Share

Bab 86 Season 2

Penulis: Safiiaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Anita terhenyak mendengar ucapan buliknya. Rasa khawatir yang berlebihan dari Bu Mila itu membuatnya mau tak mau akhirnya menjadi kepikiran.

Sayangnya, sekarang bukan saat yang tepat untuk membahas masalah itu dengan Hamid.

"Bulik jangan khawatir, keluarga Mas Hamid itu baik, insya Allah tidak akan bersikap buruk pada Anita. Kalaupun ada masalah, pasti akan diselesaikan dengan baik pula."

"Semoga saja. Tapi ya tetep aja, ngga ada salahnya kan kita berjaga-jaga. Inget sendiri gimana kamu waktu memutuskan untuk berpisah dan pontang-panting cari kerjaan? Mau hal kayak gitu terulang kembali? Mumpung suasana masih baik dan tidak ada masalah apapun, bahas ini dengan suamimu. Minta dibuatkan usaha atau pinjam modal untuk kamu bikin usaha sendiri. Lagian sekarang banyak kok perempuan yang kerja di rumah sambil mengurus urusan rumah tangga. Kayak si Siti anaknya Lastri itu, dia di rumah jualan baju pakai HP, tiap hari yang datang ambil baju aja ada!"

Anita kembali terdiam. Bayangan saat ia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 87 Season 2

    "Bukan ngga suka, cuma Mas ngga pernah makan di tempat seperti ini." Hamid mencoba mengurai rasa cemas dalam diri istrinya."Ngga pernah?" sela Anita mengulang ucapan suaminya."Lebih tepatnya memang ngga pernah punya waktu untuk menikmati makan apalagi bersantai ditengah keadaan Ezra yang sakit seperti kemarin. Mas ngga bisa telan makanan di tempat keramaian sementara istri Mas terbaring di rumah." Wajah Hamid berubah sendu. Ada setitik luka di dalam bola matanya.Prasangka Anita salah. Ia lega mengetahui penyebab suaminya tidak pernah makan di tempat seperti ini bukan karena tidak suka, tapi memang tidak punya waktu untuk itu.Anita mengamati perubahan pada wajah suaminya itu. Ia pun merasakan atmosfer yang berbeda di dalam kabin mobil setelah Hamid menjawab pertanyaannya. "Kalau begitu, sekarang mari menikmati makanan ini. Mas pasti suka. Selain baksonya enak, legendaris pula, tempatnya nyaman dan bersih. Selain itu kita juga dimanjakan dengan pemandangan taman yang hijau." Anita

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 88 Season 2

    "Dari mana, Syid?" tanya Bu Risma, ibunya. Ia melihat ada yang berbeda dengan wajah anaknya kali ini. "Kusut gitu mukanya." Tidak menjawab ibunya, Rasyid malah berjalan ke depan dispenser air. Ia mengambil gelas dari atas rak lalu mengisinya dengan air putih. Laki-laki yang baru datang itu segera meneguk seluruh isi gelas tersebut hingga tandas.Bu Risma tidak lagi bertanya. Ia mengamati tingkah putranya yang tidak biasa. Tatapannya tak berpindah dari sang putra, tapi bibirnya enggan bertanya. Wanita paruh baya itu menunggu anak laki-lakinya menceritakan sendiri apa yang sedang dirasakannya."Pak Hamid baru saja negur Rasyid, Bu." Rasyid mulai bercerita setelah dirasa hatinya tenang."Kamu habis melakukan kesalahan?""Iya, kesalahan yang sangat besar.""Dipecat?"Rasyid menoleh dengan cepat ke arah wajah ibunya, lalu buru-buru meralat ucapannya. "Bukan soal kerjaan.""Lalu?""Soal nafkah untuk anak-anak.""Kenapa sama nafkah anak-anak?""Dia minta Rasyid untuk kasih nafkah rutin tia

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 89 Season 2

    "Ini Ratih kan?" tanya Rasyid masih tak percaya dengan apa yang ada di depannya."Iya, ini Ratih. Kamu Rasyid, kan?" balas perempuan itu dengan raut kaget."Iya, aku Rasyid. Masya Allah kita ketemu lagi setelah sekian tahun," ungkap Rasyid salah tingkah.Tak hanya Rasyid, Ratih pun demikian. Sekian tahun berlalu tak disangka hari ini mereka ketemu karena sebuah ketidaksengajaan."Mari masuk," ucap Ratih sambil membuka daun pintu rumah kos-nya lebar-lebar. Ada sebuah ruang tamu di sebelah deretan kamar saling berhadapan yang semua pintunya tertutup rapat. Di ujung kamar itu terdapat ruangan kecil yang bersebelahan dengan dua ruang kamar mandi. Tempat itu cukup bersih dan nyaman.Aditya menyapu sekitar dengan kedua ekor matanya. Sebuah rumah yang jauh berbeda dengan rumah yang selama ini ia tempati. Akan tetapi, ia sudah mantap untuk berubah dan memulai hidup baru.Rasyid duduk bersebelahan dengan Aditya di ujung sofa sedangkan Ratih duduk di ujung sofa yang lainnya."Emm ... kamu apa

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 90 Season 2

    Rasyid dan Aditya menoleh secara bersamaan ke arah Ratih. Keduanya menatap wajah pemilik kosan itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Emm anu, kan, itu, apaa ... Kan lebih enak kalau Mas Rasyid yang anterin soalnya sudah kenal," ujar Ratih terbata. Ia keceplosan. Hatinya yang kebat-kebit membuat lidahnya susah dikendalikan."Tapi maaf, saya ngga bisa. Nanti sore ada keperluan sampai malam."Jawaban Rasyid itu seketika meredupkan binar di mata Ratih."Enggak, Om. Biar Adit datang sendiri aja."Rasyid mengangguk cepat. Keduanya lantas pamit dari hadapan pemilik kos tersebut."Ya sudah, kita pamit ya?" ujar Rasyid mengakhiri pertemuan mereka. Ia berdiri lebih dulu untuk bersalaman dengan Ratih."Mas," panggil Ratih lirih saat ia sudah mulai melangkah keluar dari ruang tamu rumah kosnya."Iya?" Rasyid pun menghentikan langkahnya. Ia membiarkan Aditya berjalan lebih dulu dan menunggu di dekat motornya terparkir."Aku boleh minta nomor Mas?" ucap Ratih malu-malu. Ia tidak memiliki kesempata

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 91

    Sebuah undangan sudah berada dalam genggaman Anita. Ia membacanya dengan rasa haru yang meletup di dalam dada. Teman rasa saudara selama bekerja di konveksi milik suaminya ketika menjanda kini sedang berbahagia. "Assalamualaikum, Nisaaa," ucap Anita senang setelah panggilannya terhubung. Ia tak sanggup menahan rasa bahagianya sendiri. Rasa itu harus diungkapkan pada sang pemilik."Waalaikum salam, Bu Boss. Apa kabar? Sudah bahagia sekarang." Nisa menjawab dengan semangat. Ia juga senang karena rekannya kini sudah tidak lagi menyandang status janda."Alhamdulillah baik dan bahagia. Kamu juga sedang berbahagia, kenapa baru kasih kabar sekarang? Katanya dulu mau ajak aku belanja buat seserahan, tapi aku ngga dikabari sampai sekarang. Tau-tau udah ada undangannya aja." Anita berujar sambil mengawasi Nata yang sedang bermain dengan deretan mobil-mobilan di atas playmat."Iya, rencana kemarin emang gitu. Tapi ibu bos kan sudah sibuk sama pak bos, jadi ya mana berani ganggu.""Ish biasa aja

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 92

    Suasana rumah mendadak hening. Tak ada tanya Anita atau celoteh Nata dalam rumah itu. Anita menghindari suaminya sejak kejadian di meja makan sore tadi. Ia membawa Nata ke dalam kamarnya hingga Nata terlelap."Nata sudah tidur?" tanya Hamid setelah ia masuk ke dalam kamarnya. Pekerjaannya telah selesai, ia kembali mendekati istrinya untuk melepas rindu setelah kesibukannya seharian tadi."Sudah." Anita menjawab sekenanya tanpa menoleh. Ponsel yang menyala di depannya itu tak juga disingkirkan meskipun ada sang suami di depannya. Ia terkesan menghindar."Ngga pengen duduk dekat Mas sini?" tanya Hamid yang sudah duduk di atas ranjang sambil mengamati tubuh bagian belakang istrinya.Anita tidak menjawab. Ia masih enggan meletakkan benda pintar itu untuk melayani sang suami."Masih marah?" Hamid kembali mencecar Anita dengan pertanyaan. Ia pun berdiri dari duduknya lalu menghampiri Anita. Meja rias itu menjadi tujuan Hamid untuk meletakkan bobot tubuhnya. Ia bersandar di meja rias itu sa

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 93

    Anita mondar-mandir di ruang tengah rumahnya, mengabaikan Nata yang sedang asik bermain di lantai bersama beberapa macam mobil kesayangannya. Di genggamannya terdapat ponsel yang sedang ia tunggu getarannya."Mas Hamid lama ngga kasih kabar," gumam Anita sedikit kesal. Ia hanya bisa menunggu tanpa berani bertanya, apalagi meminta untuk cepat-cepat pulang.Anita duduk di sofa panjang yang ada di dekat Nata. Ia memandang layar ponsel sambil sesekali memperhatikan Nata.Sebuah notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel Anita. Ia segera membukanya.[Kamu siap-siap ya, habis ini saya pulang. Kita ke tempat Nisa]Wajah cemas Anita seketika sirna. Seulas senyuman terbit menjadi pengganti bibir yang sejak tadi tak henti berdesis. Ia segera mengajak Nata bersiap agar ketika sang suami tiba bisa segera berangkat.Sebuah gamis berwarna maroon dengan aksen mutiara di sekitar dada dan lengan menjadi pakaian yang dikenakan Anita sore ini. Gamis itu dipadukan dengan kerudung warna soft pink menjadikan w

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 94

    "Ratih," lirih Rasyid hampir tak terdengar suaranya. Ia tercengang dengan tangan yang masih memegang Nata di atas pangkuannya. Bayi berumur setahun itu sibuk mengunyah kue gabus keju sambil sesekali tertawa karena godaan rekan ayahnya yang ada di sekeliling.Ratih berjalan mendekati Rasyid yang sedang duduk di barisan kursi tamu. Langkah kaki perempuan bergamis navy itu terhenti tepat di belakang kursi yang ditempati ayahnya Nata."Mas Rasyid kenal sama Nisa? Atau temennya Riswan?" Ratih kembali bersuara. Ia penasaran dengan apa yang dilihatnya."Mbak Ratih kenal sama Pak Rasyid juga? Beliau ini satu kerjaan sama aku." Nisa yang ada di dekat Rasyid bersama teman-temannya yang lain turut menimpali."Oh temen kerja?""Silahkan duduk, Mbak," ujar Aditya yang tengah duduk di samping Rasyid. Ia memberikan tempat untuk Ratih bisa bergabung bersama dengan teman-teman Nisa, Rasyid khususnya."Iya. Mbak Ratih kok kenal sama Pak Rasyid?" Dahi Nisa berkerut. Pikiran negatif mulai bermunculan dal

Bab terbaru

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 105

    "Mbak Anita balik sini lagi?" sapa Laili, tetangga sebelah rumah, saat Anita baru saja turun dari mobil yang ditumpanginya."Iya, Mbak. Bagaimanapun rumah sendiri lebih nyaman." Anita tersenyum setelah menjawab pertanyaan tetangganya. Di dalam gendongannya, Nata masih terlelap."Ah iya, Mbak bener. Apalagi diantara kalian belum ada anak."Anita hanya tersenyum untuk menjawab ucapan tetangganya itu. Ia pun lantas masuk ke dalam rumahnya setelah Pak Mahmud membantunya menurunkan koper, meninggalkan perbincangan yang tak berarti dengan tetangganya itu."Makasih ya, Pak," ucap Anita setelah menyelipkan amplop ke dalam genggaman tangan laki-laki yang telah menjemputnya."Sama-sama, Mbak."Selepas kepergian Pak Mahmud, Anita duduk bersandar di sofa ruang tengah. Matanya memejam, memikirkan langkah hidup selanjutnya. Kepergian Hamid yang tiba-tiba membuatnya harus berpikir keras, sama ketika ia baru saja menyandang status janda dulu.Kepala Anita kembali mengingat obrolannya dengan Nisa sebe

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 104

    Sindy bersama Anita berangkat menuju rumah sakit tempat Hamid dirawat. Rasa cemas tak henti-hentinya singgah dalam diri Anita membayangkan bagaimana keadaan sang suami.Ditambah dengan pertengkaran pagi tadi yang membuatnya benar-benar merasa bersalah karena telah membuat sang suami pergi bekerja dengan hati yang tidak nyaman."Semoga kondisi Mas Hamid tidak mengkhawatirkan," lirih Anita tak tenang."Semoga ya, Mbak. Baru kali ini Mas Hamid kayak gini, biasanya ngga pernah. Pasti ada sesuatu yang terjadi sampai dia nyetir mobil ngga konsentrasi begini.""Mbak juga ngga tau. Mas Hamid ngga pernah cerita masalah apapun yang terjadi sama usahanya. Biasanya kalau ada apa-apa, pasti dia duduk lama di ruang kerja. Kalau sudah begitu, Mbak ngga akan berani ganggu.""Mas Hamid memang begitu. Ngga pernah terbuka soal kerjaan sama istrinya. Baginya, masalah dia soal kerjaan adalah masalah dia sendiri.""Padahal Mbak malah senang kalau diajak diskusi.""Itulah, Mbak."Perjalanan pun tiba di ruma

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 103

    "Mbak belum pernah ke mall ini," ucap Anita setibanya mereka di lobby utama. Ia mengamati sekitar dengan dua bola matanya sambil membawa Nata dalam gendongan."Masak belum pernah, Mbak? Secara bapak duitnya banyak.""Bukan perkara duit, Sa. Tapi memang ngga ada waktunya kesini. Kalau sendirian juga Mbak ngga mungkin bisa pergi. Mana berani.""Mbak ngga ngajak aku sih," seloroh Nisa. Ia tertawa setelahnya."Ya mana kepikiran, Sa. Kamu di sana, Mbak disini.""Iya juga sih. Ya sudah, yuk jalan lagi." Nisa menggandeng tangan Anita menuju ke area mall. Mata Anita mengitari sekitar, betapa selama beberapa bulan ini ia hanya menghabiskan waktu di rumah saja tanpa sedikitpun berpikir untuk berjalan-jalan menikmati udara luar. Ia hanya pergi ketika akan mengunjungi Naila atau ke tempat bulik. Selebihnya, Anita hanya di rumah menunggu sang suami pulang kerja."Kemana, Sa?" tanyq Anita saat Nisa menggandengnya menuju eskalator."Cari makanan, Mbak.""Tadi di rumah ditawari makan ngga mau.""Bed

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 102

    "Halo," panggil suara di ujung panggilan. Suara bariton dari lelaki yang saat ini membuat hati Anita kebat-kebit."Sayang?"Anita terdiam. Ia masih belum ingin menjawab panggilan dari sang suami."Sayang masih di situ kan?" ucap Hamid lagi. Ia melihat ponselnya yang masih menampakkan layar panggilan."Sayang aku minta maaf," kata Hamid lagi. Ia tahu pasti sang istri merasa aneh dengan sikapnya tadi pagi. Ditambah dengan penolakannya atas permintaan Anita."Emm ... I-iya, Mas." Anita menjawab dengan ragu-ragu."Aku minta maaf ya, tadi aku buru-buru berangkat soalnya ada masalah yang harus Mas selesaikan." Hamid menurunkan nada suaranya. Ia paham dengan perasaan seseorang yang kini mulai memenuhi relung hatinya."Aku yang harusnya minta maaf. Aku terlalu banyak permintaan pada Mas.""Enggak, ngga apa-apa. Oh Iya, Mas cuma mau kasih tau kalau Mas nyuruh Sindy cari pembantu buat kamu.""Pembantu? Mas aku bisa kerjain semuanya sendiri.""Ngga apa-apa. Biar dia bantu kamu beres-beres sekal

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 101

    Anita terduduk melamun di ruang tengah. Ia masih belum bisa menerima penolakan Hamid terhadap permintaannya. Ada rasa kesal dan amarah yang mulai bergelut dalam dadanya. Akan tetapi, Anita sadar bahwa segalanya sudah terpenuhi di rumah ini. Ia tidak kekurangan apapun yang bisa dijadikan alasan untuk menjadi wanita mandiri.Dering telepon berbunyi dari ponsel yang ada di sampingnya. Anita pun segera meraih ponsel itu untuk menerima panggilan dari seseorang."Assalamualaikum," sapa suara di ujung sana."Waalaikum salam. Ciee manten baru," goda Anita setelah mendengar suara Nisa yang terdengar ceria. Suara Nisa itu menjadi hiburan tersendiri di saat hatinya sedang kesal."Hihihi, Mbak nih! Bikin malu aja," balas Nisa cengengesan. Wajahnya merona karena mengingat bagaimana rasanya menjadi pengantin baru."Nyesel kan, kenapa ngga dari dulu aja nikahnya.""Hahaha enggak juga. Ada sih dikit tapi lebih ke riweh nya, Mbak. Tapi alhamdulilah semua berjalan dengan lancar.""Alhamdulillah. Mbak

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 100

    Hamid membawa Anita duduk di teras samping rumahnya. Jam dinding yang berputar masih menunjukkan angka lima lebih tiga puluh menit, masih ada banyak waktu untuk bisa berbicara dengan istrinya soal semalam.Laki-laki yang memakai kaos polos dengan celana pendek itu menatap sang istri yang menunduk. Ia menunggu perempuan yang rambutnya dikucir kuda itu menjawab pertanyaannya yang baru saja dilempar."Ada apa denganmu?" tanya Hamid sekali lagi. Ia masih terus menikmati wajah Anita yang membisu."Mas bukan dukun, bukan pula orang pintar yang tahu isi hatimu tanpa harus bertanya lebih dulu. Kalau ada apapun, baiknya bicarakan pada Mas, untuk kita bahas bersama. Jangan tiba-tiba diam seperti ini." Hamid berusaha menjelaskan apa yang ia mau. Memulai hubungan tanpa perkenalan yang dekat memang harus ada salah satu pihak yang menjadi mengalah untuk memulai. Jika pihak perempuan tidak demikian, maka pihak laki-laki yang harus mengalah untuk memulai membangun komitmen kedepannya.Anita diam saj

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 99

    Hamid memperhatikan istrinya disela-sela konsentrasinya mengemudi. Ia merasa aneh sebab sejak kembali dari kafe istrinya lebih banyak diam.Suara musik instrumental menemani mereka dalam perjalanan, dan menjadi satu-satunya suara dalam kabin mobil tersebut. Konsentrasi Hamid terpecah, akan tetapi suara musik itu membuatnya tetap bisa mengemudi dengan baik sekalipun hatinya sedang tak biasa.Hari sudah larut. Tidak ada waktu untuk Hamid bisa bertanya perihal perubahan sikap istrinya dengan tenang. Ia harus fokus dengan jalanan yang lumayan lengang agar lekas sampai di rumah.Sekilas Hamid melirik sang istri lagi. Wajah wanitanya itu terus saja melihat ke arah jendela. Sejak mulai perjalanan sampai hampir sampai Surabaya wajah itu tak beranjak dari depan kaca dengan tatapan nanar ke sepanjang bangunan di pinggir jalan.Dalam hatinya, Hamid kepayahan menahan diri. Tapi ia tak punya banyak pilihan sebab khawatir akan terjadi pertengkaran jika grusah grusuh membahas masalah sensitif seperti

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 98

    Di sebuah klinik, Rasyid sedang menunggu dokter memeriksa kondisi Ratih. Ia menjambak rambutnya untuk melampiaskan rasa kesal yang terus saja hinggap di hidupnya."Gimana bisa kamu tabrak istri saya!" omel Fajar. Ia berjalan mondar-mandir di depan Rasyid."Saya ngga nabrak. Dia sendiri yang lari pas saya berusaha pergi. Perlu kamu tahu, antara saya dan Ratih tidak ada apa-apa. Kami dulu memang berteman baik, setelah itu terpisah sekian tahun karena kami sibuk dengan kehidupan kami masing-masing.Baru beberapa hari yang lalu kami kembali bertemu dan saat itu, saya melihat ada gelagat aneh dari Ratih pada saya. Jika saja saya tau rumah tangga kalian sedang tidak baik-baik saja, maka saya tidak akan pernah mau untuk berurusan dengan dia lagi.""Jangan bohong kamu! Ratih terlihat sekali kalau dia menginginkan kamu!" ucap Fajar bersungut-sungut."Menginginkan?" Rasyid menyahut. Dahinya mengerut tak paham dengan ucapan Fajar."Iya, dia terlihat memaksa kamu untuk menerima dia!"Rasyid teetaw

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 97

    Nata tidur dalam perjalanan pulang. Ia terlelap nyenyak dalam pelukan sang ibu. Sesekali jemari ibunya mengusap pipi mulus bayi yang terlelap itu.Ada rasa lega yang mejalari hati Anita. Bayi yang dulu ia khawatirkan akan kekurangan kasih sayang bapak, nyatanya kini malah mendapatkan limpahan kasih sayang dari dua bapak sekaligus.Hubungan Anita dengan Rasyid yang membaik itu merupakan diluar prediksinya. Ia bersyukur memiliki suami yang mampu menjadi penengah antara dirinya dan mantan suaminya."Kecapekan ya dia?" tanya Hamid saat melihat sang istri berulang kali memandangi wajah mungil itu.Anita menoleh ke arah sang suami. Bibirnya tersungging sedikit."Iya. Dari siang aktif terus. Tidur cuma sebentar aja." Lagi, Anita mendaratkan pandangannya pada bayi dalam dekapannya itu."Ya sudah biarkan dia tidur. Kasihan.""Iya, Mas. Mas ngga capek? Kalau capek kita nginep di rumah aja," balas Anita. Ia melihat perjalanan masih sampai di sekitar tempat tinggalnya yang lama. Tidak butuh waktu

DMCA.com Protection Status