Aku yang awalnya berniat untuk menikmati waktuku sendirian malah membawa orang tak dikenal dalam dunia kecilku. Aku juga tidak begitu tega untuk mengusirnya. Jadi aku mempersilahkan dirinya untuk duduk di sofa.
Pada meja kecil di depan kami, ada set peralatan untuk minum teh. Aku merasa tidak niat untuk melakukan langkah-langkah formal dalam menyajikan teh ini.
“Woaah, apakah ini menu Traditional Chinese Afternoon Tea di klub ini? Ini menu yang paling mahal di tempat ini!” Pekik Yuyu. Ia memperhatikan keramik gelas yang terlihat unik dan mewah. “Aku dengar pengrajin yang membuat gelas-gelas ini punya produk seni yang sangat mahal. Aku paham, ukiran desain tekonya terlihat sangat mahal. Susunan letaknya berbeda dengan yang Royalty Western Afternoon tea. Aku memohon pada kakakku agar aku setidaknya bisa menyobanya sekali saja,” sambungnya lagi.
Yuyu benar-benar tipe orang yang tidak bisa di
Aku kembali ke lantai tiga. Aku memutuskan untuk membelikan Yuyu hadiah pakaian. Aku tak tahu ukuran pastinya, dan hanya mengira-ngira saja. Aku yakin dengan pengelihatanku. Aku memilih untuk mengunjungi Max Mara terlebih dahulu. Kemudian memilih pakaian beberapa pakaian musim dingin. Toko ini ada beberapa pengunjungnya.Mereka terlihat heran melihatku membawa beberapa bunga dalam genggamanku. Namun tidak dengan staf yang bekerja di toko ini. Mereka langsung melayaniku dengan sangat baik. Mereka pasti tahu darimana aku mendapatkan bunga ini. Terlebih aku memilih beberapa pakaian dalam jumlah banyak tanpa lihat tagnya. Kemudian aku meminta staf di sana untuk membawakan kertas minyak yang cukup tebal yang biasanya mereka gunakan untuk membungkus produk mereka.“Aku akan membayar kertasnya. Tolong bawakan tali bekas dan selotip. Ah, gunting juga,” ucapku saat duduk di sofa dekat kasir. Setelah memilih pakaian tadi, aku langsung memb
Apa yang dipikirkan Shushu memanglah benar. Di dalam lift yang tertutup itu Rony tak henti-hentinya menatap temannya. Semenjak Juan datang menghampirinya di Taman Atap, ia tak bisa menghentikan senyuman di wajahnya. Padahal ia sudah memantapkan mentalnya untuk menerima makian dari atasannya ini.Juanxi, pria dengan marga Huang itu diam-diam menanamkan saham pada kasino terbesar di Eropa, yang terletak di Monako. Tentunya ia tidak menaruh nominal yang kecil. Terlalu banyak angka nolnya, yang pasti nilainya terhitung puluhan triliun sekarang. Hanya saja ia menaruh sahamnya di sana dengan beberapa nama yang berbeda. Salah satunya dengan jasa Rony.Juan meminjam nama Rony untuk menaruh uangnya di sana. Selain itu Rony yakin sekali ada nama lain yang ia pinjam untuk menaruh saham di beberapa tempat lainnya. Namun Juan itu sangat berhati-hati sekali untuk membuka mulutnya. Apalagi dalam memilih orang yang ingin ia kenal. Jika tidak tertarik. Dia b
“Padahal aku mau mengajak Samara Gwenn untuk membuat poster film terbaruku,” ucap seorang pria dengan kaos biru terang berlengan pendek. Ia padukan itu dengan celana panjang berwarna hitam. Juanxi masih memandang pria itu dari atas ke bawah. Usia mereka berdua sama, 32 tahun. “Kakak Ipar, jika tatapan bisa menembus tubuh, aku pasti sudah mati,” sambungnya sembari menatap layar ponselnya.“Jangan memanggilku Kakak. Kau benar-benar menjijikan Yufan,” tutur Juan dengan kesal.Setelah makan malam di kediaman Huang. Nenek, Ibu, dan Ayah Juan memaksa calon menantu mereka untuk menginap. Semua sudah mengenal Yufan sejak kecil sebab mereka dulunya bertetangga di perumahaan elit ini. Kemudian keluarga Yufan pindah keluar negeri.Juan kembali bertemu dengannya saat kuliah. Yufan kembali pulang bersama ibunya saja dan menetap pada apartemen di tengah kota. Rupanya pasangan itu sudah bercerai di l
Yuyu tak henti-hentinya menatap bunga yang ada dalam pelukannya. Sedangkan kakaknya menatapku dengan pandangan yang sulit untuk dideskripsikan. “Ini baru pertama kalinya Yuyu punya teman yang mau memberikan hadiah dengan penuh perjuangan. Biasanya Han You yang dimanfaatkan,” ucap wanita berambut pendek sekali. Lebih tepatnya potongan rambutnya memang seperti laki-laki.“Kakak! Jangan bilang seperti itu! Aku memberi mereka hadiah karena aku ingin!” Tegas Yuyu. Aku menatap kakanya menghembuskan nafas mendengar pembelaan dari adiknya itu.Han Xiaodi, siapa sangka atlet tenis yang aku sponsori adalah kakaknya Yuyu. Dunia benar-benar kecil.“Kau lebih sering menghabiskan uang tak sebanding dengan yang mereka berikan,” kesal Xiaodi. Ia mengambil beberapa tumisan kerang merah dengan sumpit khususnya dan meletakannya di piringku. Lalu meletakan hal yang sama di piringnya. “Nona Din
Yuora, website yang berisi orang-orang aneh maniak konspirasi. Namun aku meyakini setiap unggahan cerita dari berbagai pengguna di sana ada kebenaran sedikit walaupun di tutupi dengan dugaan-dugaan atau cerita lainnya.Iklan yang tidak masuk akal tadi berasal dari website ini. Iklan tersebut banyak dikomentari pengguna internet lainnya. Si pengunggah itu juga orang yang cukup nyentrik dan aneh. Dia membalasnnya respon orang-orang dengan lelucon. Namun entah kenapa aku yakin dia memang paham soal peretasan. Sehingga aku menghubunginya secara pribadi.________Shupei_pei : Hei. Aku melihat iklanmu. Aku tertarik mempekerjakan hacker. Komputerku dalam masalah dan aku butuh bantuan untuk menyelamatkan beberapa data yang belum sempat aku back-up. Apa kita bisa bertemu? (21.15)Mazstarz89 : Aku tak memenuhi panggilan ke rumah. Aku tak menerima tawaran kerja. Aku ingin d
“Kamu benar-benar bisa diculik orang kapan saja,” ucap Mazstars89 yang masih tidak ingin memperkenalkan namanya padaku. Mulutnya penuh dengan nasi goreng yang baru saja aku masak. “Aku akui ini enak,” sambungnya lagi.“Kau memberikan alamat asli pada orang di internet sembarangan. Apa kau tak takut dirampok?” Tanyaku balik untuk membalas tuduhannya. Padahal aku sudah menjelaskan seharusnya aku kemari dengan Pengacara Jung, dan tidak nekad sendirian.“Malam itu aku mabuk dan tak sadar mengirimkan alamat asli,” belanya.“Sama saja cerobohnya kalau begitu,” gumamku.“Diam kau anak kecil!” Kesalnya sembari menunjukku dengan sendok. “Untung saja aku ini orang baik. Kalau tidak, kau bahkan tak sadar tubuhmu telah termutilasi. Padahal ada banyak rumor di Distrik Merah beraninya mengunjungi rumah orang yang ditemui di internet,&rdq
Sudah lima jam aku di depan cermin untuk berhias layaknya seorang dari bangsa peri. Aku merasa puas setelah menata rambut panjangku sedemikian rupa bak karakter Tauriel dari seri The Hobbit. Kemudian aku padukan dengan mahkota kecil yang melekat di keningku. “Ini lucu!” Pekikku yang merasa puas dengan hasilku berdandan cukup lama. Setelahnya aku mengganti pakaianku dengan gaun yang aku miliki. Ini terdengar aneh, namun aku sangat menyukai kesendirianku dengan melakukan hal-hal random seperti ini. Aku tak membutuhkan penilaian orang lain. Selama aku puas dengan apa yang aku lakukan, ya sudah, mau apa lagi? Di kala aku tengah merapikan lipatan gaun yang tidak sesuai, ponselku berdering dan aku langsung mengeceknya. _______ Mazstars89! Ka Quo Xin Shushu! Data yang berhasil aku selamatkan dari memori komputermu hanya beberapa gambaran saja. Ada banyak dokumen yang rusak dan hilang. Beberapa lainnya sedang aku coba perbaiki. (17.30) Ding Shu Ugh, semoga kontrak kerjaku dengan si Zh
Aku terbangun tepat pukul setengah dua siang. Aku baru saja mengistirahatkan kedua mataku saat matahari terbit. Sebab selama semalam suntuk kemarin kepalaku dipenuhi banyak dugaan setelah mendapatkan banyak kabar.Aku berniat untuk merengek pada Ka Quo Xin. Namun aku mengurungkan niat tersebut. Sebab takut menganggu waktunya. Dia secara sukarela membantuku tanpa bayaran. Terlebih dia sendiri yang bilang akan mengunjungi pemakaman mantan suaminya. Wanita itu punya hati yang begitu besar dan lapang. Jika aku jadi dia, sepertinya aku tak bisa datang ke sana. Bagaimanapun sosok tersebut, melalui keluarganya, telah mempenjarakannya.Satu-satunya orang yang bisa aku kabari setelah menjawab email dari pihak kepolisian adalah Pengacara Jung. Namun orang itu hilang. Aku sudah mengiriminya pesan tentang berita Samara Gwenn yang diunggah oleh mantan teman SD ku dulu. Hanya saja centang dua namun tidak ia baca seperti biasa.Aku men
Setelah pemeriksaan singkat, Shushu menyadarinya dirinya mengalami gejala anemia dan tekanan darah rendah. Dokter meminta ners yang mendampinginya untuk memasukan Shushu sebagai daftar pasien agar bisa diberi beberapa obat untuk dikonsumsi.Pada akhirnya, ada dua pasien di dalam satu bangsal ini. Satu yang terlihat seperti akan mati kapan saja. Satu lagi yang berusaha meyakinkan semua orang dirinya tak sakit.Sebenarnya Shushu melakukan itu sebab dirinya takut disuntik dan diinfus. Dia terlihat ingin pergi dari tempat itu kapan saja. Namun Juanxi mengenggam erat pergelangan tangannya.Para perawat telah memasukan satu ranjang lagi ke ruangan rawat inap itu. Posisinya bersampingan dengan ranjang milik Juanxi.“Tidurlah dengan benar,” tegas Juanxi yang sudah mulai berbicara lancar.“Sa-sa-saya tak sakit kok,” jawab Shushu dengan formal dan tergagap. Dia terl
Tempat yang paling tak disukai Shushu terpaksa harus ia tempati selama empat hari lamanya. Sebab, kondisi suaminya yang baru ia nikahi belum seminggu itu terlihat sangat mengkhawatirkan. Suhu demamnya mencapai 40 derajat celcius.Selama dirinya di rumah sakit, bohong, jika Shushu juga tidak merasa sakit. Wajahnya pucat, makannya pun tidak karuan.Siapapun yang mengunjungi mengira Shushu sangat khawatir dengan suaminya yang terbaring tak sadarkan diri. Bahkan makan pun harus dipenuhi dengan cairan nutrisi melalui selang infus.Ada kalanya setiap Juanxi sadarkan diri untuk beberapa menit, Shushu akan membantu menyuapi air hangat atau sup hangat perlahan dengan sendok kecil. Sebab pria itu sendiri tak memiliki tenaga untuk mengangkat kepalanya.“Nak, kamu pulang saja dulu, tidak apa-apa,” tutur Sun Lili yang datang pagi sekali untuk membantu Shushu. Juanxi masih tak sadarkan diri. Namun suhu
“Kenapa kau tak cerita soal kebakaran itu padaku? Bukankah kita teman?” tanya Quo Xin. Dia benar-benar tidak tahu soal itu.Sejujurnya Quo Xin bisa menyelesaikan permasalahan dokumen yang rusak itu secepat mungkin. Hanya saja keadaannya dengan mantan mertua serta putrinya kala itu cukup rumit. Dia jarang punya waktu leluasa membuka laptopnya.Semua menjadi mudah ketika ia sudah memindahkan data putrinya di Kota B ini. Namun ini semua hanya alasan. Quo Xin merasa bersalah atas waktu yang terbuang secara cuma-cuma. Dia tak mengira masalah keterlibatan Shushu dengan situs judi online ini begitu berat. Bahkan pihak di sana berani mengancam dengan cara murahan seperti itu.“Walaupun begitu kau setuju begitu cepat untuk menikah,” ungkap Quo Xin. Kemudian ia meraih tangan Shushu dan menggenggamnya erat. “Batalkan saja kontraknya!”“Tidak bisa, kita sudah menikah. Lagipula keadaanya tidak sesimpel ini, Zhou.co itu mungkin saja tidak terlibat dengan judi online saja,” ucap Shushu. Dia menginga
Pukul enam pagi, seorang wanita paruh baya berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit yang panjang. Dia hanya menggunakan sandal, dan jaket untuk menutupi pakaian tidurnya. Bahkan helm pun masih bertengger setia di kepalanya.Ruang 278, tanpa ragu-ragu, dia langsung membukanya. Di dalam sana ada seorang wanita muda berdiri menganggukan kepala berulang kali atas penjelasan dokter yang bertugas.“Bagaimana?” tanya Quo Xin.“Baru saja dipindahkan dari UGD, dia demam sushu 40 derajat, sepertinya kelelahan bekerja,” tutur Shushu dengan wajah yang lelah.“Ibu juga harus istirahat yang baik untuk menjaga suami Anda. Wajah Ibu kurang baik,” ucap dokter pria itu lagi. Shushu hanya menganggukan kepalanya berulang kaliFokus Quo Xin bukan lagi cerita dibalik kenapa ia membutuhkan ambulans di pagi buta lagi. Namun, bagaimana bisa ia mendapatkan suami dalam waktu yang begitu cepat setelah ia tinggal beberapa bulan di kota lain?Setelah kepergian dokter dan perawat tersebut. Quo Xin hanya diam sa
Juanxi terus mengalami mimpi yang panjang, dan semua kejadian itu membuatnya merasa tak nyaman. Kepalanya terasa berat dan panas menerima semua informasi itu. Fakta bahwa kematian Shushu itu begitu menyedihkan membuatnya sangat terpukul.Tidak seharusnya Shushu mengalami itu semua. Dia bukan seperti apa yang digambarkan semua artikel tersebut. Wanita nakal, pemakai narkoba, penipu, dan lainnya.Hal yang membuatnya lebih terpukul ialah adegan dimana Paman Zinbei dan Ibu Yanyan datang ke kantornya untuk meminta tolong mencari kebenaran kematian Shushu.Kini Juanxi paham kenapa Shushu tadi menangis begitu lelah ketika ia tahu bahwa namanya bisa dibersihkan tidak terlibat situs judi online itu. Semua usaha Shushu menyelidiki kasusnya sendiri selama ini, agar tidak membuat dua orang tua itu sedih dan terpukul.Dalam kehidupan pertama itu, ia melihat wajah Paman Zinbei, dan Ibu Yanyan, lima kali lipat terlihat lebih tua dibandingkan kehidupannya sekarang. Mereka telah mendatangi berbagai ka
Juanxi menjadi kesal melihat ponsel milik Shushu yang terus berdering sedari tadi. Dia langsung mematikannya secara total. Lalu membawa tubuh Shushu yang tertidur karena lelah menangis ke kamarnya. Juanxi melihat keseluruhan interior ruangan yang sederhana, namun memiliki tiga pintu ruangan lainnya lagi. Dia penasaran untuk apa saja tiga ruangan di dalam kamarnya ini. Juanxi menerka salah satunya pasti toilet, dan ruang pakaian. Adapun sisanya ia tak begitu yakin. Juanxi menyadari beberapa hal dari mengenal Shushu dalam waktu yang sangat singkat ini. Dia terlalu mudah untuk percaya, namun tak ingin menaruh rasa percaya begitu dalam. Kontradiksi sekali bukan? Dua kata yang bisa dijelaskan ialah polos kebangetan. Kendati dikatakan polos, dia tahu dunia lebih baik. Apalagi soal pekerjaannya dan mengatur finansialnya. Hanya saja melihat ia menangis begitu lepas karena namanya bisa dibersihkan dari tuduhan sindikat judi online itu. Juanxi melihat sosok Shushu menjadi lebih kompleks lagi
Setelah Juanxi memakan hidangan makan malam, ia sepakat dengan satu hal penting dalam kisah cinta keduanya bahwa Juanxi lah yang pertama kali tertarik. Untungnya kesimpulan ini bisa ditarik setelah keduanya mengetahui kegemaran yang mirip dalam mengumpulkan pundi-pundi kekayaan.“Kau benar-benar yang merancang semua perhiasan itu?” tanya Juanxi masih tak percaya. Shushu hanya menganggukan kepalanya. “Aku tak menyangka kau designernya!” pekik Juanxi lagi dengan bersemangat.Tiga tahun yang lalu ia pernah dipaksa ikut adiknya, Lin Yi mengunjungi sebuah lelang perhiasan esklusif di Negara S. Tak pernah terbayang anting yang dibeli adiknya itu dengan harga 2 juta dollar. Itu sebuah karya duet antara desainer dan pengrajin yang berbeda. Anting itu termasuk salah satu barang termahal kelima yang terjual dalam lelang malam itu.“Aku masih tidak paham bagaimana kau bisa melakukan itu semua? Kebanyakan illustrator akan mengambil jalan sebagai komikus,” tanya Juanxi.“Seberapa baik kamu menggam
Shushu dan Juanxi diam di depan pintu lift yang sudah tertutup lama. Suasana yang heboh sebelumnya mendadak tenang.Juanxi sibuk dengan pikirannya, dia tak tahu harus memulai obrolan dengan membahas hal apa, ataukah basa-basi saja terlebih dahulu? Dia merasa canggung dengan keheningan ini. “Kau menangani mereka lebih baik dari dugaanku,” ujarnya.“Nenek Huang dan Ibu Lili orang yang baik, Paman Haifeng juga,” ungkap Shushu.Juanxi yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. “Panggil mereka Ibu dan Ayah saja mulai dari sekarang,” timpal Juanxi.“Aku memahami kekhawatiranmu. Namun, tidak. Ini batasanku ketika tidak ada mereka. Pernikahan ini hanya berlangsung sebentar. Apa kau sudah makan?” ujar Shushu sembari mengalihkan pembicaraan.“Aku belum makan malam,” jujur Juanxi tanpa pikir panjang.“Kalau begitu makan di tempatku saja,” balas Shushu. Kemudian ia berjalan lebih dahulu untuk membuka pintu apartemennya, lalu membuka pintu lebar-lebar agar pria bertubuh tinggi dan besar itu
“Gege, bagaimana bisa kau menikah begitu cepat?” bisik Dongxi, si anak bungsu.“Ugh, tak bisakah kalian datang itu mengabari terlebih dahulu,” ucap Juanxi yang mulai kesal dengan ribuan pertanyaan yang dilontarkan anggota keluarganya.Awalnya ia senang melihat kepanikan yang muncul di wajah Shushu. Kini semua berubah semenjak, Shushu berkomunikasi dengan sangat baik dengan nenek, dan kedua orang tuanya di ruang tengah apartemennya. Padahal tadi dia benar-benar terlihat seperti tak tahu harus apa.Juanxi yang melihat itu merasa senang sebab merasakan Shushu bergantung untuk pertolongannya. Namun lihat sekarang, dia tertawa santai dengan nenek, ibu, dan ayahnya juga.“Santailah ka, aku juga penasaran kenapa kalian berdua tiba-tiba mendaftarkan pernikahan,” sanggah Lin Yi, adik perempuan Juanxi.Shushu diam saja menatap Juanxi. Dia juga ingin mendengar alasan apa yang akan dilontarkan Juanxi. Sisanya ia akan mengikuti alur dari cerita pria itu.Sedari Shushu bertemu Keluarga Huang secara