Tidak ada satu pun kecemasan yang menghantui jiwa Rebecca terjadi ketika tiba di hotel bersama Glenn. Lewat sikap yang berhati-hati Glenn mampu menorehkan kepercayaan pada diri Rebecca.Mereka masuk lewat pintu khusus yang steril dari orang-orang tidak berkepentingan. Hanya manager hotel beserta Eric yang mendampingi sampai ke depan president suite room–hotel mewah tersebut. Apalagi sebelum masuk ke dalam Rebecca sempat mendengar ultimatum tegas Glenn kepada Eric untuk berjaga-jaga di depan kamar.Pria itu sangat menjaga nama baik dan kehidupan pribadinya.“Kau selalu melakukan penjagaan ketat setiap kali membawa wanita ke hotel.” Rebecca mencibir sembarangan, sementara matanya sedang mengamati interior mewah president suite room tersebut.“Aku tidak suka orang-orang menilai buruk tentang apapun yang tidak aku lakukan. Lebih baik menjaga sebelum hal yang tidak disukai terjadi,” ucap Glenn sembari melepaskan jas lalu kemudian berjalan menuju meja makan. “Kita makan lebih dahulu sebelum
Rebecca kehilangan akal menafsirkan ucapan Glenn. Batinnya berharap situasi itu adalah kekonyolan yang dihadapi pasca sadar dari pingsannya. Walau luka yang menganga di hati sudah mengering, Rebecca sudah mampu menata kembali kehidupannya yang hancur satu bulan lalu. Dia setengah mati mengobati luka, melenyapkan trauma sakit dan memeluk tubuh yang kesepian.Lalu ... omong kosong apa itu? Rebecca hamil? Rasanya dia ingin tertawa mendengar konyolan ini.“Jangan bicara omong kosong padaku, Glenn!” geram Rebecca tak main-main dalam memberikan peringatan.Glenna menatap dingin Rebecca. “Apa menurutmu aku adalah pria yang suka berbicara omong kosong?” Alih-alih menjawab, malah Glenn membalikkan ucapan Rebecca.Tubuh Rebecca membeku diam seribu bahasa. Lidahnya kelu seakan tidak mampu mengukir kata. Berkali-kali, Rebecca meyakinkan bahwa dirinya berada di dunia mimpi, tapi kenyataannya dia berada di dunia nyata-yang membawanya pada sebuah hal yang harus dirinya hadapi.Sudah pasti itu adalah
Beruntung Jolie mengetahui password kode pintu–rumah Rebecca. Sehingga di saat terdesak dia tidak harus lebih dahulu meminta izin kepada si pemilik rumah lewat bel untuk masuk ke dalam.Tujuan Jolie saat memasuki rumah itu adalah kamar Rebecca. Namun langkahnya yang terburu-buru langsung terhenti mendapati Rebecca duduk di mini bar dapur.Rumah Rebecca tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Ukurannya yang minimalis sangat tepat untuk ditinggali oleh dirinya sendiri, jadi bagi siapapun yang berdiri di ruangan tamu bisa melihat ruangan dapur–bergaya modern itu.Di sana Rebecca sedang membasahi bibirnya dengan teh bersuhu suam-suam kuku yang kemudian secara lembut meletakkan kembali cangkirnya ke atas meja bar. Senyuman manis tanpa beban wanita cantik itu turut menyapa kehadiran Jolie.Meski terlihat baik-baik saja, wajah yang memucat beserta mata yang membengkak–seperti habis menangis sangat menegaskan kondisi yang sebenarnya.“Becca–”“Kau mau minum teh?” ketenangan Rebecca meng
Sungguh keputusan bodoh Glenn datang ke rumah Jolie guna meminta bantuan menemukan alamat tempat tinggal Rebecca. Wanita itu tidak menunjukkan tanda-tanda kepulangannya, pun dia tidak merespon satu dari belasan panggilan telepon dari Glenn.Di pikiran Glenn sudah terbangun opini yang tidak akan salah. Bahwa Jolie yang tadi membawa handphone milik Rebecca pasti sedang bersama Rebecca. Wanita itu sudah pasti mengetahui keadaan dan cerita intim di balik kehamilan Rebecca.Alhasil, Glenn yang menunggu satu jam lebih di dalam mobilnya telah memberi perintah kepada Eric untuk membawanya pulang.Sepanjang perjalanan pikiran Glenn terganggu oleh Rebecca. Dia menidurkan kepala yang pusing di sandaran kursi, sementara mata sedang tak berekpresi menatap jalanan yang dilewati.Selama ini Glenn sudah berusaha keras untuk tidak melakukan kesalahan. Dia hidup sebagai pecandu kerja dan berhati dingin dengan maksud orang lain tidak mencampuri kehidupannya.Tetapi kehidupannya menjadi kacau sejak berte
Sebelum berakhir duduk di ruangan–kantornya, Rowena sudah lebih dahulu melepaskan kepergian Elvis. Dia bersikeras ikut ke bandara padahal Elvis sudah melarangnya.Sebab, Rowena masih merutuk pada keadaan yang memisahkannya dengan Elvis. Rowena berpendapat tidak pantas dipisahkan dengan Elvis dikarenakan kondisinya sedang mengandung. Selain itu Rowena mencemaskan masa depan pernikahannya dengan Elvis yang berada di ujung tanduk.Selama satu bulan tinggal satu atap saja Rowena diacuhkan dan sempat ingin diceraikan. Bagaimana dengan konidisi jarak jauh yang memisahkan mereka? Rowena takut Elvis akan benar-benar mencampakkan dirinya tanpa peduli dengan keaadaan sedang mengandung.“Nona Rowena.” April yang memanggil telah memecahkan lamunan Rowena.Wanita angkuh yang duduk di kursi–meja kerja itu sudah melayangkan tatapan tajam tidak senang kepada April yang mengganggu tidak jauh dari posisinya. “Kau tidak sopan! Seharusnya kau mengetuk pintu sebelum masuk ke ruanganku. Aku sedikit terkeju
Segelintir pemikiran buruk memenuhi kepala Rebecca. Bahwa dia takut Glenn memiliki niat jahat terhadap kehamilannya.Pria itu selalu menunjukkan sisi buruk lewat arogansi yang menghina nyata. Tidak ada satu pun kalimat baik yang keluar dari mulutnya. Glenn selalu berkata-kata buruk yang memainkan serta menyakiti hati Rebecca.Saat itu di benak Rebecca sudah terbentuk sebuah opini yang tidak terbantah. Yaitu, Glenn berniat ingin melenyapkan anak–hasil pergulatan panas tak disengaja mereka yang ada di rahim Rebecca. Mengingat keintiman erotis malam itu terjadi karena jebakan jahat dari orang ketiga. Di sisi lain Rebecca mengingat pria itu sangat menjaga nama baiknya.Rebecca tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Walaupun sangat membenci Glenn, Rebecca tidak akan melakukan hal keji dengan tidak menerima apalagi menghilangkan nyawa tidak berdosa di rahimnya.Berbanding terbalik dari kebenciannya terhadap Glenn, Rebecca sangat menyayangi anak yang ada di rahimnya.Plak! Dengan tegas wanit
Pertanyaan Glenn digantung oleh Rebecca yang memucat. Wanita cantik itu terang-terangan terkesiap oleh pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan sekalipun.Dan sikap tidak nyaman Rebecca mampu terbaca oleh Glenn. Pria itu cukup puas membuat Rebecca gelisah, walau sebenarnya di awal Glenn dihantui rasa pesimis untuk menaklukkan Rebecca.Sebab selain wanita yang menyebalkan di mata Glenn, Rebecca adalah wanita cerdas yang memiliki harga diri begitu tinggi. Sehingga dengan terpaksa Glenn menunjukkan sisi keras kepala yang tidak terbantahkan.Sementara itu Rebecca telah memalingkan wajah ketika Glenn menjauh. Dia tidak mengizinkan Glenn untuk puas menikmati kegelisahan yang begitu jelas terlihat di wajahnya.“Tanggung jawab yang aku tawarkan tidak akan melibatkan perasaan pribadi. Sebaiknya kau pikirkan baik-baik dan jangan sampai ceroboh. Selain itu kau tidak bisa menolak–bekerja sebagai dokter gizi Granny-ku. Yang memilih dan mengatur semuanya adalah daddy-ku, presiden direktur Medico Ho
“Silakan duduk di sini selagi apoteker menyiapkan obat yang diresepkan oleh dokter.”Bersamaan dengan kepala yang mengangguk, Rebecca sudah tersenyum tipis menanggapi intruksi dari perawat yang mengajaknya untuk mengambil obat di apotek rumah sakit itu.“Dan ini baby journal milik Anda,” jelas singkat perawat itu menyerahkan buku kontrol kehamilan yang tertulis nama Rebecca di sampul depan. “Di dalamnya sudah saya lampirkan salinan print USG yang Anda minta. Mohon membawa baby journal ini setiap kali Anda datang untuk periksa kehamilan Anda. Dan ... oh iya, Nona Rebecca, seperti yang dokter sarankan tadi jangan lupa untuk membawa serta suami Anda di pemeriksaan kehamilan berikutnya.”Rebecca begitu lembut menghela napas kesal atas ucapan yang berulang kali menyakiti perasaan. Ingin sekali dia memprotes dan menceritakan kisah getir dari kondisinya saat itu. Bahwa anak di kandungannya bukan hasil dari percintaan normal sepasang suami-istri. Melainkan dari kecelakaan yang tidak diinginka
Anastasia Romanov, dia adalah putri cantik Glenn dan Rebecca yang terlahir sempurna. Gadis kecil yang dua tahun lalu menangis kencang itu telah tumbuh menggemaskan.Gadis kecil cantiknya begitu mirip dengan Rebecca. Rambutnya cokelat, lembut dan panjang. Matanya juga indah dan meneduhkan. Hidungnya mancung seperti Glenn, sementara bibirnya tipis dan mungil seperti Rebecca.Sayangnya, di mata Gabriel adiknya itu sosok menggemaskan yang dijahili.Gabriel suka mencubit gemas pipi Anastasia yang gembul. Gabriel memang mengajak Anastasia bermain, tetapi dia juga menjahili Anastasia sampai membuatnya menangis.Suasana taman belakang pagi di momen weekend telah ramai oleh riak suara Gabriel yang tertawa dan Anastasia yang menangis. Keduanya telah bermain di sana dengan diawasi oleh para pengasuh mereka.“Jangan ganggu aku, Kakak!” Anastasia kesal pada Gabriel yang menarik rambutnya. Padahal Anastasia sedang memberi makan anjing kecilnya.“Aku hanya ingin merapikan rambutmu, Ana.” Gabriel mem
Tidak perlu dijelaskan secara terperinci kebahagiaan keluarga ketika Glenn mengumumkan kehamilan kedua Rebecca. Mereka membanjiri ucapan selamat kepada Glenn dan Rebecca, pun Gabriel yang akan menjadi seorang kakak.Emilia dan Abraham langsung menyumbangkan segelintir uang kepada yayasan sosial dan panti asuhan sebagai wujud syukur atas kebahagiaan Glenn dan Rebecca. Nelson pun melakukan kegiatan sosial yang sama di Manchester.Bagaimana dengan Gabriel?Putra tampan Glenn dan Rebecca itu dengan bangga menceritakan perihal dia yang akan menjadi kakak. Dia juga menjadi sosok manis dan perhatian kepada Rebecca.Seperti pagi itu, Gabriel yang telah rapi mengenakan seragam sekolah datang ke kamar tidur Glenn dan Rebecca. Dia membawakan segelas susu untuk dinikmati oleh Rebecca.Hal itu dilakukan karena selama kehamilan yang sudah mengijak lima bulan itu, Rebecca mengalami ngidam yang luar biasa. Wanita cantik itu masih saja mengalami morning sickness yang mengganggu rutinitas pekerjaan.“I
Sebuah ciuman hangat Rebecca hadiahkan ke dahi Gabriel. Putra tampannya itu sudah terlelap tidur akibat lelah seharian merayakan ulang tahunnya. Selimut yang menghangatkan tubuh Gabriel telah dirapikan kembali oleh Rebecca. Namun, ada kejadian lucu yang menahan langkah Rebecca ketika ingin beranjak dari kamar Gabriel.Putra tampannya itu mengigau. “Mom, aku mau adik,” gumamnya.Rebecca geleng-geleng kepala menatap putranya. Gabriel tidak hanya mewarisi ketampanan Glenn, tetapi sikap keras kepala Glenn juga menurun pada Gabriel.Rebecca akhirnya memadamkan lampu kamar Gabriel untuk kemudian menyusul Glenn yang sudah menunggu di kamar mereka. Glenn teralihkan oleh kehadiran Rebecca. iPad yang dipergunakan memeriksa beberapa email penting telah Glenn letakkan ke meja nakas di sebelahnya.“Gabriel sudah tidur?” tanya Glenn berbasa-basi pada Rebecca yang merangkak naik ke ranjang tidur.Rebecca berdehem singkat. “Dia sangat kelelahan, tapi dia masih saja ingat pada keinginannya memiliki ad
Suara mobil yang berhenti di depan kediaman mewah telah memanggil langkah gadis kecil di ruangan tamu. Dia berlari tergesa-gesa, begitu tidak sabar ingin menghampiri seseorang yang mengendarai mobil di depan itu.Baginya, momen kehadiran itu sudah dinanti-nanti. Dia sudah menunggu sejak pagi hari tanpa rasa bosan–sampai waktu telah menunjukkan pukul empat sore.Pintu yang tertutup terbuka, bola mata cantiknya telah berbinar bahagia menyambut sosok tampan yang muncul dari balik pintu.“Daddy sudah pulang?” seru gadis cantik itu menyapa hangat.Sayang, kehangatan itu dibalas oleh sikap dingin dari sosok yang disapa ‘Daddy’ itu. Kehadirannya yang begitu menyambut tidak dianggap, seolah-olah gadis kecil itu tidak terlihat oleh mata.Tanpa rasa peduli apalagi menghargai, sosok ayah itu berjalan meninggalkan gadis kecil yang masih berharap belas kasihnya. Dia benar-benar mengacuhkan, sedikit pun dia tidak melirik ke belakang untuk sekadar melihat gadis kecil yang mulai terengah-engah menyus
Glenn dan Rebecca akhirnya pergi bersama Gabriel sesuai rencana mereka siang itu. Mereka menuju sebuah toko yang menjual lengkap permainan anak-anak. Anehnya, Gabriel tampak berbeda ketika tiba di sana. Dia tidak antusias seperti biasanya. Padahal ketika Glenn dan Rebecca berjanji akan membebaskannya memilih hadiah permainan, bocah laki-laki sangat antusias luar biasa.“Apa mainan yang kau cari tidak ada?” Rebecca menegur Gabriel yang termenung di salah satu rak mainan.Gabriel menggelengkan kepalanya. “Aku mau makan steak di restoran–hotel favoritku, Mom.”Rebecca terheran dengan permintaan putranya. Benaknya tidak menyalahkan dikarenakan Gabriel memang menyukai menu steak di restoran–hotel favorit mereka.“Kenapa tiba-tiba?” Rebecca memastikan.“Tiba-tiba aku ingin makan steak di sana,” pinta Gabriel setengah merengek.“Kita akan ke sana setelah kau selesai memilih hadiah mainanmu. Tapi sebelum ke sana, Mommy akan memantau persiapan perayaan ulang tahunmu besok di ballroom hotel itu
Note: Holla, karena pada minta extra part tampil di Goodnovel, jadi abi tampilin di sini juga. Selamat membaca yaaa :) ~ Lima tahun kemudian ~Kedamaian jiwa Glenn terusik oleh gerakan yang menggelitik di lengannya. Matanya yang lama terpejam perlahan terbuka, dengan gerakan tidak memburu mulai berusaha menjernihkan pandangan mata yang samar-samar.Ujung bibirnya tertarik dan menyimpulkan senyuman tampan. Jiwanya yang terusik seketika tersapu oleh kehangatan yang menggelitik pikiran untuk tertawa geli.Tepat di depan mata, Glenn mendapati tersangka utama yang mengusik kedamaian jiwanya dari dunia mimpi. Namun, dia sama sekali tidak berniat untuk menegur.Pria tampan yang bertelanjang di dalam selimut itu malah berniat untuk menenangkan tersangka utama yang gelisah tertidur dalam pelukannya. Dengan gerakan lembut, dia membelai kepala yang menjadikan lengannya sebagai bantal. Gerakan tangannya berlanjut turun ke bahu telanjang tersangka utama untuk menebarkan kehangatan lewat belaian m
~ Satu bulan kemudian ~Handphone yang lama menempel, akhirnya menjauh dari sisi telinga kiri Rebecca. Wanita cantik itu meletakkan handphone yang digunakan menelepon itu di meja nakas–bersebelahan dengan ranjang yang sedang Rebecca duduki.Menjelang jadwal persalinannya, Rebecca memutuskan untuk mengontrol perusahaan di Manchester by phone dan online. Dia menaruh kepercayaan pada wakil direktur yang ditunjuk langsung oleh Rebecca. Dan seperti biasa, malam itu Rebecca mendapatkan telepon dari wakil direktur yang melaporkan informasi mengenai perusahaan pada hari itu. Percakapan yang terjadi cukup lama dan membuat Glenn yang duduk di dekat Rebecca diserang rasa kesal.“Aku memang mengizinkanmu aktif bekerja, tapi tidak sampai seperti ini juga, Rebecca.” Glenn memprotes ketus sikap Rebecca, sementara tangannya menyerahkan segelas susu vanila ke tangan Rebecca.Rebecca hanya tersenyum senang dan tidak berkata-kata lebih. Dia lebih berkeinginan untuk menengguk habis susu vanila buatan su
Tangis Martha semakin keras melihat tubuh Rowena sudah kaku terselimuti oleh kain. Wanita paruh baya itu menjerit meminta putrinya untuk membuka mata, tapi sayangnya putrinya tetap tidak membuka mata.Tubuh Rowena sudah sangatlah dingin. Itu semua menandakan bahwa sudah tidak ada lagi aliran darah mengalir di tubuh wanita itu. Pun wajah cantik Rowena telah memucat.“Bangun, Nak! Bangun! Jangan tinggalkan Mommy!” Martha meraung meminta Rowena untuk membuka mata. Akan tetapi hasilnya tetap saja tidak mengubah kenyataan—di mana Rowena tidak lagi bernyawa.Bukan hanya Martha yang menangis. Tapi Rebecca yang berada di pelukan Glenn juga menangis melihat Rowena sudah tidak bernyawa. Meskipun Rowena telah berbuat jahat pada Rebecca, namun kenyataan ini sangatlah memilukan.Rowena pergi meninggalkan putri kecilnya sendiri di dunia ini. Sungguh sangat ironi. Bayi yang lahir ke dunia sudah harus kehilangan ibunya. Bayi tak berdosa itu tak lagi memiliki sosok ibu kandung.Sebagai calon ibu, tent
Rebecca sengaja tidak banyak bertanya dikarenakan tempat dan situasi yang tidak mendukung. Dia lebih tertarik mengajak Glenn beserta Nelson untuk pulang. Tetapi setibanya di penthouse, Rebecca tidak menunda-nunda untuk menagih penjelasan dari Nelson yang duduk bersebrangan dengan dirinya di ruangan tamu. Sementara Glenn menjadi pendamping setia di sebelah Rebecca.“Daddy ingin bercerai?” tanya Rebecca sangat serius.Nelson mengangguk. “Lawyer-ku sudah mengurus perceraian ini.”“Kenapa?” Rebecca menyahut cepat.Nelson tersenyum samar mendengar jawaban Rebecca. “Kau tidak yakin pada keputusanku ini?”“Bukan seperti itu, Dad. Aku sangat tahu jika Daddy sangat mencintai Bibi Martha.”Rebecca terdiam canggung ketika ragu-ragu mengeluarkan kalimat yang sudah terangkai di ujung lidah, namun ada keinginan yang lebih besar sehingga dia melanjutkan kalimatnya.“Apa keputusan Daddy itu karena aku?” suara Rebecca sedikit merendah dengan nada melambat yang ragu-ragu.Nelson membantah tegas lewat k