"Menunduk!" Ampy Ang menekan punggung Li Lin dengan tangan kecilnya. Wuuuush! Sebuah batu sebesar kepalan tangan melayang di atas mereka. Kemudian itu mengenai tiang dan terjatuh. Sekelompok orang mendatangi Li Lin dengan raut wajah tak senang. Mereka adalah orang-orang dari Keluarga Ling. Tuan Muda Keluarga Ling, Pang Ling menatap Li Lin dengan tatapan mengintimidasi. Dia berkacak pinggang sembari berkata kasar kepadanya. "Cepat, panggil ayahmu! Kita tidak akan menang melawan mereka," ucap Ampy Ang berbisik sembari menarik-narik ujung baju Li Lin. Keluarga Ling dipimpin oleh seorang pria tua bernama Bal Ling. Kakek tua itu memiliki dua anak, yang pertama adalah Ma Ling dan yang ke dua adalah Dar Ling. Pang Ling adalah anak pertama Dar Ling. Dia berumur 13 tahun, dan tingkat kultivasinya telah mencapai tingkat pendekar tahap keenam. Pang Ling melirik ke Ampy Ang, lalu dia tersenyum simpul. "Gadis kecil yang menawan," gumamnya. Li Lin meluruskan tangannya ke samping menghalangi
Setelah Renggin Ang menyadari bahwa adiknya diculik oleh seseorang, dia segera mengabarkannya kepada Bersa Lin. Namun, ternyata Bersa Lin juga menghilang."Di mana Ayah?!" teriak Li Lin kepada para pengawalnya. Akan tetapi para pengawalnya diam seribu bahasa."Ke mana Paman Lin?" tanya Renggin Ang menghampiri Li Lin."Entahlah ... beliau menghilang sejak tadi malam. Aku tidur terlalu pulas."Kemudian Li Lin tampak mencari sosok gadis kecil yang selalu bersama Renggin Ang."Di mana Ampy Ang? Jangan-jangan ...""Benar, adikku juga menghilang," sahut Renggin Ang. "Seseorang telah menggunakan teknik angin penyejuk untuk membuat tidur kita terlelap pulas.""Tapi, ayahku tidak mungkin dengan mudah terpengaruh oleh teknik itu."Braaak!Tiba-tiba seseorang mendobrak pintu gerbang kediaman. Tampak seorang pria paruh baya yang dicari-cari Li Lin sendari tadi."Ayah ...!""Beberapa pengawal, ikut aku ke Kediaman Ling, sekarang!" seru Bersa Lin dengan raut wajah cemas."Ayah, apa yang terjadi?" ta
Zeng ... zeng ... zeng.Suara monster lalat berdengung memekikan telinga Ampy Ang. Titik lemahnya berada di kedua matanya.Monster lalat itu terbang mengelilingi Ampy Ang dengan mengeluarkan serangan seribu bakteri.Cuap ... cuap ... cuap.Kerumunan bakteri bersatu menyerang Ampy Ang."Tembakan telunjuk halilintar!" Gadis kecil itu berlari dan berguling di tanah sembari menghabisi serbuan gerombolan bakteri.Pyu ... pyu ... bzzzzt ....Setiap tembakan, mengeluarkan sengatan halilintar yang bisa menghabisi seratus bakteri. Sayangnya ribuan bakteri terus bertambah tanpa henti membuat Ampy Ang kesulitan.Di saat genting, tiba-tiba Ampy Ang merasakan kehadiran segerombol orang. Mereka berjumlah sekitar lima orang dengan membawa satu tawanan anak perempuan di dalam sangkar besi. Ternyata mereka adalah para bandit yang sedang menjajah mencari mangsa.Tanpa pikir panjang, Ampy Ang berlari melewati segerombol orang itu, lalu bersembunyi di bawah tumpukan daun pisang yang sudah mengering."Hos
"Lihatlah! Dia terlihat sangat frustasi," tunjuk salah satu anggota Keluarga Ang ke arah Renggin Ang. "Orangtuanya meninggal dan sekarang adiknya menghilang. Mati adalah keputusan yang tepat untuk seorang sampah daripada menjadi beban hidup orang lain. Hahaha.""Hahaha." Renggin Ang mengikuti tawa mereka. "Kalian lihat saja nanti. Aku akan membuat kalian takjub," gumamnya tersenyum bangga."Ckck. Tampaknya anak itu menjadi gila sejak kehilangan adiknya," celoteh Sembar Ang."Kak Renggin, turunlah! Kau tidak boleh mati!" teriak Beru Ang. "Jika suatu saat nanti Ampy Ang kembali, dia akan mengutukmu.Renggin Ang menghampiri Beru Ang dengan melempar tubuhnya dari atap."Wah, gila! Dia benar-benar melompat," ucap Sembar Ang menyaksikannya dengan seksama."Tidaaak! Kak Renggin!" Beru Ang hampir menangis."Perisai peang penjol cangkang keong!"Muncul lapisan berbentuk lonjong seperti cangkang keong menahan benturan dan membuat Renggin Ang mendarat ke tanah dengan mulus.Anak itu mendekati Ber
"Kau harus melakukan serangan balik sebelum batu itu jatuh menghantammu, Renggin Ang. Perisaimu melemah karena adanya formasi pilar batu yang dibuat oleh Bara Ang," terang Meriy Ang tiba-tiba muncul.Renggin Ang teringat dengan adik mungilnya yang pandai membuat taktik. Namun, mulai sekarang dia harus membiasakan diri untuk mengandalkan dirinya sendiri."Fiuuuuuuh!" Hembusan napasnya mengalir panjang. "Pedang angin!" Renggin Ang mengumpulkan energi angin dengan kekuatan spiritualnya. Sebuah pedang angin yang besar berada di atas kepalanya, sebesar batu asteroid yang dihantamkan ke arahnya.PRAAAANK!Perisai milik Renggin Ang hancur."Teknik angin bergoyang! Tebasan pedang angin!"Renggin Ang melenggak lenggokkan tangannya mengontrol sang pedangan angin dengan teknik angin bergoyang."Heaaaaat!"Syuuut ... syut ... syuut.Anak itu melompat, lalu menebas hantaman batu asteroid hingga hancur berkeping-keping. "Apa!" Bara Ang terkejut.Renggin Ang yang masih dalam posisi melayang, mengel
Renggin Ang berlari menghampiri Bara Ang. "Kakak tertua, apa kau baik-baik saja?" Dia membantunya bangun dan memapahnya.Wajah Bara Ang tampak murka. Matanya melotot, bibirnya mengantup, sembari mengepalkan tangan, dia berbalik mendekati pemuda yang memukulnya. Kemudian Bara Ang langsung melesatkan kepalan tangan ke wajah pemuda itu.Namun, pukulan Bara Ang dapat ditangkis dengan mudah. Lalu, pemuda itu memukul mundur Bara Ang dengan auman harimau.ROAR!Bugh!Hempasan yang begitu kuat membuat sebagian organ dalam Bara Ang terluka hingga memuntahkan darah. Renggin Ang melompat untuk menangkapnya agar Bara Ang tidak terbentur."Sial! Ternyata dia sudah mencapai tingkat pembentukan roh hewan spiritual, pantas begitu angkuh," decak Bara Ang memegang dadanya."Pembentukan roh hewan spiritual?" gumam Renggin Ang sembari berpikir. Kemudian dia menoleh menatap pemuda angkuh itu."Aku ingin mencoba melawan mereka," ucap Renggin Ang kepada Bara Ang."Hah? Sudahlah, jangan cari masalah lagi. Kit
"Aura ini ... aku mengenalinya." Roh Meriy Ang keluar dari buku kuno untuk mencari aura yang dia kenali. Betapa terkejut dirinya menjumpai sosok kakek tua yang dulu pernah menjadi saksi atas pernikahannya dengan Seta Hun. "Anda ... Pa-paman Berta Hun!"Tetua Mo menjawab dengan satu kedipan mata. "Dia ... bukankah roh istri Seta Hun? Mungkinkah ..." Kakek tua itu melirik anak kecil di hadapannya."Dia anak sulungku," ungkap Meriy Ang memperkenalkan Renggin Ang.Renggin Ang tampak bingung. "Tetua Mo bisa melihat ibu?""Hahahaha." Tiba-tiba Tetua Mo tertawa terbahak-bahak. Suasana yang tegang, menjadi aneh dengan tawanya."Apakah Tetua Mo menjadi gila?" bisik tetua pertama kepada tetua kedua.Tetua kedua memjawab dengan meninggikan kedua bahu yang berarti tidak peduli."Gun Ting, catat anak ini sebagai anak didik kita," ucap Tetua Mo kepada salah satu guru pelatihan yang dibimbingnya."Siap, Tetua."Setelah pemilihan murid baru selesai, Tetua Mo mendapat delapan anak didik baru. Dia memba
Di halaman Kediaman Tetua Kelima, Renggin Ang bersama tiga temannya berlatih hingga sore hari."Kalian harus fokus pada penyempurnaan pembentukan roh hewan spiritual jika ingin mengendalikannya!" bentak An Ting kepada anak didiknya. "Ingat! Roh hewan spiritual yang tidak sempurna, tidak akan bisa dikendalikan! Paham?""Paham, Guru!" jawab Renggin dan ketiga temannya."Ehem. Mulai sekarang, panggil saja Senior An Ting.""Baik, Senior.""Bagus!" ucap An Ting puas. "Aku mau ke perpustakaan untuk meminjam sebuah buku. Kalian, berlatihlah!" Wanita itu meninggalkan mereka.An Ting sendiri memiliki roh hewan spiritual nyamuk, sedangkan Gunting adalah seekor semut. An Ting dan Gun Ting adalah guru pelatihan terburuk di akademi. Bertahun-tahun, hanya mereka yang sanggup bertahan di bawah naungan Tetua Mo.Dahulu, anak-anak lain yang menjadi murid Tetua Mo, lebih memilih kembali ke kediaman mereka masing-masing daripada terus mendapat tindasan di akademi tanpa ada rasa belas kasih dari Tetua Mo.
Renggin Ang berada di tingkat master tahap pertama, Ampy Ang berada di tingkat jendral tahap pertama, sedangkan Sina Hun berada di tingkat master tahap sembilan. Mereka melawan Master Yu yang barada di tingkat legend tahap ketiga."Kakak, bukankah kau bilang tadi punya rencana?" tanya Ampy Ang."Ah, itu. Aku memiliki racun pencuci otak. Aku tidak yakin ini akan berhasil jika digunakan kepada Master Yu.""Itu tidak akan berhasil! Master Yu telah mencapai tingkat legend dan telah membentuk kekebalan tubuh anti racun. Jadi itu akan sia-sia," kata Sina Hun. "Aku memiliki cara yang lebih ampuh untuk mengalahkannya.""Apa itu?" tanya Renggin Ang dan Ampy Ang bersamaan."Kau sudah mendapatkan buku itu kembali bukan?"Renggin Ang mengangguk."Buka bab teknik penggabungan roh hewan spiritual khusus untuk orang yang memiliki energi spiritual panas dan dingin!" ucap Sina Hun."Adakah teknik seperti itu?" tanya Renggin Ang. "Aku pernah mendengarnya dari kakekku.""Kakek buyut?""Benar."Renggin A
Saat sedang mengobrol dengan Pemimpin Keluarga Dong, Tu Lung Dong mendengar kerang ajaibnya bersiul. Dia mendapat kabar dari para mermaid bahwa Laut Pelangi bagian selatan sedang diserang pasukan monster ular putih yang dipimpin oleh ratu siluman ular putih, Shi Yue. Mendengar kabar tersebut, Tu Lung Dong tidak bisa diam. Dia pun menyampaikan hal tersebut kepada Ampy Ang."Pergilah, Tuan! Tidak perlu mengkhawatirkan kami di sini. Para mermaid itu membutuhkan Anda sekarang," ujar Ampy Ang kepada Tu Lung Dong.Selang beberapa detik kemudian setelah Tu Lung Dong pergi, datang seorang wanita yang tampak sangat lemah. Bahkan menjalankan kakinya pun harus dibantu. Ampy Ang melihat seorang gadis yang tadi mendahuluinya saat hendak menghampiri Renggin Ang, dia bergegas menyambut wanita lemah itu seraya berseru."Ibu!""Ibu? Apakah itu raga Ibu? Mengapa Sera Yu memanggilnya ibu?" tanya Renggin Ang kepada Meriy Ang mencari kejelasan."Itu memang raga Ibu. Tapi, dalam tubuh itu ada jiwa seseorang
Master Yu tampak tidak menikmati pertandingan. Kemudian, pria itu mengeluarkan sebuah buku yang menjadi masih menjadi sebuah misteri baginya. Biasanya pria itu hanya menaruhnya di atas rak pada tumpukan buku-buku yang berdebu."Cih! Aku tidak menyangka buku ini akan tertulis dengan tulisan yang tidak bisa kumengerti. Baru kali ini aku mendapatkan tulisan serumit ini! Hah, sial! Sia-sia saja aku merebut buku ini dari bocah itu. Bagaimana bisa Master Wang memahaminya? Tidak hanya itu, dia bahkan bisa mempelajari segala isi buku ini hingga mengaktifkan formasi tujuh bintang untuk menyegel jiwa Meriy Ang," ucap Master Yu menggerutu.Master Wang adalah salah satu murid kakek buyut Renggin Ang dari generasi kelima Keluarga Hun. Dia yang telah menghasut para keturunan generasi keenam Keluarga Hun, sehingga menimbulkan pertikaiaan perebutan buku kuno itu. Lelaki itu juga yang telah berpura-pura menyarankan agar buku kuno itu disembunyikan. Dengan begitu, dia bisa dengan mudah merebut buku kuno
"Ada apa?" tanya Shi Kiel Dong."Aku melihat bayangan seseorang di luar!" Renggin Ang bangkit dari ranjang dan membuka jedela kamarnya. "Kakak San, Tetaplah di sini bersama Tuan Muda Kiel! Aku akan pergi mengeceknya. Kalian boleh tidur terlebih dahulu jika aku tak kunjung kembali." Dia melompat dari jendela mengikuti bayangan itu.Tampak seseorang berpakaian serba hitam dan hanya terlihat matanya saja. Dia bergerak, lari, dan melompat dengan cepat. Tiba-tiba berhenti di sebuah pekarangan yang cukup lapang. Kemudian, dia duduk di bawah sebuah pohon yang rindang dan lebat. Dia pun melepas kain penutup wajahnya.Fiuh!Hembusan napas kasar menyertainya. Tampak seorang gadis yang berumur setahun lebih muda dari Renggin Ang sedang mendongakkan kepala bersandar pada pohon besar di belakangnya."Sera Yu!"Suara Renggin Ang sangat rendah, sehingga hanya terdengar oleh dirinya sendiri."Apa yang ia lakukan di tengah malam begini di sana?"Renggin Ang menghampiri gadis itu dan duduk di sampingnya
"Kau memiliki rubah yang bagus, Tuan Muda Kiel." Fen Yu berjalan memutari mereka sembari terus memandang ke arah Gu Rhi San. Dia tampak terkagum-kagum dengan bentuk tubuh rubah Gu Rhi San yang bersih dan berbulu lebat. "Rubah ini sangat cantik, aku menyukainya. Bisakah kau memberikannya kepadaku sebagai hadiah?" ucapnya memaksa."Cih! Aku bukan betina!" celetuk Gu Rhi San kesal."Ka-kau bi-bisa bicara?" Fen Yu kaget."Tentu saja. Aku tidak mau memiliki Tuan bodoh sepertimu. Kau bahkan tidak bisa membedakan jenis kelamin! Huh!""Apa kau bilang!" Fen Yu menggertak.Datang seorang gadis dari belakang Fen Yu mendekati pemuda itu dan menjewernya."Paman mencarimu. Kau membolos latihan lagi, Kakak Sepupu! Bukanya meningkatkan kultivasi malah bermain-main! Dasar pemalas!" ucap gadis itu memarahi Fen Yu."Aargh! Ayolah Sera Yu! Sekali-kali kau juga harus menikmati hidup. Tidak perlu kau terlalu memperdulikan ocehan ayahmu yang semakin hari semakin tua itu. Lagipula, kompetisi Benua Yu masih t
Renggin Ang yang awalnya berencana untuk berlatih di akademi Gendon, sang kakek malah menyuruhnya berlatih di Akademi Dongu di Benua Yu. Demi merebut kembali buku kuno sang leluhur, Renggin Ang pun mengikuti saran sang kakek. Dia keluar dari kamar melewati jendela bersama Gu Rhi San. Lagi-lagi anak itu mengambil jalur belakang."Kakak San, ayo!" ajaknya telah bersiap untuk terbang bersama Cai Cing.Renggin Ang mengubah dirinya menjadi Chen Tong dan memakai kalung yang diberikan Kakek Mo kepadanya. Dia mendarat di sebuah wilayah sebelah selatan Benua Yu. Anak itu berjalan dari pantai hingga mendapati keramaian di pemukiman."Maaf, Ki Sanak. Kalau boleh tau, apa nama wilayah ini?" tanya Renggin Ang kepada seorang kakek tua."Ini ... emm." Kakek tua itu tampak berpikir."Bukankah tinggal menyebutkannya saja? Apakah kakek ini sudah pikun?" gumam Renggin Ang.Kemudian kakek tua itu menoleh ke sana ke mari seperti sedang memastikan sesuatu. Lalu, dia mendekat kepada Renggin Ang dan berbisik.
Di Hutan Mblesek tempat Kakek Mo dan Gu Rhi San berada. Kakek Mo bersi kukuh ingin kembali ke akademi."Hey, Kakek! Bagaimana nanti jika anak itu kembali?" ucap Gu Rhi San mengikuti langkah kaki Kakek Mo."Kau tunggu saja di sini! Biarkan aku kembali sendiri!""Bagaimana mungkin! Anak itu menyuruhku untuk menjagamu! Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu, apa yang harus kukatakan padanya?""Haish! Berisik sekali!" Kakek tua itu mendengus.Gu Rhi San pun pada akhirnya mengekor hingga tiba di akademi."Woah! Ini kah akademi? Sangat berbeda dengan Perguruan Rasa di Wilayah Cang. Tempat ini tampak lebih megah!" ujar Gu Rhi San kagum."Tentu saja. Akademi ini tempat untuk berlatih para kultivator hingga menuju puncak. Sedangkan perguruan hanya mengajarkan keahlian tertentu sesuai bakat."Setelah Kakek Mo sampai di kediamannya, para murid-muridnya menyambut dengan hangat."Tetua Mo kembali!" teriak Go Yang girang."Apakah aku tidak salah melihat? Itu benar-benar Tetua Mo!" ucap San Tai membe
Selangkah demi selangkah, perlahan Renggin Ang dan Gu Rhi San mendekati semak-semak itu."Aaaaargh!"Dia mengerang semakin keras."Grrrrrrrr!"Renggin Ang merasa sedikit akrab dengan suara itu. Dia pun menyingkirkan semak-semak yang menutupinya dan mendapati seorang pria tua sedang meringkuk sembari meremas dadanya."Ka-kakek Mo!"Renggin melihat menyentuh pria itu, badannya dingin seperti es dan tubuhnya sangat pucat "Kau mengenalnya?" tanya Gu Rhi San."Dia adalah guruku di akademi sekaligus paman dari ayahku.""Sepertinya, dia terkena racun dingin," kata Gu Rhi San."Duduklah, Kakek!" Renggin Ang membangunkan pria tua itu dan mendudukkannya."Si-siapa kau?" tanya pria tua itu samar-samar melihat seorang anak lelaki dan seorang pria."Renggin Ang.""Ka-kau!""Iya Kakek, ini aku. Aku memakai topeng pengubah itu."Kemudian, Renggin Ang menekan penggungnya dengan kedua telapak tangan, lalu menyalurkan energi spiritual ke seluruh tubuhnya. Anak itu menekan racun tersebut dan mengumpulka
Tak disangka, di malam harinya, mereka mendapat kabar dari penjaga perbatasan Wilayah Han, bahwa benteng pertahanan telah diratakan. Setelah Pangeran Bing Kai kembali ke kediamannya, rupanya Kaisar Kerajaan Kai menolak perdamaiaan dan langsung bergerak menyerbu Wilayah Han."Kakak, sepertinya kau harus menunda kepergianmu ke akademi," ucap Ampy Ang kepada Renggin Ang."Baiklah! Aku bersama Kakak San dan Ampy Ang akan pergi ke Wilayah Han untuk mengatasi pasukan Kerajaan Kai." Renggin Ang berubah wujud menjadi dirinya yang asli.Mereka pergi ke Wilayah Han, dengan membawa 500 pasukan. Untung saja, saat itu para penduduk masih berada di tenda ungsian di ibu kota, sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan adanya korban di antara mereka.Setelah pasukan Kerajaan Kai meratakan benteng pertahanan, mereka bergerak menuju Kediaman Han dan mengobrak-abrik tempat itu."Tidak ada siapapun di kediaman ini, Ayah," ujar Mhe Lu Kai, Pangeran Pertama Kerajaan Kai."Tuan Tu Lung Dong telah mengungsikan m