Aku memilih tidak membalas pesan dari Arga lalu merebahkan tubuh di samping Mawar. Bagaimana aku bisa bekerja sama dengan keponakan yang nakal dan tengil seperti Arga. Anak itu tumbuh tidak terkenali karena terlalu di manja oleh Ayah serta Kakung dan Utinya. Arga tidak pernah bicara sopan pada orang yang lebih tua. Selalu memukul semua saudaranya untuk melampiaskan kemarahan, pemalas dan pengangguran. Di usia dua puluh dua tahun, Arga sama sekali belum memiliki pekerjaan. Sejak masih kecil, Arga memang tidak suka dengan Arum yang memang jauh lebih pintar darinya. Bisa di bilang ini adalah kesempatan Arga untuk menjatuhkan Arum dan Mas Ragil. Sayangnya aku tidak mau bekerja sama dengan Arga. Aku hanya bisa menghela nafas sebal. Sepertinya besok aku harus mematikan aplikasi wa biasa yang aku gunakan dan meminta Ibu serta Satrio menghubungi aku lewat wa business. Kelopak mataku perlahan terpejam. Dalam tidurku aku kembali bermimpi saat Satrio yang baru saja gajian membelikan sejumlah p
POV Ragil Sebagai anak laki-laki sekaligus anak bungsu, aku sudah di beri tahu sejak kecil harus memenuhi kebutuhan Bapak dan Ibu saat mereka tua nanti. Bapakku adalah seorang guru SMA. Sedangkan Ibu adalah guru SMP. Aku punya satu kakak laki-laki dan dua kakak perempuan yang bernama Mas Budi, Mbak Sindy dan Mbak Yuni. Bapak dan Ibu selalu memberikan apapun yang aku dan Mas Budi mau. Tapi, tidak untuk Mbak Sindy dan Mbak Yuni. Jika mereka ingin mendapatkan barang Mas Budi, Mbak Sindy dan Mbak Yuni harus menyerahkan uang jajan mereka. Hal yang kemudian aku tiru. Mas Budi berhasil memikat Mbak Tina yang merupakan anak juragan sapi di desa ini. Orang tua Mbak Tina juga punya berhektar-hektar sawah. Baik untuk di kelola sendiri maupun untuk di jual lagi. Mas Budi memang beruntung. Mendapat Mbak Tina yang cantik dan dari keluarga kaya. Selain itu, orang tua Mbak Tina menentang adanya perceraian. Jadi, Mbak Tina bisa menjadi istri yang penurut untuk Mas Budi. Mbak Sindy dan Mbak Yuni jug
Entah sudah berapa kali aku mengirim pesan pada Bunga. Tapi, tidak pernah di balas. Hingga gurp keluargaku menjadi ramai kembali dengan foto-foto yang mirip denganku dan Arum. Sialan. Ini semua pasti perbuatan Satrio. Hanya dia yang bisa menyadap hp dan semua akun sosial mediaku. Padahal aku sudah berhati-hati. Karena grup keluarga ini terdiri dari anak-anak Mbah Buyut, itu berarti semua saudara sepupuku juga di masukan dalam grup ini. Mereka dapat dengan cepat mengenali postur tubuhku yang tinggi besar. Tapi, wajahku dalam foto ini sama sekali tidak terlihat. “Sialan. Aku pasti akan memberi pelajaran padamu dan keluargamu Bunga.” Aku segera mengirim pesan lain untuk Bunga. Bukannya di balas nomorku justru di blok. Aku membuka akun Tik Tik untuk melihat konten yang di unggah Bunga. Dia juga membuat konten tentang keluarga kami. Karena penasaran dengan respon followernya, aku mencoba melihat. Aku yakin akan banyak yang kontra dengan Bunga. Bukan karena sudah membuka aib keluarga. Ka
Aku duduk di bawah jendela untuk memastikan jika tidak ada orang yang bisa melihatku saat mereka mengintip. Sedangkan Ibu sembunyi di bawah tempat tidur. Kondisi kami sangat memprihatinkan. Seolah-olah kami adalah buronan yang sudah melakukan kejahatan. “Kalau Ragil nggak ada di rumah ini, Bapak yakin Ibumu ada di dalam. Kita dobrak saja pintunya.” Seru Bapak yang tidak kalah marah dengan Mas Budi. “Pelaku utamanya itu Ragil, Pak. Jangan lampiaskan hal ini pada Ibu.” Aku menghela nafas lega. Syukurlah karena Bapak menuruti permintaan Mas Budi. Lima belas menit kemudian Bapak dan Mas Budi sudah pergi dari rumah ini. Tanganku sudah menjambak rambut dengan kasar. Apa yang harus aku lakukan? Jika aku kabur dari rumah ini maka aku tidak akan bisa bekerja. Tapi, jika aku bertahan maka Mas Budi dan Bapak bisa mencegatku di depan sekolah. “Ibu nggak mau tahu. Besok kamu antarkan Ibu ke rumah kosnya Arum di kota.” Tubuhku seketika terlonjak kaget saat mendengar suara Ibu yang sudah duduk di
Aku segera menghentikan mobil di tepi jalan. Lalu turun dari mobil dan berjalan menuju penjual bubur itu. Tapi, sayangnya orang yang aku kira adalah Bunga ternyata orang yang salah. Agar orang-orang tidak menganggapku orang jahat, aku juga ikut membeli bubur. Lumayan untuk mengganjal perut setelah tadi malam aku tidak makan apapun. Saat akan berbalik badan, aku merasa jika ada orang yang mengawasiku dari jauh. Namun, saat menolehkan kepala hanya ada orang-orang yang lewat. Pandanganku tertuju pada rumah joglo modern yang pagarnya baru di bangun. Kelihatan seperti rumah mewah. Apalagi dengan halaman rumah yang luas. Membuat aku semakin iri dengan pemilik rumah itu. Setelah membayar satu bubur dengan teh hangat yang aku beli, aku masuk kembali ke dalam mobil. Tiga hari ini hidupku benar-benar jungkir balik. Bunga kabur dari rumah dengan membawa Mawar. Awalnya aku mengira jika Bunga hanya pergi sebentar karena tidak membawa bajunya di dalam lemari. Namun, tadi malam aku sadar jika bebe
Arga sudah tersenyum senang melihat kedatangan Satrio. Kenapa dia harus datang di saat seperti ini sih? Dan apa tadi yang Satrio katakan? Kenapa dia harus bertanya tentang Bunga dan Mawar padaku? “Duduk dulu Yo. Kebetulan kami lagi bahas sesuatu.” Lek Wito sudah berdiri dan mempersilahkan Satrio untuk duduk di sampingku. “Saya kesini mau cari Mbak Bunga dan Mawar Pak Lurah. Seperti yang Pak Lurah tahu, sejak bolak-balik keluar kota saya tidak pernah datang kesini lagi.” “Sudah coba di hubungi?” Satrio menganggukan kepalanya. “Sampai kemarin masih kirim pesan, telpon atau video call. Tapi sejak tadi pagi, Mbak Bunga sama sekali nggak bisa di hubungi.” Pandangan Satrio kini beralih padaku. “Memang Mbak Bunga dan Mawar dimana mas?” Lidahku terasa sangat kelu. Tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan Satrio yang satu itu. Satrio kini mengalihkan pandangan pada Bapak dan Ibu yang sama-sama terdiam. Bahkan Bapak dan Ibu sudah menundukan kepala mereka. Begitu juga dengan Mas Budi,
POV Bunga Sepagi ini aku sudah bangun untuk membersihkan rumah. Satrio mengatakan padaku jika aku tidak perlu menyapu atau mengepel rumah setiap hari. Karena Satrio sudah membeli robot penyedot debu yang bisa bergerak sendiri tanpa perlu di pegang. Setelah aku menyalakan robot penghisap debu, aku memandikan Mawar di kamar mandi yang berada di dalam kamar kami. Sejak pindah ke rumah ini, Mawar sangat riang dan senang. Apalagi saat aku mengijinkannya bermain di taman. “Ibu aku mau bubur.” “Kok bubur? Kenapa nggak nunggu Ibu selesai masak sop ayam kesukaan Mawar?” Mawar menggelengkan kepala dengan ekspresi yang menggemaskan. “Soalnya Om Tukang di beliin makanan terus. Tapi, aku nggak.” Aku tertawa sambil memakaikan Mawar kaos berwarna merah muda dan rok berwarna senada. “Oke. Ibu belikan Mawar bubur di depan. Sekalian nanti kita pergi ke tukang sayur ya.” “Hore.” Seru Mawar sambil mengangkat kedua tangannya. Om tukang yang di maksud Mawar adalah tukang yang bekerja untuk membangun
Drtt… Drrtt… Drrtt… Sejak tadi hp Satrio terus berbunyi. Aku lalu menyuruhnya untuk melihat pesan yang masuk lebih dulu. Ternyata semua pesan yang masuk dari Mas Ragil yang meminta Satrio menghubunginya jika sudah menemukan aku. “Gila banget suami kamu ini mbak. Sudah ketahuan selingkuh, tapi tetap nggak mau berpisah.” Aku menganggukan kepala setuju. Layar hp Satrio sudah terarah padaku. Sehingga aku bisa membaca pesan terakhir yang di kirimkan Mas Ragil pada Satrio. Aku hanya bisa menggelengkan kepala setelah membaca pesan itu. [Kamu camkan baik-baik Yo. Aku tidak akan pernah menceraikan Bunga. Jika dia mengajukan gugatan cerai, dia tidak akan bisa karena sama sekali tidak punya bukti.] “Apa yang harus aku balas mbak?” “Biarkan saja. Jangan di ladeni. Lebih baik jika kamu diam saja Yo. Oh iya, kapan kontrak rumah kamu akan berakhir?” Satrio menggulir layar hpnya untuk melihat tanggal penting yang selalu ia tandai. “Bulan depan. Setelah itu, aku akan menerima pekerjaan secara
Lima tahun kemudian waktu sudah berlalu begitu cepat. Budi tidak pernah lagi bertemu dengan Tina. Karena desakan Pak Harto Budi sudah menceraikan Tina satu tahun setelah kepergian mantan istrinya itu. Budi juga sudah menikah dua kali. Sayangnya selalu gagal karena istri kedua dan ketiga Budi sama-sama tidak tahan dengan sifat Budi yang tempramen. Di tambah dengan sikap Arga dan Pak Harto yang sangat mengesalkan.Tina mengajak Arum dan Sofia pindah keluar pulau setelah Arum bebas dari penjara. Karena Sinta kukuh ingin menghukum Arum dan Andi, maka Arum di jatuhi hukuman selama dua tahun. Di luar pulau itulah Tina memulai usaha warung tegal bersama dengan Arum dan Sofia. Membuat hubungan Tina dengan Arum dan Sofia menjadi semakin dekat. Begitu juga dengan hubungan Arum dan Sofia yang sudah sangat erat.Ragil dan Bu Jumi sudah bebas dari penjara. Tabungan emas yang sempat di buat Ragil di tambah dengan menjual mobil cukup untuk melunasi kredit rumahnya. Kini hanya ada motor second yang m
Tubuh Tina terasa lemas saat polisi yang bertugas mengatakan jika Arum memang di tangkap karena menjadi wanita penghibur. Kasusnya adalah perselingkuhan dan perzinahan. Tidak hanya Arum yang di tangkap. Tapi, juga beberapa wanita lain yang berprofesi sebagai penghibur. Siska yang merupakan bos Arum berhasil melarikan diri agar tidak di mintai uang oleh Sinta, istri Andi yang memergoki Arum dengan suaminya.Karena Tina sudah mengirim pesan pada pengirim kontrakan akan mengubah jam pertemuan menjadi nanti malam, dia bisa pergi ke rumah tahanan tempat Arum kini di tahan. Tina tahu jika anak bungsunya memang bersalah. Tapi, sebagai seorang Ibu wanita itu tidak mau Arum masuk penjara seperti yang di alami oleh Ragil dan Bu Jumi.Untung saja sopir taksi mau menemaninya terus dan masih menunggu saat Tina masuk ke dalam rumah tahanan. Wanita itu mengisi daftar pengunjung lalu masuk ke dalam ruang tunggu. Disanalah ia akhirnya bisa bertemu dengan Arum setelah sekian bulan Ibu dan anak itu tida
Dua hari kemudian Bunga benar-benar menghubungi Tina lagi. Tapi, bukan untuk memberi tahu tentang lokasi Arum. Melainkan Bunga mengirim nomor kontak Satrio karena akan lebih baik jika Tina berhubungan secara langsung dengan adik laki-laki Bunga itu. Karena ada kemungkinan Arum berpindah lokasi.Hari demi hari sudah berlalu. Tina tetap bersikap seperti biasa. Tidak ada barang yang ia masukan ke dalam koper. Karena Tina berniat untuk meninggalkan semua barangnya di rumah ini. Sama seperti yang di lakukan Bunga dulu agar bisa kabur dengan lebih mudah. Tina juga sudah memesan tiket pesawat secara online untuk keberangkatan siang hari. Karena hanya di waktu itulah Budi tidak ada di rumah.Jika ia pergi sampai sore atau malam hari, Arga dan Pak Harto juga tidak akan peduli dengannya. Mungkin saat Budi pulang ke rumah mereka baru akan mencarinya. Karena itulah kesempatan Tina sangat terbuka lebar untuk pergi. Dia hanya perlu mengambil buku tabungan yang di sembunyikan Budi di dalam toko swal
Pagi ini Tina melaksanakan niatnya untuk pergi ke rumah Bu Rati menemui Bunga. Ia pergi setelah tidak ada orang lagi di rumah. Sehingga Tina tidak perlu menjelaskan alasannya pergi menemui Bunga setelah sekian lama mereka tidak pernah berhubungan lagi. Ia juga takut jika Budi akan melarangnya pergi menemui Bunga. Mengintat pertemuan terakhir mereka yang berakhit dengan pertengkaran dengan keluarga Bunga.Motor yang di kendarai Tina sudah berhenti di halaman rumah yang kini sudah tidak seluas dulu. Karena ada warung di sisi kanan halaman dan ruko untuk bimbingan belajar di sebelah kiri. Tampak beberapa orang yang tengah membeli jajanan pasar pada Asih. Tidak terlalu ramai, tapi beberapa orang terus berdatangan. Terlihat jajanan pasar dan gorengan yang di jajakan tinggal sedikit. Anak-anak juga bermain di teras ruko atau di halaman rumah tempat beberapa permainan berada.Tina turun dari motor lalu melepaskan helm yang di pakai. Ia masih memakai masker untuk menutup wajah saat melangkah
Hp yang ada di tangan Tina terjatuh saat ia melihat semua pesan yang di kirim pada Arum sudah berubah menjadi centang biru. Kelopak matanya mengerjap tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat. Buru-buru Tina meraih hpnya lagi. Memang benar nomor telpon Arum sudah aktif pagi ini. Hanya saja dari banyaknya pesan yang sudah ia kirim pada sang putri, tidak ada satu pun yang di balas. Tina kembali mengirim pesan untuk anak bungsunya itu. Sayangnya nomor telpon Arum sudah mati lagi. Membuat hatinya kembali merasa sedih. Sedetik kemudian Tina sudah menggelengkan kepalanya.“Tidak masalah. Dengan aktifnya hp Arum, aku bisa meminta bantuan untuk melacak lokasi terakhirnya.” Tina lalu memasukan hp dan dompet ke dalam tas. Ada tempat yang ia ingin kunjungi hari ini.Siang ini ia hanya sendirian saja di rumah. Budi sedang pergi bekerja. Sedangkan Pak Harto pergi bersama Arga entah kemana. Menghabiskan waktu berduaan dengan Kakungnya lalu pulang dengan membawa banyak barang. Padahal Arga bukan
"Ap, apa yang sedang kamu lakukan disini? Kenapa satpam mengijinkan orang lain masuk tanpa seijin dariku dulu. Aku akan complain pada manajemen gedung ini." Arum hendak segera menutup pintu kamarnya. Tapi, sudah di tahan oleh satpam sehingga Sinta bisa masuk dengan lebih leluasa. Meninggalkan Arum yang masih berdiri di belakang pintu apartemen itu."Jawabannya gampang. Karena hotel ini milik pamanku. Apa Mas Andi tidak pernah memberi tahu tentang harta kekayaan keluargaku? Apa dia hanya menyombongkan tentang gajinya yang di gunakan untuk membayiai kebutuhanku sebagai istri sahnya?" Tanya Sinta dengan nada sombong yang bisa mengatakan dengan tepat apa yang selalu di ucapkan oleh Andi padanya selama ini.Badan langsingnya melenggang santaidengan suara sepatu hak tinggi yang terdenagr keras. Sinta lalu duduk di sofa. Sama sekali tidak terlihat jika Sinta baru melahirkan satu minggu yang lalu. Karena badannya terlihat sangat ramping. Membuat Arum merasa sedikit iri dengan bentuk tubuh pro
Perasaaan Arum menjadi semakin tidak tenang karena Andi sudah tidak bisa di hubungi lagi. Pria itu telah mengganti nomor telponnya. Entah sejak kapan karena Arum baru sempat menghubungi Andi pagi ini. Bukannya Arum merasa takut jika Andi akan meninggalkannya. Toh mereka tidak ada hubungan spesial apapun selain sebagai teman tidur. Arum hanya takut jika Sinta akan melaporkan hal ini ke polisi dengan pasal perzinahan. Dia sama sekali tidak mau di penjara.Karena merasa kalut, Arum mengambil hp lama yang ia simpan di dalam kotak dan di letakan di bagian paling bawah lemari. Hp itu berbunyi sebentar lalu akhirnya bisa hidup kembali. Jika Sinta memang akan membawa masalah ini ke jalur hukum, maka Arum harus minta bantuan pada mantan pacarnya yang kuliah di jurusan hukum. Kabar terakhir yang Arum tahu, mantan pacarny sudah menjadi pengacara di kota mereka.“Mudah-mudahan dia masih bucin sama aku. Jadi, mau nolong untuk kabur dari sini untuk sementara waktu.”Namun, bukannya langsung mencari
Ada pepatah yang mengatakan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Artinya semua hal buruk yang di tutupi pasti akan ketahuan juga. Serapat apapun kita mencoba untuk menutupinya. Mungkin hal itu juga yang di lupakan oleh Arum. Padahal hubungan terlarangnya dengan Ragil yang dulu ia kira bisa tertutup dengan rapi akhirnya ketahuan juga. Karena itulah kini Arum jadi lebih berhati-hati saat melakoni pekerjaan ini. Hanya saja ia lupa jika pekerjaan yang Arum lakoni pasti akan ketahuan oleh salah satu istri pelangganya. Seperti yang terjadi malam ini.Istri Andi yang bernama Sinta sudah mengendus sikap aneh suaminya sejak Sinta hamil. Hal itu bermula dari salah satu postingan temannya yang makan malam bersama suami di salah satu restoran terkenal. Suami temannya adalah rekan kerja Andi di kantor. Sinta terkejut karena Andi baru saja mengirim pesan jika ia dan semua rekan kerjanya di suruh lembur sampai tengah malam.Karena itulah Sinta mengirim pesan pada temannya tentan
Sinar matahari menyengat terik di Jakarta. Arum terbangun di kamar apartemennya yang mewah. Tangannya mengucek mata hingga terbuka. Terlihat jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Rambut Arum sangat berantakan karena ia baru tidur jam tujuh pagi dan bangun jam tiga sore. Ia lalu turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.“Jam berapa aku harus pergi malam ini?” Arum segera mengambil hpnya setelah selesai mandi.Bibirnya mencebik kesal saat membaca pesan masuk. Klien yang sudah membookingnya malam ini membatalkan janjial karena istrinya baru saja melahirkan. Arum melempar hpnya ke atas tempat tidur lalu duduk di kursi yang menghadap meja rias. Ia menyisir rambut lalu memakai make up natural karena Arum tidak berencana keluar malam ini.Drrtt… drrtt… drrttt….Panggilan telpon masuk membuatnya harus bangkit lagi. Rupanya teman sekaligus bosnya, Siska yang menelpon. “Halo Sis. Ada apa?”“Kita keluar yuk malam ini. Klien loh sudah ngirim pesan