“Ka? Ada Kairo, nih. Datang mau jenguk Kamu!” teriak Aaron setelahnya.
“Iya, Aika turun.” Terdengar sahutan dari Aika dari arah kamarnya, yang entah mengapa, malah membuat jantung Kairo berdetak cepat karenanya.
“Eh, Kak Kairo. Selamat malam, Kak,” sapa Aika riang. Kini sudah mau menyapa Kairo tanpa adanya rasa takut lagi, bahkan sudah mau menampilkan senyumnya.
Tidak. Sebenarnya, kalau boleh jujur. Aika masih sangat takut pada orang asing. Apalagi orang asing itu adalah seorang pria, Aika takut sekali.
Akan tetapi, mama dan papanya terus meyakinkannya, kalau Kairo ini bukan orang jahat. Bahkan sangat baik pada keluarga mereka saat ini.
Poin plusnya, Kairo ini teman kuliah kakaknya. Yang memang sering main ke rumah
Aika langsung terkesiap. Saat merasa sebuah tangan menyentuh pundaknya begitu saja. ia pun langsung menoleh dengan cepat, kemudian menemukan Mama Desi ternyata pelakunya. Sambil menatapnya penuh selidik. “Ma..ma?” Namun anehnya, Aika malah tergagap di tempat. Wanita itu gusar, seperti baru saja tercyduk sedang melakukan hal salah oleh Mama Desi. Mengintip, misal. Akan tetapi, memang itulah yang sebenarnya tengah Aika lakukan saat ini. Dia memang.... BRUM! Kemudian sebuah suara mesin mobil pun mengiterupsi mereka. Membuat dua wanita beda usia itu langsung melirik keluar jendela. Tak lama setelahnya, senyum penuh arti pun tersunggi
“Kakak nggak punya keluarga, ya? Kok, tiap malam ikut makan di rumah Aika?” ucap Aika ketika membuka pintu. Menyambut pria yang lagi-lagi menumpang makan di rumahnya.Heran, katanya pria ini orang kaya. Tapi, kenapa selalu numpang makan di rumahnya, seperti tidak bisa beli makanan sendiri saja.Ngerepotin banget, tahu nggak?Semen
“Al, Kamu hubungi pemilik rumah ini. Usahakan membeli rumah ini. Bagaimana pun caranya, Kamu harus berhasil!” perintah Kairo tegas, seraya menyerahkan secarik kertas pada sekretarisnya. Dahi Alvaro sempat berkerut, tapi kembali bisa menguasai diri secepat mungkin. Karena bisa mencerna cepat titah bosnya ini. Kairo merasa sangat puas, ketika Alvaro akhirnya membungkukkan badan sebelum keluar. Alvaro memang sekretaris yang luar biasa. Sepertinya, pria itu berhak mendapat bonus tambahan bulan ini. Ya, itulah rencana lain yang akan Kairo jalani setelah ini, untuk membayangi istrinya agar terbiasa dengan dirinya lagi. Mari kita sebut ini sebagai rencana B. Oke! Sekarang rencana B sudah
“Bang, Bunda sudah diskusi sama Daddy. Soal masalah Kamu dan Aika,” ucap Bunda Karina tiba-tiba. Di sela acara sarapan mereka. Eh? “Kami memutuskan. Akan mengakhiri semuanya.” Maksudnya apa? Apa yang mau diakhiri, Bun? Pernikahannya dengan Aika? Atau apa? “Nggak, Bunda. Abang gak mau!” tolak Kairo tegas. “Loh, kok gak mau? Ini ‘kan buat kebaikan kalian berdua?” Bunda Karina
“Mbak Dety?”“Iya, Mbak Dety, atasan kita,” jawab Bianca di sela-sela kegiatan mengunyah.Aika sampai mengernyit melihat tingkah wanita yang tidak tahu malu itu. Nggak ada jaim-jaimnya di depan pria yang disukai dan keluarganya.Benarkah Aika bersahabat dengan wanita seperti ini?“Lo nggak makan? Diet? Sayang banget, makanan sebanyak ini sampai nggak dihabisin,” lanjut Bianca setelah meraih seekor ikan bakar madu.
“Abang angkat?” tanya Bianca dengan nada tinggi, dan mata membulat sempurna. Tak berapa lama setelahnya, wanita itu tertawa so hard. Aika berjengit kaget. Lalu semakin menempel pada Papa Heru. Wanita ini kumat, pasti! “Pah, Sepertinya Aika harus berpikir ulang lagi deh soal ngantor. Soalnya, wanita itu gila! Aika takut, ah,” bisik Aika pada Papa Heru, yang ternyata masih bisa didengar Bianca. Sontak saja, tawa gadis itu pun hilang. Berganti dengan tatapan galak pada Aika. “Lu kali yang gila!” bala
Mata Kairo hampir memejam, ketika mendengar dering panggilan yang tak juga berhenti. Tangannya meraih HP yang ada di nakas dengan malas. Namun kantuk pun lenyap saat membaca nama Aaron, tertera di sana. Buru-buru diangkatnya panggilan itu, dengan perasaan was-was luar biasa. “Halo, Ron. Kenapa dengan Aika? Apa dia pingsan lagi?” Kairo sudah membayangkan berbagai hal buruk terjadi pada istrinya, dan merasa panik tanpa sebab yang jelas. Sepertinya, dia mulai terpengaruh sikap lebai Aika. “Slow, Bro!” sahutan Aaro
“Kampret, Lu!” Maki Kairo pelan. Takut disentil Mama Desi, kalau ketahuan mengumpat.Sahabatnya itu hanya nyengir kuda medengar protes Kairo. Kairo langsung masuk mendahului Aaron, sambil mengdengus mirip banteng.“Sorry, Bro. Anggap saja stimulasi menghadapi bencana,” ujar Aaron dengan nada geli minta ditonjok.“Memangnya merapi mau meletus? Kok, pakai stimulasi segala? Bukannya jauh ya dari tempat tinggal kita?” tanya Aika yang muncul da
Akhirnya, setelah lima jam berlalu. Aika pun sadar dari pengaruh obat biusnya. Semua orang langsung bersuka cita menyambutnya."Alhamdulilah ya Allah .... kamu sudah siuman, Nak," seru Mama Desi dengan gembira, seraya menciumi wajah Aika."Mamah, Mas Bos ....""Saya di sini," sela Kairo cepat, kala tahu Aika sedang mencarinya.Pria itu lalu mengambil tempat dibagian lain tempat tidur, seberangnya Mama Desi yang pastinya tidak ingin digantikan."Hai, honey. How do you feel?" sapa Kairo dengan sayang. Membelai dan mencium kening Aika lembut."Mas Bos, bayi kita ... mana?" lirihnya kemudian, meminta keyakinan pada sang suami tentang kondisi anaknya.Seketika senyum suka cita di ruangan itupun berganti dengan senyum sumir disertai sendu yang membayang. Mereka tidak tega memberitahukan kenyataan sebenarnya pada Aika."Ada. Mereka ada kok. Sedang di ruangan bayi." Kairo berusaha menjawab setegar mungkin.
*Happy Reading*Kairo menjatuhkan diri dengan sembarang di sebelah Aika, sambil mengusap kasar wajahnya yang penuh dengan peluh."Sudah puas?" tanya Kairo kemudian, melirik Aika yang tersenyum lebar dan langsung mengangguk cepat seraya memperlihatkan salah satu ibu jarinya ke hadapan wajah sang suami. Sementara tangan satunya lagi, memegang plastik bening berisi es sirup yang biasa dijual di pinggir jalan.Wanita satu ini, sejak hamil memang makin doyan jajan di pinggir jalan. Entah itu cilor, cilok, cilung, atau ci-ci yang lain. Pokoknya selama bentukannya jajanan dan adanya di pinggir jalan, pasti langsung dia borong.Kairo bahkan sudah lelah mendakwahi Aika tentang pentingnya gizi seimbang untuk triplet. Tapi, namanya bumil bebal, bisanya cuma manggut-manggut doang kek burung beo. Setelah itu, back to jajanan lagi tanpa merasa berdosa.Ah, Kairo hanya bisa pasrah."Mas Bos memang suami dan calon papa yang keren. Minum dulu Mas
Epilog*Happy reading*Kehamilan Aika bukan hanya menjadi kabar bahagia untuk Kairo seorang. Tetapi dua keluarga besar dan para pembaca novel ini yang memang tahu pasti perjuangan dua pasangan ini.Terima kasih sudah setia dengan mereka, ya? Terima kasih juga selalu mendukung dan memberikan suport pada author. Semoga kalian selalu sehat dan berkah berlimpah.Saat awal Kairo memberikan kabar kehamilan pada Mama Desi. Mama Desi pun langsung sujud syukur, setelah itu lari ke depan rumah demi menghentikan pedagang yang lewat dan memborong. Mama Desi mengadakan pengajian dadakan malam itu juga.Sementara Bunda Karina, langsung menyabotase acara Ken yang harusnya spesial untuk Rara seorang, jadi syukuran untuk kehamilan Aika.Tentu saja, Ken sempat merajuk awalnya. Namun, tidak berlangsung lama. Karena Rara akhirnya mau memberi kesempatan pada Dokter Obygn itu, dan bersedia membuka hatinya kembali untuk menerima cinta yang baru.&
Mas Bos 134*Happy Reading*Brak!"Aika?!"Sesampainya di Apartemen. Kairo langsung berseru mencari keberadaan Aika. Bahkan, tanpa sadar membanting pintu tadi."Aika?! Kamu di mana?!" Kairo berseru lagi, saat belum mendapatkan jawaban dari sang istri."Aik--" Seruan Kairo pun seketika terhenti di udara, saat membuka pintu kamar, langsung menemukan Aika sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membenamkan wajah pada lipatan kakinya.Tidak tahu bagaimana tampang Aika sekarang. Yang jelas, Aika masih memakai baju tidur yang semalam, dan rambutnya pun masih terlihat acak-acakan seperti yang terakhir Kairo lihat saat pagi.Apa itu artinya Aika tidur lagi setelah Kairo pergi dan baru bangun? Sesiang ini? Berarti, wanita ini pasti belum mandi. Tapi kata Al ....Terserah saja. Saat ini, mengetahui kondisi Aika itu lebih penting. Namun, Kairo cukup lega melihat Aika baik-baik saja, tidak terlu
Mas Bos 133*Happy Reading*"Terima kasih untuk waktunya, Pak Kairo. Semoga kerja sama kita berjalan lancar.""Sama-sama, Bu. Itu juga yang menjadi harapan saya." Tanpa rasa curiga, Kairo menyambut uluran tangan rekan bisnisnya, yang baru saja mencapai kata deal untuk proyek baru mereka.Degh!Sedetik kemudian perasaan jengah pun langsung hadir, saat merasakan sebuah kode dari jabatan itu yang dilakukan wanita di depannya saat ini.Perlahan tapi pasti, Kairo segera melerai tautan tangan mereka."Bagaimana kalau setelah ini kita makan malam bersama, untuk merayakan kerja sama kita? Kebetulan jadwal saya sudah kosong dan katanya ada restauran baru buka di hotel dekat ini. Bagaimana? Anda mau kan?" Kode kedua sudah dilancarkan kembali.Kairo hanya tersenyum simpul sebelum berkata, "Terima kasih untuk undangannya. Tapi Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Kebetulan setelah ini saya ada janji dengan istri saya." 
Mas Bos 132*Happy Reading*Brak!Kairo dan Alvaro sontak berjengit kaget. Saat tiba-tiba saja pintu ruangan itu di buka kasar dari luar. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Aika, yang kabur dari kejaran Mama Desi akibat bikin konser dadakan di kamarnya.Kenapa sih, pada gak bisa banget liat Aika seneng dikit? Padahal dia kan cuma butuh hiburan saja. Dikata gak mumet apa harus dengerin nyinyiran orang selama ini?"Mas Bos Aika numpang tidur, ya? ucap Aika kemudian, seraya berlalu begitu saja ke arah kamar yang memang ada di sana. Tempat biasa Kairo tidur sejenak jika terlalu lelah.Tak ayal, kening Kairo pun berlipat dalam melihat kelakuan Aika barusan. Sudah datang bikin kaget orang, belum minta maaf udah main nyelonong saja. Ada apa dengan wanita itu?"Pak, haruskah saya batalkan meeting kita siang ini?" Seakan paham dengan situasi sang bos, Alvaro pun memberikan penawaran."Tidak usah. Kamu siapkan saja apa yang dib
Mas Bos 131*Happy Reading*"Eh, itu bukannya anaknya Jeng Desi yang waktu itu Nikah dadakan, ya?""Oh ... yang dulu dikira hamil duluan, makanya dinikahin dadakan. Eh, ternyata malah gak bisa punya anak, ya, katanya!""Eh, masa? Maksudnya mandul, gitu?""Katanya, sih! Buktinya sampai sekarang belum keliatan bawa anak, tuh!""Wah! Kasian, ya? Padahal suaminya ganteng, lho! Bule, kalem, baik lagi. Duh saya tawarin anak gadis saya, mau gak ya?""Tawarin aja, Jeng. Siapa tahu jodoh? Kasian orang ganteng gitu harus putus keturunannya gara-gara anaknya Jeng Desi."Aika mengeram kesal saat baru saja memasuki gerbang rumah ibunya. Tiba-tiba mendengar celetukan ibu-ibu yang sedang beli bakso keliling, yang saat mangkal tak jauh dari rumahnya.Aika pun mengurungkan langkahnya, putar balik dan menghampiri ibu-ibu yang tadi menggosipkannya, kemudian ...."Tuhan mereka. Sedang berghibah. Jaga mereka, lindungi mereka. Ja
Mas Bos 130*Happy Reading*"Jadi ... apa rencana lo setelah ini, Ron?" Kairo bertanya, setelah kembali dari menumbangkan ego dan emosi Damar beberapa jam lalu.Kini, mereka sudah berada di cafe seberang rumah sakit, meninggalkan Aika yang kini tengah beristirahat di ruangan Bunda Karina.Tadi, saat membawa Aika pergi menjauh dari Damar, Aaron memang berpapasan dengan Bunda Karina. Langsung saja, mertua Aika itu menyuruh Aaron membawa sang menantu ke ruangannya. Lalu memanggil psikiater secara pribadi.Aaron tidak bisa menceritakan detail apa yang Dokter Karina dan Dokter psikiater itu lakukan pada adiknya. Karena saat itu dia menunggu di luar ruangan sembari menunggu kabar dari Kairo.Semoga Damar tidak berulah lagi setelah ini.Seusai sesi bersama Dokter Psikiater, ternyata Aika langsung tertidur nyenyak di ruangan mertuanya. Itulah kenapa, para pria ini pun memilih tak mengganggunya dan menjauh sejenak untuk bicar
Mas Bos 129*Happy Reading*"Abang?" Aika menghampiri Aaron, yang saat ini tengah duduk termangu di depan ruang rawat Novia."Kok Abang di luar? Gak di dalam nemenin Novia?" cecarnya lagi, sesampainya dihadapan sang kakak.Bukannya menjawab, Aaron malah melihat Aika dengan gusar sambil beberapa kali melirik arah pintu ruangan Novia, seperti ada yang ditakutkan pria itu.Ada apa, sih?"Abang, ih! Ditanya juga. Bukannya jawab malah main lirik-lirikan. Ada siapa, sih? Perawat semoks, ya?" kelakar Aika tanpa curiga."Bukan. Itu ... itu ... Kamu ... kok ke sini? Gak kerja?" jawab Aaron kemudian. tidak nyambung sama sekali."Dih! Abang lupa atau gimana? Aika kan udah pensiun dini, Bang. Lebih tepatnya dipaksa pensiun sama Mas Bos," cebik Aika masih tanpa curiga, sambil melirik Kairo yang setia berdiri dibelakangnya."Eh, iya ya. Abang lupa." Aaron tertawa dipaksakan.Aneh! Ada apa sih