Share

Bab 47

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-12-31 11:17:19

47

Hari berganti dengan kecepatan maksimal. Dahayu masih tidak percaya bila sebentar lagi dia akan menikah. Hal itu menyebabkannya senewen dan banyak melamun.

Siang menjelang sore, Arya memenuhi janji untuk datang. Dahayu mengulum senyuman menyaksikan lelaki yang menunggunya di dekat tangga terbawah, sembari memegangi buket bunga beraneka warna.

Siulan Westy dan senyuman para karyawan mengiringi adegan pemberian bunga tersebut. Pipi Dahayu yang merona menjadikan Arya terpesona. Keduanya saling menatap sesaat, sebelum sama-sama mengulaskan senyuman.

Seusai berpamitan pada Westy dan yang lainnya, Arya mengajak Dahayu menuju mobil SUV putih di tempat parkir. Pria berkemeja biru pas badan membukakan pintu buat Dahayu. Setelah menutup pintu, Arya memutari kendaraan dan memasuki bagian pengemudi.

"Ada titipan dari Renata," ujar Arya sambil menunjuk ke kursi tengah.

Dahayu mengambil paper bag hitam dari belakang dan memeriksa isinya. "Oh, contoh bahan," jelasnya sembari mengeluarkan sebu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Seuntai Janji    Bab 48

    48Siang itu, Arya dan Dahayu tengah berada di toko perhiasan pada salah satu pusat perbelanjaan. Arya membiarkan Dahayu memilih set perhiasan yang diinginkan, karena dia kurang memahami tentang itu. Arya tertegun ketika Dahayu memutuskan satu set perhiasan yang paling sederhana. Arya hendak memberikan masukan, tetapi perempuan tersebut terlibat perbincangan dengan pramuniaga toko. Arya meraih dompet dari saku celana krem-nya, lalu mengambil kartu hitam dan mengulurkannya pada Dahayu. "Ini, buat apa?" tanya Dahayu. "Bayar yang tadi kamu pilih," jelas Arya. "Enggak usah. Biar aku yang bayar." "Itu buat seserahan, berarti aku yang tanggung jawab." "Mas tangani maharnya aja." Dahayu menunjuk set perhiasan kedua yang berada di sisi kanan etalase. Arya meletakkan kartu ke kotak perhiasan. Dia meminta pramuniaga untuk menyelesaikan transaksi pembayaran. Kemudian Arya mengamati calon istrinya yang sedang melihat-lihat gelang."Mas, yang ini, bagus nggak?" tanya Dahayu sambil menunjuk

    Last Updated : 2025-01-01
  • Seuntai Janji    Bab 49

    49Arya mengamati Dahayu yang sejak tadi membisu. Perempuan berjilbab putih juga seakan-akan tidak semangat bersantap dan hanya menyuap sedikit. Arya menduga Dahayu tengah banyak pikiran. Dia akan membiarkan sang calon istri diam. Sebab Arya yakin jika Dahayu akan berbagi cerita bila sudah siap. Dugaan Arya tepat. Seusai makan, Dahayu mengajaknya berpindah duduk di sofa ruang tamu unit apartemennya. Arya tertegun saat Dahayu duduk sangat dekat dengannya, lalu perempuan berbaju merah muda menyandarkan kepala ke lengan kirinya. Arya spontan meraih jemari kanan Dahayu dan mengusapnya pelan. Dia menunggu dengan sabar, hingga sang kekasih menceritakan perdebatannya kemarin malam dengan Imran. Arya terkejut ketika Dahayu mengucapkan jika dirinya sudah memblokir semua akun media sosial Imran. Termasuk nomor ponsel dan akun terbaru lelaki tersebut. "Jangan begitu, Yu. Bagaimanapun, dia adalah temanmu," tutur Arya, sesaat setelah Dahayu usai bercerita. "Habisnya dia bikin kesal," rajuk D

    Last Updated : 2025-01-01
  • Seuntai Janji    Bab 50

    50Acara lamaran di kediaman Bagja, siang itu berlangsung khidmat. Saat penyerahan seserahan, Dahayu dan Arya sempat bertatatapan sesaat, sebelum sama-sama mengulaskan senyuman. Keduanya berpose selama beberapa menit ketika para fotografer sibuk mengabadikan adegan itu. Selanjutnya, Dahayu mengajak ketiga anak sambungnya untuk berpotret bersama. Jamilah mengusap sudut matanya yang berair. Perempuan tua berjilbab krem merasa bahagia, karena putra keduanya telah memiliki calon istri. Laksmi menyunggingkan senyuman lebar sembari menekan-nekan ujung matanya menggunakan tisu. Laksmi senang karena putrinya bisa menemukan pasangan baru. Setelah acara berfoto, Bayu dan Nana mempersilakan para tamu untuk menyicipi hidangan yang telah disediakan di meja prasmanan, yang berada di ruang makan. Tanpa rasa canggung, Nana menggendong Alfian sembari berbincang dengan keluarganya. Sementara Bayu terlibat percakapan dengan Faiz, Bazan dan Gunawan. Seusai bersantap, kedua orang tua Arya dan Dahayu

    Last Updated : 2025-01-02
  • Seuntai Janji    Bab 51

    51Perjalanan 2 setengah jam dari Surabaya ke Kediri, terasa begitu panjang dan lama bagi Arya. Dia mulai panik karena mengkhawatirkan kondisi Aminah. Dahayu yang memaksa menjadi sopir, berusaha tetap fokus memandang ke depan. Dia memahami jika Arya sedang kalut hingga pria tersebut lebih banyak diam. Setibanya di tempat tujuan, keduanya turun dari mobil Arya. Seorang pria mendatangi mereka dan langsung menyalami keduanya. Nazriel Chentana menerangkan kronologis sang ibu hingga ditemukan telah pingsan di kamar mandi dalam kamarnya. Pria berusia 26 tahun tersebut terlihat gusar dan berulang kali mengerjap-ngerjapkan mata. Arya menepuk-nepuk punggung sang adik ipar sambil mengucapkan kata-kata menghibur. Setelah meminta izin pada penjaga keamanan, ketiganya jalan menyusuri lorong panjang. Nazriel mengajak kedua tamu berbelok ke kanan, lalu memasuki pintu besar. Beberapa orang kerabat Nazriel yang berada di ruang tunggu, spontan bangkit untuk menyalami Arya dan Dahayu. Mereka sempa

    Last Updated : 2025-01-02
  • Seuntai Janji    Bab 52

    52Hari berganti. Sore itu, Arya dan Dahayu telah kembali ke Surabaya. Mereka langsung dikerumuni kedua bocah yang bergantian menanyakan kondisi sang nenek. Arya menjelaskan semuanya dengan bahasa yang sederhana, hingga Aldi dan Aldo bisa memahaminya. Sementara Alfian, nyaris tidak mau lepas dari sang ibu yang terpaksa memangkunya lebih lama. Meskipun badannya pegal-pegal, tetapi Dahayu tidak tega menurunkan bayi berbaju cokelat tersebut. Langit senja perlahan menggelap. Dahayu menyerahkan Alfian pada Intan. Kemudian dia bangkit dan jalan menuju tangga. Kala Dahayu sedang mandi, Westy dan Ririn tiba dari butik. Mereka memberikan kue pesanan Dahayu pada Wahyuni, lalu keduanya menyusul sang bos di kamar tamu. Dahayu keluar dari toilet sambil menggosok-gosokkan rambut ke handuk. Dia memandangi Westy dan Ririn yang sedang berbaring di kasur sambil bermain ponsel. "Yu, aku besok pulang duluan ke Jakarta," tutur Westy sembari meletakkan ponsel ke kasur. "Kita pulang sama-sama," jawab

    Last Updated : 2025-01-03
  • Seuntai Janji    Bab 53

    53Hari berganti menjadi minggu. Pagi menjelang siang itu, Dahayu baru tiba di butik utama, ketika pramuniaga menerangkan bila ada tamu di ruang tunggu lantai dua. Terdorong rasa penasaran, Dahayu bergegas menaiki tangga. Dia tertegun sesaat kala sampai di undakan teratas, dan melihat seorang pria berkemeja hitam yang sedang memandangi ponselnya. Dahayu sempat berhenti sejenak, sebelum meneruskan langkah menyambangi sang tamu. Pria tersebut menengadah, lalu berdiri sambil mengulurkan tangan kanannya. "Apa kabar, Yu?" tanya Imran seusai berjabatan. "Baik," jawab Dahayu sembari menarik tangannya. "Silakan duduk," lanjutnya sambil mendudukkan diri di kursi tunggal sebelah kiri sofa yang ditempati tamunya. "Aku ganggu, nggak?" "Enggak." Dahayu mengamati pria yang terlihat lebih kurus dari saat terakhir mereka bertemu. "Mas kapan pulang dari Australia?" tanyanya berbasa-basi. "Beberapa hari lalu." "Ehm, ya." "Aku ke sini, sengaja mau menemuimu." "Hmm, lalu?" "Cuma pengen lihat k

    Last Updated : 2025-01-03
  • Seuntai Janji    Bab 54

    54Alfian sibuk jalan mengelilingi area dekat rumah barunya dengan dipegangi Riaz, yang ditugaskan akangnya untuk menemani Arya dan Dahayu meninjau lokasi. Sekali-sekali Riaz akan berhenti untuk merapikan topi bundar biru yang dikenakan Alfian. Sebab benda itu nyaris terbang, akhirnya Riaz mengikat kuat talinya di bagian bawah dagu Alfian. Sementara Arya berbincang serius dengan Wandi dan kepala proyek, Dahayu mengamati ruang tamu untuk menentukan perabotan yang paling pas. Dahayu mendiktekan apa yang hendak dibeli dan Intan menulisnya dengan rapi di buku kecil. Kedua perempuan tersebut berdiskusi untuk menentukan warna gorden. "Jangan yang gelap, Bu. Banyak nyamuk," tutur Intan. "Hmm, tadinya aku mau pesan biru tua," balas Dahayu. "Ganti ke biru muda aja, deh," lanjutnya. "Abu-abu juga bagus." "Yups, matching juga ke cat-nya." Dahayu mengalihkan pandangan ke dinding terdekat dengan pintu. "Bagian itu, cat biru tua, supaya warna dinding nggak monoton abu-abu," sambungnya. "Ban

    Last Updated : 2025-01-04
  • Seuntai Janji    Bab 55

    55Malam itu, Arya, Alfian dan Intan telah berada di gerbong eksekutif kereta menuju Surabaya. Selain mereka, delapan perwakilan dari PC dan lima bos PG juga turut serta. Belasan pengusaha muda itu akan melakukan tugas mengecek proyek masing-masing dan juga proyek bersama, selama beberapa hari ke depan. Arya duduk berdampingan dengan Yoga. Mereka bergantian memangku Alfian, yang akhirnya terlelap dalam gendongan sang papa.Pria berjaket hijau berdiri dan memindahkan putranya ke bangku belakang, yang posisinya telah diubah oleh Intan. Arya meletakkan Alfian dengan hati-hati, kemudian Intan menyelimuti anak asuhnya. Tiba-tiba para lelaki di barisan depan tergelak dan menimbulkan tanda tanya orang-orang di belakang. "Apaan, Dit?" tanya Yoga pada asistennya yang berada di kursi terdepan bersama Listu, ajudan Ivan."Bos Sipitih kena skak sama Mas Yon," jawab Aditya sambil menoleh ke belakang. "Di grup mana?" "Pengawas luar negeri." "Yang Eropa?" "Yups." "Bentar, ku-cek dulu." Yog

    Last Updated : 2025-01-04

Latest chapter

  • Seuntai Janji    Bab 63

    63Ruang pertemuan di hotel Janitra, Minggu siang itu tampak ramai. Para tamu undangan berulang kali tertawa akibat drama yang ditampilkan para bos PG. Telah menjadi peraturan tidak tertulis. Jika yang menikah adalah anggota PC, maka tim PG dan PBK yang menjadi pengisi acara. Begitu juga sebaliknya. Akan tetapi, karena saat resepsi di Yogyakarta minggu lalu tidak banyak bos PG yang hadir, akhirnya tim 7 PC dan tim PBK yang mengisi acara pertunjukannya. Dahayu mengusap sudut matanya, ketika menyaksikan tingkah para komedian yang tengah berlakon sebagai tokoh wayang. Kisah perang Bharatayuda yang seharusnya menegangkan, berubah menjadi drama lucu. "Kakanda Yudhistira, biarkan aku yang maju untuk memenggal kepala Duryodana!" seru Hadrian yang berperan sebagai Arjuna. "Kemarin saja kamu kalah adu layangan dengan dia. Jangan sok-sokan mau membunuhnya," ledek Dante yang berlakon sebagai Nakula. "Kakanda Nakula benar," imbuh Calvin yang menjadi Sadewa. "Sesama saudara, jangan saling m

  • Seuntai Janji    Bab 62

    62Setelah 2 hari menginap di rumah Dartomo, Dahayu mengajak suami dan anak-anaknya menginap di rumah Bagja. Kedatangan mereka disambut kedua orang tua Dahayu dengan sangat hangat. Bahkan Bagja dan Jamilah memaksa agar Aldi, Aldo serta Alfian tidur di kamar utama. Selama 2 hari di rumah mertuanya, Arya banyak berdiskusi dengan Bagja. Pria tua berkumis memberikan wejangan tentang bisnis dan tips menjalani kehidupan. Tibalah hari kepindahan keluarga Arya ke Jakarta. Kedua orang tuanya dan keluarga Dahayu turut berangkat ke Jakarta, untuk mengantarkan keluarga baru tersebut. Sesampainya di bandara Cengkareng, Arya terkejut saat didatangi petugas bandara, yang menyampaikan pesan dari Alvaro. Seusai memastikan semua barang tersusun rapi di troli, Arya mendorong kereta Alfian yang tengah terlelap sejak masih dalam pesawat. Arya bergegas ke pintu keluar terminal kedatangan penerbangan domestik. Dia celingukan, sebelum mendatangi beberapa orang berseragam safari hitam, yang telah menung

  • Seuntai Janji    Bab 61

    61Jeritan para bocah mengagetkan Arya pagi itu. Dia belum sempat mengubah posisi badan, ketika Aldi dan Aldo melompat ke kasur. Alfian berusaha memanjat tempat tidur, sebelum akhirnya diangkat Arya dan didudukkan di dekat kedua kakaknya. Arya meringis kala ketiganya meloncat-loncat, kemudian dia meminta para bocah untuk berhenti melakukan itu dan duduk bersila di dekatnya. Dahayu muncul sambil mendorong troli penuh makanan. Dia berhenti di dekat meja, lalu memanggil ketiga anak sambungnya yang segera mendatangi sang ibu. Dahayu meminra ketiga lelaki kecil untuk duduk di sofa. Kemudian dia membagikan potongan kue pada mereka. Dahayu berdiri dan beralih membuat minuman untuk dirinya serta Arya. Pria berkumis tipis bangkit dari kasur. Alih-alih menuju kamar mandi, Arya justru bergabung dengan anak-anaknya, sambil memerhatikan Dahayu yang rambutnya masih lembap. Arya mengulum senyuman. Malam pertama mereka berlangsung penuh kehangatan. Sama-sama lama sendirian, menjadikan Dahayu dan

  • Seuntai Janji    Bab 60

    60 Malam itu, Arya mengecek kondisi ketiga putranya di family room lantai tiga. Sisi kanan lantai itu menjadi area khusus keluarga Arya dan Dahayu. Sementara sisi kiri ditempati para bos PG dan PC serta petinggi PBK. Semua pengawal muda dan tim butik ditempatkan di lantai 4. Sedangkan Zayan dan keluarganya menginap di lantai 5 yang sisi kirinya merupakan tempat khusus keluarga Hatim, bila tengah berkunjung ke Yogyakarta. Setelah memastikan Aldi, Aldo dan Alfian terlelap, Arya berpamitan pada Wahyuni, Intan dan Resna yang turut menemani ketiga bocah tersebut. Tidak berselang lama, Arya sudah berada di koridor panjang yang dalam kondisi lengang. Dia memasuki lift untuk menuju kamar pengantin di lantai 7, yang merupakan area tertinggi di gedung itu. Zayan sengaja menempatkan Arya dan Dahayu di president suite yang baru dibangun 6 bulan silam. Selain supaya pasangan pengantin memiliki privasi, Zayan ingin menunaikan janjinya pada Dahayu, yakni melaksanakan pernikahan mantan istrinya

  • Seuntai Janji    Bab 59

    59 "Silakan dimulai, Engkoh Wew Wiw Ya, Abang Z, dan Kang H," tukas Fikri yang bertugas sebagai MC, bersama Khairani. "Pasukan owe belum semuanya datang," jawab Wirya dengan dialek khas orang Chinese. "Dipanggil aja, Koh," usul Khairani. "Biaya memanggilnya itu mahal," cetus Wirya. "Enggak apa-apa. Nanti tagihannya dibebankan ke PBK," papar Fikri. "Jangan cari masalah. Dirutnya garang," seloroh Zein. "Bukan garang lagi, tapi bengis bin sadis," imbuh Hendri. "Pokoknya jangan disenggol. Tanduknya akan muncul di kepala." "Taringnya pun keluar. Panjangnya 50cm." "Kalau lagi kumat sisi buruknya, musuh akan dikunyah." "Enggak dimasak dulu?" "Sudah dipanggang pakai jurus 3." "Stop!" sela Wirya. "Ngomongin dia itu nggak akan ada habisnya. Apalagi dia adalah anak kesayangan Emak OY yang pasti muncul di semua buku baru," lanjutnya. "Tidak terbantahkan emang," timpal Zein. "Apalah kita, nih. Hanya jadi pendukung yang jarang muncul," keluh Hendri. "Akang masih mending. Buku hororn

  • Seuntai Janji    Bab 58

    58 Ruang pertemuan besar di hotel milik Hatim Grup, Sabtu siang itu terlihat ramai. Perhelatan akbar pernikahan Arya dan Dahayu berlangsung meriah. Pasangan pengantin terlihat semringah. Mereka menyambut ucapan selamat dari semua tamu, dengan sangat ramah.Arya yang memang murah senyum, nyaris tidak berhenti mengukir senyumannya. Demikian pula dengan Dahayu yang tampil sangat cantik dan anggun. Gaun pengantin sage bertabur permata asli buatannya, menjadikan Dahayu benar-benar memesona. Ditambah dengan riasan wajah hasil penata rias ternama, menjadikan tampilan wajahnya terlihat makin menawan. Arya yang mengenakan setelan jas sage yang serupa dengan gaun Dahayu, terlihat berulang kali menatap pengantinnya dengan sorot mata memuja. Hal itu ternyata tertangkap jelas oleh rekan-rekan Arya yang berada di tempat VIP sisi kiri pelaminan. Mereka memvideokan tingkah sang pengantin pria, kemudian mengirimkannya ke grup PC dan PG utama. Tepat pukul 2, semua lampu utama diredupkan. Beberapa

  • Seuntai Janji    Bab 57

    57Sepanjang acara siraman, Dahayu nyaris tidak berhenti menangis. Dia teringat tingkahnya di masa lalu yang menyebabkan kedua orang tuanya kecewa. Begitu pula saat Bayu dan Nana menyiraminya dengan pelan, Dahayu memegangi pinggang sang kakak sambil sesenggukan. Bayu turut memeluk adiknya tanpa peduli jika bajunya akan basah. Pria bertubuh montok terbayang masa kecil hingga remaja dirinya dan Dahayu, yang nyaris selalu bersama. Mereka baru mulai memiliki kehidupan masing-masing, setelah Bayu kuliah. Putra sulung Bagja mengurai dekapan, kemudian dia merunduk untuk mengecup dahi adiknya yang masih terisak-isak. "Semoga pernikahan ini menjadi yang terakhir buatmu, Yu," tutur Bayu sambil mengusap jilbab putih adiknya yang basah. "Ya, Mas. Aamin," jawab Dahayu. "Jangan terlalu keras kepala. Sekali-sekali mengalah dan nurut sama suami. Walaupun Arya itu penyabar, tapi kalau kamu ngeyel terus, lama-lama dia bosan buat ngalah." "Inggih." "Kamu akan jadi Ibu dari 3 anak. Kurangi jam ke

  • Seuntai Janji    bab 56

    56Sore itu, Arya dan keluarganya mengunjungi makam Erni. Aminah, Ningtyas dan yang lainnya, turut bergabung untuk membacakan doa buat almarhumah Erni. Arya bermonolog dalam hati, untuk meminta izin pada Erni, karena sebentar lagi dia akan menikahi Dahayu. Pria berkaus krem memejamkan mata sambil membayangkan sosok Erni, yang masih memiliki tempat spesial di hatinya. Puluhan menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di dua mobil MPV. Ajudan Arya yang bernama Amir, mengemudikan mobil bosnya sembari menghafalkan jalan. Sementara di mobil Nazriel, pria tersebut tengah melatih ajudannya, Syamil, agar bisa lebih lancar menyetir. Sementara Aminah, Ningtyas dan Farid, suami Ningtyas, berbincang di kursi tengah. Dua perempuan di belakang yang merupakan perawat dan ajudan Aminah, memerhatikan sekeliling sambil mengobrol. Tika dan Resna, bisa langsung akrab sejak pertama kali bertemu di kediaman Aminah di Kediri. Setibanya di tempat tujuan, Gunawan dan Tami menyambut kelompok tersebu

  • Seuntai Janji    Bab 55

    55Malam itu, Arya, Alfian dan Intan telah berada di gerbong eksekutif kereta menuju Surabaya. Selain mereka, delapan perwakilan dari PC dan lima bos PG juga turut serta. Belasan pengusaha muda itu akan melakukan tugas mengecek proyek masing-masing dan juga proyek bersama, selama beberapa hari ke depan. Arya duduk berdampingan dengan Yoga. Mereka bergantian memangku Alfian, yang akhirnya terlelap dalam gendongan sang papa.Pria berjaket hijau berdiri dan memindahkan putranya ke bangku belakang, yang posisinya telah diubah oleh Intan. Arya meletakkan Alfian dengan hati-hati, kemudian Intan menyelimuti anak asuhnya. Tiba-tiba para lelaki di barisan depan tergelak dan menimbulkan tanda tanya orang-orang di belakang. "Apaan, Dit?" tanya Yoga pada asistennya yang berada di kursi terdepan bersama Listu, ajudan Ivan."Bos Sipitih kena skak sama Mas Yon," jawab Aditya sambil menoleh ke belakang. "Di grup mana?" "Pengawas luar negeri." "Yang Eropa?" "Yups." "Bentar, ku-cek dulu." Yog

DMCA.com Protection Status