“Aika, tunggu!” Kairo mencekal lengan Aika. Setelah berhasil mengejar langkah istrinya, yang baru saja hendak menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya.
“Lepasin!” Aika menghentak tangan Kairo dengan kasar, hingga terlepas.
Namun tidak lama setelahnya, Kairo pun kembali mencekal tangan istrinya dengan lebih kuat.
“Lepasin, Kak!” Aika berontak.
“Tapi kita harus bicara Aika.”
“Gak mau! Aika
“Kenapa harus saya?”“Karena kehadiran Kamu tepat di saat saya hampir menyerah.”“Jadi Aika udah gak bisa nolak lagi, Mah?”“Udah terima aja Aika, mumpung ada yang mau sama Kamu.”“Cie yang udah gak jo
*Happy Reading*“Tujuan Kak Kairo sering ke rumah, karena memang kita suami istri, ya? Bukan karena berniat jadiin Aika istri kedua. Benar begitu, Kak?”DEG!“Aika, Kamu ....” Kairo tak bisa berkata-kata. Karena terlalu shock dengan penuturan Aika barusan.Gadis itu apa mungkin sudah ingat kembali?“Kenapa diam, Kak? Jawab dong, yang Aika bilang ini benar atau tidak?” desak Aika kemudian.Kairo menelan salivanya kelat. Sebelum menipiskan bibirnya sejenak. Ia ingin menjawab ‘iya’ dan menceritakan semuanya, tapi hatinya masih ragu. Bagaimana kalau Aika kembali seperti semalam?Kairo dilanda denial seketika.“Mas Bos?”“Iya?” Jawab Kairo refleks. Namun, langsung kembali tertegun saat menyadari panggilan Aika untuknya itu. Rasa h
*Happy Reading* Aika menarik selimutnya lebih tinggi, demi menutupi tubuhnya yang polos. Merapatnya diri pada Kairo, seraya mendesah penuh rasa bersalah. "Maaf," cicitnya kemudian, menyembunyikan wajah pada dada bidang Kairo. Kairo yang mendengar lirihan Aika pun diam-diam menghela napas panjang, sebelum kemudian mengeratkan pelukannya pada Aika. "Tidak apa-apa, Ka. Kamu gak salah apa-apa, kok," hibur Kairo. Akan tetapi, itu memang benar. Di sini, bukan Aika yang salah. Melainkan dirinya sendiri, yang terlalu memaksa Aika. Kairo lupa, meski Aika sudah mengingat dirinya, namun Aika yang sekarang juga sudah ingat pada masalalunya, pun kejadian nahas itu. Alhasil, trauma gadis itu pun kembali muncul disela cumbuan panas mereka. Ya. Untuk kalian yang sudah berharap lebih pada part ini. Maaf saja, kalian harus kecewa. Karena kenyataanya
*Happy Reading* "Asalamualaikum. Aika pulang ...." seru Aika dengan riang, seraya memasuki Rumahnya. "Waalaikumsalam." Terdengar sahutan dari beberapa orang dengan kompak, sebelum kemudian orang-orang itu menoleh ke arah datangnya Aika. Orang-orang itu adalah Mama Desi, Papa Heru, dan Bang Aaron tentu saja. "Alhamdulilah ya Allah ...." seru Mama Desi lantang. "Aika, kamu kemana aja, Nak? Kok, baru pulang jam segini? Katanya tadi cuma beli sate? Tapi kok lama banget! Kamu beli satenya di mana, sih? Di Madagaskar, ya? Gak pulang-pulang gitu! Baru Mama mau umumin di masjid, siapa tahu kamu nyasar, yee kan?" cecar Mama Desi kemudian, seraya menghampiri dan memindai penampakan Aika dengan seksama. Bukan apa-apa, Ini tuh sudah masuk waktu maghrib, takutnya yang berdiri saat ini bukan Aika, melainkan jelmaan setan cantik yang ngefans sama anaknya. Makanya Mama Desi harus mematikan semuanya dengan seksama. Mama Desi bahkan sengaja
*Happy Reading* "Cek rahim? Pengobatan selanjutnya? Maksud Abang apa?" Akibat kecerobohan Aaron yang tidak bisa menjaga mulutnya. Tidak heran, jika setelahnya Aika langsung meminta penjelasan dengan tegas pada Abangnya itu. Aaron yang sadar sudah melakukab kesalahan pun terlihat kikuk di tempatnya, bingung harus menjawab apa pada tanya tanya Aika yang syarat akan tuntutan itu. Aika saat ini mungkin sudah ingat kembali tentang apa yang sempat dia lupakan. Tapi kenyataan soal rahimnya paska insident itu tentu saja tidak masuk dalam ingatannya. Karena ya ... Aika memang tidak tahu apa-apa soal itu. Saat Dokter menjelaskan kondisi Rahimnya, Aika dalam keadaan koma, lalu akhirnya depresi setelah sadar dan mengalami trauma akibat kejadian nahas itu. Jadi, wajar saja jika dia begitu penasaran akan ucapan abangnya itu. "Bang?!" desak Aika, saat masih belum mendapatkan jawaban dari Aaron. "Uhm ... itu, em ... maksud Abang.
*Happy Reading* "Mas Bos, kita cerai aja, yuk!" Kiranya, setelah mendengar permintaan Aika yang tiba-tiba, Kairo akan terkejut, marah, ngomel, atau menghardiknya seperti dalam sinetron yang Biasa Mama Desi tonton tiap pagi dan malam. Siapa sangka? Ternyata Kairo hanya menanggapi pinta Aika dengan helaan napas panjang dam berat, sebelum kemudian menyentil kening wanita itu dengan gemas. "Jangan bicara sembarangan," tegurnya. Lalu merangkul Aika dan membawanya untuk duduk di sofa ruang tamu. Diikuti keluarga Aika, yang turut duduk di sana. "Tapi Aika serius, Mas Bos!" protes Aika kemudian. Merasa tersinggung dengan jawaban Kairo barusan. Padahal dia tidak sedang bercanda. Dia serius, dan memikirkan masa depan Kairo. Kenapa pria ini malah menganggapnya bicara sembarangan? Aneh banget! "Mas Bos tahu kan, kondisi Aika? Aika ini sakit Mas Bos! Ya itu rahimnya, juga jiwanya. Aika bahkan bisa dibilang gila. Lalu, buat apa lagi Ma
*Happy Reading* Ken dan Bunda Karin terpingkal cukup keras saat mendengar keluhan Kairo, yang meminta rekomendasi Dokter Kandungan lain, hanya karena tak ingin Aika berpaling pada Kennet, kembarannya. Sungguh! Mereka berdua tidak menyangka, jika ternyata Kairo sudah sebucin ini terhadap istri gesreknya. Ugh ... dulu aja sok ngenes dan menganggap Aika musibah. Sekarang? Lihat saja, pria itu bahkan repot-repot mengumpulkan Bunda dan adiknya pagi-pagi sekali, hanya untuk mendiskusikan hal yang ... astaga! Yang benar saja! "Lo kira gue gila, Bang? Sampai harus ngembat bini Abang sendiri. Kek gak ada cewek lain aja!" tukas Ken sengit, tak terima dengan dugaan Abang beda tiga menitnya. Namun seperti Biasa, Kairo hanya menanggapi Ken dengan wajah datarnya. "Lagian, Kakak ipar bukan tipe gue, Bang. Gak mungkin gue ajak main api." Kennet kembali menambahkan. Demi apa? Abangnya ini sejak nikah jadi konyol. Sering sekali mengkhawatirkan h
*Happy Reading* "Menurut lo, gimana, Bi? Gue bisa sembuh gak ya?" keluh Aika, setelah selesai menceritakan masalahnya pada Bianca. Tidak, tolong jangan salah paham dulu. Sebenarnya, Aika awalnya tidak mau meceritakan apapun pada si gesrek Bianca. Bukan karena kini dia sudah ingat bagaimana sifat kawannya itu. Tapi lebih ke ... ini kan urusan dapur rumah tangganya, yee kan? Jadi gak mungkinlah di umbar-umbar. Malu? Tentu saja. Begini-begini, Aika juga masih punya kemaluan. Eh, rasa malu maksudnya. Meski seringnya malu-maluin, sih. Makanya, awalnya Aika mau menyimpan semuanya sendiri saja. Akan tetapi, entah karena hormon datang bulan yang sebentar lagi akan nongol. Atau karena terlalu stress memikirkan hal itu. Alhasil, kerjaan Aika pun hari ini kacau sekali. Itulah yang akhirnya membuat Bianca curiga, dan memaksa Aika untuk curhat dadakan. Tidak tanggung-tanggung, gadis itu bahkan menyeret Aika dari divisinya ke Roof top, dengan alasan yang ti
Akhirnya, setelah lima jam berlalu. Aika pun sadar dari pengaruh obat biusnya. Semua orang langsung bersuka cita menyambutnya."Alhamdulilah ya Allah .... kamu sudah siuman, Nak," seru Mama Desi dengan gembira, seraya menciumi wajah Aika."Mamah, Mas Bos ....""Saya di sini," sela Kairo cepat, kala tahu Aika sedang mencarinya.Pria itu lalu mengambil tempat dibagian lain tempat tidur, seberangnya Mama Desi yang pastinya tidak ingin digantikan."Hai, honey. How do you feel?" sapa Kairo dengan sayang. Membelai dan mencium kening Aika lembut."Mas Bos, bayi kita ... mana?" lirihnya kemudian, meminta keyakinan pada sang suami tentang kondisi anaknya.Seketika senyum suka cita di ruangan itupun berganti dengan senyum sumir disertai sendu yang membayang. Mereka tidak tega memberitahukan kenyataan sebenarnya pada Aika."Ada. Mereka ada kok. Sedang di ruangan bayi." Kairo berusaha menjawab setegar mungkin.
*Happy Reading*Kairo menjatuhkan diri dengan sembarang di sebelah Aika, sambil mengusap kasar wajahnya yang penuh dengan peluh."Sudah puas?" tanya Kairo kemudian, melirik Aika yang tersenyum lebar dan langsung mengangguk cepat seraya memperlihatkan salah satu ibu jarinya ke hadapan wajah sang suami. Sementara tangan satunya lagi, memegang plastik bening berisi es sirup yang biasa dijual di pinggir jalan.Wanita satu ini, sejak hamil memang makin doyan jajan di pinggir jalan. Entah itu cilor, cilok, cilung, atau ci-ci yang lain. Pokoknya selama bentukannya jajanan dan adanya di pinggir jalan, pasti langsung dia borong.Kairo bahkan sudah lelah mendakwahi Aika tentang pentingnya gizi seimbang untuk triplet. Tapi, namanya bumil bebal, bisanya cuma manggut-manggut doang kek burung beo. Setelah itu, back to jajanan lagi tanpa merasa berdosa.Ah, Kairo hanya bisa pasrah."Mas Bos memang suami dan calon papa yang keren. Minum dulu Mas
Epilog*Happy reading*Kehamilan Aika bukan hanya menjadi kabar bahagia untuk Kairo seorang. Tetapi dua keluarga besar dan para pembaca novel ini yang memang tahu pasti perjuangan dua pasangan ini.Terima kasih sudah setia dengan mereka, ya? Terima kasih juga selalu mendukung dan memberikan suport pada author. Semoga kalian selalu sehat dan berkah berlimpah.Saat awal Kairo memberikan kabar kehamilan pada Mama Desi. Mama Desi pun langsung sujud syukur, setelah itu lari ke depan rumah demi menghentikan pedagang yang lewat dan memborong. Mama Desi mengadakan pengajian dadakan malam itu juga.Sementara Bunda Karina, langsung menyabotase acara Ken yang harusnya spesial untuk Rara seorang, jadi syukuran untuk kehamilan Aika.Tentu saja, Ken sempat merajuk awalnya. Namun, tidak berlangsung lama. Karena Rara akhirnya mau memberi kesempatan pada Dokter Obygn itu, dan bersedia membuka hatinya kembali untuk menerima cinta yang baru.&
Mas Bos 134*Happy Reading*Brak!"Aika?!"Sesampainya di Apartemen. Kairo langsung berseru mencari keberadaan Aika. Bahkan, tanpa sadar membanting pintu tadi."Aika?! Kamu di mana?!" Kairo berseru lagi, saat belum mendapatkan jawaban dari sang istri."Aik--" Seruan Kairo pun seketika terhenti di udara, saat membuka pintu kamar, langsung menemukan Aika sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membenamkan wajah pada lipatan kakinya.Tidak tahu bagaimana tampang Aika sekarang. Yang jelas, Aika masih memakai baju tidur yang semalam, dan rambutnya pun masih terlihat acak-acakan seperti yang terakhir Kairo lihat saat pagi.Apa itu artinya Aika tidur lagi setelah Kairo pergi dan baru bangun? Sesiang ini? Berarti, wanita ini pasti belum mandi. Tapi kata Al ....Terserah saja. Saat ini, mengetahui kondisi Aika itu lebih penting. Namun, Kairo cukup lega melihat Aika baik-baik saja, tidak terlu
Mas Bos 133*Happy Reading*"Terima kasih untuk waktunya, Pak Kairo. Semoga kerja sama kita berjalan lancar.""Sama-sama, Bu. Itu juga yang menjadi harapan saya." Tanpa rasa curiga, Kairo menyambut uluran tangan rekan bisnisnya, yang baru saja mencapai kata deal untuk proyek baru mereka.Degh!Sedetik kemudian perasaan jengah pun langsung hadir, saat merasakan sebuah kode dari jabatan itu yang dilakukan wanita di depannya saat ini.Perlahan tapi pasti, Kairo segera melerai tautan tangan mereka."Bagaimana kalau setelah ini kita makan malam bersama, untuk merayakan kerja sama kita? Kebetulan jadwal saya sudah kosong dan katanya ada restauran baru buka di hotel dekat ini. Bagaimana? Anda mau kan?" Kode kedua sudah dilancarkan kembali.Kairo hanya tersenyum simpul sebelum berkata, "Terima kasih untuk undangannya. Tapi Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Kebetulan setelah ini saya ada janji dengan istri saya." 
Mas Bos 132*Happy Reading*Brak!Kairo dan Alvaro sontak berjengit kaget. Saat tiba-tiba saja pintu ruangan itu di buka kasar dari luar. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Aika, yang kabur dari kejaran Mama Desi akibat bikin konser dadakan di kamarnya.Kenapa sih, pada gak bisa banget liat Aika seneng dikit? Padahal dia kan cuma butuh hiburan saja. Dikata gak mumet apa harus dengerin nyinyiran orang selama ini?"Mas Bos Aika numpang tidur, ya? ucap Aika kemudian, seraya berlalu begitu saja ke arah kamar yang memang ada di sana. Tempat biasa Kairo tidur sejenak jika terlalu lelah.Tak ayal, kening Kairo pun berlipat dalam melihat kelakuan Aika barusan. Sudah datang bikin kaget orang, belum minta maaf udah main nyelonong saja. Ada apa dengan wanita itu?"Pak, haruskah saya batalkan meeting kita siang ini?" Seakan paham dengan situasi sang bos, Alvaro pun memberikan penawaran."Tidak usah. Kamu siapkan saja apa yang dib
Mas Bos 131*Happy Reading*"Eh, itu bukannya anaknya Jeng Desi yang waktu itu Nikah dadakan, ya?""Oh ... yang dulu dikira hamil duluan, makanya dinikahin dadakan. Eh, ternyata malah gak bisa punya anak, ya, katanya!""Eh, masa? Maksudnya mandul, gitu?""Katanya, sih! Buktinya sampai sekarang belum keliatan bawa anak, tuh!""Wah! Kasian, ya? Padahal suaminya ganteng, lho! Bule, kalem, baik lagi. Duh saya tawarin anak gadis saya, mau gak ya?""Tawarin aja, Jeng. Siapa tahu jodoh? Kasian orang ganteng gitu harus putus keturunannya gara-gara anaknya Jeng Desi."Aika mengeram kesal saat baru saja memasuki gerbang rumah ibunya. Tiba-tiba mendengar celetukan ibu-ibu yang sedang beli bakso keliling, yang saat mangkal tak jauh dari rumahnya.Aika pun mengurungkan langkahnya, putar balik dan menghampiri ibu-ibu yang tadi menggosipkannya, kemudian ...."Tuhan mereka. Sedang berghibah. Jaga mereka, lindungi mereka. Ja
Mas Bos 130*Happy Reading*"Jadi ... apa rencana lo setelah ini, Ron?" Kairo bertanya, setelah kembali dari menumbangkan ego dan emosi Damar beberapa jam lalu.Kini, mereka sudah berada di cafe seberang rumah sakit, meninggalkan Aika yang kini tengah beristirahat di ruangan Bunda Karina.Tadi, saat membawa Aika pergi menjauh dari Damar, Aaron memang berpapasan dengan Bunda Karina. Langsung saja, mertua Aika itu menyuruh Aaron membawa sang menantu ke ruangannya. Lalu memanggil psikiater secara pribadi.Aaron tidak bisa menceritakan detail apa yang Dokter Karina dan Dokter psikiater itu lakukan pada adiknya. Karena saat itu dia menunggu di luar ruangan sembari menunggu kabar dari Kairo.Semoga Damar tidak berulah lagi setelah ini.Seusai sesi bersama Dokter Psikiater, ternyata Aika langsung tertidur nyenyak di ruangan mertuanya. Itulah kenapa, para pria ini pun memilih tak mengganggunya dan menjauh sejenak untuk bicar
Mas Bos 129*Happy Reading*"Abang?" Aika menghampiri Aaron, yang saat ini tengah duduk termangu di depan ruang rawat Novia."Kok Abang di luar? Gak di dalam nemenin Novia?" cecarnya lagi, sesampainya dihadapan sang kakak.Bukannya menjawab, Aaron malah melihat Aika dengan gusar sambil beberapa kali melirik arah pintu ruangan Novia, seperti ada yang ditakutkan pria itu.Ada apa, sih?"Abang, ih! Ditanya juga. Bukannya jawab malah main lirik-lirikan. Ada siapa, sih? Perawat semoks, ya?" kelakar Aika tanpa curiga."Bukan. Itu ... itu ... Kamu ... kok ke sini? Gak kerja?" jawab Aaron kemudian. tidak nyambung sama sekali."Dih! Abang lupa atau gimana? Aika kan udah pensiun dini, Bang. Lebih tepatnya dipaksa pensiun sama Mas Bos," cebik Aika masih tanpa curiga, sambil melirik Kairo yang setia berdiri dibelakangnya."Eh, iya ya. Abang lupa." Aaron tertawa dipaksakan.Aneh! Ada apa sih