“Aduh! Tangan gue! Sakit Aika. Lo pikir gue koper traveler pake diseret-seret segala!” hardik Bianca kesal. Seraya menghela tangan Aika, yang terus saja menyeretnya tanpa ampun.
Asem bener emang nih, cewek! Udah gagalin Bianca dapet duit tambahan. Eh, sekarang Bianca diseret tak
Sepanjang hari, Bianca dengan setia menjaga Aika, sambil membisikkan nama orang yang ada di divisi mereka.Sekalipun keberadaan Aika membuatnya mengawali hari dengan kesialan luar biasa. Namun Bianca sadar. Aika adalah amanah untuknya, jika ingin terus bekerja di perusahaan besar ini. Kok, ngenes ya bacanya. Kek gak ada yang bisa Bianca banggakan gitu di sini. Tapi, itu memang kenyatannya. Tanpa adanya Aika pekerjaannya akan terasa menyesakan.Jelas saja, Aika gak ada, alamat lembur mulu Bianca saban hari. Rodi, kerja bagai kuda tanpa tahu hari.
“Bos, bisa fokus dengan berkas ini dulu?” tanya Alvaro yang mengambil tempat makan Kairo agar dapat disimpan.“Kembalikan sekarang juga!” desis Kairo tak suka.Alvaro pun buru-buru meletakkan tempat makan itu di tempat semula. Ia tak mau sampai kehilangan pekerjaannya hanya karena sebuah baperware.Pria itu lalu menghela napas panjang, sepanjang hari atasannya terus menerus memandangi wadah berwarna biru laut itu.Sialan! Tuh kotak makan isinya apaan, sih? Semar mesem, ya? Buktinya, Bosnya dari tadi mesem-mesem melulu. Seperti orang tidak waras saja.
Aika turun dari mobil Kairo begitu saja. Masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa. Bahkan dia sampai lupa mengucapkan salam, ataupun menyapa Mama Desi yang sedang asyik menonton sinetron kesayangannya. Tentu saja, melihat itu, mau tak mau kening Mama Desi bertaut dalam. Baik Aika yang lugu atau Aika yang gesrek. Dari dulu tak pernah lupa akan hal penting itu. Lalu, apa gerangan yang membuat Aika sampai seperti itu hari ini? Tak hanya sampai di sana. Sesaat kemudian, Mama Desi juga mendengar dengan jelas, suara pintu ditutup keras, dari kamar Aika. Tentu saja, jiwa kepo Mama Desi pun auto terpanggil seketika. Lalu Mama Desi pun berubah menjadi detektif abal-abal setelahnya. Namun, alih-alih mengejar Aika ke dalam kamarnya, Mama
“Nak Kairo!” panggil Mama Desi ketika melihat Kairo sudah berbalik menuju rumahnya.Seketika Kairo menghentikan langkah dan memutar kembali tubuhnya, saat mendengar seruan itu.“Iya, Ma.” Kairo melihat Mama Desi berlarian ke arahnya dengan tergesa
Eh, kok pintu rumah terbuka. Jangan-jangan tukang angkut barang lupa nggak ngunci pintu. Atau rumahnya baru saja disambangi maling!Wah! Nyari mati tuh maling!Kairo pun buru-buru masuk, hendak melihat apa saja yang sudah digasak maling tersebut. Namun, langkahnya sontak menyurut drastis. Saat mendapati dua pasang mata yang langsung menatapnya ketika baru saja muncul di ambang pintu. Satu tatapan bengis dan yang lain tatapan menilai. Kairo meneguk saliva kelat tanpa sadar.“Bunda, Daddy. Ada apa ke sini?”
“Abang! Bang! Buruan mandinya! Masa’ anak cowok mandi sampai satu jam? Emangnya Abang pakai luluran dan maskeran segala?” teriak Bunda Karina yang menggedor pintu. Kairo pun langsung berlonjak kaget di tempatnya. Ada apa? Di mana ini? “Abang! Bang!” seru Karina semakin keras. Kairo memang terbangun dengan kebingungan, ketika menyadari tidak sedang tidur di tempat biasanya. Namun, gedoran di pintu membuat otaknya bekerja dengan lebih cepat, dan akhirnya jadi ingat sekarang sedang ada di rumah barunya. “Iya, Bun. Abang bentar lagi keluar,” balas Kairo yang buru-buru bangun untuk membuka pintu.
“Aika, tunggu!” Kairo mencekal lengan Aika. Setelah berhasil mengejar langkah istrinya, yang baru saja hendak menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya.“Lepasin!” Aika menghentak tangan Kairo dengan kasar, hingga terlepas.Namun tidak lama setelahnya, Kairo pun kembali mencekal tangan istrinya dengan lebih kuat.“Lepasin, Kak!” Aika berontak.“Tapi kita harus bicara Aika.”“Gak mau! Aika
“Kenapa harus saya?”“Karena kehadiran Kamu tepat di saat saya hampir menyerah.”“Jadi Aika udah gak bisa nolak lagi, Mah?”“Udah terima aja Aika, mumpung ada yang mau sama Kamu.”“Cie yang udah gak jo
Akhirnya, setelah lima jam berlalu. Aika pun sadar dari pengaruh obat biusnya. Semua orang langsung bersuka cita menyambutnya."Alhamdulilah ya Allah .... kamu sudah siuman, Nak," seru Mama Desi dengan gembira, seraya menciumi wajah Aika."Mamah, Mas Bos ....""Saya di sini," sela Kairo cepat, kala tahu Aika sedang mencarinya.Pria itu lalu mengambil tempat dibagian lain tempat tidur, seberangnya Mama Desi yang pastinya tidak ingin digantikan."Hai, honey. How do you feel?" sapa Kairo dengan sayang. Membelai dan mencium kening Aika lembut."Mas Bos, bayi kita ... mana?" lirihnya kemudian, meminta keyakinan pada sang suami tentang kondisi anaknya.Seketika senyum suka cita di ruangan itupun berganti dengan senyum sumir disertai sendu yang membayang. Mereka tidak tega memberitahukan kenyataan sebenarnya pada Aika."Ada. Mereka ada kok. Sedang di ruangan bayi." Kairo berusaha menjawab setegar mungkin.
*Happy Reading*Kairo menjatuhkan diri dengan sembarang di sebelah Aika, sambil mengusap kasar wajahnya yang penuh dengan peluh."Sudah puas?" tanya Kairo kemudian, melirik Aika yang tersenyum lebar dan langsung mengangguk cepat seraya memperlihatkan salah satu ibu jarinya ke hadapan wajah sang suami. Sementara tangan satunya lagi, memegang plastik bening berisi es sirup yang biasa dijual di pinggir jalan.Wanita satu ini, sejak hamil memang makin doyan jajan di pinggir jalan. Entah itu cilor, cilok, cilung, atau ci-ci yang lain. Pokoknya selama bentukannya jajanan dan adanya di pinggir jalan, pasti langsung dia borong.Kairo bahkan sudah lelah mendakwahi Aika tentang pentingnya gizi seimbang untuk triplet. Tapi, namanya bumil bebal, bisanya cuma manggut-manggut doang kek burung beo. Setelah itu, back to jajanan lagi tanpa merasa berdosa.Ah, Kairo hanya bisa pasrah."Mas Bos memang suami dan calon papa yang keren. Minum dulu Mas
Epilog*Happy reading*Kehamilan Aika bukan hanya menjadi kabar bahagia untuk Kairo seorang. Tetapi dua keluarga besar dan para pembaca novel ini yang memang tahu pasti perjuangan dua pasangan ini.Terima kasih sudah setia dengan mereka, ya? Terima kasih juga selalu mendukung dan memberikan suport pada author. Semoga kalian selalu sehat dan berkah berlimpah.Saat awal Kairo memberikan kabar kehamilan pada Mama Desi. Mama Desi pun langsung sujud syukur, setelah itu lari ke depan rumah demi menghentikan pedagang yang lewat dan memborong. Mama Desi mengadakan pengajian dadakan malam itu juga.Sementara Bunda Karina, langsung menyabotase acara Ken yang harusnya spesial untuk Rara seorang, jadi syukuran untuk kehamilan Aika.Tentu saja, Ken sempat merajuk awalnya. Namun, tidak berlangsung lama. Karena Rara akhirnya mau memberi kesempatan pada Dokter Obygn itu, dan bersedia membuka hatinya kembali untuk menerima cinta yang baru.&
Mas Bos 134*Happy Reading*Brak!"Aika?!"Sesampainya di Apartemen. Kairo langsung berseru mencari keberadaan Aika. Bahkan, tanpa sadar membanting pintu tadi."Aika?! Kamu di mana?!" Kairo berseru lagi, saat belum mendapatkan jawaban dari sang istri."Aik--" Seruan Kairo pun seketika terhenti di udara, saat membuka pintu kamar, langsung menemukan Aika sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membenamkan wajah pada lipatan kakinya.Tidak tahu bagaimana tampang Aika sekarang. Yang jelas, Aika masih memakai baju tidur yang semalam, dan rambutnya pun masih terlihat acak-acakan seperti yang terakhir Kairo lihat saat pagi.Apa itu artinya Aika tidur lagi setelah Kairo pergi dan baru bangun? Sesiang ini? Berarti, wanita ini pasti belum mandi. Tapi kata Al ....Terserah saja. Saat ini, mengetahui kondisi Aika itu lebih penting. Namun, Kairo cukup lega melihat Aika baik-baik saja, tidak terlu
Mas Bos 133*Happy Reading*"Terima kasih untuk waktunya, Pak Kairo. Semoga kerja sama kita berjalan lancar.""Sama-sama, Bu. Itu juga yang menjadi harapan saya." Tanpa rasa curiga, Kairo menyambut uluran tangan rekan bisnisnya, yang baru saja mencapai kata deal untuk proyek baru mereka.Degh!Sedetik kemudian perasaan jengah pun langsung hadir, saat merasakan sebuah kode dari jabatan itu yang dilakukan wanita di depannya saat ini.Perlahan tapi pasti, Kairo segera melerai tautan tangan mereka."Bagaimana kalau setelah ini kita makan malam bersama, untuk merayakan kerja sama kita? Kebetulan jadwal saya sudah kosong dan katanya ada restauran baru buka di hotel dekat ini. Bagaimana? Anda mau kan?" Kode kedua sudah dilancarkan kembali.Kairo hanya tersenyum simpul sebelum berkata, "Terima kasih untuk undangannya. Tapi Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Kebetulan setelah ini saya ada janji dengan istri saya." 
Mas Bos 132*Happy Reading*Brak!Kairo dan Alvaro sontak berjengit kaget. Saat tiba-tiba saja pintu ruangan itu di buka kasar dari luar. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Aika, yang kabur dari kejaran Mama Desi akibat bikin konser dadakan di kamarnya.Kenapa sih, pada gak bisa banget liat Aika seneng dikit? Padahal dia kan cuma butuh hiburan saja. Dikata gak mumet apa harus dengerin nyinyiran orang selama ini?"Mas Bos Aika numpang tidur, ya? ucap Aika kemudian, seraya berlalu begitu saja ke arah kamar yang memang ada di sana. Tempat biasa Kairo tidur sejenak jika terlalu lelah.Tak ayal, kening Kairo pun berlipat dalam melihat kelakuan Aika barusan. Sudah datang bikin kaget orang, belum minta maaf udah main nyelonong saja. Ada apa dengan wanita itu?"Pak, haruskah saya batalkan meeting kita siang ini?" Seakan paham dengan situasi sang bos, Alvaro pun memberikan penawaran."Tidak usah. Kamu siapkan saja apa yang dib
Mas Bos 131*Happy Reading*"Eh, itu bukannya anaknya Jeng Desi yang waktu itu Nikah dadakan, ya?""Oh ... yang dulu dikira hamil duluan, makanya dinikahin dadakan. Eh, ternyata malah gak bisa punya anak, ya, katanya!""Eh, masa? Maksudnya mandul, gitu?""Katanya, sih! Buktinya sampai sekarang belum keliatan bawa anak, tuh!""Wah! Kasian, ya? Padahal suaminya ganteng, lho! Bule, kalem, baik lagi. Duh saya tawarin anak gadis saya, mau gak ya?""Tawarin aja, Jeng. Siapa tahu jodoh? Kasian orang ganteng gitu harus putus keturunannya gara-gara anaknya Jeng Desi."Aika mengeram kesal saat baru saja memasuki gerbang rumah ibunya. Tiba-tiba mendengar celetukan ibu-ibu yang sedang beli bakso keliling, yang saat mangkal tak jauh dari rumahnya.Aika pun mengurungkan langkahnya, putar balik dan menghampiri ibu-ibu yang tadi menggosipkannya, kemudian ...."Tuhan mereka. Sedang berghibah. Jaga mereka, lindungi mereka. Ja
Mas Bos 130*Happy Reading*"Jadi ... apa rencana lo setelah ini, Ron?" Kairo bertanya, setelah kembali dari menumbangkan ego dan emosi Damar beberapa jam lalu.Kini, mereka sudah berada di cafe seberang rumah sakit, meninggalkan Aika yang kini tengah beristirahat di ruangan Bunda Karina.Tadi, saat membawa Aika pergi menjauh dari Damar, Aaron memang berpapasan dengan Bunda Karina. Langsung saja, mertua Aika itu menyuruh Aaron membawa sang menantu ke ruangannya. Lalu memanggil psikiater secara pribadi.Aaron tidak bisa menceritakan detail apa yang Dokter Karina dan Dokter psikiater itu lakukan pada adiknya. Karena saat itu dia menunggu di luar ruangan sembari menunggu kabar dari Kairo.Semoga Damar tidak berulah lagi setelah ini.Seusai sesi bersama Dokter Psikiater, ternyata Aika langsung tertidur nyenyak di ruangan mertuanya. Itulah kenapa, para pria ini pun memilih tak mengganggunya dan menjauh sejenak untuk bicar
Mas Bos 129*Happy Reading*"Abang?" Aika menghampiri Aaron, yang saat ini tengah duduk termangu di depan ruang rawat Novia."Kok Abang di luar? Gak di dalam nemenin Novia?" cecarnya lagi, sesampainya dihadapan sang kakak.Bukannya menjawab, Aaron malah melihat Aika dengan gusar sambil beberapa kali melirik arah pintu ruangan Novia, seperti ada yang ditakutkan pria itu.Ada apa, sih?"Abang, ih! Ditanya juga. Bukannya jawab malah main lirik-lirikan. Ada siapa, sih? Perawat semoks, ya?" kelakar Aika tanpa curiga."Bukan. Itu ... itu ... Kamu ... kok ke sini? Gak kerja?" jawab Aaron kemudian. tidak nyambung sama sekali."Dih! Abang lupa atau gimana? Aika kan udah pensiun dini, Bang. Lebih tepatnya dipaksa pensiun sama Mas Bos," cebik Aika masih tanpa curiga, sambil melirik Kairo yang setia berdiri dibelakangnya."Eh, iya ya. Abang lupa." Aaron tertawa dipaksakan.Aneh! Ada apa sih