Morgan mendarat dengan sempurna di atas tanah. Dia mengerjapkan mata menyesuaikan dengan lampu jalan, tatkala melihat sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan.
"Morgan! Buruan masuk! Kamu lama banget sih!" seru Luna yang sepertinya menunggu lama. Melihat sosok Morgan di samping mobilnya, wanita centil itu terlihat excited.
"Kamu kok bisa ada di belakang rumah, bukannya janjinya di depan?"
Luna memutar mata jengah, "Makanya punya hp jangan kantongin doang. Aku sudah kirim pesan sama kamu kalau aku posisi di belakang rumah, karena aku lihat banyak preman masuk rumah itu. Makanya aku berasumsi kalau kamu akan kabur lewat belakang."
Morgan tersenyum sambil menjawil dagu nyantisnya. Luna memekik manja. Menggemaskan.
Dari dulu, Luna memang sangat pemberani dan cerdik. Makanya Morgan sangat nyaman menjadi partner in crime-nya. Sebatas itu, tidak lebih.
"Buruan masuk! sebelum ketahuan mereka!" ujar Luna tidak sabaran.
"Iya, iya bawel. Ya
DUAR!Suara ledakan kuat berasal dari belakang. Salah satu personil terpental terluka parah. Segera personil lain berhamburan mendekatinya.Morgan memanfaatkan kesempatan itu dengan berlari sekuat mungkin melalui pintu depan. Dia tidak tahu tujuan pasti. Yang terpenting sekarang, dia harus terbebas dari mereka.Suara tembakan mengudara, memancing perhatian orang-orang yang ada di Syahbandar. Morgan harus segera mencari tempat bersembunyi, karena melarikan dari sana adalah hal yang mustahil.Sampai akhirnya dia sampai di suatu tempat yang dipenuhi oleh container yang bermuatan barang. ditata sedemikian rupa hingga membentuk labirin.Morgan menempelkan punggung lebarnya di balik salah satu container. Sambil pandangannya yang terus mengintai ke segala arah."Bagaimana polisi bisa cepat menemukan keberadaan ku? Apa mungkin ini kerjaan Fatur?"Tiba-tiba samar-samar, Morgan menangkap perbincangan antara dua orang. Satu di antara adalah suar
Luna menjulurkan lidahnya yang langsung disambar oleh amukan bibir Morgan. Mulut mereka beradu rapat dengan lidah yang saling membelit kuat.Dengan sekali raup, Morgan mengangkat area bawah Luna sampai naik ke atas kuda-kudanya. Menghimpit Luna ke badan kontainer dan menyerangnya begitu intens. Tubuh Luna begitu ringan bagi Morgan yang besar dan berotot."Morgan, jangan lupakan malam ini sampai kapanpun ya," pinta Luna yang terengah. Sedangkan Morgan masih sibuk membenamkan kepalanya di dada Luna yang terbuka. Dasar lelaki, kalau sudah nafsu lupa akan segalanya.Detik berikutnya terdengar suara erangan yang samar karena berbaur dengan suara mesin pengangkat kontainer malam itu. Seseorang yang tengah mengintip mereka terkesima, hingga tidak sadar menjatuhkan senjatanya.Morgan dan Luna langsung menoleh ke sumber suara. Terlihat bayang-bayang seseorang di tengah kontainer itu. Morgan langsung menurunkan tubuh Luna. Mata tajamnya berusaha melihat sosok itu d
Dan sebuah pemandangan yang tidak biasa terlihat di sana. Terlihat wanita itu sudah dalam keadaan telanjang bulat sambil melakukan pemuasan diri dengan jarinya."Tolong," rintih Wanita itu. Dia menggelinjang seiring dengan gerakan tangannya yang semakin cepat di bawah sana.Morgan terkesima dengan apa yang dia lihat. Polwan cantik itu terangsang! Mungkin itu adalah alasan kenapa dia membiarkan Morgan bercinta dengan Luna, karena wanita itu juga ingin merasakannya keperkasaan Morgan yang besar.Terlihat pandangan wanita itu terus tertuju ke bagian pangkal pahanya, di mana terdapat sesuatu yang raksasa yang menjadi pusat nafsu wanita. Wanita yang kurang terpuaskan pasti memimpikan keperkasaan seperti milik Morgan.Morgan menyeringai. Setegas apapun wanita, mereka pasti mempunyai sisi lemah yang bisa dimanfaatkan, termasuk polwan ini."Minta tolong apa, Bu. Apa yang saya bisa lakukan untuk Bu polwan?""Tolong, puaskan saya Morgan.""Kena
Morgan terbangun saat merasakan kontainer bergerak. Sepertinya kontainer itu dipindahkan dengan alat bernama crane ke sebuah truk trailer.'Yes, ini pasti sudah sampai di pulau seberang,' gumamnya bersemangat. Dia yang sudah tidur selama dua malam pun berdiri sambil memegang sisi kontainer. Rasa lemas karena tidak mendapatkan asupan makanan berhari-hari tidak dia hiraukan. Dia begitu excited karena terlepas dari kota terkutuk itu.Morgan bisa merasakan goncangan ketika kontainer itu sudah dipindahkan ke truk trailer. Tidak berapa lama, truk mulai bergerak. Meninggalkan area pelabuhan untuk di antar ke tempat tujuan."Sial, bagaimana caranya aku keluar dari sini?"Kini, Morgan dipusingkan bagaimana caranya keluar. Kalau dilihat dari barang-barang yang ada di dalam container sepertinya truk ini akan mengarah ke pabrik. Tidak mungkin dia akan turun di sana yang pasti akan menimbulkan keributan.Deru kendaraan terdengar di luar sana. Menandakan truk se
“Yuk, masuk.” Setelah turun dari mobil, Morgan mengekori langkah wanita sexy itu menuju istananya. Dia mengambil kunci dari dalam tasnya untuk membuka pintu. “Sebenernya rumah ini ada penjaganya. Hanya saja dia ke sini saat pagi hari saja untuk membersihkan Villa,” tuturnya. Morgan sama sekali tidak peduli. Yang ada di benaknya saat itu adalah tempat yang aman untuk bersembunyi. Sebuah villa di atas bukit. Jauh dari keramaian. Sangat sempurna. Terlebih dia hanya berdua dengan wanita ini. Wanita itu mempersilakannnya masuk. Pria gagah itu langsung mengedarkan pandangan ke sekitar. Nuansa interior yang begitu memukau dengan perabotan yang berkelas. Sama seperti pemiliknya yang sepertinya bukan orang sembarangan. Tiba-tiba, Morgan menoleh. Menangkap basah wanita itu yang memandangnya sambil mengulum bibir. “Kenapa liatin saya seperti itu?” sambar Morgan yang membuat wanita itu terperanjat. “E-enggak, Oh iya k
Morgan yang lama-lama jengah menarik kain yang menyumpal mulut wanita itu. Dengan nafas yang terengah-engah, wanita itu berkata.“Bolehkah aku mengulum milikmu?”Tanpa perasaan malu, wanita itu mengatakan keinginannya saat melihat kemaluan Morgan yang besar menjuntai. Morgan kikuk dibuatnya. “Kamu enggak malu apa bicara seperti itu?” sahut Morgan yang heran kenapa wanita itu begitu frontalnya berkata dan merendahkan dirinya sendiri. “Buat apa malu kalau aku memang membutuhkannya? Dan punyamu itu, membuatku tidak tahan,” ucapnya tenang. Sekarang, Morgan melihat wanita itu menggeser tubuhnya yang terikat lebih dekat ke Morgan sambil membuka mulut. Morgan mundur satu langkah. Terlihat wanita itu menjulurkan lidahnya berusaha untuk menggapai. Namun, Morgan membalikan badan kekarnya. Membuat wanita itu mendesah kecewa. Morgan kembali membuka lemari. Tapi, dia dibuat kaget dengan wanita itu yang jatuh ke lantai. &ldqu
Sementara di lain tempat, “Pokoknya kamu harus ikut papa pindah ke Jakarta!” gertak Fatur kepada Nala yang masih keras kepala. “Enggak Pa, aku masih ingin bertahan di sini. Ini rumah peninggalan orang tua Nala,” sahut Nala bersikeras. Sama sekali tidak ingin patuh dengan papa tirinya yang suka seenaknya sendiri dan cabul. “Buat apa bertahan di sini. Mending kamu ikut dengan kita ke Jakarta. Kehidupanmu lebih terjamin. Daripada kamu sendirian di sini.” Jihan menimpali. Ibu tiri yang sama sekali dia tidak harapkan kehadirannya sudah mulai mencampuri kehidupannya. “Diam kamu! Kamu itu bukan siapa-siapa aku! jadi lebih baik kamu diam saja!” sengit Nala. “Nala! Jaga bicaramu! Dia itu ibu kamu, sudah sepantasnya kamu menjadikannya sebagai pengganti nenek lampir yang sudah meninggal itu!” hardik Fatur. Nala meradang. Bisa-bisanya Fatur menyebut mendiang ibunya sebagai nenek lampir. Padahal semasa hidu
Beberapa hari kemudian, Seorang pria aneh berjalan menyusuri lorong sekolah. Semua pandangan tertuju ke arahnya. Menatapnya dengan pandangan yang tidak biasa. Cara berpakaian yang cupu sekali dengan rambut keriting dan juga kaca mata tebal yang dipakainya. Hal itu diperparah dengan gigi tonggos, juga tahi lalat yang begitu besar di pipinya. Pria itu berbaris di antara para guru yang sedang melakukan upacara senin itu. Selama upacara berlangsung, Pria itu menjadi pusat perhatian para guru, juga siswa yang nyengir melihat penampilannya. Tapi, pria itu justru terlihat santai Sampai akhirnya, Pembina upacara mempersilakannya untuk memperkenalkan diri. Pria itu berjalan menuju mimbar diiringi cemoohan para siswa. A gaknya keberadaannya kurang disukai oleh mayoritas siswa di sana. “Perkenalkan nama saya Gugun, saya guru baru bahasa inggis khusus kelas dua belas,” ucap pria itu memperkenalkan diri. Di hadapan para murid yang meneriakinya, Pria itu tersen
“Papa kenapa?” tanya Jordan saat bertemu di ruang makan. Dia menunjuk kening ayahnya yang memar.“Habis jatuh semalam, Nak,” sambar Nala yang mengambil posisi duduk di dekat anaknya. Dia mengusap rambut anaknya yang sedikit berantakan.“Iya, Papa jatuh karena berantem sama monster,” ucap Morgan sambil memperagakan gerakan ultraman.“Monster di mana, Pa? Wah Papa hebat?” sambut Jordan antusias. Imajinasi anak kecil tentang tokoh superhero memang sangat kental. Makanya ketika ada cerita seperti itu, dia terlihat sangat bersemangat.“Mas!” tekan Nala sambil melotot. Morgan tergelak. Namun tak lama, karena Jordan yang memandangnya aneh.“Nanti setelah pulang sekolah, main Ultramen sama Papa ya, kamu jadi Ultramen, Papa jadi monsternya,” Rona wajah anak itu berubah cerah. Dia berdiri di atas kursi sambil tertingkah seperti supe
Morgan kembali menegakkan kepalanya. Kepuasan terlihat saat melihat wajah erotis Nala yang menginginkan dirinya. Istri yang sangat sempurna. selain cantik dan sexi, kepribadiannya juga menarik. Membuat Morgan beruntung memilikinya.Nala tersenyum genit sambil meliukkan tubuhya. Dia sedikit memutar badan. Memencet sabun di atas busa dan meremasnya. Kemudian dengan gerakan pelan, dia menyapukannya ketubuh Morgan. Setelah area depan selesai, Nala menempelkan tubuh bagian depannya dengan Morgan untuk menggapai area punggung. Terlihat mereka saling melempar senyum, pertanda bahwa mereka sangat menyukai momen seperti ini.“Turun, Sayang.”Kaki Nala kembali menapaki lantai. Dia menurunkan tubuhnya untuk membersihkan kedua kaki kokoh Morgan. Sedangkan Morgan terlihat memperhatikan Nala dengan wajah nakalnya, sungguh keseksian Nala tiada tara. Membuatnya selalu ingin berbuat hal yang buas.
Setelah selesai area muka, dia beralih ke kaki Morgan yang berbulu. Di saat yang bersamaan dia terhenyak saat melihat sesuatu yang menyembul keras.Morgan hampir tertawa saat melihat rona muka dari Nala. Hampir tidak tertebak, namun matanya tidak berkedip saat melihat juniornya. Kepala Nala bergerak secara slow motion ke arahnya. Dan sekarang terlihat wajah yang merona dengan dengusan nafas yang dalam. Morgan segera menangkap gelagat sang istri.Pria itu membangkitkan setengah badannya . Menangkup kedua pipi Nala dan merebut mulutnya yang ranum. Aroma vanilla semakin membangkitkan gairah Morgan, mulutnya terus bergulat sampai terdengar suara erangan yang menggelora.Ciuman yang terlepas membuat Morgan tersentak. Dia keheranan saat melihat Nala yang mundur beberapa langkah sambil mengusap mulutnya. Biasanya istrinya itu akan menerima apapun perlakukan Morgan, tapi kini dia menolaknya.“Aku benci
“Nyonya Nala, sebenernya….”Nala memperhatikan Rangga dengan seksama. Begitu juga Morgan yang sebenernya tidak ingin Rangga mengatakannya sekarang. Dia harus mencegahnya.“Jangan bicarakan sekarang. lebih baik di mansion saja,” sela Morgan. Nala menatap suaminya sejenak lalu beralih ke Rangga yang terlihat mengangguk.“Baik, kita bicarakan saja di rumah. “ Nala mengiyakan. Nala menyimpan rasa penasaran tentang sesuatu di antara Morgan dan Rangga. Dan memang kondisinya tidak memungkinkan untuk bicara di sini.Mereka masuk ke dalam mobil. Rangga melajukan kemudinya. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali di antara mereka. Hanya saling bertukar pandangan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.Sesampainya di mansion, mereka langsung mengambil posisi untuk duduk di ruang tamu. Nala yang sudah tidak sabar membuka percak
“Ayo bangun! ku hajar kamu sampai mampus bedebah!” Kembali Max menghajarnya. Morgan ingin membalas. Tetapi dia melihat salah seorang yang anggota gang naga yang mengacungka senjata ke Nala. Morgan tidak mampu berkutik.Sedangkan, Nala hanya tergugu di dalam mobil. Dia hanya mampu menjerit tatkala melihat suaminya dihajar oleh Max tanpa perlawanan sama sekali. Terlebih sebuah pistol yang mengacung tepat ke arahnya dari luar mobil. Membuatnya semakin ketakutan.Sedari tadi dia berusaha untuk menghubungi Rangga. Iya, hanya dia yang setidaknya menghalau mereka. Dia tidak memiliki kontak para bodyguard yang menjadi anak buahnya, mengingat selama ini kalau ada apa-apa dia langsung menghubungi Rangga. Meski kemungkinan kecil bagi Rangga untuk datang mengingat orang kepercayaannya itu dalam pengaruh obat perangsang.“Cuma segitu kekuatanmu hah?” pekik Max di depan Morgan yang tergelepar tidak
“Mas, aku enggak enak hati denganmu,” ucap Nala memecah keheningan.“Enggak enak hati kenapa?” tanya Morgan dengan dahi berkerut. Dia yang semula fokus mengendarai mobil harus terpecah konsentrasi dengan ucapan sang istri.“Kamu sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan Arya Wiwaha, tapi dengan mudahnya kamu memberikannya kepadaku.” Akhirnya kalimat yang sekian lama dia pendam itu terlontar juga. Sebenernya dia ingin membicarakan hal ini sedari tadi. Tapi belum menemukan waktu yang tepat.“Memangnya kenapa Sayang? Apa ada masalah?” sahut Morgan enteng seakan hal itu bukan sesuatu hal yang besar baginya.“Mas enggak menyesal memberikan perusahaan sebesar itu kepadaku?” Nada suara Nala ditekan rendah berhati-hati sekali mengucapkan kalimat tersebut. Takut suaminya tersinggung.“Ya, enggaklah Sayan
‘The Party goes so weel. Congrat!’Semua tamu undangan memberikan selamat kepada Nala dan Morgan atas terselenggeranya acara peresmian. Semakin meneguhkan status mereka sebagai salah satu konglomerat paling diperhitungkan di negeri ini.Nala tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bukan karena kenaikan level yang begitu drastis, tetapi pengorbanan sang suami yang cukup besar hingga mereka sampai ke titik ini.“Makasih atas semuanya, Mas,” ucap Nala sambil mengerling indah kea rah suaminya. Morgan menoleh. Menunjukan deretan gigi rapi yang menawan.“Apapun akan Mas lakukan untukmu, Sayang,” sahut Morgan. Nala mendadak merasakan tangan kekar Morgan yang melingkar. Nala melotot sambil mendorong dada suaminya saat sang suami berusaha merengkuhnya ke pelukan.“Ih, Mas. Jangan di sini. Malu,” bisik Nala sambil melayangkan pandangan ke arah semua para
“Sekarang, kamu tidak akan bisa lari kemana-mana Jihan.”“Jangan halangi Saya!” pekik Jihan. Membuat sedikit keributan di lobby hotel. Penjaga keamanan terlihat mendekati sang Tuan. Namun, Morgan langsung mengangkat tangan sebagai isyarat kalau dia bisa menangani sendiri.“Kamu pikir bisa semudah itu lari dari saya hah!” tutur Morgan dengan santai. Jihan terlihat panik. Dia tidak akan bisa menembus Morgan dengan pertahanan keamanan super ketat baik di dalam maupun di luar hotel.“Ternyata kamu sangat berbisa Jihan. Adalah sebuah kebodohan terbesar bagi saya karena dulu telah menyelamatkanmu dari sarang gang nafa. Ternyata kamu mempunyai niat yang terselubung,” kecam Morgan.Jihan terkekeh. Suaranya menjadi tawa yang semakin keras. Mirip dengan seperti tawa psikopat.“Harus berapa kali aku bilang kepadamu Morgan, kalau aku sang
Rico pasrah. Percuma saja dia melawan. Morgan terlalu kuat untuk dia hadapi sendiri. Sedangkan Jihan sedang mencari celah kelengahan Morgan.“Kalian ikut aku sekarang. aku akan menimbang hukuman apa yang pantas buat kalian,” tutur Morgan sambil menyeret Rico. Begitu juga Jihan yang berjalan terlebih dahulu di hadapan mereka.Entah kenapa, mendadak Rico merasa kasihan dengan Jihan. Orang yang teramat dia cintai itu juga akan dihukum oleh Morgan. Dia tidak rela kalau sampai Jihan babak belur atau bahkan meninggal di tangan Morgan. Terlebih dia tahu betul kalau Morgan tidak segan melakukan hal itu jika ada yang berani mengusiknya. Dia harus mengalihkan perhatian Morgan, Supaya Jihan bisa kabur.“Aku tidak tahu alasan kenapa kamu tetap bertahan dengan Nala yang jelek itu. Kalau aku jadi kamu pasti aku sudah memilih Jihan,” celetuk Rico tiba-tiba. Morgan yang mendengarnya langsung menghentikan langkahn