[Be, aku sudah menemukan foto yang aku janjikan ke kamu kemarin. Foto pemilik Be Shopping]
Bening yang baru ingin merebahkan raga memilih kembali menyalakan lampu. Ia sandarkan punggung ke headboard dan menatap benda pipih di tangannya lekat. Mungkinkah seorang pria botak dengan perut buncit, atau wanita setengah tua dengan bentuk muka oplas sana sini? Bening menerka-nerka seperti apa tampang pemilik perusahaan yang baru seumur jagung tapi sudah berhasil membuat perusahaannya morat-marit.
Mungkin ini yang dinamakan terlena. Selalu berada di posisi atas di antara perusahaan belanja online lainnya, membuat Bening lupa bahwa pesaing pasti akan selalu ada. Ia merasa semua ini kesalahannya karena kurang waspada. Namun, saat foto yang dikirimkan temannya itu masuk ke aplikasi berbalas pesannya, Bening seketika geram. Bibir dan tangan gadis itu bergetar.
“Glass, kamu-“ ucap Bening saat mendapati kenyataan bahwa pemilik Be Shopping adalah mantan suami
Bening merasakan aura yang berbeda saat Glass menatapnya. Aura kecemburuan dari seorang pria yang kesal melihat kekasihnya berdekatan dengan pria lain. Romi pun juga sama, dia langsung turun dari atas gubuk tempatnya mengobrol dengan Bening tadi. Wajah Romi terlihat jelas bahwa dia merasa tak enak hati, apa lagi mulut Glass yang tiba-tiba menyindir tanpa permisi.“Kamu meninggalkanku begitu saja bersama wanita cobra itu dan hidup nyaman di sini?”Bening mendelik, apa maksud Glass adalah Aline? Gadis itu heran kenapa bisa wanita itu mempunyai nama julukan yang aneh dari setiap orang yang dia kenal. Sang mama menyebut Aline mahkluk luar angkasa, Romi memanggilnya wanita sakit, dan sekarang Glass menyebut kakak perempuannya itu cobra, apa karena menurut Glass Aline sangat berbisa?“Sepertinya kalian butuh bicara berdua,” ucap Bening berusaha kabur dari sana. Ia sadar bahwa Romi dan Glass butuh ruang untuk bicara.Bening tahu alasan Ro
Glass mengangguk, dengan langkah berat dia berjalan di belakang Bening menuju kamar gadis itu. Melihat tidak ada koper di sana Glass pun iseng bertanya.“Apa kamu sudah biasa ke sini sampai tidak membawa baju?”“Apa?” Bening yang sibuk menurunkan suhu pendingin ruangan pun tahu maksud Glass, dia dengan santai menjawab pertanyaan pria itu. “Aku meninggalkannya di hotel, sebenarnya aku ke sini bersama teman mama, besok pagi aku akan mengantarmu sekaligus menjemput teman mama untuk membawanya ke sini, dia ingin melihat yayasan.”Mendengar Bening menyebut kata ‘mama’ Glass pun bertanya bagaimana kabar Rea dan Arkan. Jujur, dia sangat takut bertemu dengan mantan mertuanya.“Mereka pasti membenciku,” lirih Glass.Bening merasa tak enak hati mendengar ucapan itu. Ia menggeleng untuk menanggapi tebakan Glass soal mama dan papanya. “Tidak, mereka tahu alasan kamu pergi dan alasank
“Lihat saja setelah kembali, aku akan bener-benar menemui orangtuamu.” Glass masih berbicara seperti itu. Ia keluar dari dalam mobil lalu berjalan masuk ke lobi setelah sampai di hotel.Bening pun tak berniat menanggapi, menurutnya Glass sedang mengada-ada. Ia memilih masuk dan menyapa Vero yang sudah menunggu. Bening meminta izin untuk mengambil beberapa baju lebih dulu di kamar, sebelum kembali ke yayasan.“Astaga!”Bening mengepalkan tangan dan menekuknya ke depan dada saat Glass tiba-tiba saja muncul di hadapan. Pria itu ternyata sengaja menunggu dengan berdiri di depan lift. Bening yang kesal secara reflek memukul lengan Glass, dia tidak menyangka mantan suami yang dianggapnya sudah dewasa bisa bertingkah konyol seperti itu.“Aku akan ikut ke kamarmu,” ucap Glass saat dia dan Bening sudah berada di dalam lift.“Ikut? Apa yang ingin kamu lakukan?” Bening menyilangkan kedua tangan di depan da
“Be, apa aku punya tanda lahir di pantat? Apa kamu pernah melihatnya?”Bening tersedak lagi dan kali ini lebih parah. Anisa sampai harus memberikan air minum kepadanya. Bening tak menyangka Glass akan menanyakan hal itu. Ia pukul lengan sang mantan suami bertubi karena kesal. Glass membuatnya batuk-batuk tanpa henti.Vero dan Anisa pun saling pandang, tanpa perlu bertanya mereka yakin kalau dua mahkluk yang satu meja dengan mereka ini pasti memiliki hubungan. Namun, meski yakin mereka pun butuh penegasan hingga Vero memutuskan bertanya-“Sejak kemarin aku perhatikan kalian sepertinya sangat dekat, apa kalian sepasang kekasih?”“Ya!”“Tidak!”Glass menoleh Bening dengan mata menyipit, pria itu sudah gede rasa bahwa hubungannya dan Bening akan kembali seperti sedia kala, tapi kata 'tidak' yang diucapkan Bening mematahkan hatinya, kuping Glass tidak tuli, dia mendengar Bening dengan lantang
Glass sengaja mengakhiri makan siangnya dengan Alex dan sang rekan bisnis. Ia memilih mendekat ke meja Bening dan Gama. Menganggu acara makan siang dua mahkluk itu adalah tujuannya. Gama terus saja memandangi wajah Glass, hingga Bening yang kaget menyebutkan nama pria itu.“Glass, kenapa bisa ada di sini?” tanya Bening basa-basi, tapi Glass tak ingin berbasa-basi. Pria itu langsung duduk dan menggeser kursi yang berada tepat di sebelah mantan istrinya itu.“Ah … mantan suami Bening,” ujar Gama yang baru ingat dengan wajah Glass. Ia tersenyum dan mengulurkan tangan.Bening sudah dag-dig-dug takut jika sampai Glass menolak Gama, tapi dugaannya salah suaminya itu menyambut meski dengan muka masam.“Tapi kamu keliru kalau menyebutku mantan suaminya, aku masih suaminya. Kami bercerai saat dia hamil jadi perceraian itu jelas tidak sah.”Gama melebarkan netra, dia tatap Bening yang nampak salah tingkah. Seb
Arkan dan Rea tentu melengo mendengar ucapan pria di depannya itu. Ada perasaan lega di hati keduanya karena kini tahu bahwa bukan hanya putri mereka yang masih memiliki rasa.“Pa, Ma izinkan aku menikahi Bening, lagi,” ucap Glass yang membuat Arkan dan Rea merasa sangat bahagia. Mereka berpikir seharusnya Bening ada di sana dan mendengar dengan sendirinya lamaran Glass.“Glass, untuk menikah itu sepenuhnya hak Bening,” jawab Arkan dengan bijak tapi sepertinya membuat Rea tidak suka, wanita itu menginjak kaki sang suami dan tersenyum.Jika Rea bisa berucap tanpa rasa malu karena ada Glass, mungkin dia akan berkata,” Aku sudah menginginkan cucu lagi, sampai kapan putri kita harus menyandang status janda?”Rea tersenyum ke arah Glass, dia pun lebih memilih mendukung ucapan Arkan dari pada keinginan yang membuncah di dalam batinnya, “Benar, itu semua hak Bening.”“Hak apa?”Perha
“Ada apa Be?”Bukannya menjawab, Bening malah terlihat meneteskan air mata. Karena tahu putrinya hari itu pergi ke makam cucunya yang sudah meninggal, Arkan sengaja mengirimkan foto bayi itu ke sang putri.Bening pun terkejut, dia tidak tahu jika selama ini papanya memiliki foto anaknya dan Glass yang sudah meninggal. Hingga pundaknya bergetar, dia takjub sekaligus kembali berduka melihat foto bayinya yang seperti tertidur dengan damai.Glass pun berdiri, dia merangkul pundak Bening dan menerima ponsel yang masih berada digenggaman gadis itu. Glass pun melihat pesan Arkan, bibirnya tersenyum pilu. Ia peluk Bening sambil memandangi foto yang dikirimkan pria yang masih dia anggap papa mertua itu.“Dia cantik Be, dia tidak mirip denganku, dia mirip denganmu,” ucap Glass sebelum memeluk Bening erat. “Maaf! maaf karena membiarkanmu menanggung duka sendirian selama ini,” bisiknya.Beberapa menit kemudian, keduany
“Menikah Minggu depan?” Bening jelas saja terekejut, meski memang tidak mengharapkan pesta meriah tapi tetap saja pertanyaan Glass itu membuatnya bingung.“Jangan bercanda Glass! setidaknya satu bulan lagi,” jawab Bening dengan mata menyipit.“Tidak bisa, aku akan mengurus semua secepatnya. Jika perlu kita menikah secara agama lagi saja dulu.”“Glass!”Bening tak habis pikir, kenapa Glass nampak begitu buru-buru. Pria itu bahkan memintanya untuk tidak perlu memikirkan apa-apa karena dia yang akan menyiapkan semuanya.“Lebih baik ayo kita pergi menengok Maha.” Glass menarik tangan Bening keluar kamar.Melepasnya setelah sampai di luar dan menggendong Olla. Ia membiarkan Bening tertinggal di belakang.“Om, Olla bisa jalan sendiri kok,” ucap Olla. Bocah itu kaget karena Glass tiba-tiba menggendongnya seperti itu.“Tidak apa-apa, nanti Olla capek,&rdq
š·Selamat Membacaš·Seperti yang Glass bilang, setibanya kembali dari Jogja dia langsung menemui Gama untuk membujuk pria itu mengunduh aplikasi yang dia lihat iklannya tempo hari. Glass sesekali melirik Bening yang bercanda dengan Maha dan Olla. Wanitanya itu datang membawakan oleh-oleh sekaligus ingin melepas rindu.āKenapa? jika aku mau aku pasti akan mengunduhnya, Aplikasi itu sudah ada saat umurku masih belasan tahun.ā Gama mengembalikan ponsel milik Glass ke atas meja dan mendorongnya ke arah lawan bicaranya itu pelan.āBening juga sudah bercerita, aplikasi itu pernah ada, lalu hilang dan sekarang muncul lagi dengan fitur yang lebih canggih, ayolah! Carikan Maha ibu, jangan sampai dia menjadi pebinor di antara aku dan Bening.ā Glass tetap pada pendiriannya, dia ingin Maha jauh-jauh dari istrinya.āYa Tuhan Glass, bagaimana bisa kamu berpikir bocah sekecil itu menjadi perebut laki orang.ā Gama geleng-geleng kepala. Ia menyesap kopi yang sudah agak dingin karena mereka keasyikan
š·Selamat Membacaš·Sudah lebih dari setengah jam, tapi Glass masih belum juga masuk kamar, entah pria itu sudah kembali dari warung atau masih berada di dalam kamar mandi, yang jelas Bening uring-uringan dan memilih untuk tidak keluar kamar. Ia berbaring di ranjang lalu bangun, berbaring lagi lalu bangun lagi. Gelisah sendiri seperti wanita yang tak pernah dijatah suami. Bening yang dongkol pun sampai menggigiti kuku jarinya sendiri karena terlalu gemas. Ia meremas sprei ranjang dan langsung berdiri saat Glass akhirnya masuk ke dalam kamar.āSudah selesai?ā ketus Bening, dia menyindir tapi yang disindir tidak peka juga.āSudah,ā jawab Glass dengan santai. āKamu nggak mau makan sate kambing, enak lho,ā imbuhnya dengan nada santai tak merasa bersalah sama sekali.Bening semakin emosi jiwa, melihat dari rambut Glass yang masih basah dan tidak ada aroma kambing yang menguar saat pria itu berbicara, dia sudah bisa menerka bahwa Glass pasti makan dulu setelah dari warung baru setelahnya ma
š·Selamat Membacaš·āPermisi, maaf!āMendengar suara yang begitu sangat dia kenali, Bening pun menoleh. Ia kaget sekaligus bahagia. Ingin rasanya dia mencecar Glass dengan banyak pertanyaan. Namun, rasa penasarannya itu harus dia tahan dulu saat pramugari mendekat dan meminta Glass untuk segera duduk. Bening terus menatap heran Glass, dia bahkan memastikan dirinya tak salah lihat, suaminya itu bahkan tidak membawa koper. Glass tersenyum, dia terus memperhatikan Bening dan tak mendengarkan penjelasan dari pramugari sebelum pesawat take off. Pria itu pun duduk lurus ke depan saat pesawat hendak mengudara, setelah memastikan burung besi itu berada di atas awan, baru lah Glass menoleh. Ia tersenyum manis mendapati sang istri sudah memperhatikannya.āGlass, jangan bilang kamu berlari ke sini dan tidak membawa apa-apa.āGlass menggeleng, alih-alih memberi jawaban ke sang istri pria itu malah balik melempar pertanyaan perihal Bening yang naik pesawat, apakah sudah berkonsultasi dengan dokter
š·Selamat Membacaš·Bening menelepon dokter Andit, menanyakan apakah dia bisa melakukan konsultasi dadakan hari itu. Ia ingin pergi ke suatu tempat dan harus memakai pesawat. Bening pun semringah saat sang dokter memintanya datang. Tidak perlu membuat janji jika dia pasti akan dilayani dengan senang hati oleh sang dokter.Tak ingin menunggu lama, Bening pun mengemasi barang pribadinya. Wanita itu berpesan pada Zahra untuk membatalkan beberapa agendanya tiga hari ke depan karena dia ingin pergi jalan-jalan.āAnda mau ke mana?ā Zahra berdiri dari kursi karena terlalu kaget. Tidak biasanya Bening seperti ini. Atasannya itu selalu merencanakan apa yang akan dia lakukan. Membatalkan agenda jelas bukan gaya wanita itu.āAku ingin berlibur, ke Jogja? Apa mau kubawakan bakpia? Atau gudeg?ā tanya Bening dengan wajah semringah. Ia melambaikan tangan ke Zahra dan berjanji akan membawakan Amar - putra wanita itu batik.āWah ā¦ apa ada masalah? kenapa tiba-tiba ingin pergi?ā gumam Zahra.__Bening
š·Selamat Membacaš·āMereka pasti akan bahagia karena daddy mau menjenguk.ā Bening mengedipkan mata, malu juga dia sebenarnya bertingkah agresif seperti ini, tapi apa mau dikata terkadang keinginan harus diungkapkan agar tidak menjadi penyakit di dalam hati.āMereka yang bahagia, atau Mommy-nya yang bahagia.ā Glass menyentuhkan hidungnya ke hidung Bening. Wanitanya itu tersenyum malu-malu layaknya anak perawan yang baru saja merasakan cinta.āKalau itu tidak perlu ditanyakan lagi Glass, aku bahagia kamu pun juga pasti bahagia.ā Bening melingkarkan tangan ke leher suami berondongnya. Ia memang sangat merindukan sentuhan Glass, sentuhan yang membuatnya mabuk kepayang dan merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia.āAku akan melakukannya dengan lembut, aku tidak ingin membuat calon anak kita terganggu.āKalimat Glass membuat Bening seolah mendapat durian runtuh, wanita itu mengangguk berkali-kali. Ia bahkan memejamkan matanya malu, saat jemari Glass mulai bergerak lincah menyentuh p
š·Selamat Membacaš·āAh bocah itu, bisa saja dia mencari akal untuk membuatmu kasihan.āGlass membuang muka, entah kenapa dia yang sudah sebesar itu bisa merasa kesal dan cemburu ke anak kecil seperti Maha. Bening pun hanya bisa meliriknya dengan tatapan memelas. Hati kecilnya tidak bisa menolak permintaan Gama tadi. Mungkin karena dia juga akan menjadi seorang ibu, jadi dia lebih perasa.Dengan setengah hati, Glass memutar kemudi menuju rumah Gama. Ia juga ingin memastikan sendiri bagaimana kondisi Maha yang dia juluki sebagai pebinor cilik itu. Namun, belum juga melancarkan aksi Bening sudah menasehatinya sepanjang jalan. Glass diminta untuk tidak mengeluarkan kata yang bisa menyakiti hati Maha.Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan rumah Gama. Rumah itu memang tak terlalu besar, berlantai dua dan memiliki halaman yang lumayan luas. Sesaat setelah turun dari mobil, Gama langsung berlari sendiri membukakan pintu gerbang. Pembantunya masih sibuk membujuk Maha untuk makan di
š·Selamat Membacaš·āGlass bangun! kita harus menjemput Mama Vero.āBening menggoyangkan tubuh suaminya. Ia bahkan sengaja menempelkan rambutnya yang masih basah ke pipi Glass. Bibirnya tersenyum mendapati wajah damai Glass yang begitu sangat tampan dan rupawan. Tak sabar rasanya dia untuk mengetahui jenis kelamin bayi kembarnya. Jika laki-laki sudah pasti akan setampan pria yang susah dibangunkannya ini.āGlacio, sayang! Kamu berjanji menjemput Mama Vero.āBening memindai wajah Glass, dia bahkan mengetuk hidung bangir pria itu dan memberikan sebuah kecupan di kening.āHei ā¦ bangun!āBukannya segera membuka mata, Glass malah tersenyum. Ia merengkuh pinggang sang istri lantas membantingnya ke ranjang. Terang saja Bening pun melebarkan netranya. Glass yang masih tidak sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan malah tersenyum, tapi beberapa detik kemudian seketika melebarkan bola mata. Wajahnya berubah cemas. Ia bahkan langsung berdiri.āBe, apa ada yang sakit? ah ā¦ aku benar-benar bod
š·Selamat Membacaš·āJangan sembarangan Glass.āEmbun tidak terima dengan tuduhan sang ipar ke sepupu suaminya. Ia mengenal Gama bahkan dulu saat masih duduk di bangku SMA, pria itu pernah menyatakan cinta padanya. Gama pria normal, hanya saja terlalu tertutup dengan kehidupan pribadi.āAku yakin anak itu dia ambil hanya untuk menutupi kelainannya,ā ucap Glass lagi.āSayang!ā Bening mendelik, dia menggeleng meminta suaminya untuk tidak berprasangka buruk terhadap Gama. Ia pun memilih mendekat ke arah Maha dan membuat Glass semakin heran.āDasar anak itu!ā gerutunya. Setelah itu Glass duduk di meja yang tak jauh dari sana untuk kembali bekerja. Meski Bening memintanya pergi ke kantor, tapi pria itu menolak dengan alasan ingin memantau perkembangan kesehatan sang istri. Kini ada Maha yang datang membuat Glass semakin tidak ingin jauh dari Bening.Serius? dia cemburu dengan seorang anak berumur lima setengah tahun dan dianggapnya pebinor.Mata Glass sesekali melirik Bening yang membelai
š·Selamat Membacaš·āAku mau jeruk, Sa ā¦ yang.āBening ragu meminta buah itu ke Glass, sudah seharian dia menginap di rumah sakit padahal bisa saja dia pulang setelah perutnya tidak melilit lagi semalam, tapi mau bagaimana lagi suami berondongnya itu sangat ketakutan hingga tidak memperbolehkannya pulang sebelum benar-benar pulih.āApa kamu mau makan yang asam-asam? Tidak sayangkah kamu pada perutmu dan dua mahkluk yang sedang bertumbuh di dalam sana?āBening menelan saliva, dia hanya bisa diam dan bergumam dalam hati, awas saja jika nanti anaknya ileran, dia akan selalu mengingat hari ini. Hari di mana daddy mereka tidak memberikan buah bundar berwarna orange yang menggiurkan itu.Rea yang datang untuk melihat kondisi sang putri pun hanya bisa menahan tawa, dia cukup bahagia melihat bagaimana cara Glass memperlakukan Bening. Ia yakin umur hanyalah angka, Glass yang seperti itu membuatnya yakin bahwa pria itu bisa menjaga keluarga kecil mereka nanti.āMama pulang dulu, kabari jika kal