Ruangan bernuansa lembut dengan aroma lavender itu adalah kamar Laura. Gino tidak tahu harus menyalahkan David atau memuji laki-laki itu telah membantunya merebut perhatian Laura. Dia duduk di ranjang empuk itu sambil mengawasi seluruh ruangan. Lemari pakaian berukuran sedang dan meja rias serta peralatan kosmetik milik Laura tersusun rapi. Dia tidak menemukan sampah berserakan di lantai, sebagai gantinya Laura meletakkan tempat sampah di sudut kamar. Dulu, Laura bukan tipe gadis yang suka membereskan kamar. Terkadang saat Gino datang berkunjung, dia mengalah dengan membantu gadis itu menyapu lantai. Kini Laura berubah menjadi perempuan mandiri dan waktu yang merubah semuanya.
Gino menghempaskan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamar itu dengan pikiran melayang. Pertanyaan tentang kekasih, Laura tidak menjawabnya dan menghindarinya dengan sengaja. Gino penasaran namun tidak bisa melakukan apa-apa melihat Laura enggan membahas hal itu.
&nbs
Menghabiskan waktu untuk merawat Mario bukan hal mudah, Laura mengakuinya. Dia membawa Mario ke apartemennya dengan alasan enggan mendengar ocehan Lucy. Setelah kecelakaan itu, Mario mengalami cidera di lengan sehingga laki-laki itu tidak bisa bergerak bebas.Jason menjelaskan tentang kecelakaan yang hampir menewaskan Mario. Sebuah mobil melintas dari arah berlawanan dan menabrak pembatas jalan sehingga Mario terpaksa membanting kemudi untuk menghindari mobil itu. Naasnya dari arah belakang terdapat sebuah truk dan Mario tidak bisa menghindar lagi. Kecelakaan beruntun itu memakan korban jiwa, setidaknya ada dua orang tewas di tempat kejadian.Laura tidak bisa membayangkan jika Mario yang menjadi salah satu korban itu. Dia bersyukur laki-laki itu masih hidup meskipun lengannya terluka. Jason juga menjelaskan Mario bisa pulih jika melakukan pengobatan tradisional Tiongkok. Dokter terbaik pilihan Jason akan membantu Mario hingga pulih. Laura mengucapkan
Langit sudah gelap, Laura melihat pemandangan disekitarnya dalam diam. Dia berada di atap gedung bersama Mario dan Jason. Pekerjaan terbengkalai itu melibatkan Jason untuk menulis naskah sementara Mario mengatakan secara lisan. Keduanya terlihat serius dan Laura seperti orang ketiga di tempat itu. Dia teringat dengan Gino yang ditinggalkannya tanpa pesan, mungkin laki-laki itu panik mencarinya. Laura tersenyum kecil mengingat sikap gugup Gino hari itu. Tentang masker timun, telur gosong dan juga insiden tanaman hias. Semua kenangan itu tersimpan dengan baik di kepalanya, Laura tidak pernah melupakannya bahkan rahasia terkecil Gino, Laura pun mengetahuinya."Lala?"Laura menoleh ke samping, ternyata Jason, Mario tidak ada di sana sepertinya Mingye membawa laki-laki itu pergi."Aku melihatmu di pesta Jean, kau bersama Argino Mahendra. Pengacara muda berbakat dan kalian berasal dari negara yang sama. Lala, apakah dia orang
Menjadi orang jahat yang merebut kekasih orang lain, Gino tidak pernah menyukainya. Namun, menyangkut tentang Laura, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut campur. Terlebih urusan itu melibatkan Jean, perempuan rumit yang pernah dikenalnya. Gino hampir tidak percaya ketika David mengirimkan berkas tentang Jean dan hal itu berkaitan dengan Laura. Kekasih gadis itu yang ternyata putra sulung Jean. Artinya Laura menjadi orang kedua dalam hubungan Mario dan Mika.Laura yang dikenalnya tidak mungkin menjadi perusak hubungan orang lain. Melihat reaksi Laura yang kebingungan, Gino menyimpulkan Laura memang tidak tahu apa pun tentang pernikahan itu. Gino tidak terima jika Laura hanya dijadikan pelampiasan. Meskipun alasannya sungguh mencintai gadis itu. Gino tidak menyukainya, seperti lima tahun lalu ketika Laura pergi dengan cara menyakitkan. Kali ini Gino tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Paling tidak, menjauhkan Laura dari Jean untuk sementara.
Tengah malam, Laura merasakan seseorang memeluknya dari samping. Dia mengguncang bahu Gino kasar, namun laki-laki itu tidak bereaksi. Kesal, Laura keluar dari kamar itu lalu duduk di meja makan, menatap ponselnya yang menampilkan layar hitam.Mario tidak menghubunginya.Suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya, Mario pulang bersama Mingye. Kebiasaan Mario jika kembali dari perjalanan langsung memasuki kamar menyebabkan Laura merasa was-was. Dia tidak ingin melihat drama pertumpahan darah di depan matanya. Apalagi kondisi Mario yang tidak sehat dan Gino yang keras kepala.Mingye berpamitan dengan isyarat dan Laura membalasnya dengan anggukan."Lala, malam ini aku ingin kau tidur di sampingku."Terjebak dengan dua orang lelaki dalam ruangan yang sama bukanlah hal mudah. Laura membawa Mario ke kamarnya dengan alasan tidak masuk akal. Dia tidak mungkin membiarkan Mario melihat Gino di kamar laki-laki itu. Malam panjang itu terlewati dengan rasa kha
Hubungan antar dua manusia yang dikaitkan dengan kata cinta seharusnya itu membahagiakan. Seperti pepatah cinta akan datang karena terbiasa. Entah benar atau tidak, Laura sama sekali tidak mempercayainya. Dia bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju balkon, menatap langit malam tanpa bintang. Sudah terlalu larut untuk merenung. Namun, Laura ingin merasakan hembusan angin malam di musim gugur. Bersamaan dengan tarikan napas yang terasa berat.Mario membutuhkannya!Kalimat itu seperti rekaman ulang, memaksanya untuk mengingat berapa banyak pengorbanan yang dilakukan Mario.Seandainya saat itu Laura lebih kuat, lebih memahami kondisi pasca kehilangan orangtuanya. Dia tidak akan menghindari masa lalu dan bertemu Mario. Atau bisa saja Laura masih berada di Jogja, berkumpul bersama teman-temannya dan juga Gino.Gino?Laura tersenyum getir, ingatannya tentang Gino terukir dengan jelas di kepalanya. Seperti bintang di langit, terlihat jelas, tapi sangat j
"Jadi sudah berapa lama kalian berteman?" tanya LucyLaura meletakkan piring di atas di meja lalu beralih menatap Gino. Laki-laki itu sedang membolak-balikkan daging di atas panggangan sedangkan David tampak kesal dengan kipas di tangannya."Sejak kecil." ucap Laura lirih."Aku tidak akan memberitahu Mario.""Kau mencintai David?" tanya Laura memastikan."Entahlah,"Laura tidak ingin bertanya lebih jauh tentang perasaan Lucy, untuk menghindari suasana canggung itu. Dia memindahkan piring di atas meja untuk mencari kesibukan. Meskipun hanya alibi agar Lucy tidak terus-menerus memperhatikannya. Laura menghargai pilihan Lucy namun dia tidak suka jika perempuan itu melukai Jason."Lala, menurutmu apakah aku bodoh?" tanya Lucy serius."Tidak." jawab Laura singkat."Jason sangat baik tapi aku tidak mera
"Kita dua orang yang terikat dengan sebuah hubungan tapi jarak itu semakin terasa. Alasannya terletak pada perasaan, Laura mengapa kau tidak bisa mencintaiku? Apa karena dia yang lebih dulu bertemu denganmu?" tanya Mario."Sebenarnya tidak peduli siapa yang kau temui lebih dulu. Namun siapa yang paling kau cintai, sekarang aku sadar cinta bukan sesuatu yang bisa kau pelajari. Laura, aku melepaskanmu semoga kau bahagia bersamanya. Aku titipkan kau padanya, berjanjilah jangan pernah terluka lagi. Aku mencintaimu Laura Oktaviana, maaf terlalu memaksakan perasaanku untukmu."Laura terbangun dari tidurnya, mimpi itu terasa nyata, dia melirik Mario yang terlelap di sampingnya. Laura tidak tahu kapan Mario kembali dan tidur di kamarnya, beruntung laki-laki itu tidak melakukan apa-apa. Dia menarik napas dalam-dalam lalu menyandarkan punggungnya pada dinding. Jam digital menunjukkan pukul empat dini hari, secepat itu Laura terbangun. Merasa tidak bis
Laura tidak bodoh, dia bisa menebak jika perempuan bernama Mika itu adalah orang yang menghantui hubungannya dan Mario. Namun hal yang tidak bisa Laura pahami, mengapa Gino bisa mengenal Mika? Pertanyaan di kepalanya terus berputar hingga tiba di apartemen dan menemukan Mario bersama Mingye. Begitu melihatnya, dokter itu segera berpamitan dan mengingatkan Laura untuk memperhatikan kondisi Mario. Dia mengangguk lalu mengantar Mingye hingga di bingkai pintu, melihat dokter itu hingga masuk ke dalam lift. Setelah kepergian Mingye, suasana di ruangan itu mendadak hening. Laura tersenyum getir, sampai kapan Mario menyimpan rahasia itu? Nyatanya Mika ada di sekitarnya dan perempuan itu tinggal di gedung apartemen yang sama dengan Gino. Entah permainan apa yang dilakukan oleh mereka, Laura merasa lelah bahkan sebelum mengetahui kebenaran itu. "Apa kau bertemu Lucy?" tanya Mario memecah keheningan itu.