Home / Fiksi Remaja / Serendipity in Magnanimous / 49.Saudaraku Jadi Samsak

Share

49.Saudaraku Jadi Samsak

Author: donutmissme
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rasa-rasanya Titan sudah berteriak cukup keras. Ia bahkan sudah pasang badan di depan tamu tak terduganya ini. Kedua tangannya melintang demi berusaha melindungi orang ini dengan tubuh kecilnya, namun yang ia rasakan hanya pundaknya yang ditarik ke belakang dan tubuhnya dihempas ke tembok samping.

Benturannya keras, tapi ia tak merasakan sakit sama sekali. Matanya kembali fokus melihat apa yang terjadi di depannya. Kejadian yang tak disangka akan terulang kembali.

Aldo tahu-tahu sudah maju. Ia menerjang tamu mereka alias kakak mereka, Raihan, bagai orang kesetanan. Memberikan pukulan sekuat tenaga di wajah lalu tendangan di perut. Raihan jatuh tersungkur dan menerima semua hantaman itu mentah-mentah. Ia bahkan tak punya niat melawan balik Aldo yang asik menduduki dan memukulinya di sana-sini. Menciptakan bekas bogeman kebiru-biruan dan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Serendipity in Magnanimous   50.Pelarian Masalah

    Pagi ini, Titan berangkat ke sekolah diantar oleh Raihan. Sepanjang perjalanan ke sekolah, Raihan terus berusaha memperpendek jarak yang terbentang di antara mereka akibat terpisah selama tiga tahun belakangan ini."Sekolah lo jauh banget sih dari rumah," omel Raihan dalam perjalanan."Biarin sih."Gara-gara Kak Raihan kan makanya Titan pilih sekolah yang jauh dari rumah."Nilai lo gimana, Dek? Gak ada gue terus yang ngajarin lo siapa?""Bagus-bagus aja.""Pulang sekolah biar gue aja yang jemput, ya?" tawarnya."Nggh, nggak usah deng."

  • Serendipity in Magnanimous   51.Ditilang Kakak Ipar

    "Ingat, pulang entar sama gue pokoknya."Titan masih ingat perkataan Tristan saat mereka makan berdua di kantin tadi. Katanya, dia harus pulang bareng sama Tristan pokoknya. Titan mah mau-mau aja. Malah dia semangat banget sampai-sampai tidak bisa tidur di jam terakhir karena keasikan mikirin cowok satu itu. Padahal, jam terakhir itu hukumnya sudah wajib buat tidur siang bagi Titan."Keapa lo senyam-senyum sendiri? Merinding gue lihatnya." Rheva melirik Titan yang dari tadi terus senyum-senyum tak jelas. Lebar banget pula senyumnya, si guru Kesenian sampai heran melihat senyum selebar bulan sabit itu."Nungguin bel pulang, harus semangat dong," ujarnya tanpa menghilangkan senyum itu."Nggak kram apa muka lo kelamaan

  • Serendipity in Magnanimous   52.Mendekatkan Diri ke Calon Mertua

    Hari ini seperti biasanya, Tristan datang berkunjung ke rumah Titan. Melaksanakan aksinya melakukan pendekatan yang berkedok mengajar. Dia sudah beneran macam guru les privat, bedanya sih cuma masalah imbalan dan jam kerja. Kalau les privat biasanya seminggu dua kali, Tristan justru datang hampir tiap hari. Tristan juga sukarela mengajar Titan, sekalian modus gitu.Tristan mah asalkan bisa dapat hati Titan, dia sudah pasti senang banget. Mungkin dia bisa jingkrak-jingkrak kesenangan, tapi kali ini ada yang agak berbeda. Dia berkunjung ke rumah Titan yang mana semua anggota keluarganya sedang lengkap di sana. Mereka sekeluarga rupanya sedang makan malam saat ia datang."Kamu yang kemarin bantuin ngurung Aldo kan ya?" Aditama bertanya memastikan begitu ia melihat Tristan yang sudah dipersilahkan istrinya bergabung makan.

  • Serendipity in Magnanimous   53. Ke Sekolah Bareng Calon Pacar

    Raihan menghembuskan napas dengan kasar. Ia akhirnya berhasil juga menendang keluar makhluk tengil satu itu dari rumahnya.Siapa namanya tadi? Tristan, ya?Cowok yang sedang gencar-gencarnya mendekati Titan, adiknya. Kelihatan sekali kalau bocah satu itu ingin diberi lampu hijau.Tapi yah,sorry-sorryaja. Yang ada mah malah kena tilang!Tampilannya berantakan, seragam kucel. Tas sekolahnya kelihatan enteng sekali, yang mana seharusnya terisi oleh buku-buku. Eh, tapi si Titan adiknya itu juga tasnya enteng banget sih. Semua buku pada ditinggal di sekolah rata-rata. Barang-barang Titan pun rasanya selalu berada pada tempat yang tidak semestinya.Raihan mendengus. Ba

  • Serendipity in Magnanimous   54.Dag Dig Dug Serrr

    Titan menyeret langkahnya malas-malasan menuju lantai dua, niatnya ingin kembali ke kelas. Ia benar-benar capek sehabis pelajaran olahraga yang mewajibkan mereka bermain sepak bola.Keringat menetes di sepanjang dahinya, belum lagi tenggorokannya yang sudah kering keronta minta dialiri air yang ada manis-manisnya gitu. Cuaca tadi juga sangat tidak mendukung, matahari seolah dengan senangnya memanggang semua murid XII IPA 4 di tengah lapangan, namun sekarang, setelah jam pelajaran melelahkan itu berakhir, justru barulah awan bergerak menyembunyikan matahari di baliknya. Sering terjadi nih yang beginian entah sehabis olahraga maupun sehabis upacara.Berita baiknya, sehabis ini akan diadakan rapat guru sehingga mereka akan punya jam kosong sampai waktu istirahat pertama yang kurang lebih masih 45 menit lagi.

  • Serendipity in Magnanimous   55.Pesta Kebun

    26 Oktober 2018.Tepatnya peringatan hari pernikahan Dinda Azulla Mahendra dan Aditama Mahendra yang ke-23. Karena kebetulan sedang ada di Bandung, maka mereka mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakannya. Perayaan ini akan menjadi pesta kebun yang diadakan di halaman belakang rumah keluarga mereka berhubung halamannya yang memang cukup luas.Halaman belakang dihias dengan balon-balon berwarna putih dan hijau yang ditempel di sepanjang dinding halaman. Kursi dan meja bundar dilapis kain putih dengan pita hijau yang sederhana. Deretan menu makanan dijejer rapi di atas meja panjang yang dipesan dari pihakcateringdan diletakkan di samping kolam ikan. Tidak ada panggung kecil atau apapun karena acara ini memang disusun sederhana dan privat.Yang diundang tentu han

  • Serendipity in Magnanimous   56.Pengakuan Titan

    Raihan tiba-tiba ditarik Titan menjauh dari teman-temannya dan diseret masuk ke dalam rumah, padahal acara sedang ramai-ramainya di belakang sana. Sekarang, mereka berada di ruang keluarga. Cukup jauh agar tidak bisa didengar siapapun di halaman belakang sana.Ia menghela napas begitu tahu pasti apa yang akan dikatakan Titan selanjutnya. Ini akan menjadi rumit, pastinya."Kenapa ada Kak Nana di sini?""Karena gue ngundang dia, Dek.""Kenapa harus diundang? Yang harusnya jadi tamu di sini kan temen bukan mantan.""Memangnya mantan nggak bisa jadi temen?" Raihan menjawab setenang mungkin."Ya nggak bisalah, Kak! Lihat sendiri kan dia

  • Serendipity in Magnanimous   57.Hipoglikemia

    Tristan mengendarai motornya gila-gilaan di tengah gelapnya malam. Ia membelah jalanan Kota Bandung ketika jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Dirinya yang tadi sedang bermain gitar dengan galaunya di kamar, berusaha menenangkan pikiran setelah melewati hari yang terasa begitu berat baginya. Tiba-tiba panggilan telepon dari Rheva mengusik kegiatannya.Rheva terdengar sangat panik, mengatakan kalau Titan ditemukan pingsan di kamarnya sekitar setengah jam yang lalu dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Sementara Rheva sendiri tidak bisa menjenguk saat itu, katanya baru saja bertengkar dengan papanya dan benar-benar dilarang untuk keluar rumah.Mendengar itu, jantung Tristan langsung berdegup keras. Pikirannya tambah kalut namun untungnya masih bisa berpikir apa yang harus dilakukan. Ia mengambil kunci motor dan jaket, langsung berk

Latest chapter

  • Serendipity in Magnanimous   75.Aladdin and His Princess

    "Sayang-sayang pala lo peyang!" sentak Titan kesal seraya meninju bantal tidurnya tak henti-henti. Setelah meninjunya, ia melempar bantal itu ke sembarang arah. Iya, Titan sedang dalam mode siluman ekor rubah. Ia benar-benar kesal kala mengingat bagaimana Tristan memanggilnya sayang tadi saat di aula ketika latihan. Satu aula benar-benar menyorakinya dan ia langsung bingung harus menaruh muka di mana. "Sayang-sayang lo banyak! Bukan cuma Titan doang!" geramnya lagi. Bahkan sekarang ia mulai menggigiti sarung guling saking kesalnya. Ia semakin kesal kala mengingat bagaimana Tristan begitu dekat dengan teman-teman ceweknya yang lain. Mungkin saja kan ada si sayang nomor dua, nomor tiga, dan seterusnya. Mau marah juga rasanya aneh, statusnya bukan siapa-siapa walau tak bisa juga dibila

  • Serendipity in Magnanimous   74.Iya, Sayangku?

    "Cie... habis kena marah ya? Kusut bener mukanya kayak keset depan WC." Titan terkikik geli sekembalinya Tristan setelah sesi berbincang-bincang tidak ria dengan papanya di atap rumah sakit barusan.Sekarang mereka ada di taman rumah sakit, setelah Tristan selesai dengan papanya dan langsung menghubungi Titan untuk bertemu di sana."Kamu juga kusut mukanya," balas Tristan."Hah, masa? Udah cuci muka tadi pakai air padahal." Titan memegang pipinya sendiri dengan punggung tangannya."Iya kusut, kayak kurang asupan perhatian dari aku.""Jijik banget dengernya tahu nggak?" Ekspresi Titan langsung berubah sedatar mungkin."Aku kayaknya y

  • Serendipity in Magnanimous   73.Makanya Jangan Keneng

    Setelah mendapat lokasi balapan motor dengan lagi-lagi harus menelpon Bams, maka Rheva semakin menggas mobilnya. Ia jarang ngebut apalagi kebut-kebutan begini. Alhasil, ia hampir menabrak seorang pejalan kaki yang menyeberang jalan di tengah gelapnya malam ditambah guyuran hujan. Syukur-syukur selamat."Rev." Titan memanggil."....""Rev.""Hm?""Rev!""Apa, sih?!""Lo bawa mobil mahal apa bawa bajaj sih!""Mobil mahal lah ini.""Lelet banget tahu nggak?! Saingan sama siput?!""Yang penting jalan mobilnya.""INI CUMA 20 KILOMETER PER JAM REPPPP!!!! KAPAN NYAMPENYA ISHHH!!! LIMA BELAS MENIT LAGI TENGAH MALEM NIH UDAH MULAI BALAPANNYA ENTAR!!!""Udah cepet ini! Lo mau kita hampir nabrak lagi apa?! Jantung gue tadi rasanya mau loncat keluar tahu nggak?!""Ishhh Rhevaaaaa...." Titan merengek."Entar lagi juga sampe elah. Gue kapok ngebut! Lagian ini hujan, buram kacanya!""Entar mere

  • Serendipity in Magnanimous   72.Kalang Kabut Balap Liar

    "Aku sayang sama kamu, Tan!" teriak Aundy di ujung lorong yang sudah sepi.Tristan ada di hadapannya, menatap dirinya dengan tatapan datar dan tak tertarik sama sekali."Guenya nggak.""Bohong! Kamu meluk aku waktu itu! Waktu di parkiran aku nangis kejer-kejer bahkan di rumah sakit kamu temenin aku sampai malem." Mata gadis itu berkaca-kaca, berusaha meyakinkan dirinya sendiri pada sebuah harapan kosong."Waktu itu, cuma itu yang bisa gue lakuin buat nolongin lo. Jangan kegeeran.""Nggak mungkin cuma gara-gara itu. Kalau emang iya kamu sukanya sama Titan, kamu harusnya ninggalin aku gitu aja. Kamu tahu Titan nggak suka sama aku deketin kamu."

  • Serendipity in Magnanimous   71.Rindu Memang Berat

    Tristan seharian ini tidak sempat bertemu dengan Titan. Entah ke mana gadis itu saat ia mencarinya, mereka tidak berpapasan sama sekali. Mereka juga sudah sibuk dihadang berbagai ujian menjelang UN, membuat kesempatan bertemu semakin sulit karena gadis itu biasanya langsung ngacir pulang begitu selesai ujian.Sekolah tidak pernah terasa seluas ini bagi Tristan, namun ketika dia tidak bisa bertemu Titan, semua berbeda. Hari ini, ketika ia bertemu salah satu siswa laki-laki yang diingatnya sekelas dengan Titan, maka ia pun bertanya di mana keberadaan cewek itu. Cowok itu menjawab, hari ini seharusnya anakbandakan latihan.Maka ia bergegas, mencari ke aula tapi tak ada siapapun di sana. Ia lalu berlari ke ruang musik, namun melihat dari jendela luar saja sudah kelihatan jelas bahwa tempat itu juga kosong, pintunya pun

  • Serendipity in Magnanimous   70.Tolong, Pemilik Hati

    Tristan mengerang, pusing. Ia masih terjebak di tempat ini, Rumah Sakit Medika. Orang tua Aundy mengalami kecelakaan cukup parah, yang memerlukan operasi untuk segera menangani mereka. Luka-luka dan patah tulang. Sementara keluarga Aundy yang lain yaitu om dan tantenya baru saja datang.Pengurusan untuk surat tindakan medis semuanya ditangani mereka yang sudah berusia di atas 21 tahun. Sementara Aundy sendiri hanya bisa menangis sedari tadi, terlebih setelah mendengar penjelasan dokter sebelumnya mengenai kondisi papa dan mamanya yang akan segera ditangani."Tolong temani Aundy dulu, ya. Biar saya dan omnya yang mengurus semua."Tristan tadi dimintai tolong oleh Arini dan Budi yaitu tante dan om dari Aundy agar bantu menenangkan Aundy yang masih histeris. Setelah Arini dan Budi menguru

  • Serendipity in Magnanimous   69.Janji Yang Sebatas Diucap

    Tristan bergegas keluar kelas begitu bel tanda istirahat berbunyi. Ia tidak bolos pagi ini, berhasil memposisikan pantatnya untuk tetap menempel pada kursi walau tidak betah. Jika pantatnya punya nyawa sendiri, sudah pasti pantatnya itu bakalan kabur duluan.Ia uring-uringan sejak kemarin, ketika sempat berselisih dengan Titan sebelum pulang sekolah. Ia sadar ia yang salah. Seharusnya ia tidak boleh egois dengan meminta Titan menunggunya sementara ia akan berdua dengan Aundy walau hanya untuk sekadar latihan drama. Ia seharusnya memilih salah satu antara latihan atau mengantar Titan pulang. Satu yang ia tahu, ia tidak akan senang memilih salah satunya. Ada konsekuensi di antara kedua pilihan itu.Pentas seni sialan,batinnya.Ia akan meminta maaf pada Titan, oleh

  • Serendipity in Magnanimous   68.Terbakar Cemburu

    Esoknya, Tristan datang ke kelasnya seperti kebiasaannya belakangan ini untuk mengajak Titan makan ke kantin. Titan pun tak bisa pura-pura seolah biasa saja. Senyumnya langsung merekah begitu melihat penampakan cowok itu muncul di ambang pintu kelasnya bahkan sebelum Bu Endah yang sedang mengajar di XII IPA 4 keluar kelas."Ngapain kamu mejeng di sini?" Bu Endah yang hendak keluar tentu saja bertemu dengan Tristan di ambang pintu."Mau nyari anak didiknya Bu Endah buat ngajakin makan berdua di kantin. Kenapa? Ibu mau ikutan? Jangan jadi orang ketiga di antara kami dong Bu," jawab Tristan sambil senyum-senyum."Hah, ngawur aja kamu nih. Emang kamu ngajakin siapa toh?""Ini Bu, anaknya udah ketemu." Tristan langsung merangkul pundak Tit

  • Serendipity in Magnanimous   67.Ketempelan Makhluk Gaib

    Tristan menahan napas ketika melihat wujud manusia di depannya. Seketika, bayangan wajah cemburu Titan tergambar di otaknya dan membuatnya berasa sedang selingkuh. Padahal pacaran aja mereka tidak.Aundy.Sesosok gaib-eh manusia yang belakangan ini selalu absen di depan wajahnya tiap hari. Menggerayanginya ke mana-mana sampai terkadang membuat Tristan berasa punya penunggu di punggungnya.Kadang ia kesal sendiri, tapi pernah beberapa kali ia bersikap cukup baik pada cewek itu ketika ingin melihat reaksi Titan bila ia berdua dengan perempuan lain. Makan bersama di kantin beberapa kali dan mengantarnya pulang.Sekarang rasanya ia ingin ganti muka saja. Biar tak terus-terusan dikejar sana-sini. Toh cewek satu ini juga cuma naksir sama ta

DMCA.com Protection Status