"Iya Bu, jangan ganggu kami! Kami sedang menikmati malam panjang kami." teriak Bagas dari dalam kamar.Mendengar hal itu, senyum leni pun tiba-tiba muncul di wajahnya. "Iya Nak, maaf kalau Ibu menggangu. Lanjutkan saja aktivitas kalian." teriak Leni yang langsung pergi meninggalkan kamar putranya. Ia bahkan berfikir jika putra serta menantunya sudah berbaikan.Mendengar ibunya sudah pergi dari depan kamarnya, Bagas pun kembali menyeringai menatap sang istri yang masih berada di bawah kungkungannya. Dengan cepat ia kembali melumat dengan kasar, bibir ranum milik istrinya yang sudah bercampur dengan darah. Tangan kanannya pun tak tinggal diam dan bergerak membuka pengait kain yang menutupi gundukan kenyal milik istrinya. Setelah terlepas, ia pun kembali membuangnya ke sembarang arah. Bagas lalu melepas pangutan bibirnya dan kembali menyeringai menatap wajah istrinya.Andira pun dengan cepat menggeleng dan menatap iba pada suaminya tanpa bisa berbuat apa-apa. Namu
Kini Bagas menatap tubuh istrinya yang benar-benar sudah dalam keadaan polos. Dengan cepat Bagas pun melompat ke atas ranjang dan langsung menindih tubuh polos istrinya."Kenapa menangis, sayang? Harusnya kamu bahagia suamimu bisa melayanimu sampai puas." bisik Bagas sembari menjilati dengan sangat rakus, wajah istrinya yang basah karena air mata.Tanpa aba-aba, Bagas langsung membenamkan miliknya ke dalam milik sang istri. Dengan cepat pula ia menghujamkan milik istrinya hingga tubuh istrinya pun mengejang karena menahan sakit yang teramat di bagian inti miliknya. Ia benar-benar melakukan penyatuan tubuh tanpa pemanasan sedikit pun."Apa rasanya nikmat?" bisiknya di telinga sang istri. Ia lalu kembali melumat kasar bibir istrinya dan kembali menggerakkan miliknya dengan sangat kasar, hingga Andira pun hanya bisa meremas sprei tanpa bisa berteriak kesakitan. Andira memejamkan kedua matanya dengan sangat erat, bagian inti miliknya benar-benar terasa sangat perih
Seperti biasa jika pagi sudah menjelang, Andira selalu menyibukan diri untuk membantu sang ibu mertua di dapur. Seperti halnya hari ini di mana waktunya tengah senggang, ia berkutat dengan peralatan masaknya di dapur."Dira, kamu gak kerja Nak?"Begitu Andira menyadari kedatangan ibu mertuanya, ia langsung menghindar lalu dengan cepat memalingkan wajahnya. "Masih cuti Bu." serunya sembari menundukkan kepalanya."Ada apa Nak?" tanya Leni saat melihat gelagat aneh dari menantunya. Leni pun langsung menyibak rambut panjang Andira yang ia gerai. Kedua matanya seketika terbelalak saat melihat wajah menantunya. "Kamu kenapa Nak?" tanyanya kemudian. Tangannya terulur dan menyentuh bekas luka di sudut bibir menantunya."Hmm, i-itu Bu. Semalam... aku terjatuh dan tanpa sengaja membentur meja." kilah Andira.Namun pikiran Leni justru teringat dengan perkataan putranya semalam, apa lagi saat kedua matanya tanpa sengaja menangkap sesuatu yang sangat mencolok di kulit le
Begitu Andira berdiri tepat di depan jendela, tangan kananya perlahan terulur hendak menyibak gorden yang masih menutupi jendela rumahnya. Detak jantung yang kian berpacu kencang sesaat bembuat Andira merasa ragu untuk menyibak sehelai kain bermotif bunga itu.Tapi suara ketukan kaca yang kian menggema dan saling bersahutan dengan hewan nokturnal itu pun kian membuat rasa penasaran Andira semakin besar. Hingga jari-jari tangan yang masih gemetar itu pun akhirnya berhasil meraih sehelai kain yang menutupi jendela itu.Srett!"Aaaaarrgh!"Sesosok wajah pucat dengan kedua mata besar yang melotot, menapak jelas di kaca jendela. Andira pun langsung tersentak dan berlari ke arah kamarnya, lalu ia langsung mengunci rapat pintu kamarnya. Dengan nafas yang masih terengah-engah, Andira menyenderkan punggungnya di daun pintu kamarnya. Namun sesuatu yang telinganya dengar tiba-tiba membuat detak jantungnya kian bergemuruh hingga sesak yang ia rasakan.Andira pun langsung mene
Entah kenapa Andira masih saja merasa ada yang mengikuti dirinya dan dengan sekuat tenaga, kedua kakinya terus saja berlari ketakutan tanpa tau arah dan tujuan. Jalanan yang medadak sepi serta lampu-lampu di setiap rumah yang juga tiba-tiba tidak ada yang menyala, membuatnya semakin ketakutan. Ketika ia sampai di persimpangan jalan pun Andira terus saja memperhatikan arah belakang, sampai tidak ia sadari sebuah mobil tiba-tiba sedang melaju ke arahnya.Tiiiiitttttt..!"Aaaarrgh!" Tubuh Andira pun langsung luruh ke tanah, tangan kirinya juga langsung menutupi kedua matanya yang terasa nyeri karena silaunya cahaya lampu dari mobil."Hei! Kamu mau mati ya?" teriak seorang pria yang langsung bergegas keluar dari dalam mobilnya. Mendengar suara seseorang yang sangat dia kenali, Andira langsung membuka kedua matanya. Namun tiba-tiba kedua matanya menyipit seketika, tangannya juga langsung menutupi bagian wajahnya saat cahaya lampu dari mobil itu masih menyorot diriny
"Mau sampai kapan berdiri di situ?"Andira langsung tersentak begitu mendengar suara suaminya, ia pun lantas segera masuk mengikuti langkah suaminya. Sesampainya di dalam rumah, kedua matanya kembali terbelalak. Ruang tamu yang semula hancur berantakan, kini mendadak rapi seperti sedia kala. Semua perabot serta pajngan yang awalnya berhamburan dimana-mana, kini tiba-tiba kembali ke tempat semula."Hei, ada apa?"Andira kembali terkesiap ketika sang suami tiba-tiba menepuk punggung belakangnya. "Hah, Nggak papa kok." serunya pada sang suami. Keningnya pun mengerut ketika melihat sang suami tengah sibuk mondar-mandir ke setiap ruangan, seperti tengah mencari sesuatu."Kamu lagi cari apa, sayang?" tanya Andira yang masih mengerutkan keningnya."Mana? Katanya ada orang yang ngikutin kamu?" tanya Bagas yang masih menelisik ke setiap sudut ruangan."I-itu... Mungkin aku hanya mimpi." seru Andira sambil menggaruk tengkuk belakangnya. Meski sebenarnya apa yang i
"Andiraa... Andiraa..."Samar-samar Andira mendengar suara seseorang memanggil namanya. Namun semakin lama suara itu semakin samar hingga nyaris seperti sebuah hembusan angin.Andira pun menjadi semakin merinding, buru-buru ia menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Tubuhnya pun juga langsung meringkuk dan wajahnya ia tenggelamkan ke bawah bantal.Deg, deg, deg, deg...Malam ini benar-benar terasa kian mencekam bagi Andira, apa lagi suasana di sekitar juga mendadak menjadi senyap. Hanya suara hewan nokturnal serta detak jantungnya sendiri saja lah yang jelas terdengar di telinganya.Wuush.Hembusan angin, tiba-tiba terasa dingin di bagian kepalanya, kedua kakinya pun juga terasa makin menggigil. Tangan kanan Andira segera menelusup, mencari remote AC kamarnya. AC nya pun langsung ia matikan ketika remotenya berhasil ia temukan.Deg, deg, deg, deg...Detak jantungnya tiba-tiba terpompa kian cepat lagi, tarikan nafasnya pun juga semaki
Sebuah mobil hitam tiba-tiba datang dan langsung menepi di hadapan Andira. Begitu kaca pintu mobil itu terbuka, Andira pun langsung terkejut saat tahu siapa pemiliknya."Butuh tumpangan?" seru sang pemilik mobil dari dalam."Kak Dion?" "Ayo masuk, aku antar ke kantor." ajak pria itu pada Andira.Andira tak langsung menjawab, dia masih nampak berfikir dan berusaha untuk menghubungi seseorang dengan ponselnya. Namun wajahnya langsung berubah murung saat panggilannya lagi-lagi terputus begitu saja."Kenapa? Bagas tidak menjawab?" tanya Dion.Andira langsung mengangkat wajahnya, lalu ia juga mentap heran pada pria yang berada di hadapannya saat ini. "Tidak perlu heran, aku sudah tahu sifat suamimu seperti apa. Sudah, ayo masuk. Kamu bisa hubungi dia saat di jalan." tukas Dion lagi pada Andira.Andira kembali berfikir sejenak, lalu ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ini sudah siang, kalau aku masih harus menunggu angkot datang,