“Melahirkan segera? Apa maksud dokter?
Bening kebingungan, terlebih melihat ekspresi muka sang dokter yang nampak sedih dan kecewa. Dokter bernama Andit itu menempelkan kembali alat yang baru saja dia letakkan untuk memastikan kembali.
“Detak jantung bayi Anda memang sudah tidak ada”
“A-a-apa? tidak ada? Apa maksudnya? Mana mungkin Dok? Dua minggu yang lalu bukankah Dokter bilang semuanya sehat?”
Bening sudah meneteskan air mata, dia melihat layar monitor di mana hanya gambar hitam putih yang nampak di sana.Perawat yang membantu dokter itu pun sampai mendekat dan menenangkan Bening. Meski bibirnya terus menolak, air mata sudah menganak sungai mengalir di pipi.
“Dokter, a-apa maksud dokter ba-ba-bayiku meninggal?” tanyanya terbata sambil menangis terisak. Bening masih duduk di atas ranjang pemeriksaan.
Sang dokter dan perawat pun ikut meneteskan air mata melihat Bening seperti itu. Sejak p
Romi merasa iba, beberapa bulan menjalin komunikasi dengan Bening membuatnya merasa sedikit mengenal gadis itu. Romi pun bingung dengan perasaannya sendiri, kenapa dia bisa merasa lega saat gadis itu memintanya untuk tidak memberitahu Glass tentang kehamilannya.[Aku turut berduka cita]Romi mematung setelah mengetikkan pesan, hingga tak sadar Glass sudah berjalan mendekat ke arahnya. Pria itu pun seketika mengunci layar ponsel dan memasukkan benda pipih itu ke dalam kantong celana.“Apa Aline?” tanya Glass sedikit curiga.“Hem … dia berkata akan datang menemuimu malam ini.”Glass hanya berdecak dan tersenyum miring. Pemuda itu berjalan sambil memasukkan sebelah tangan ke saku celana dan meninggalkan Romi di belakang. Meski selama setengah tahun lebih mereka selalu bersama, tapi Glass masih belum bisa sepenuhnya percaya pada pria itu.🥛🥛🥛“Meski tidak boleh membawa bayi, aku diam-dia
3 tahun kemudian …“Aku nggak mau jadi anak Mommy, aku mau jadi anak Tabebe aja.”Bocah yang hampir berumur empat tahun itu merapat ke tembok, bersedekap dada dan memalingkan muka. Bibir mungilnya yang sejak tadi mengoceh mengerucut. Bukannya membujuk Embun malah tertawa melihat Olla merajuk.“Ya sudah sana! Masih ada adek bayi yang mau jadi anak Mommy,” ucap Embun sambil mengusap perut lalu menjulurkan lidah.Olla pun menangis, bocah itu menghentak-hentakkan kaki ke lantai dan kembali meracau sebelum mendaratkan pantat ke lantai dan menendang-nendangkan kaki,” Mommy nakal! Aku mau Tabebe.”Embun menggeleng tak percaya bahwa putrinya begitu manja ke sang tante-Bening. Saat Olla masih tantrum, Embun memilih mengambil tas sang putri, memasukkan beberapa baju, makanan dan botol minum.“Udah nangisnya?” Embun mendekati Olla, berlutut dan mengusap pipi bocah itu yang basah.“Olla
Deru mesin samar terdengar saat pesawat hampir lepas landas. Glass melirik ke arah jendela, di balik kacamata hitam yang nampak memperkeren penampilannya itu, dia menyembunyikan banyak pertanyaan juga kegelisahan. Ingin rasanya segera menginjakkan kaki ke negara di mana orang- orang yang dikenalnya tinggal. Namun, hati kecil Glass merasa takut. Ia takut jika ibu yang membesarkannya telah tiada, dia juga takut jika gadis yang sangat ingin dia buat sakit hati ternyata sudah menemukan bahagianya.“Tidak Glass! bukankah kamu ingin membuatnya mengemis cinta padamu? Mau dia sudah atau belum memiliki suami, ingat tujuanmu adalah membuatnya bertekuk lutut,” gumam Glass. Ia sandarkan punggung setelah pesawat berhasil mengudara. Glass baru akan memejamkan mata saat Alex yang duduk tepat disebelahnya mengajak bicara.“Tepat seperti dugaan Anda, Ibu Aline meminta saya untuk menemani Anda sampai ke Indonesia,” ucap Alex.“Dia
Bening berpura-pura tak melihat, dia memalingkan muka dan tersenyum ke arah Andrew dan dua orang temannya. Glass yang diam-diam memperhatikan pun merasa bahwa mantan istrinya itu sedang berkencan dengan Andrew. Glass berpikir seperti itu karena nampak jelas sejak tadi teman pria dan wanita yang sudah duduk di sana terlihat mesra dan bahkan saling rangkul. Namun, Glass tidak ingat bahwa pria yang terlihat bahagia saat Bening tiba adalah Andrew, Pria yang sejak dulu memang menaruh hati pada gadis itu.Satu teguk, dua teguk, tiga teguk. Glass mengawasi Bening yang wajahnya hanya nampak samping jika dilihat dari tempat dia duduk. Gadis itu seolah tak peduli dengan keberadaannya. Mereka bertingkah bak dua orang asing yang sama sekali tidak pernah saling mengenal. Hingga seorang wanita lain datang setengah jam kemudian, wanita itu melingkarkan tangan ke leher Andrew dan mencium pipi kiri pria itu.Glass melihat Bening tersenyum, kedatangan wanita itu mema
Glass dan Bening pun saling pandang. Namun, kemudian tatapan mereka beralih ke Olla yang sedang menarik-narik tangan Glass untuk memberikan permen miliknya ke pria itu. Glass pun tersenyum dan berjongkok di depan Olla, menerima permen lollipop dari tangan bocah itu dengan senyuman lebar. Melihat bagaimana Bening menatap Olla, Glass berpikir mungkin saja bocah itu adalah anak dari sang mantan istri. “Terima kasih anak cantik, siapa namamu?” tanya Glass mencoba menyembunyikan rasa penasarannya. Dia usap sisi rambut Olla lembut. “Olla,” jawab bocah itu kemudian berbalik berlari menuju Bening sambil memberi laporan. “Tabebe aku kasih Om itu permen.” Bening tertawa, dia puji Olla karena kebaikan hati keponakannya itu. “Olla memang anak baik.” Bening menyodorkan bibirnya dan Olla pun menciumnya sekilas. Agen property yang berbincang dengan Bening pun berdiri. Ia menyambut Glass yang datang sendirian ke sana tanpa ditemani Alex. Glass pun duduk di sing
Bening memijat pelipis karena ternyata yang menghubunginya adalah Zahra. Sekretarisnya itu mengabarkan sesuatu yang lagi-lagi sungguh tidak menyenangkan.“Pemilik bangunan kosong bekas show room mobil yang rencananya akan RBB sewa sebagai gudang, baru saja mengabari Pak Peter, dia bilang ada seorang pengusaha yang berniat membeli tanah beserta bangunan, jadi kemungkinan dia akan menjualnya dan tidak jadi disewakan ke perusahaan kita.”Hening, Bening memilih masuk ke dalam apartemen dulu sebelum menghempaskan tubuh ke sofa. Gadis itu menggosok kening, terlintas di dalam pikirannya untuk menikah saja dengan pengusaha kaya kemudian berdiam diri di rumah menjadi sosialita. Sungguh, ada saat di mana Bening merasa lelah menjadi seorang wanita karir.“Coba tanya ke Peter, berapa harga yang ditawarkan. Kalau memang harus membeli aku akan memakai uangku sendiri untuk membelinya dan RBB bisa menyewanya dariku, katakan pada Peter seperti itu,”
Fitria juga ikut bingung, kenapa Glass malah terlihat seperti tidak tahu apa-apa tentang itu.Hingga saat keduanya masih saling menatap wajah satu sama lain, Zahra masuk tanpa mengetuk pintu. Terang saja ibunda Amar itu menjadi pusat perhatian, baik Glass dan Fitria sama-sama menatap ke arahnya, sedangkan Zahra kaget bukan main mendapati sosok Glass berada di sana.“Di-di-dia? Kenapa di sini? kapan kembali?” gumam Zahra di dalam hati. Meski dia tidak melakukan kejahatan, tapi dia takut rahasianya terbongkar. “Apa Bu Bening belum tahu jika mantan suaminya sudah kembali?”“Itu dia, bukankah dia sekretarismu?” tanya Fitria.Glass sadar dan ingat dengan jelas siapa Zahra, hingga untuk menutupi perasaannya ke Fitria dia menjawab saja, “iya.”Merasa mencurigakan jika langsung pergi dari sana, Zahra memilih untuk mendekat, menyapa dan meletakkan buah yang dia bawa ke atas meja. Wanita itu h
[Be, aku sudah menemukan foto yang aku janjikan ke kamu kemarin. Foto pemilik Be Shopping]Bening yang baru ingin merebahkan raga memilih kembali menyalakan lampu. Ia sandarkan punggung ke headboard dan menatap benda pipih di tangannya lekat. Mungkinkah seorang pria botak dengan perut buncit, atau wanita setengah tua dengan bentuk muka oplas sana sini? Bening menerka-nerka seperti apa tampang pemilik perusahaan yang baru seumur jagung tapi sudah berhasil membuat perusahaannya morat-marit.Mungkin ini yang dinamakan terlena. Selalu berada di posisi atas di antara perusahaan belanja online lainnya, membuat Bening lupa bahwa pesaing pasti akan selalu ada. Ia merasa semua ini kesalahannya karena kurang waspada. Namun, saat foto yang dikirimkan temannya itu masuk ke aplikasi berbalas pesannya, Bening seketika geram. Bibir dan tangan gadis itu bergetar.“Glass, kamu-“ ucap Bening saat mendapati kenyataan bahwa pemilik Be Shopping adalah mantan suami
🍷Selamat Membaca🍷Seperti yang Glass bilang, setibanya kembali dari Jogja dia langsung menemui Gama untuk membujuk pria itu mengunduh aplikasi yang dia lihat iklannya tempo hari. Glass sesekali melirik Bening yang bercanda dengan Maha dan Olla. Wanitanya itu datang membawakan oleh-oleh sekaligus ingin melepas rindu.“Kenapa? jika aku mau aku pasti akan mengunduhnya, Aplikasi itu sudah ada saat umurku masih belasan tahun.” Gama mengembalikan ponsel milik Glass ke atas meja dan mendorongnya ke arah lawan bicaranya itu pelan.“Bening juga sudah bercerita, aplikasi itu pernah ada, lalu hilang dan sekarang muncul lagi dengan fitur yang lebih canggih, ayolah! Carikan Maha ibu, jangan sampai dia menjadi pebinor di antara aku dan Bening.” Glass tetap pada pendiriannya, dia ingin Maha jauh-jauh dari istrinya.“Ya Tuhan Glass, bagaimana bisa kamu berpikir bocah sekecil itu menjadi perebut laki orang.” Gama geleng-geleng kepala. Ia menyesap kopi yang sudah agak dingin karena mereka keasyikan
🍷Selamat Membaca🍷Sudah lebih dari setengah jam, tapi Glass masih belum juga masuk kamar, entah pria itu sudah kembali dari warung atau masih berada di dalam kamar mandi, yang jelas Bening uring-uringan dan memilih untuk tidak keluar kamar. Ia berbaring di ranjang lalu bangun, berbaring lagi lalu bangun lagi. Gelisah sendiri seperti wanita yang tak pernah dijatah suami. Bening yang dongkol pun sampai menggigiti kuku jarinya sendiri karena terlalu gemas. Ia meremas sprei ranjang dan langsung berdiri saat Glass akhirnya masuk ke dalam kamar.“Sudah selesai?” ketus Bening, dia menyindir tapi yang disindir tidak peka juga.“Sudah,” jawab Glass dengan santai. “Kamu nggak mau makan sate kambing, enak lho,” imbuhnya dengan nada santai tak merasa bersalah sama sekali.Bening semakin emosi jiwa, melihat dari rambut Glass yang masih basah dan tidak ada aroma kambing yang menguar saat pria itu berbicara, dia sudah bisa menerka bahwa Glass pasti makan dulu setelah dari warung baru setelahnya ma
🍷Selamat Membaca🍷“Permisi, maaf!”Mendengar suara yang begitu sangat dia kenali, Bening pun menoleh. Ia kaget sekaligus bahagia. Ingin rasanya dia mencecar Glass dengan banyak pertanyaan. Namun, rasa penasarannya itu harus dia tahan dulu saat pramugari mendekat dan meminta Glass untuk segera duduk. Bening terus menatap heran Glass, dia bahkan memastikan dirinya tak salah lihat, suaminya itu bahkan tidak membawa koper. Glass tersenyum, dia terus memperhatikan Bening dan tak mendengarkan penjelasan dari pramugari sebelum pesawat take off. Pria itu pun duduk lurus ke depan saat pesawat hendak mengudara, setelah memastikan burung besi itu berada di atas awan, baru lah Glass menoleh. Ia tersenyum manis mendapati sang istri sudah memperhatikannya.“Glass, jangan bilang kamu berlari ke sini dan tidak membawa apa-apa.”Glass menggeleng, alih-alih memberi jawaban ke sang istri pria itu malah balik melempar pertanyaan perihal Bening yang naik pesawat, apakah sudah berkonsultasi dengan dokter
🍷Selamat Membaca🍷Bening menelepon dokter Andit, menanyakan apakah dia bisa melakukan konsultasi dadakan hari itu. Ia ingin pergi ke suatu tempat dan harus memakai pesawat. Bening pun semringah saat sang dokter memintanya datang. Tidak perlu membuat janji jika dia pasti akan dilayani dengan senang hati oleh sang dokter.Tak ingin menunggu lama, Bening pun mengemasi barang pribadinya. Wanita itu berpesan pada Zahra untuk membatalkan beberapa agendanya tiga hari ke depan karena dia ingin pergi jalan-jalan.“Anda mau ke mana?” Zahra berdiri dari kursi karena terlalu kaget. Tidak biasanya Bening seperti ini. Atasannya itu selalu merencanakan apa yang akan dia lakukan. Membatalkan agenda jelas bukan gaya wanita itu.“Aku ingin berlibur, ke Jogja? Apa mau kubawakan bakpia? Atau gudeg?” tanya Bening dengan wajah semringah. Ia melambaikan tangan ke Zahra dan berjanji akan membawakan Amar - putra wanita itu batik.“Wah … apa ada masalah? kenapa tiba-tiba ingin pergi?” gumam Zahra.__Bening
🍷Selamat Membaca🍷“Mereka pasti akan bahagia karena daddy mau menjenguk.” Bening mengedipkan mata, malu juga dia sebenarnya bertingkah agresif seperti ini, tapi apa mau dikata terkadang keinginan harus diungkapkan agar tidak menjadi penyakit di dalam hati.“Mereka yang bahagia, atau Mommy-nya yang bahagia.” Glass menyentuhkan hidungnya ke hidung Bening. Wanitanya itu tersenyum malu-malu layaknya anak perawan yang baru saja merasakan cinta.“Kalau itu tidak perlu ditanyakan lagi Glass, aku bahagia kamu pun juga pasti bahagia.” Bening melingkarkan tangan ke leher suami berondongnya. Ia memang sangat merindukan sentuhan Glass, sentuhan yang membuatnya mabuk kepayang dan merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia.“Aku akan melakukannya dengan lembut, aku tidak ingin membuat calon anak kita terganggu.”Kalimat Glass membuat Bening seolah mendapat durian runtuh, wanita itu mengangguk berkali-kali. Ia bahkan memejamkan matanya malu, saat jemari Glass mulai bergerak lincah menyentuh p
🍷Selamat Membaca🍷“Ah bocah itu, bisa saja dia mencari akal untuk membuatmu kasihan.”Glass membuang muka, entah kenapa dia yang sudah sebesar itu bisa merasa kesal dan cemburu ke anak kecil seperti Maha. Bening pun hanya bisa meliriknya dengan tatapan memelas. Hati kecilnya tidak bisa menolak permintaan Gama tadi. Mungkin karena dia juga akan menjadi seorang ibu, jadi dia lebih perasa.Dengan setengah hati, Glass memutar kemudi menuju rumah Gama. Ia juga ingin memastikan sendiri bagaimana kondisi Maha yang dia juluki sebagai pebinor cilik itu. Namun, belum juga melancarkan aksi Bening sudah menasehatinya sepanjang jalan. Glass diminta untuk tidak mengeluarkan kata yang bisa menyakiti hati Maha.Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan rumah Gama. Rumah itu memang tak terlalu besar, berlantai dua dan memiliki halaman yang lumayan luas. Sesaat setelah turun dari mobil, Gama langsung berlari sendiri membukakan pintu gerbang. Pembantunya masih sibuk membujuk Maha untuk makan di
🍷Selamat Membaca🍷“Glass bangun! kita harus menjemput Mama Vero.”Bening menggoyangkan tubuh suaminya. Ia bahkan sengaja menempelkan rambutnya yang masih basah ke pipi Glass. Bibirnya tersenyum mendapati wajah damai Glass yang begitu sangat tampan dan rupawan. Tak sabar rasanya dia untuk mengetahui jenis kelamin bayi kembarnya. Jika laki-laki sudah pasti akan setampan pria yang susah dibangunkannya ini.“Glacio, sayang! Kamu berjanji menjemput Mama Vero.”Bening memindai wajah Glass, dia bahkan mengetuk hidung bangir pria itu dan memberikan sebuah kecupan di kening.“Hei … bangun!”Bukannya segera membuka mata, Glass malah tersenyum. Ia merengkuh pinggang sang istri lantas membantingnya ke ranjang. Terang saja Bening pun melebarkan netranya. Glass yang masih tidak sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan malah tersenyum, tapi beberapa detik kemudian seketika melebarkan bola mata. Wajahnya berubah cemas. Ia bahkan langsung berdiri.“Be, apa ada yang sakit? ah … aku benar-benar bod
🍷Selamat Membaca🍷“Jangan sembarangan Glass.”Embun tidak terima dengan tuduhan sang ipar ke sepupu suaminya. Ia mengenal Gama bahkan dulu saat masih duduk di bangku SMA, pria itu pernah menyatakan cinta padanya. Gama pria normal, hanya saja terlalu tertutup dengan kehidupan pribadi.“Aku yakin anak itu dia ambil hanya untuk menutupi kelainannya,” ucap Glass lagi.“Sayang!” Bening mendelik, dia menggeleng meminta suaminya untuk tidak berprasangka buruk terhadap Gama. Ia pun memilih mendekat ke arah Maha dan membuat Glass semakin heran.“Dasar anak itu!” gerutunya. Setelah itu Glass duduk di meja yang tak jauh dari sana untuk kembali bekerja. Meski Bening memintanya pergi ke kantor, tapi pria itu menolak dengan alasan ingin memantau perkembangan kesehatan sang istri. Kini ada Maha yang datang membuat Glass semakin tidak ingin jauh dari Bening.Serius? dia cemburu dengan seorang anak berumur lima setengah tahun dan dianggapnya pebinor.Mata Glass sesekali melirik Bening yang membelai
🍷Selamat Membaca🍷“Aku mau jeruk, Sa … yang.”Bening ragu meminta buah itu ke Glass, sudah seharian dia menginap di rumah sakit padahal bisa saja dia pulang setelah perutnya tidak melilit lagi semalam, tapi mau bagaimana lagi suami berondongnya itu sangat ketakutan hingga tidak memperbolehkannya pulang sebelum benar-benar pulih.“Apa kamu mau makan yang asam-asam? Tidak sayangkah kamu pada perutmu dan dua mahkluk yang sedang bertumbuh di dalam sana?”Bening menelan saliva, dia hanya bisa diam dan bergumam dalam hati, awas saja jika nanti anaknya ileran, dia akan selalu mengingat hari ini. Hari di mana daddy mereka tidak memberikan buah bundar berwarna orange yang menggiurkan itu.Rea yang datang untuk melihat kondisi sang putri pun hanya bisa menahan tawa, dia cukup bahagia melihat bagaimana cara Glass memperlakukan Bening. Ia yakin umur hanyalah angka, Glass yang seperti itu membuatnya yakin bahwa pria itu bisa menjaga keluarga kecil mereka nanti.“Mama pulang dulu, kabari jika kal