Meski hanya menyandang gelar asisten desain, Agnes sudah sangat puas.Agnes hanyalah pendatang baru di industri ini dan harus memulai semuanya dari awal.Sorot mata Agnes penuh kegembiraan. "A ... aku benar-benar menjadi asistenmu? Sejujurnya, aku agak tersanjung karena kamu mengizinkanku menjadi asistenmu."Seperti yang diketahui, banyak desainer dengan prestasi tertentu ingin belajar bersama Simon.Sekarang Simon bersedia memberinya kesempatan seperti itu, bisa dikatakan kalau Agnes juga menginginkannya.Senyuman tersungging dari sudut bibir Simon. "Jadi, apakah kamu bersedia?""Tentu saja!" Awan kesedihan seolah menghilang di atas kepala Agnes.Simon mendengar jawabannya, tetapi diam-diam menghela napas lega. "Kalau begitu, aku akan menunggumu datang bekerja."Agnes mengangguk penuh semangat. "Ya! aku pasti akan berangkat kerja tepat waktu!""Oke, kalau begitu masuk dan istirahatlah." Simon melambai pada Agnes."Oke, kalau begitu ... selamat malam." Agnes juga melambai pada Simon, l
Ekspresi wajah Hanna saat ini semakin membuatnya merasa kesal.Lalu ucapannya itu malah membuat wajah Hanna terlihat pucat, dia tidak tahu harus menjawab apa jadi dia hanya diam sambil menatap kepergian Jimmy.Apakah rasa benci Jimmy padanya sudah sampai tahap ini?Sampai tahap dimana Jimmy berbicara dengan sangat kasar dan tidak berperasaan seperti itu?Rongga matanya langsung terasa hangat tapi dia hanya bisa berusaha keras untuk bertahan supaya air matanya tidak mengalir.Pada saat ini seorang pelayan muncul dan bertanya dengan takut, "Nona Hanna, apakah lauknya masih mau disajikan?""Nggak perlu lagi, buang saja semuanya!" jawab Hanna. Dia mengendalikan emosinya dengan cepat lalu berbalik meninggalkan restoran.Dia sudah datang ke restoran itu sejak pagi.Dia sendiri yang memasak semua makanan yang akan disajikan hari ini sambil diajari oleh koki.Awalnya, dia ingin Jimmy menemaninya melewati ulang tahun yang penuh kenangan.Namun, sekarang keinginannya itu sudah hilang.Tidak lama
Jimmy sama sekali tidak peduli dengan tatapan semua orang. Saat ini dia hanya fokus mencari Agnes.Dia terus melihat sekeliling, mencari sosok yang sangat familiar itu."Di depan adalah ruangan desainer Simon," ujar Pak Mike sambil memimpin di depan Jimmy."Ya, ayo kita ke sana," jawab Jimmy dengan asal, dia benar-benar menyembunyikan perasaannya.Pak Mike masih tetap mempertahankan sikap sopannya. "Silakan Pak Jimmy."Sampai di depan pintu ruangan Simon, Pak Mike mengetuk pintu dengan perlahan sambil berkata, "Desainer Simon, apa kamu ada di dalam?"Terdengar suara menjawab dari dalam ruangan. "Ada, tunggu sebentar."Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka.Simon agak terkejut, ekspresi wajahnya bahkan terlihat sangat heran.Kenapa Jimmy datang kemari?Bahkan ekspresi wajahnya tidak terlihat baik!"Pak Mike," sapa Simon terlebih dulu.Pak Mike ingin berbicara tapi Jimmy sudah mulai berkata, "Aku sudah mendengar kehebatan Desainer Simon sejak lama. Apa aku boleh bicara berdua saj
Jimmy mengabaikan ucapan Simon lalu berjalan ke depan Agnes.Dia menyentuh papan nama yang ada tergantung di baju Agnes lalu berkata sambil tersenyum mengejek, "Asisten desainer?""Desainer Simon dia itu hanya seorang asisten. Kamu nggak mungkin nggak bisa bekerja hanya karena nggak ada dia, 'kan?" ujar Jimmy sambil menatap tajam Simon.Saat Simon ingin menjawab, Agnes langsung berkata, "Simon, kalau begitu aku antar dia dulu ke kantin."Agnes sangat paham dengan sifat jelek Jimmy.Kalau saja keinginannya tidak terpenuhi, Jimmy pasti akan membuat banyak masalah.Agnes tidak ingin Simon melihat kekonyolan ini juga tidak ingin membuat Simon terkena masalah.Simon selalu menghormati keputusan Agnes. Kemudian dia mengangguk dan berkata, "Oke."Setelah itu Simon menatap kepergian Agnes dengan tatapan sangat khawatir.Sebelum mereka resmi bercerai, tidak bisa dicegah masih bisa terjadi sesuatu antara hubungan Agnes dan Jimmy.Simon khawatir Agnes terluka tapi dia juga tidak berhak untuk ikut
Tatapan Hanna terlihat penuh dengan kebencian.Dia sama sekali tidak menyangka kalau Jimmy akan datang ke Grup Solam.Dia hanya mendengar saat ini Agnes berhubungan dekat dengan seorang pria, lalu Jimmy sendiri sudah tidak tenang dan segera datang kemari untuk membuktikannya?Apakah dia sangat peduli pada Agnes?Lalu saat Jimmy melihat Agnes terluka, ekspresi wajahnya terlihat sangat panik.Hanna sangat familiar dengan ekspresi itu.Karena beberapa tahun yang lalu, ekspresi wajah Jimmy saat khawatir padanya juga begitu.Suara Anton membuyarkan lamunannya. "Walaupun kemunculan Jimmy sangat nggak diduga dan juga sudah merusak rencanaku, nggak masalah. Jarak rumah sakit terdekat adalah Rumah Sakit Adaly."Tatapan mata Anton berubah menjadi dalam lalu dia berkata lagi, "Jimmy pasti membawanya ke sana. Asalkan Agnes tinggal di Rumah Sakit Adaly aku pasti masih bisa mencari kesempatan ...."Anton mengerti kalau Hanna sangat takut dengan keberadaan anak ini.Kalau begitu, dia akan berusaha se
Lalu sama-sama sebagai seorang pria, Jimmy merasa semua yang dia lihat itu benar.Tatapan Simon pada Agnes sama sekali bukan tatapan seorang atasan pada bawahannya.Simon punya maksud tersembunyi pada Agnes!Simon menatap Jimmy tanpa takut. Dengan suaranya yang terdengar kesal dia berkata, "Bagaimana kamu menjaga Agnes? Menyuruhnya menemanimu makan tapi akhirnya jadi seperti ini?"Ekspresi wajah Jimmy menjadi semakin masam, dia berkata dengan suara rendah, "Jangan lupa Agnes itu masih istriku. Bagaimana aku ingin menjaganya, menjaga sampai jadi seperti apa, semuanya adalah urusanku! Apa perlu kamu ikut campur?"Agnes menatap mereka berdua yang berselisih. Kemudian dia segera berkata, "Kalian berdua jangan bicara lagi!"Setelah itu dia menatap Simon dan berkata dengan tulus, "Simon terima kasih sudah datang menjenguk. Aku dan anakku baik-baik saja, lalu untuk lukaku juga hanya kecelakaan saja."Agnes tidak ingin Simon berselisih dengan Jimmy hanya karena dirinya.Untuk kejadian hari ini
Jordan mematikan kompor yang memasak obatnya lalu menggelengkan kepala dengan tidak berdaya sambil berkata, "Ayah terus pergi mencari dokter terkenal tapi setelah datang melihat nenek, mereka semua menyerah ... mungkin saja memang benar-benar nggak ada harapan lagi."Jimmy menurunkan tatapan matanya, hatinya seperti sedang ditarik oleh orang dengan sangat keras sehingga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.Dia paham manusia melewati siklus lahir, tua, sakit dan mati, siapa pun harus bisa menerima fakta itu.Namun sekarang dia juga tidak bisa menahan rasa sakit ini.Tentu saja selain rasa sakit juga ada perasaan benci.Walau bagaimanapun, dia harus mencari tahu siapa orang yang mencelakai nenek!Jordan menghela napas lagi sambil berkata, "Sebelumnya aku terus berpikir kalau bisa membiarkan mereka melihat anakku lahir lalu memanggil mereka nenek dan kakek buyut."Saat mengatakan ini, Jordan langsung berusaha keras mengendalikan emosinya. "Tapi sekarang aku benar-benar takut hal sepert
Saat Jimmy sampai di rumah sakit, operasinya sudah selesai."Bagaimana keadaannya?" Jimmy menemui dokter dan berencana bertanya tentang situasinya terlebih dahulu."Janin untuk sementara sudah diselamatkan, tapi saat ini situasinya belum stabil, mungkin ... harus siap mental untuk kemungkinan terburuk," jawab dokter dengan ekspresi berat.Meskipun itu bukan anaknya sendiri, Jimmy tahu bahwa Agnes sangat menyayangi anak ini.Jadi, saat mendengar berita tersebut, ekspresinya menjadi sedikit lebih berat. "Kok bisa? Bukankah dua hari yang lalu keadaannya sangat stabil?""Melalui tes darah, kami mengetahui di tubuh Nona Agnes ... mengandung obat aborsi." Ketika mengatakan ini, dokter tidak berani menatap Jimmy."Apa?" Jimmy tiba-tiba mengerutkan kening. Pada saat yang sama, Jimmy bertanya dengan marah, "Apa begini cara rumah sakitmu merawat pasien! Bagaimana mungkin seorang wanita hamil secara nggak sengaja minum obat aborsi!""Maaf, Pak Jimmy!" Setelah itu, dokter mulai membungkukkan badan
"Kejahatanmu karena kekejaman Jordan. Jadi, aku bisa memaafkanmu. Jordan-lah yang gila. Dia takut kejahatannya terungkap, jadi dia mengurungmu. Demi mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga mengendalikan ayahnya." Clara menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya."Aku nggak tahu berapa banyak orang yang akan dia sakiti kalau dia terus seperti ini. Kemampuanku nggak cukup, tapi setidaknya aku akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan orang-orang yang dia sakiti. Nggak boleh membiarkan orang lain dirugikan demi ambisi dia."Yuri menatap Clara tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seolah dia sedang menilai apakah perkataan Clara bisa dipercaya.Setelah beberapa saat, dia berbicara lagi, "Tapi, kalau kamu melakukan ini, apakah kamu nggak takut Jordan membalaskan dendam padamu? Kalau kamu melawannya, dia nggak akan mengampunimu.""Biarpun patuh padanya, aku tetap terjebak di dalam sangkar. Daripada begitu, aku lebih memilih melepaskan diri dari sangkar itu. Sekalipun aku harus membaya
Begitu sampai di dekat ruang duka, dia melihat sosok itu.Simon terlihat tidak berdaya dan sangat bingung.Kecelakaan ini pasti membuat Simon terpukul."Simon, ayo makan dulu." Bibi Rina berjalan ke ruang duka dan berkata dengan lembut.Baru saat itulah Simon menyadari kehadiran Bibi Rina. Dia perlahan menoleh untuk melihatnya, lalu menggelengkan kepalanya, "Aku nggak punya nafsu makan sekarang, nanti saja.""Kamu belum makan apa pun sejak tadi malam. Kalau terus begini, mana tahan? Bukankah kamu mau menemani Sily di sini? Kalau terus seperti ini, kamu nggak bakal tahan," bujuk Bibi Rina dengan sedih.Nasib sungguh kejam pada anaknya.Kenapa Simon tidak bisa hidup lebih bahagia?"Aku benar-benar nggak bernafsu makan ... kalau nggak, letakkan di sini dulu." Simon tampak seperti kehabisan energi.Meski Bibi Rina merasa prihatin, dia juga tahu bahwa saat ini Simon mungkin ingin sendiri.Oleh karena itu, Bibi Rina tidak berkata apa-apa lagi. Setelah dia meletakkan makanan, dia pun pergi.D
Melihat jam tangan dan catatan ini, Simon tidak bisa lagi menahan air matanya.Air mata pria dewasa itu tiba-tiba mengalir deras seperti mutiara pecah.Dia mengatakan bahwa dia seperti gasing, yang terus-menerus berputar di sekeliling Simon.Faktanya, dia benar-benar melakukan itu.Dia selalu berusaha melakukan sesuatu untuk Simon.Dia juga mengatakan bahwa dia tidak punya tujuan lain selain membuat Simon bahagia dan memberi tahu Simon bahwa di dunia ini Simon juga tak tergantikan di hati beberapa orang.Sekarang, gasing itu tidak lagi berputar dan tidak akan ada lagi orang yang berputar di sekeliling Simon dan mengatakan bahwa dia ingin Simon lebih bahagia.Dia juga berpikir untuk melakukan sesuatu untuk Sily.Tapi, sebelum dia melakukan apa pun, takdir sudah merampas kesempatan itu darinya."Karena dia memberikannya padamu, terima saja. Ini bisa dianggap ... benda terakhir yang Sily tinggalkan untukmu," kata Jimmy dengan suara tercekat.Adik sepupunya tidak pernah benar-benar merasak
Mata yang merah karena tidak tidur sepanjang malam itu penuh dengan harapan yang membara.Betapa dia berharap panggilan telepon ini akan membawa kabar baik baginya."Ada berita tentang Sily dari kantor polisi." Jimmy yang menelepon."Benarkah? Apa Sily sudah ditemukan?" Simon bertanya dengan penuh semangat."Ya, sudah ditemukan." Suara Jimmy terdengar agak aneh."Lalu di mana dia sekarang? Apakah dia di kantor polisi? Atau di mana?" tanya Simon lagi."Di rumah sakit. "Ada nada berat yang tak terlihat dalam nada bicara Jimmy."Kenapa dia berada di rumah sakit? Dia ...." Simon hanya ingin bertemu Sily secepatnya, jadi dia hanya berkata, "Rumah sakit yang mana? Aku pergi ke sana sekarang."Kalau dia ada pertanyaan, belum terlambat untuk bertanya langsung pada Sily saat melihat Sily."Rumah Sakit Taren. Kemarilah, kutunggu di lobi.""Oke." Simon berdiri sambil menutup panggilan telepon.Ketegangan wajahnya akhirnya mengendur dan kerutan di dahinya mengendur, "Sily sudah ditemukan. Aku akan
Sily mengangguk dengan tegas, "Tentu saja! Aku melihat sebuah album foto di kantor Simon terakhir kali, album foto itu berisi beberapa foto dia ketika masih kecil."Pada saat ini, dia merendahkan suaranya dan berkata dengan canggung, "Aku juga diam-diam mengambil dua lembar foto, jadi aku nggak akan salah kenal orang."Mata Bibi Rina perlahan memerah, emosi kompleks muncul di hatinya.Dia menunduk dan bergumam pada diri sendiri, "Bagus sekali ... bagus sekali!"Simon seharusnya adalah anaknya!Dia selalu membenci nasibnya.Tapi, kini dia sedikit bersyukur pada takdir yang mengizinkannya bertemu dengan anaknya seperti ini.Meski pertemuan ini agak terlambat, tapi tetap saja terjadi.Syukurlah, putranya masih hidup ....Ini benar-benar kejutan terbaik yang disiapkan oleh takdir!"Bibi Rina, apa yang kamu bicarakan? Kenapa hari ini Bibi aneh?" Sily bertanya dengan bingung.Bibi Rina mengangkat tangannya, mengusap matanya yang basah, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada apa-apa,
Arlyn tidak tahu bagaimana menjawab perkataan Jared, jadi dia tanpa sadar mempercepat langkahnya menuju tempat parkir.Setelah mengantar Arlyn pulang, Jared mulai mengurus beberapa hal yang berkaitan dengan Arlyn terlebih dahulu.Pertama-tama adalah beberapa duta merek milik Arlyn.Dia menghubungi Jimmy terlebih dahulu dan mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan Jimmy.Jimmy memintanya untuk pergi kapan saja.Saat Jared tiba, Jimmy sedang membaca dokumen di kantor.Melihat dia datang, Jimmy bertanya, "Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku?""Tentang duta merek Arlyn ...." kata Jared sebelum Jimmy selesai berbicara.Jimmy berhenti membaca dokumen dan menyela Jared, "Untuk urusan inikah kamu datang ke sini?""Tentu saja! Duta merek milik Arlyn saat ini hampir dibatalkan semuanya! Aku harus membantunya mendapatkan kembali beberapa! Yang paling mudah kudapatkan kembali tentu saja adalah perusahaanmu!""Berdasarkan persahabatan kita, seharu
Arlyn pun tersenyum pahit, "Kembali ke puncak kejayaan? Sepertinya itu nggak mudah 'kan. Mungkin aku nggak akan bisa menghasilkan uang untuk membayar biaya pembatalan kontrak yang kamu bayar.""Arlyn yang kulihat selalu sangat percaya diri. Sekarang, apakah kamu nggak percaya diri sama sekali? Kalau kamu nggak percaya pada diri sendiri, kenapa nggak mencoba untuk percaya padaku sekali saja?" Jared melipat tangan di dada dengan penuh tekad dan percaya diri.Arlyn sedikit terharu, keraguan terpampang di wajahnya."Aku nggak akan membuat janji dengan mudah, tapi begitu aku membuat janji, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menepatinya." Ekspresi Jared tetap serius seperti biasanya.Saat itulah mata Arlyn bertemu dengan mata Jared dan mata Arlyn terasa perih."Seharusnya kamu sudah melihat beritanya, lalu kamu ... kenapa kamu nggak menjauh dariku seperti orang-orang itu?" tanya Arlyn sedikit risih.Setelah berita itu menyebar, pandangan banyak orang berubah saat melihatnya.Meskipun bebe
Melihat Arlyn diabaikan oleh perusahaan, wajah Ressy penuh kegembiraan, "Sepertinya perusahaan nggak memilih untuk menyelamatkanmu?"Arlyn tidak berniat menjawab dan hendak pergi tanpa menoleh.Bagaimana mungkin Ressy melewatkan kesempatan besar ini untuk mengejek Arlyn?Dia langsung menghalangi jalan Arlyn dan mencibir, "Dulu, kamu adalah tulang punggung perusahaan. Nggak masalah kalau kamu sombong. Tapi, sekarang ... kenapa kamu masih saja bersikap sombong?""Tiba-tiba aku penasaran ...." Senyuman menghina di wajah Ressy semakin dalam, "Kalau kamu menjadi gila dalam beberapa tahun, apakah sifatmu masih sama seperti ini?"Tangan Arlyn terkepal pelan.Perasaan ditusuk lukanya sungguh tidak nyaman.Tapi, tempat ini adalah perusahaan, dia tidak ingin membuat keributan besar, apalagi kehilangan kendali emosinya karena orang seperti Ressy."Apakah kamu memang suka menyodok luka orang lain?" Arlyn menatap Ressy tanpa ekspresi.Ressy tersenyum dingin, "Apa maksudmu? Aku hanya penasaran. Kare
Detik berikutnya, dia mengulurkan tangan dan memeluk Jordan lagi, "Syukurlah! Jordan, aku sangat menyesal kehilangan anak itu. Anak ini adalah kompensasi dan hadiah terbaik yang diberikan takdir kepada kita!""Ya, itu memang hadiah yang sangat bagus." Jordan melihat dia sangat bahagia sehingga hanya bisa mengiakan.Sebenarnya, dia sepertinya ... tidak terlalu bahagia dengan kedatangan anak ini.Sebab, Clara bilang biarpun dia melahirkan anak tersebut, warisan Keluarga Patrice tidak akan hubungannya dengan Jordan.Biarpun tak ada kegembiraan, dia tetap berharap anak tersebut bisa terlahir dengan selamat.Karena sudah hamil maka dia tidak boleh menelantarkan anak itu.Dia masih bisa melakukan ini.Karena ambil dia sebagai contoh, bukankah dia ditinggalkan oleh keluarganya sejak kecil?"Kamu sangat bahagia setelah hamil, tapi aku mengabaikanmu karena terlalu sibuk, jadi ... kamu agak kesal, kamu merajuk dan kembali ke Keluarga Patrice." Jordan membuat alasan itu untuk pertanyaan Clara tad