Home / Romansa / Siapa yang Peduli? / Pelayan atau Majikan?

Share

Pelayan atau Majikan?

Author: Irisha
last update Last Updated: 2022-10-13 12:33:56

Begitu halaman profil terbuka, Diana bisa melihat informasi mengenai Diana Tami Brawija dengan lengkap. Dari penjelasan umum hingga detail kehidupannya bisa dibaca. Ada banyak informasi yang perlu Diana tahu mengenai tubuh barunya ini sebelum bertemu dengan orang lain yang mengenal 'Diana' muncul. 

Pertama, 'Diana' adalah putri dari keluarga Brawija yang bergelut di industri tekstil sejak tahun 1952. Dia dijodohkan dengan suaminya, Angga, sejak berumur dua belas tahun karena kakek Diana dari pihak ibu dan kakek Angga adalah teman lama. 

keduanya menikah saat menginjak umur dua puluh satu tahun. Mereka apa yang dibilang cinta dengan teman masa kecil. Tapi sayang itu hanya apa yang dipikir publik untuk sesaat karena pernikahan ini tidak disetujui oleh Angga atau orang tua Angga. 

Angga jatuh cinta pada Anggun yang merupakan adik tiri 'Diana' hasil perselingkuhan ayah 'Diana'. Ketiganya berumur sama, jadi ayah 'Diana' berselingkuh dari awal pernikahannya dengan ibu Diana. Apa ini sebuah opera sabun? 

Baru kali ini Diana melihat ada orang yang suka dengan tunangan kakaknya sendiri. Walau dia sendiri anak satu-satunya tapi jika punya adik atau kakak mana mau Diana memacari mereka apalagi sampai jatuh hati. Jangankan adik, jika itu kekasih sepupunya pun Diana juga tidak akan mau. 

Lalu berselingkuh sejak awal pernikahan. Gila. Diana yakin hubungan itu pasti terjalin dari sebelum menikah. Jika seperti itu dia bisa memilih selingkuhannya dibanding ibu 'Diana' dan melahirkan anak diluar nikah. 

Apa mereka semua waras? 

Melanjutkan bacaannya, Diana tahu orang yang bersikeras dengan pernikahan ini adalah kakek mereka terutama kakek Angga. Lelaki tua itu mengancam Angga jika tidak mau menikahi 'Diana' maka dia akan dicoret sebagai ahli waris. 

Ini membuat seluruh keluarga Angga termasuk lelaki itu sangat kecewa dan marah kepada kakek tapi tidak ada yang bisa melawan kakek mengingat dia yang masih memegang kekuasaan di perusahaan. 

Karena tidak ingin namanya dicoret akhirnya Angga menurut. Hah! Cinta. Pada akhirnya dia lebih memilih kekuasaan dan uang dibanding cintanya pada Anggun.  Diana tidak habis pikir kenapa Anggun masih mau bersama Angga hingga sekarang.

Oh, berita ini ada di situs gosip yang sepertinya lebih mendukung hubungan Angga dengan Anggun dibandingkan dengan 'Diana'

Dari situs ini juga Diana tahu kalau Anggun adalah seorang aktris terkenal tapi lagi-lagi, Diana tidak pernah melihat aktris ini di Indonesia. Dia memang bukan seseorang yang mengikuti dunia entertainment tapi suka menonton film keluaran Indonesia. 

Lagi pula jika dia memang terkenal Diana pasti pernah melihat profilnya sebagai salah satu kandidat untuk projek yang dia pakai tapi ini sama sekali tidak pernah. Aneh sekali. Mereka ini ada di Indonesia belahan mana? 

Masih dengan kebingungannya, Diana memutuskan untuk melihat berita lain mengenai 'Diana', Angga juga Anggun. 

BRAK! 

Suara pintu terbuka dengan kasar membuat Diana terlonjak dan langsung menoleh ke arah pintu. Di sana berdiri seorang perempuan muda yang memakai seragam berwarna biru tua hampir hitam dengan celemek kotak panjang menjuntai di depannya. 

"Nyonya muda kenapa masih di kasur?! Ini sudah jam berapa? Kenapa Nyonya malas sekali, sih?" ujarnya dengan nada melengking tinggi yang menusuk ke gendang telinga Diana. Suaranya cempreng dan dengan melengking seperti itu membuat telinga Diana sakit mendengarnya. 

Diana menggosok telinganya berharap kalau suara itu tidak menyakiti gendang telinga dan mengerutkan dahi kepada makhluk tidak tahu sopan santun itu. Perempuan itu sepertinya tidak peduli dengan reaksi Diana karena dia terus berjalan hingga berdiri tepat di depan Diana. 

"Kenapa masih diam saja?" tanya perempuan itu dengan kesal. Wajahnya merengut sangat dalam seolah Diana sudah melakukan sesuatu paling berdosa. Tapi apa yang dilakukan perempuan itu selanjutnya lebih mengejutkan Diana. 

Dengan tidak sopannya dia merampas ponsel yang berada di tangan Diana dan melihat isinya. "Kau membaca gosip tentang suamimu dan Nona Anggun?" Perempuan itu tertawa  merendahkan Diana dengan ucapannya lalu menatap Diana penuh iba. 

"Kembalikan!" ujar Diana yang mencoba merebut ponselnya kembali tapi dia didorong hingga jatuh ke kasur. "Hah! Kau mendorongku?!" Diana menatap nyalang perempuan itu. 

Bukan merasa takut tapi perempuan yang jelas kalau dia pelayan malah melipat kedua tangannya di depan dada dan menaikan dagunya. "Jangan berlebihan, Nyonya muda. Aku hanya membela diri karena kau tiba-tiba menyerangku!" ujarnya yangdengan lancar membalikan fakta. 

"Daripada mempermasalahkan itu lebih baik kau ke kamar mandi sekarang dan bersiap untuk sarapan bersama!" Perempuan itu menunjuk pintu kamar mandi dengan satu tangan sementara tangan lainnya bertolak pinggang. Dia menunjukan kekuasaanya. 

Diana bergeming. Jujur saja saat ini dalam batinya Diana sedang mempertimbangkan apa dia harus menjambak rambut perempuan sialan ini atau menamparnya dengan sangat keras atau menurutinya saja. 

Banyak hal yang perlu Diana pertimbangkan karena jika bersikap tidak seperti 'Diana' sebelumnya itu akan mencurigakan tapi Diana sendiri tidak tahu bagaimana biasanya 'Diana' bersikap seperti apa. 

Lalu jika dia menimbulkan masalah sekarang, Diana tidak tahu apa akibatnya nanti dan dampak dari tindakan yang tidak diketahui itu berbahaya. 

Menggigit bibirnya kuat-kuat, Diana menahan amarahnya sebelum berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Tapi sebelum itu dia merampas kembali ponsel miliknya dan membanting pintu kamar mandi tak peduli dengan reaksi terkejut dari si pelayan. 

"Dasar kutu kasur!" umpat Diana begitu dia berada di dalam kamar mandi. 

Related chapters

  • Siapa yang Peduli?   Bertemua 'Keluarga' Suami

    Amarahnya meredam sedikit setelah mengumpat. Diana duduk di atas kloset. Dia kembali membaca artikel yang tadi sedang dibaca sebelum pelayan sial itu mengganggunya. Berita ini baru dikeluarkan pagi ini. Meliput mengenai Angga yang tertangkap kamera masuk ke dalam lingkup apartemen milik Anggun dan tidak keluar sampai pagi. Melihat kasur sebelahnya yang kosong, itu menjelaskan kemana Angga pergi. Dasar tukang selingkuh. Tidak ada lelaki yang benar di sekeliling 'Diana'. Tidak lagi berminat mencari tahu mengenai kehidupan 'Diana' atau pun suaminya, ponsel itu pun di taruh di atas wastafel. Diana mencari sikat gigi yang baru dan membuang sikat giginya yang lama. Hanya ada satu sikat gigi yang tersimpan dan itu berwarna merah muda.Diana yakin itu milik dirinya yang lain tapi Diana enggan memakainya. Membuang satu sikat gigi tidak akan membuat keluarga ini jatuh miskin. Semuanya dilakukan dengan cepat dari membersihkan diri sampai mengeringkan rambut. Diana keluar dengan wajah lebih

    Last Updated : 2022-11-09
  • Siapa yang Peduli?   Ini....Sungguhan??

    Kakek Tanuraja berdiri di ambang pintu. Satu tangannya bertumpu pada tongkat kayu yang bagian pegangannya terdapat bantalan busa berbalut kulit berwarna hitam yang diberi ukiran emas. Sosoknya terlihat gagah dan penuh wibawa walau sudah termakan usia. Kanya menggigit bibirnya gugup. Di bawah meja dia menggenggam gaun terusannya, dan memberikan lirikan gugup kepada ibunya. Sementara ibu mertua Diana diam-diam meremas lembut tangan Kanya untuk menenangkan gadis muda itu. Diana memperhatikan semua itu dalam diam. Dia ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh kakek Tanuraja juga menilai bagaimana hubungan orang-orang ini di dalam rumah dan seperti apa posisi ‘Diana’ disini. “Sudah berapa kali kakek bilang untuk sopan kepada Diana?!” Kakek Tanuraja tidak berteriak atau membentak tapi suaranya lantang dan tegas yang justru membuatnya terlihat lebih menyeramkan. “Apa aku tidak boleh berpendapat?” Kanya berusaha membela dirinya. “Tentu saja boleh tapi berpendapat bukan berarti kau tida

    Last Updated : 2022-11-14
  • Siapa yang Peduli?   Di Kantor

    Ini di dalam novel. Ini di dalam novel. Ini di dalam novel. Kalimat itu terus berulang di kepala Diana dan membuatnya pusing. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepala Diana seperti bagaimana dia bisa ada disini, kenapa dia yang ada disini, dan caranya dia bisa disini. Seberapa keras pun Diana berusaha mencari jawaban dia tidak menemukannya. Gila. Ini gila. Diana membenturkan kepalanya pada kepala jok mobil di depannya membuat supir yang sedang menyetir melirik ke arahnya melalui kaca. Diana tidak memperdulikan itu karena sekarang dia terlalu sibuk untuk memikirkan tentang hidupnya yang begitu konyol. Masuk ke dalam novel. Jika sekarang Diana masih duduk di bangku SMA mungkin Diana akan berjingkrak senang tapi umurnya akan menginjak kepala tiga dua tahun lagi. Dia sudah terlalu tua untuk hal seperti ini. Jika harus jujur, tidak ada hal yang benar-benar mengikat Diana di dunianya. Karirnya bagus, Diana bangga dengan pekerjaannya tapi hubungan Diana dengan atasannya buruk da

    Last Updated : 2022-11-14
  • Siapa yang Peduli?   Bertemu 'Ibu'

    “Apa kau sudah gila?!” Diana menarik kasar tangannya dari genggaman Tina. Jika Diana tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, maka bokong Diana sudah berciuman dengan lantai. Tina sendiri terkejut karena tarikannya tadi begitu kuat hingga membuat tubuh Diana limbung. Suara teriakan Diana menarik perhatian karyawan yang berada di divisinya. Diana bisa merasakan sorot pandang penasaran dari belakang punggungnya tapi begitu Diana membalikan tubuh, mata yang tadinya menatap ke arahnya kini menunduk takut dengan buru-buru. Berkas yang ada di tangan Diana diangkat tinggi agar bisa dilihat, “Dimas. Kenapa baru memberi ini sekarang?” tanya Diana tanpa tahu mana yang bernama Dimas di antara meja-meja berisikan staff-nya. Lelaki dengan kemeja putih bergaris biru yang memiliki tubuh agak berisi berdiri dengan ragu lalu mengangkat tangannya. “Anu…..Saya sudah kasih itu sejak minggu lalu, Bu.”“Kasih ke Saya?”“Bukan, ke Bu Tina.” Diana berbalik menatap Tina lalu melipat kedua tangannya, “Kenapa

    Last Updated : 2022-12-23
  • Siapa yang Peduli?   Ibu dan Anak

    !!Trigger Warning!!Mention of Suicide“Dengar Diana,” Mama mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat. Suaranya lebih pelan tapi jauh lebih tegas dari sebelumnya. “Lupakan apa yang kau pikirkan kemarin malam dan bertahanlah menjadi istri Angga dan tetap menjadi menantu keluarga Tanuraja.” ujar Mama dengan penuh penekanan di setiap katanya. Diana merasa sangat tidak enak mendengar ucapan Mama. Perutnya terasa diaduk oleh tangan bayangan yang juga meremas jantungnya. Itu bukan reaksi Diana. Dia yakin kalau pun wanita di depannya itu berulah tidak akan membuat Diana merasa takut, gugup atau apapun itu karena pada dasarnya dia hanya menganggap Mama sebagai orang asing. Reaksi ini adalah reaksi dari Diana yang asli atau reaksi asli dari tubuh ini yang memiliki hubungan emosional dengan Mama. Hal yang tidak dimiliki oleh Diana. Diana memandang mata hazel milik Mama yang sialnya begitu mirip dengan mata yang dimiliki tubuhnya sekarang. Diana bahkan bisa melihat pantulan dirinya di mata Ma

    Last Updated : 2022-12-26
  • Siapa yang Peduli?   Bercerai saja dengan Papa

    “Aku masih sangat waras.” Setidaknya untuk Diana dia waras walau tidak begitu untuk Mama. Mata hazel milik Mama yang serupa dengan milik Diana itu tengah menatap Diana lamat-lamat.Mama mencoba mencari sesuatu yang berbeda dari Diana dan menemukan alasan kenapa Diana seperti ini agar dia bisa kembali memegang kendali atas situasi ini. Atas Diana. Tapi itu sepertinya percuma. Tatapan mama sama sekali tidak membuat Diana takut atau pun tegang karena bagi Diana saat ini Mama hanya menatapnya dengan rasa curiga, penasaran berlebih dan berusaha memahami bukan sesuatu yang menusuk, menuntut dan mengulik.Melihat Diana yang sama sekali tidak bereaksi dengan apa yang Mama lakukan membuat wanita itu gusar. Dia meremas kedua tangannya di bawah meja dan mengelus ibu jarinya ke punggung tangan. Diana tidak perlu melihat itu untuk benar-benar tahu bahwa Mama gusar. Cangkir teh yang tadi dia minum kini diputar-putar lalu kembali di taruh tanpa diminum oleh Diana. Dia hanya ingin membuat Mama jauh

    Last Updated : 2023-01-01
  • Siapa yang Peduli?   Lelaki Misterius

    Percakapan ini tidak tidak berujung. Diana dan Mama sama-sama tidak ingin mengalah untuk apapun yang mereka inginkan. Untuk kebahagiaan mereka. Diantara mereka Mama yang paling putus asa. Dia sudah hidup lebih dari dua puluh delapan tahun dalam pernikahan ini dan melepaskan itu semua bukan hal yang mudah. Tidak seperti Diana yang baru menjalani hidupnya. Diana bisa mengorbankan hal lain dibandingkan Mama. Yang menurut Mama adalah hal yang perlu Diana lakukan karena itu bentuk baktinya terhadap Mama. Tapi lucunya penolakan Diana jauh lebih seperti penghianatan dibandingkan tindakan durhaka. Mama memang hanya ingin menganggap Diana sebagai anak disaat menguntungkan saja. Jauh di dalam hatinya dia tidak benar-benar menganggap Diana sebagai anak. Bukan juga alat seperti yang Diana buat terlihat seperti itu. Teman seperjuangan. Bagi Mama itu adalah Diana. Mereka berdua sama-sama memperjuangkan apa yang Mama inginkan.Tujuan mereka sama dan perbedaan antara mereka bukan sesuatu hal yang

    Last Updated : 2023-01-01
  • Siapa yang Peduli?   Anggun dan Angga

    Hari keduanya menjadi Diana si istri lelaki konglomerat tidak seheboh hari pertama. Tidak ada teriakan dan ujaran angkuh dari adik iparnya tapi ada tambahan mata yang menatapnya tajam selain ibu mertuanya. Diana tidak ambil pusing dengan itu. Di kantor Tika juga tidak banyak bertingkah. Walau masih dengan wajah masam setiap kali harus melakukan sesuatu atas perintah Diana tapi Tika melakukannya. Proyek yang sedang dilakukan oleh divisinya juga berjalan lancar. Diana sudah mulai bisa mengikuti alur kerjanya juga aturan-aturan yang perlu diperhatikan. Pekerjaan memang bukan hal yang Diana khawatirkan. Soal Mama, masih belum ada kabar. Biar sajalah. Diana juga tidak terburu-buru untuk hal itu. Selagi ada kesempatan, Diana ingin menikmati rasanya menjadi anak keluarga kaya yang hidupnya santai tanpa perlu khawatir soal uang. Siapa sih yang tidak mau hidup sebagai anak sultan? Diana sih mau sekali. Apalagi setelah bertahun-tahun menjadi budak korporat yang hanya tahu berangkat kerja

    Last Updated : 2023-01-08

Latest chapter

  • Siapa yang Peduli?   Kartu kredit tanpa limit

    Kedua saudara itu panik melihat nenek mereka menangis. “Nenek hanya terharu. Sudah lama sekali sejak melihat kalian seperti itu. Kalian sudah tumbuh besar.” Diana dan Reza tentu saja mengerti maksud nenek. Sejak Kakek meninggal, Diana dan Mama tidak pernah datang lagi ke sini. Bahkan saat pernikahan Diana, mereka hanya bertemu sebentar. Keluarga mereka sudah terpecah begitu lama jadi Nenek terharu bisa melihat kedua cucunya bergurai lagi. “Aku akan sering-sering ke sini.” ujar Diana sambil merengkuh pundak Nenek. Pelukannya itu dibalas usapan pada pundak Diana. “Datanglah kapan saja. Nenek senang kalau kau datang.” “Dan aku yang bosan melihatnya, Nek.” Suasana haru itu dihancurkan oleh ucapan mengolok penuh canada dari Reza. Diana yang mendengar itu langsung mengadu kepada Neneknya. Dia memandang Nenek dengan tatapan terluka yang membuat Nenek memukul Reza. “Jangan menggoda adikmu!” Reza hanya terkekeh mendengar ucapan Nenek. “Jadi, kau sudah mengundurkan diri?” Melihat suas

  • Siapa yang Peduli?   Ruumah Nenek

    “Diana, maaf nenek ganggu saat kamu lagi kerja tapi apa siang ini bisa makan bareng nenek?”“Nggak ganggu sama sekali kok, Nek. Aku malah seneng nenek ajak makan. Kita makan dimana nek?”“Di rumah aja. Tante kamu mengundang teman-temannya, jadi nenek bikin soto kudus terus inget kamu suka banget sama soto kudus.”Diana tersenyum mendengar ucapan neneknya itu. Dia tidak mengerti kenapa ‘Diana’ bisa menyianyiakan nenek sebaik ini.“Kalau gitu aku kesana sekarang ya. Kebetulan aku lagi diluar kantor.”Setelah bertukar beberapa kalimat lagi, telepon ditutup dan Diana seger

  • Siapa yang Peduli?   Perjanjian Kecil

    Selama ini Dirga tahu betul kalau kakaknya itu waspada terhadapnya. Dirga sendiri tidak tahu kenapa tetapi hubungan mereka memang agak rumit. Tidak seperti anak bungsu lainnya, Dirga tidak pernah dimanja. Perlakuan ayah dan ibunya juga biasa saja. Seolah dia ada atau tidak bukan sesuatu hal yang penting. Terkadang dia sendiri merasa dirinya seperti orang asing dalam keluarga sendiri. Itu sebabnya Dirga jarang dirumah dan setelah menginjak bangku SMA dia semakin jauh dengan keluarganya. Satu-satunya orang di keluarga ini yang masih memperhatikannya hanya kakek. Kepala keluarga itu sering memperhatikan Dirga dalam diam. “Tenang saja. Aku belum punya kekasih.” jawab Dirga dengan pasti dan Angga mengangguk percaya dengan ucapan adiknya. Dirga akhirnya pamit. Ketika sudah di mobil Dirga menghela nafas lega. Dia tahu betul kalau kakaknya tadi itu sedang mengujinya. Jika Angga merasa ada yang aneh dari dirinya, Dirga yakin kalau Angga akan menyuruh orang untuk mengawasinya. Dirg

  • Siapa yang Peduli?   Keluarga Cemara

    Angga melihat istrinya yang baru saja masuk memandangnya tidak suka. Dia menaikan satu alisnya. “Apa yang salah dengan aku disini? Ini kamarku.” Jawaban itu membuat Diana mendelik. Memang benar ini kamarnya yang menjadi kamar mereka berdua. Semenjak Diana pindah ke rumah ini Angga tidak pernah menginjakan kaki di kamar ini. Angga lebih memilih untuk tidur di kamar tidur tamu dibandingkan satu kamar dengan Diana. Jadi wajar saja bagi Diana untuk terkejut melihat Angga berada di kamar ini. Yang tadi pun, ketika Angga mandi di sini juga sebuah kejanggalan. TIdak mau pusing dan melakukan interaksi lebih banyak dengan tukang selingkuh ini, Diana berjalan masuk tanpa menjawab pertanyaan Angga. Dia mengambil ponsel yang berada di atas nakas lalu berjalan keluar dari kamar. Angga yang tadinya diam melihat itu semua pun terheran. “Kau mau kemana?” Diana berbalik, “Tidur. Apa lagi?” “Lalu kenapa keluar?”“Aku tidur di kamar tamu.”Mendengar itu, Angga mengerutkan dahi. Dia yang biasanya

  • Siapa yang Peduli?   Tidur bersama?!

    Ketika selesai mandi Diana tidak merasakan ada orang lain di dalam kamar. Melihat bagaimana kasur tetap rapi dan tidak ada barang yang berantakan selain bagian lemari Angga, Diana rasa lelaki itu tidak lama di sini. Baguslah. Diana kira rencananya untuk berbicara dengan Kakek Tanuraja harus ditunda karena kehadiran Angga dan Anggun tapi sepertinya itu tidak perlu. Selesai dengan kegiatan sehabis mandinya, Diana segera keluar dari kamar. Ruang kerja Kakek Tanuraja berada di lantai satu. Dulu kamar dan ruang kerjanya berada di lantai dua. Tapi karena lutut Kakek semakin memburuk, semuanya dipindahkan ke lantai satu agar memudahkan Kakek untuk beraktifitas. Diana berjalan menuruni tangga dan berhenti saat menyadari dia harus melewati ruang tempat Ibu mertua, suami dan adik Diana sedang bercanda ria. Dia harus melewati ruangan itu untuk berjalan ke lorong yang akan membawanya ke ruang kerja Kakek Tanuraja. Ugh, mau bagaimana lagi. Diana berjalan melewati ruangan itu tanpa menoleh yang

  • Siapa yang Peduli?   Anggun dan Angga

    Hari keduanya menjadi Diana si istri lelaki konglomerat tidak seheboh hari pertama. Tidak ada teriakan dan ujaran angkuh dari adik iparnya tapi ada tambahan mata yang menatapnya tajam selain ibu mertuanya. Diana tidak ambil pusing dengan itu. Di kantor Tika juga tidak banyak bertingkah. Walau masih dengan wajah masam setiap kali harus melakukan sesuatu atas perintah Diana tapi Tika melakukannya. Proyek yang sedang dilakukan oleh divisinya juga berjalan lancar. Diana sudah mulai bisa mengikuti alur kerjanya juga aturan-aturan yang perlu diperhatikan. Pekerjaan memang bukan hal yang Diana khawatirkan. Soal Mama, masih belum ada kabar. Biar sajalah. Diana juga tidak terburu-buru untuk hal itu. Selagi ada kesempatan, Diana ingin menikmati rasanya menjadi anak keluarga kaya yang hidupnya santai tanpa perlu khawatir soal uang. Siapa sih yang tidak mau hidup sebagai anak sultan? Diana sih mau sekali. Apalagi setelah bertahun-tahun menjadi budak korporat yang hanya tahu berangkat kerja

  • Siapa yang Peduli?   Lelaki Misterius

    Percakapan ini tidak tidak berujung. Diana dan Mama sama-sama tidak ingin mengalah untuk apapun yang mereka inginkan. Untuk kebahagiaan mereka. Diantara mereka Mama yang paling putus asa. Dia sudah hidup lebih dari dua puluh delapan tahun dalam pernikahan ini dan melepaskan itu semua bukan hal yang mudah. Tidak seperti Diana yang baru menjalani hidupnya. Diana bisa mengorbankan hal lain dibandingkan Mama. Yang menurut Mama adalah hal yang perlu Diana lakukan karena itu bentuk baktinya terhadap Mama. Tapi lucunya penolakan Diana jauh lebih seperti penghianatan dibandingkan tindakan durhaka. Mama memang hanya ingin menganggap Diana sebagai anak disaat menguntungkan saja. Jauh di dalam hatinya dia tidak benar-benar menganggap Diana sebagai anak. Bukan juga alat seperti yang Diana buat terlihat seperti itu. Teman seperjuangan. Bagi Mama itu adalah Diana. Mereka berdua sama-sama memperjuangkan apa yang Mama inginkan.Tujuan mereka sama dan perbedaan antara mereka bukan sesuatu hal yang

  • Siapa yang Peduli?   Bercerai saja dengan Papa

    “Aku masih sangat waras.” Setidaknya untuk Diana dia waras walau tidak begitu untuk Mama. Mata hazel milik Mama yang serupa dengan milik Diana itu tengah menatap Diana lamat-lamat.Mama mencoba mencari sesuatu yang berbeda dari Diana dan menemukan alasan kenapa Diana seperti ini agar dia bisa kembali memegang kendali atas situasi ini. Atas Diana. Tapi itu sepertinya percuma. Tatapan mama sama sekali tidak membuat Diana takut atau pun tegang karena bagi Diana saat ini Mama hanya menatapnya dengan rasa curiga, penasaran berlebih dan berusaha memahami bukan sesuatu yang menusuk, menuntut dan mengulik.Melihat Diana yang sama sekali tidak bereaksi dengan apa yang Mama lakukan membuat wanita itu gusar. Dia meremas kedua tangannya di bawah meja dan mengelus ibu jarinya ke punggung tangan. Diana tidak perlu melihat itu untuk benar-benar tahu bahwa Mama gusar. Cangkir teh yang tadi dia minum kini diputar-putar lalu kembali di taruh tanpa diminum oleh Diana. Dia hanya ingin membuat Mama jauh

  • Siapa yang Peduli?   Ibu dan Anak

    !!Trigger Warning!!Mention of Suicide“Dengar Diana,” Mama mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat. Suaranya lebih pelan tapi jauh lebih tegas dari sebelumnya. “Lupakan apa yang kau pikirkan kemarin malam dan bertahanlah menjadi istri Angga dan tetap menjadi menantu keluarga Tanuraja.” ujar Mama dengan penuh penekanan di setiap katanya. Diana merasa sangat tidak enak mendengar ucapan Mama. Perutnya terasa diaduk oleh tangan bayangan yang juga meremas jantungnya. Itu bukan reaksi Diana. Dia yakin kalau pun wanita di depannya itu berulah tidak akan membuat Diana merasa takut, gugup atau apapun itu karena pada dasarnya dia hanya menganggap Mama sebagai orang asing. Reaksi ini adalah reaksi dari Diana yang asli atau reaksi asli dari tubuh ini yang memiliki hubungan emosional dengan Mama. Hal yang tidak dimiliki oleh Diana. Diana memandang mata hazel milik Mama yang sialnya begitu mirip dengan mata yang dimiliki tubuhnya sekarang. Diana bahkan bisa melihat pantulan dirinya di mata Ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status