberadaannya. Budi dan Pak Harto tidak lagi peduli dengan hilangnya Arum. Hany
“Emmm itu. Adik sepupuku yang akan menjaga mereka. Saat hari pernikahan kita tiba, kedua anakku akan aku titipkan di rumah saudara. Oh iya Ra dimakan dulu kuenya. Dari tadi kita keasyikan ngobrol sampai kamu belum sempat makan.” Amira segera mengalihkan perhatian Ragil.Padahal masih ada banyak hal yang ingin di tanyakan oleh Ragil. Seperti siapa adik sepupu yang di maksud? Kenapa dia tidak datang kesini bersama keluarga Amira yang lain? Lalu, kapan dia bisa bertemu dengan kedua anak Amira dan masih banyak lagi. Perhatian Amira kini sudah beralih pada Bu Jumi. Sehingga tidak memberi kesempatan Ragil untuk bertanya kembali.Satu jam kemudian Ragil dan keluarganya baru pulang. Ragil harus lebih dulu mengantarkan Pak Harto dan Bu Jumi pulang ke rumah. Baru ia bisa pulang ke rumahnya sendiri. Ragil ingin mampir ke rumah Bu Rati untuk memberikan banyak jajanan bagi Mawar. Sayangnya badan Ragil sudah terasa sangat pegal. Jadi, rencana itu akan ia tunda sampai besok.Malam hari berlalu denga
Karena tidak ingin bertengjkar dengan sang Ibu, percakapan malam itu berlalu dengan cepat. Hari-hari selanjutnya Ragil selalu menghindar jika Bu Jumi sudah membahas tentang Bunga dan Mawar. Terutama tentang harta yang di dapatkan Bunga kini. Hingga tanpa terasa satu bulan berlalu dengan cepat. Satrio sudah pindah ke Jakarta untuk bekerja disana. Seperti perkataan Bunga pada Aris, Bu Rati dan Bude Yani menanami lahan yang sudah menjadi milik Satrio itu dengan sayuran yang bisa mereka petik sendiri untuk di olah menjadi makanan lalu di jual di warung. Akan ada orang yang merawat kebun itu. Sehingga Bu Rati tidak terlalu lelah. "Aku pergi dulu ya Bu." Kata Bunga yang sudah menggandeng Mawar keluar rumah. Hari ini Bunga akan membawa Mawar pergi ke desa lain karena ia ingin meninjau lokasi baru yang cocok untuk membuka cabang lesnya. Permintaan les semakin banyak. Tidak hanya dari desa ini. Tapi, juga dari beberapa desa tetangga. Karena itulah semakin banyak guru yang di tempa di ruko b
Malam harinya, Ragil sudah membawa Amira pulang ke rumahnya. Acara resepsi sudah di lakukan setelah akad nikah tadi. Semua tamu undangan juga sudah hadir sampai sore. Jadi, malam harinya mereka berdua bisa istirahat. Ragil sudah meminta pada Yuni untuk membawakan mereka makanan. Sehingga Amira tidak perlu memasak. Besok pagi Ragil bisa meminta sang istri untuk mulai menyetok bahan makanan di kulkas. “Kamu mandi duluan gih mas. Ada yang mau aku bicarakan di kamar.” Ragil menganggukan kepalanya mengerti lalu beranjak dari meja makan. Meninggalkan Amira yang membereskan bekas makanan mereka berdua. Hal yang sudah tidak pernah ia rasakan sejak Bunga pergi dari rumah ini. Meskipun Ragil masih menaruh rasa curiga pada Amira, sejujurnya ia merasa sangat senang karena bisa menikah lagi. Akan ada istri yang menemaninya tidur. Melayani Ragil saat akan makan dan menyiapkan segala keperluan pria itu. Seperti yang Amira katakan sebelumnya, wanita itu mengeluarkan sebuah map dari dalam tasnya la
“Saya bisa mengesahkan surat pengalihan nama ini. Tapi, karena ini berkaitan dengan usaha, maka di butuhkan sertifikat atau surat perjanjian sewa ruko.” Aris masih menjelaskan beberapa hal lagi yang di butuhkan untuk membuat surat perjanjian pengalihan nama.Amira lalu mengeluarkan semua hal yang di sebutkan oleh Aris dari dalam tasnya. Kening Ragil berkerut bingung karena tidak mengetahui kapan Amira memasukan semua itu ke dalam tasnya. Namun, dia hanya diam saja sambil memperhatikan Aris yang memeriksa keaslian semua surat yang di keluarkan oleh Amira.“Baik. Saya akan menambahkan beberapa klausul lagi dengan mesin tik agar tidak di cetak ulang.” Dengan cepat Aris mengetikan tambahan klausul yang dia maksud lalu menyodorkannya ke arah Aris lebih dulu. Setelah Aris selesai menandatangani, Amira hendak membaca klausul yang di ketika Aris. Sayangnya tangan besar Aris sudah lebih dulu menutup kertas karena jarinya menujuk bagian yang harus di tanda tangani Amira. Jika Amira bertanya p