"Apa yang kau pikirkan? Tanpa kau memberikan dua inti api itu, kau masih bisa membantunya, Bodoh!" ucap sang leluhur. "Apa? Benarakah?""Dengan menyatukan energi spiritual yang bersifat dingin dan panas, kultivasi akan meningkat dua kali lipat. Kau bisa membantunya dengan menyatukan energi spiritual kalian. Lakukan itu setelah kau menyerap dua inti api alam!""Haish!" Lagi-lagi Ampy Ang mendengus. "Mengapa aku jadi terlihat seperti adik kejam yang hanya memanfaatkan Kakakku. Kakak Tie Er bahkan bisa membantumu menyerap kedua inti api itu tanpa rasa sakit. Apakah Kakak sungguh tidak membutuhkan itu?"Wajah Renggin Ang melompong di hadapan dua gadis itu. Dia benar-benar tidak tahu tentang penyatuan energi spiritual dingin dan panas."Energi spiritualmu bersifat panas?" tanya Shen Tie Er kepada Renggin Ang."Benar." Kemudian Renggin Ang menjelaskan kepadanya bahwa dia memiliki dua inti api itu, tapi dia tidak bisa memberikannya.Shen Tie Er pun tidak merasa keberatan. Gadis itu justru de
"Apa! Ditawan! Kenapa kau membiarkannya ditawan?!" Reba Han memaksa bangkit dan menyergap Renggin Ang dan mencekik kuat lehernya."Arrrgh!" Renggin Ang menahan cekikkannya dengan tangan.Di sisi lain, di sebuah tenda yang bersebelahan, yaitu tempat bermalam para wanita, Shen Tu Han bertanya kepada keponakannya, "Shen Tie Er, apa kau menyukai anak itu?""Siapa maksud Bibi?" Shen Tie Er mengangkat kedua alisnya."Chen Tong. Ehem, aku melihat sangat jelas, bahwa kau seperti mengistimewakan anak itu.""Iya. Eh, itu ..." Shen Tie Er gelagapan sembari memainkan jari. Gadis itu tidak bisa menyembunyikan perasaanya. Wajahnya merah seperti tomat."Ya ... Kakak Tie Er memang sangat menyukai Kakakku. Xixixi," goda Ampy Ang tertawa kecil."Ini semua salahmu! Huh! Jika kau tidak melebih-lebikannya di hadapanku, aku tidak akan tertarik," balas Shen Tie Er memanyunkan bibir."Apakah ini sebabnya kau ingin membatalkan pertunanganmu dengan Tuan Muda dari Keluarga Tung?" ucap Shen Tu Han bertanya lagi.
Pagi sepi, sore pun sepiSiang malam dingin dan sunyiGelap tanpa sinar mentariHanya siulan jangkrik berbunyiAku, di sini seorang diriMelantunkan syair iniSebagai penggerak hatiMemanggilmu tuk menemaniKemarilah! Lihat aku bagai periTubuh ramping, cantik, dan wangiWajah mempesona memikat hatiJadikan aku makhluk yang kau sayangiKu ingin kita hidup abadiTemani aku selamanya di siniMamadu kasih cinta yang suciKita bersama mengikat janji ..."Suara wanita."Renggin Ang terus mengikuti asal suara dari sosok yang melantunkan syair tersebut, hingga anak itu sampai di sebuah lembah yang sangat rindang dan lebat pepohonannya. Hampir tidak ada celah dari daun-daun pepohonan untuk masuk cahaya matahari, membuat lembah tampak gelap dan dingin.Lembah ini ....Sejenak Renggin Ang berhenti dan mengingat, bahwa lembah yang ia datangi adalah tempat yang ia cari. Dia pun menoleh ke belakang mendapati cuaca matahari yang cerah menyinari dunia. Sangat berbeda dengan lembah di hadapannya."S
"Ibu ...." Renggin Ang mengigau."Ibu? Apakah maksudnya dia mengganggapku sebagai ibunya?" ketus sang ratu lebah berwajah kecut.Sementara itu, di sisi lain ternyata jiwa Renggin Ang masuk ke dalam ruang buku kuno. Kedatangannya membuat sang leluhur terkejut setegah mati. Baru saja kakek tua itu membodoh-bodohkan dirinya, ternyata ia mendekati wanita itu hanya karena merasakan kehangatan seorang ibu. Renggin Ang masuk dan langsung menuju ke tempat ibunya berada. Anak lelaki itu berdiri terdiam melihat ibunya dengan pilu."Hahaha ...." Duata Hun tertawa."Mengapa Kakek tertawa? Apakah Kakek sedang mengejekku karena aku anak laki-laki yang cengeng?""Tidak. Bukan itu. Hahahaha!" Kakek tua itu tertawa semakin keras hingga terpingkal-pingkal. "Sebenarnya, apa yang kau pikirkan saat berada di samping wanita itu?" tanya Duata Hun sembari menahan tawa."Aku merasa nyaman karena suaranya sangat lembut seperti ibu.""Buahahahaha." Lagi-lagi Duata tak bisa menahan tawa. Tangannya terus menepuk-
Percobaan ke-88. Renggin Ang berhasil mencampurkan kayu legi dan air suci zam dengan sempurna dalam bentuk cairan. Namun, saat hendak memasukkan madu sarang tawon, dia tidak memperhatikan suhu cairan. Begitu cairan keluar dari perapian, anak itu langsung memasukkan segelas madu sarang tawon ke dalam tungku tanpa menunggu suhu panas cairan berkurang. Alhasil, percobaan ke-88 gagal."Aaargh!" gerutu Renggin Ang mengacak-acak rambutnya. "Padahal Kakek sudah mengingatkanku berkali-kali agar menunggu suhu cairan menjadi hangat kuku. Mengapa aku langsung memasukkannya begitu keluar dari perapian. Aaargh, dasar bodoh!""Jadi, kapan kau akan selesai? Ini sudah hampir tengah malam dan kau harus membawa ramuan itu besok. Gu Rhi San, walaupun dia penyakitan, kekuatannya tidak bisa diremehkan. Aku sendiri bahkan bukan tandingannya," oceh kakak angkatnya."Stok air suci tinggal sedikit. Ini adalah percobaan terakhir. Jika aku gagal, tamatlah sudah.""Berkonsentrasilah dengan baik. Aku akan menunggu
Shen Tu Han segera mendatangi Kediaman sekte legi untuk mengecek apa yang dikatakan si pria. Karena penasaran, Renggin Ang, Gu Rhi San, dan She Fo Tong mengikutinya. Namun, setelah sampai di tempat peristirahatan tetua dari sekte legi, jasadnya menghilang.""Di-di mana jasad Tetua? Ta-tadi a-aku sungguh melihatnya di sini!" ujar si pria menunjuk lantai yang terdapat sedikit bercak darah dengan badan gemetar.Shen Tu Han berjongkok mengecek bercak darah tersebut. Dia menyentuhnya dengan ujung jari telunjuk, lalu mengusapkannya di ujung ibu jari. "Ini ... mungkinkah ulah orang itu?" ucapnya."Apakah Anda membutuhkan bantuanku, Tetua?" tawar Renggin Ang. "Anda tampak mengetahui akar masalah ini.""Masalah ini masih belum jelas kebenarannya. Dahulu, aku pernah mengenal seorang pemuda dari Keluarga King di Daerah Sitta. Dia bercita-cita menjadi seorang ahli pedang terhebat di dunia. Dia pun mengikuti sebuah kompetisi. Namun, dia langsung kalah ketika pertandingan baru saja di mulai. Semua o
"Panggil Chen Tong ke sini! Bilang padanya, bahwa aku membutuhkan bantuannya!" perintah Puteri Sin kepada tiga orang pengawal. "Siap, laksanakan!"Saat itu, pada siang hari di Perguruan Rasa, Renggin Ang sedang menatap selembar lontar yang tertempel di dinding depan sekte asin. Lontar itu berisi sebuah pengumuman bahwa akan diadakan kompetisi herbalis yaitu membuat pil herbalis tingkat tiga."Ckck. Aku tidak tertarik untuk ikut," ucap Renggin Ang lirih."Heh, buang-buang waktu!" imbuh Gu Rhi San ikut-ikutan mengomentari isi pengumuman itu."Chen Tongku yang terhebat, kompetisi seperti itu tidak ada apa-apanya!" ujar She Fo Tong sembari menunjuk-nunjuk selembar lontar itu."Chen Tongmu? Cih, kau sangat berlebihan," ucap Gu Rhi San tak terima."Kenapa? Kau cemburu, kan?""Cemburu? Cih! Matamu selalu jelalatan setiap melihat pria tampan. Mana mungkin aku tertarik dengan wanita sepertimu!"Bla bla bla bla bla ....Keributan kedua siluman itu, tidak hanya sekali dua kali. Bahkan hampir se
"Hal itu tidak bisa dipastikan. Kecuali dia memiliki mata tembus pandang seperti Ampy Ang. Kakek pun hanya mengira-ngira saja. Beruntungnya, saat itu Keluarga Hun berangsur terus membaik hingga tidak ada dari kami yang terjangkit penyakit itu lagi," ujar Duata Hun. Lalu, dia mengingat bahwa, Renggin Ang memiliki catatan 999 racun. "Tapi, kau mungkin bisa membuat racun pembasmi tuma dengan catatan 999 racun di tanganmu. Dengan racun tersebut, binatang-binatang kecil itu akan mati dalam sekejap tanpa sisa."Renggin Ang pun tersenyum mengerti apa yang dikatakan sang leluhur. Di sisi lain, si kakek tua Che Mi Lan yang berada di hadapannya mengajukan sebuah taruhan."Jika kau bisa mengatasi wabah ini, aku akan melepaskan kedudukanku sebagai tetua sekte asin, dan memberikannya kepadamu!""Aku tidak tertarik," balas Renggin Ang tak acuh."Apa!" Che Mi Lan terkejut. "Bagaimana mungkin seseorang tidak tertarik dengan kedudukan?" umpatnya."Murid-murid sekte asin sangat arogan. Itulah hasil did
Renggin Ang berada di tingkat master tahap pertama, Ampy Ang berada di tingkat jendral tahap pertama, sedangkan Sina Hun berada di tingkat master tahap sembilan. Mereka melawan Master Yu yang barada di tingkat legend tahap ketiga."Kakak, bukankah kau bilang tadi punya rencana?" tanya Ampy Ang."Ah, itu. Aku memiliki racun pencuci otak. Aku tidak yakin ini akan berhasil jika digunakan kepada Master Yu.""Itu tidak akan berhasil! Master Yu telah mencapai tingkat legend dan telah membentuk kekebalan tubuh anti racun. Jadi itu akan sia-sia," kata Sina Hun. "Aku memiliki cara yang lebih ampuh untuk mengalahkannya.""Apa itu?" tanya Renggin Ang dan Ampy Ang bersamaan."Kau sudah mendapatkan buku itu kembali bukan?"Renggin Ang mengangguk."Buka bab teknik penggabungan roh hewan spiritual khusus untuk orang yang memiliki energi spiritual panas dan dingin!" ucap Sina Hun."Adakah teknik seperti itu?" tanya Renggin Ang. "Aku pernah mendengarnya dari kakekku.""Kakek buyut?""Benar."Renggin A
Saat sedang mengobrol dengan Pemimpin Keluarga Dong, Tu Lung Dong mendengar kerang ajaibnya bersiul. Dia mendapat kabar dari para mermaid bahwa Laut Pelangi bagian selatan sedang diserang pasukan monster ular putih yang dipimpin oleh ratu siluman ular putih, Shi Yue. Mendengar kabar tersebut, Tu Lung Dong tidak bisa diam. Dia pun menyampaikan hal tersebut kepada Ampy Ang."Pergilah, Tuan! Tidak perlu mengkhawatirkan kami di sini. Para mermaid itu membutuhkan Anda sekarang," ujar Ampy Ang kepada Tu Lung Dong.Selang beberapa detik kemudian setelah Tu Lung Dong pergi, datang seorang wanita yang tampak sangat lemah. Bahkan menjalankan kakinya pun harus dibantu. Ampy Ang melihat seorang gadis yang tadi mendahuluinya saat hendak menghampiri Renggin Ang, dia bergegas menyambut wanita lemah itu seraya berseru."Ibu!""Ibu? Apakah itu raga Ibu? Mengapa Sera Yu memanggilnya ibu?" tanya Renggin Ang kepada Meriy Ang mencari kejelasan."Itu memang raga Ibu. Tapi, dalam tubuh itu ada jiwa seseorang
Master Yu tampak tidak menikmati pertandingan. Kemudian, pria itu mengeluarkan sebuah buku yang menjadi masih menjadi sebuah misteri baginya. Biasanya pria itu hanya menaruhnya di atas rak pada tumpukan buku-buku yang berdebu."Cih! Aku tidak menyangka buku ini akan tertulis dengan tulisan yang tidak bisa kumengerti. Baru kali ini aku mendapatkan tulisan serumit ini! Hah, sial! Sia-sia saja aku merebut buku ini dari bocah itu. Bagaimana bisa Master Wang memahaminya? Tidak hanya itu, dia bahkan bisa mempelajari segala isi buku ini hingga mengaktifkan formasi tujuh bintang untuk menyegel jiwa Meriy Ang," ucap Master Yu menggerutu.Master Wang adalah salah satu murid kakek buyut Renggin Ang dari generasi kelima Keluarga Hun. Dia yang telah menghasut para keturunan generasi keenam Keluarga Hun, sehingga menimbulkan pertikaiaan perebutan buku kuno itu. Lelaki itu juga yang telah berpura-pura menyarankan agar buku kuno itu disembunyikan. Dengan begitu, dia bisa dengan mudah merebut buku kuno
"Ada apa?" tanya Shi Kiel Dong."Aku melihat bayangan seseorang di luar!" Renggin Ang bangkit dari ranjang dan membuka jedela kamarnya. "Kakak San, Tetaplah di sini bersama Tuan Muda Kiel! Aku akan pergi mengeceknya. Kalian boleh tidur terlebih dahulu jika aku tak kunjung kembali." Dia melompat dari jendela mengikuti bayangan itu.Tampak seseorang berpakaian serba hitam dan hanya terlihat matanya saja. Dia bergerak, lari, dan melompat dengan cepat. Tiba-tiba berhenti di sebuah pekarangan yang cukup lapang. Kemudian, dia duduk di bawah sebuah pohon yang rindang dan lebat. Dia pun melepas kain penutup wajahnya.Fiuh!Hembusan napas kasar menyertainya. Tampak seorang gadis yang berumur setahun lebih muda dari Renggin Ang sedang mendongakkan kepala bersandar pada pohon besar di belakangnya."Sera Yu!"Suara Renggin Ang sangat rendah, sehingga hanya terdengar oleh dirinya sendiri."Apa yang ia lakukan di tengah malam begini di sana?"Renggin Ang menghampiri gadis itu dan duduk di sampingnya
"Kau memiliki rubah yang bagus, Tuan Muda Kiel." Fen Yu berjalan memutari mereka sembari terus memandang ke arah Gu Rhi San. Dia tampak terkagum-kagum dengan bentuk tubuh rubah Gu Rhi San yang bersih dan berbulu lebat. "Rubah ini sangat cantik, aku menyukainya. Bisakah kau memberikannya kepadaku sebagai hadiah?" ucapnya memaksa."Cih! Aku bukan betina!" celetuk Gu Rhi San kesal."Ka-kau bi-bisa bicara?" Fen Yu kaget."Tentu saja. Aku tidak mau memiliki Tuan bodoh sepertimu. Kau bahkan tidak bisa membedakan jenis kelamin! Huh!""Apa kau bilang!" Fen Yu menggertak.Datang seorang gadis dari belakang Fen Yu mendekati pemuda itu dan menjewernya."Paman mencarimu. Kau membolos latihan lagi, Kakak Sepupu! Bukanya meningkatkan kultivasi malah bermain-main! Dasar pemalas!" ucap gadis itu memarahi Fen Yu."Aargh! Ayolah Sera Yu! Sekali-kali kau juga harus menikmati hidup. Tidak perlu kau terlalu memperdulikan ocehan ayahmu yang semakin hari semakin tua itu. Lagipula, kompetisi Benua Yu masih t
Renggin Ang yang awalnya berencana untuk berlatih di akademi Gendon, sang kakek malah menyuruhnya berlatih di Akademi Dongu di Benua Yu. Demi merebut kembali buku kuno sang leluhur, Renggin Ang pun mengikuti saran sang kakek. Dia keluar dari kamar melewati jendela bersama Gu Rhi San. Lagi-lagi anak itu mengambil jalur belakang."Kakak San, ayo!" ajaknya telah bersiap untuk terbang bersama Cai Cing.Renggin Ang mengubah dirinya menjadi Chen Tong dan memakai kalung yang diberikan Kakek Mo kepadanya. Dia mendarat di sebuah wilayah sebelah selatan Benua Yu. Anak itu berjalan dari pantai hingga mendapati keramaian di pemukiman."Maaf, Ki Sanak. Kalau boleh tau, apa nama wilayah ini?" tanya Renggin Ang kepada seorang kakek tua."Ini ... emm." Kakek tua itu tampak berpikir."Bukankah tinggal menyebutkannya saja? Apakah kakek ini sudah pikun?" gumam Renggin Ang.Kemudian kakek tua itu menoleh ke sana ke mari seperti sedang memastikan sesuatu. Lalu, dia mendekat kepada Renggin Ang dan berbisik.
Di Hutan Mblesek tempat Kakek Mo dan Gu Rhi San berada. Kakek Mo bersi kukuh ingin kembali ke akademi."Hey, Kakek! Bagaimana nanti jika anak itu kembali?" ucap Gu Rhi San mengikuti langkah kaki Kakek Mo."Kau tunggu saja di sini! Biarkan aku kembali sendiri!""Bagaimana mungkin! Anak itu menyuruhku untuk menjagamu! Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu, apa yang harus kukatakan padanya?""Haish! Berisik sekali!" Kakek tua itu mendengus.Gu Rhi San pun pada akhirnya mengekor hingga tiba di akademi."Woah! Ini kah akademi? Sangat berbeda dengan Perguruan Rasa di Wilayah Cang. Tempat ini tampak lebih megah!" ujar Gu Rhi San kagum."Tentu saja. Akademi ini tempat untuk berlatih para kultivator hingga menuju puncak. Sedangkan perguruan hanya mengajarkan keahlian tertentu sesuai bakat."Setelah Kakek Mo sampai di kediamannya, para murid-muridnya menyambut dengan hangat."Tetua Mo kembali!" teriak Go Yang girang."Apakah aku tidak salah melihat? Itu benar-benar Tetua Mo!" ucap San Tai membe
Selangkah demi selangkah, perlahan Renggin Ang dan Gu Rhi San mendekati semak-semak itu."Aaaaargh!"Dia mengerang semakin keras."Grrrrrrrr!"Renggin Ang merasa sedikit akrab dengan suara itu. Dia pun menyingkirkan semak-semak yang menutupinya dan mendapati seorang pria tua sedang meringkuk sembari meremas dadanya."Ka-kakek Mo!"Renggin melihat menyentuh pria itu, badannya dingin seperti es dan tubuhnya sangat pucat "Kau mengenalnya?" tanya Gu Rhi San."Dia adalah guruku di akademi sekaligus paman dari ayahku.""Sepertinya, dia terkena racun dingin," kata Gu Rhi San."Duduklah, Kakek!" Renggin Ang membangunkan pria tua itu dan mendudukkannya."Si-siapa kau?" tanya pria tua itu samar-samar melihat seorang anak lelaki dan seorang pria."Renggin Ang.""Ka-kau!""Iya Kakek, ini aku. Aku memakai topeng pengubah itu."Kemudian, Renggin Ang menekan penggungnya dengan kedua telapak tangan, lalu menyalurkan energi spiritual ke seluruh tubuhnya. Anak itu menekan racun tersebut dan mengumpulka
Tak disangka, di malam harinya, mereka mendapat kabar dari penjaga perbatasan Wilayah Han, bahwa benteng pertahanan telah diratakan. Setelah Pangeran Bing Kai kembali ke kediamannya, rupanya Kaisar Kerajaan Kai menolak perdamaiaan dan langsung bergerak menyerbu Wilayah Han."Kakak, sepertinya kau harus menunda kepergianmu ke akademi," ucap Ampy Ang kepada Renggin Ang."Baiklah! Aku bersama Kakak San dan Ampy Ang akan pergi ke Wilayah Han untuk mengatasi pasukan Kerajaan Kai." Renggin Ang berubah wujud menjadi dirinya yang asli.Mereka pergi ke Wilayah Han, dengan membawa 500 pasukan. Untung saja, saat itu para penduduk masih berada di tenda ungsian di ibu kota, sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan adanya korban di antara mereka.Setelah pasukan Kerajaan Kai meratakan benteng pertahanan, mereka bergerak menuju Kediaman Han dan mengobrak-abrik tempat itu."Tidak ada siapapun di kediaman ini, Ayah," ujar Mhe Lu Kai, Pangeran Pertama Kerajaan Kai."Tuan Tu Lung Dong telah mengungsikan m