“Tidak ada celah bagi kalian untuk kabur.” Morgan mendesis. Di atas panggung, terlihat Andres dan Michael panik setengah mati. Bagaikan Bom meledak, tanpa mampu mereka mengelak. Di depan semua kolega, di depan keluarga. Dunia serasa kiamat bagi mereka.
Mereka tidak bisa membela diri karena semuanya terpampang nyata. Alhasil, mereka berancang-ancang kabur dari sana.
“Kalian! Tangkap mereka!” perintah Morgan kepada sekuriti. Mereka terpaksa menurut dengan tergopoh berlari menuju panggung. Sedikit terjadi kegaduhan di sana sampai akhirnya sekuriti itu berhasil menangkap mereka.
“Jangan tangkap suami saya!” Anggy memekik nyaris menangis. Begitu juga Angeline yang tidak rela anak kebanggannya dijebloskan ke penjara.
“Ini pasti ada yang salah. pasti semuanya salah faham.” Angeline berusaha membela Andres. Sayang, semua orang yang ada di sana mengacuhkannya. Orang-orang yang mereka hormati, segani, ternyata berbuat
Angeline gelagapan. Dia tidak memungkiri bahwa dia tahu semuanya karena Andres terlebih dahulu berdiskusi dengannya sebelum berkomplot dengan Michael. Rencana jahat membinasakan keluarga Hartanto internasional satu persatu. Motifnya apalagi kalau bukan uang dan kekuasaan. Namun, kenyatannya gagal total.Sekarang timbul ketakutan dari dalam dirinya. Bagaimana kalau namanya diseret dalam kasus ini. Bayangan ngeri penjara seumur hidup. Bahkan, hukuman mati menantinya. Angeline begidik membayangkannya.“Kenapa wajahmu pucat begitu? Jadi benar dugaanku kalau kamu juga terlibat?” Jacob memojokkan. Tidak ada panggilan mesra seperti biasanya.“K-kamu jangan salah faham seperti itu, Pa. Andres kan anakku wajar dong kalau aku membelanya. Lagipula, aku tidak tahu menahu mengenai rencana itu.” Suara Angeline melunak. Tidak ada pilihan lain selain mengalah dihadapan Jacob. Walaubagaimanapun, dia masih membutuhkan Jacob sebagai penopang hidupnya, setel
“Sudah jelas kan semuanya? Sekarang kalian boleh pergi dari sini.”Terpaksa Morgan dan Anggy pergi. Barang-barang mereka ternyata sudah dibereskan di dalam koper. Siap untuk dibawa.Anggy terlihat tidak berhenti menangis. Suaminya ditangkap, dan sekarang dia diusir dari rumah itu.“Nyonya, ikut denganku saja.” Morgan menawarkan. Anggy mendongak. Menatap nanar Morgan.“Enggak! Aku enggak sudi ikut dengan penipu seperti kamu. Mengelabuhi semua orang dengan penyamaranmu padahal kamu pemimpin gangster yang berbahaya!”“Awalnya aku tidak percaya begitu saja saat Angeline yang berbicara. Tapi, hal itu diperkuat dengan perkataan Sarah tadi. Kamu memang sangat licik.”“Aku melakukan itu semua karena punya alasan! Ngerti kamu!”Seketika Anggy bungkam saat dibentak Morgan. Sekarang terlihat jelas watak asli dari Morgan. Berandal itu seperti raja rimba yang mengeluarkan tari
Morgan bangkit dari tempat duduknya. Sambil memperbaiki sesuatu yang menggeliat di bawah, dia menghampiri Anggy yang sudah mendapatkan julukan Angel itu. Seperti terbawa arus, Anggy semakin gemulai saja saat Morgan mendekat.Morgan memandang ketiga pelayannya. Menggerakan tangannya isyarat supaya mereka pergi. Ketiga pelayan itu menggerutu dalam hati meski pada akhirnya menurut. Membiarkan Morgan berduaan dengan penghibur barunya itu dan bisa ditebak apa yang akan terjadi selanjutnya.Morgan berjalan mengelilingi Anggy. Matanya lekat melihat bulatan indah belakang yang tampak sekal. Sangat menggoda untuk diremas.Sedangkan gerakan Anggy semakin panas menggoda Morgan. Dia sendiri heran, kenapa setiap berada di dekat Morgan, darahnya berdesir-desir. Buah dadanya mengencang dengan ujung mencuat. Bagian bawahnya juga berkedut-kedut, meminta sesuatu yang keras dan perkasa milik Morgan masuk.Anggy masih bergoyang stripsis saat Morgan berdiri di belakangnya. Me
Anggy mengangguk cepat. Morgan dengan berat hati melepas pegangan tangannya saat Anggy melangkah menuju ranjang. Wanita itu memposisikan dirinya merangkak. Menghadapkan bagian belakangnya ke Morgan. Morgan yang paham menampar dengan gemas bulatan indah itu sebelum menghujam.“Lakukan Morgan!”“Bagaimana kalau sampai suamimu tahu?”“Dia di penjara Morgan.”“Kalau aku kasih rekaman itu bagaimana?”“Aku tidak peduli.” Anggy refleks berkata. Dia mendadak amnesia kalau bersama dengan Morgan.“Hahaha, kamu memang pelayan yang luar biasa Angel. Siap bertempur sampai pagi?”Anggy larut dalam buaian. Menyatu dengan Morgan. Didekap dengan tubuh gempal berotot. Berkeringat bersama. Bahkan tidak terhitung berapan kali dia keluar berbanding dengan stamina Morgan yang tiada duanya.Sampai disuatu titik, Anggy lemas. Terkapar dengan tubuh bergetar. Morgan tampak puas meli
“Apa? Bagaimana bisa?”Sarah terkejut saat mengetahui ada dana perusahaan sudah digelapkan. Jumlahnya tidak main-main. Sepuluh triliyun. Bisa untuk membangun beberapa cabang perusahaan sekaligus.“Kami kurang tahu Nyonya, Yang jelas semua itu terjadi ketika Tuan Michael membawahi perusahaan ini.” Manager keuangan melaporkan. Sarah bisa langsung menebak. Bahwa semua ini masih ada hubungannya dengan Morgan. Dengan lihai dia menguras dana perusahaan melalui Michael.Rapat selesai. Ruang yang semula dipenuhi oleh jajaran manajer devisi kosong. Tinggal Sarah seorang disitu. Dia tampak menyandarkan punggungnya dikursi putar sambil memijit-mijit keningnya. Kepalanya serasa mau pecah.Telepon berdering. Wanita tomboy itu mendecak kesal. Siapa yang berani mengganggu pikirannya yang sedang kacau itu.“Selamat pagi Nyonya, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Nyonya.”“Siapa?”“Morgan, Nyo
“Menjadi istri kamu?”“Iya, Mudah kan?”“Najis! Sampai kapanpun aku tidak mau menjadi istri kamu.”“Kalau bisa bagaimana?”Dada Sarah naik turun seiring emosi yang terpacu. Dekat dengan Morgan saja, dia merasa risih. Apalagi menjadi istrinya.“Kepedean sekali kamu. Kalau aku bilang enggak ya enggak. Keluar kamu dari ruangan saya!” Sarah berdiri. Mengacungkan telunjuknya ke pintu.“Mau sampai kapan kamu bersikap arogan seperti ini Sarah. Apakah kamu tidak butuh lelaki. Atau jangan-jangan kamu tidak pernah mendapatkan sentuhan lelaki makanya kamu temperamental seperti ini?”Sarah gemas. Ingin rasanya dia menghajar mulut tebal nan hitam itu yang sembarangan berbicara. Wajahnya bagai disiram air panas. Agaknya perkataan Morgan cukup mengenai ulu hatinya.Morgan bangkit. Dipandangnya Sarah sesaat. Smirk nakal terlihat di wajahnya.“Kuberi kesempatan
“Bagaimana caranya aku menyelamatkan perusahaan?”Sarah berpikir keras. Dia harus menemukan jalan keluar sebelum perusahaannya di ambang kolaps. Terdengar beberapa kali dia merutuk Morgan, penyebab dari semua ini.“Kira-kira perusahaan mana yang bisa membantu melakukan investasi sebanyak itu.”Sarah melihat daftar perushaan yang bekerja sama dengan perusahaannya. Di antara begitu banyak perusahaan, terpampang nama Adam Persada Group. Perusahaan yang berkembang cukup pesat. Meski tidak sebesar perusahaannya, tapi potensi dari perusahaan itu cukup mumpuni. Sangat bisa membantu keuangan Hartanto Internasional.“Aku harus bekerja sama dengan perusahaan itu.”Sementara di lain tempat, Jacob sedang berkutat dengan laptopnya ditemani Angeline di sampingnya. Semenjak pertengkaran hebat malam itu, mereka terpisah untuk sesaat. Namun, dengan mudah Angeline bisa memenangkan hati Jacob kembali. Entah Angeline yang piaw
“Morgan, datanglah ke tanah Karo. Kita melakukan pertemuan keluarga besar di sana.”Morgan yang semula merebahkan diri dengan santai langsung bangkit tatkala mengetahui siapa yang mengirim pesan. Jacob, ayahnya mengajaknya untuk melakukan pertemuan keluarga. Awalnya Morgan ragu, sampai dia mengecek kebenaran nomer itu dengan melacak siapa pemiliknya dan ternyata memang benar Jacob.Pertemuan besar keluarga batak? Itu artinya hubungan Jacob dengan Marriam membaik. Karena Jacob masih bersedia menjalin silaturahmi dengan keluarga besar ibunya itu. Angin segar seolah berhembus di wajah Morgan.Morgan ingat dengan perkataan Markus untuk berdamai dengan Jacob. Walau sejujurnya dia masih sakit hati. Namun, setelah melihat tindakan Jacob kemaren. Terlebih kini, Jacob sendiri yang mengajaknya bertemu. Sepertinya Morgan harus melapangkan hati dengan memberikan Jacob kesempatan kedua.“Siap, Pa.” Cukup kikuk Morgan membalasnya.“
“Papa kenapa?” tanya Jordan saat bertemu di ruang makan. Dia menunjuk kening ayahnya yang memar.“Habis jatuh semalam, Nak,” sambar Nala yang mengambil posisi duduk di dekat anaknya. Dia mengusap rambut anaknya yang sedikit berantakan.“Iya, Papa jatuh karena berantem sama monster,” ucap Morgan sambil memperagakan gerakan ultraman.“Monster di mana, Pa? Wah Papa hebat?” sambut Jordan antusias. Imajinasi anak kecil tentang tokoh superhero memang sangat kental. Makanya ketika ada cerita seperti itu, dia terlihat sangat bersemangat.“Mas!” tekan Nala sambil melotot. Morgan tergelak. Namun tak lama, karena Jordan yang memandangnya aneh.“Nanti setelah pulang sekolah, main Ultramen sama Papa ya, kamu jadi Ultramen, Papa jadi monsternya,” Rona wajah anak itu berubah cerah. Dia berdiri di atas kursi sambil tertingkah seperti supe
Morgan kembali menegakkan kepalanya. Kepuasan terlihat saat melihat wajah erotis Nala yang menginginkan dirinya. Istri yang sangat sempurna. selain cantik dan sexi, kepribadiannya juga menarik. Membuat Morgan beruntung memilikinya.Nala tersenyum genit sambil meliukkan tubuhya. Dia sedikit memutar badan. Memencet sabun di atas busa dan meremasnya. Kemudian dengan gerakan pelan, dia menyapukannya ketubuh Morgan. Setelah area depan selesai, Nala menempelkan tubuh bagian depannya dengan Morgan untuk menggapai area punggung. Terlihat mereka saling melempar senyum, pertanda bahwa mereka sangat menyukai momen seperti ini.“Turun, Sayang.”Kaki Nala kembali menapaki lantai. Dia menurunkan tubuhnya untuk membersihkan kedua kaki kokoh Morgan. Sedangkan Morgan terlihat memperhatikan Nala dengan wajah nakalnya, sungguh keseksian Nala tiada tara. Membuatnya selalu ingin berbuat hal yang buas.
Setelah selesai area muka, dia beralih ke kaki Morgan yang berbulu. Di saat yang bersamaan dia terhenyak saat melihat sesuatu yang menyembul keras.Morgan hampir tertawa saat melihat rona muka dari Nala. Hampir tidak tertebak, namun matanya tidak berkedip saat melihat juniornya. Kepala Nala bergerak secara slow motion ke arahnya. Dan sekarang terlihat wajah yang merona dengan dengusan nafas yang dalam. Morgan segera menangkap gelagat sang istri.Pria itu membangkitkan setengah badannya . Menangkup kedua pipi Nala dan merebut mulutnya yang ranum. Aroma vanilla semakin membangkitkan gairah Morgan, mulutnya terus bergulat sampai terdengar suara erangan yang menggelora.Ciuman yang terlepas membuat Morgan tersentak. Dia keheranan saat melihat Nala yang mundur beberapa langkah sambil mengusap mulutnya. Biasanya istrinya itu akan menerima apapun perlakukan Morgan, tapi kini dia menolaknya.“Aku benci
“Nyonya Nala, sebenernya….”Nala memperhatikan Rangga dengan seksama. Begitu juga Morgan yang sebenernya tidak ingin Rangga mengatakannya sekarang. Dia harus mencegahnya.“Jangan bicarakan sekarang. lebih baik di mansion saja,” sela Morgan. Nala menatap suaminya sejenak lalu beralih ke Rangga yang terlihat mengangguk.“Baik, kita bicarakan saja di rumah. “ Nala mengiyakan. Nala menyimpan rasa penasaran tentang sesuatu di antara Morgan dan Rangga. Dan memang kondisinya tidak memungkinkan untuk bicara di sini.Mereka masuk ke dalam mobil. Rangga melajukan kemudinya. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali di antara mereka. Hanya saling bertukar pandangan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.Sesampainya di mansion, mereka langsung mengambil posisi untuk duduk di ruang tamu. Nala yang sudah tidak sabar membuka percak
“Ayo bangun! ku hajar kamu sampai mampus bedebah!” Kembali Max menghajarnya. Morgan ingin membalas. Tetapi dia melihat salah seorang yang anggota gang naga yang mengacungka senjata ke Nala. Morgan tidak mampu berkutik.Sedangkan, Nala hanya tergugu di dalam mobil. Dia hanya mampu menjerit tatkala melihat suaminya dihajar oleh Max tanpa perlawanan sama sekali. Terlebih sebuah pistol yang mengacung tepat ke arahnya dari luar mobil. Membuatnya semakin ketakutan.Sedari tadi dia berusaha untuk menghubungi Rangga. Iya, hanya dia yang setidaknya menghalau mereka. Dia tidak memiliki kontak para bodyguard yang menjadi anak buahnya, mengingat selama ini kalau ada apa-apa dia langsung menghubungi Rangga. Meski kemungkinan kecil bagi Rangga untuk datang mengingat orang kepercayaannya itu dalam pengaruh obat perangsang.“Cuma segitu kekuatanmu hah?” pekik Max di depan Morgan yang tergelepar tidak
“Mas, aku enggak enak hati denganmu,” ucap Nala memecah keheningan.“Enggak enak hati kenapa?” tanya Morgan dengan dahi berkerut. Dia yang semula fokus mengendarai mobil harus terpecah konsentrasi dengan ucapan sang istri.“Kamu sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan Arya Wiwaha, tapi dengan mudahnya kamu memberikannya kepadaku.” Akhirnya kalimat yang sekian lama dia pendam itu terlontar juga. Sebenernya dia ingin membicarakan hal ini sedari tadi. Tapi belum menemukan waktu yang tepat.“Memangnya kenapa Sayang? Apa ada masalah?” sahut Morgan enteng seakan hal itu bukan sesuatu hal yang besar baginya.“Mas enggak menyesal memberikan perusahaan sebesar itu kepadaku?” Nada suara Nala ditekan rendah berhati-hati sekali mengucapkan kalimat tersebut. Takut suaminya tersinggung.“Ya, enggaklah Sayan
‘The Party goes so weel. Congrat!’Semua tamu undangan memberikan selamat kepada Nala dan Morgan atas terselenggeranya acara peresmian. Semakin meneguhkan status mereka sebagai salah satu konglomerat paling diperhitungkan di negeri ini.Nala tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bukan karena kenaikan level yang begitu drastis, tetapi pengorbanan sang suami yang cukup besar hingga mereka sampai ke titik ini.“Makasih atas semuanya, Mas,” ucap Nala sambil mengerling indah kea rah suaminya. Morgan menoleh. Menunjukan deretan gigi rapi yang menawan.“Apapun akan Mas lakukan untukmu, Sayang,” sahut Morgan. Nala mendadak merasakan tangan kekar Morgan yang melingkar. Nala melotot sambil mendorong dada suaminya saat sang suami berusaha merengkuhnya ke pelukan.“Ih, Mas. Jangan di sini. Malu,” bisik Nala sambil melayangkan pandangan ke arah semua para
“Sekarang, kamu tidak akan bisa lari kemana-mana Jihan.”“Jangan halangi Saya!” pekik Jihan. Membuat sedikit keributan di lobby hotel. Penjaga keamanan terlihat mendekati sang Tuan. Namun, Morgan langsung mengangkat tangan sebagai isyarat kalau dia bisa menangani sendiri.“Kamu pikir bisa semudah itu lari dari saya hah!” tutur Morgan dengan santai. Jihan terlihat panik. Dia tidak akan bisa menembus Morgan dengan pertahanan keamanan super ketat baik di dalam maupun di luar hotel.“Ternyata kamu sangat berbisa Jihan. Adalah sebuah kebodohan terbesar bagi saya karena dulu telah menyelamatkanmu dari sarang gang nafa. Ternyata kamu mempunyai niat yang terselubung,” kecam Morgan.Jihan terkekeh. Suaranya menjadi tawa yang semakin keras. Mirip dengan seperti tawa psikopat.“Harus berapa kali aku bilang kepadamu Morgan, kalau aku sang
Rico pasrah. Percuma saja dia melawan. Morgan terlalu kuat untuk dia hadapi sendiri. Sedangkan Jihan sedang mencari celah kelengahan Morgan.“Kalian ikut aku sekarang. aku akan menimbang hukuman apa yang pantas buat kalian,” tutur Morgan sambil menyeret Rico. Begitu juga Jihan yang berjalan terlebih dahulu di hadapan mereka.Entah kenapa, mendadak Rico merasa kasihan dengan Jihan. Orang yang teramat dia cintai itu juga akan dihukum oleh Morgan. Dia tidak rela kalau sampai Jihan babak belur atau bahkan meninggal di tangan Morgan. Terlebih dia tahu betul kalau Morgan tidak segan melakukan hal itu jika ada yang berani mengusiknya. Dia harus mengalihkan perhatian Morgan, Supaya Jihan bisa kabur.“Aku tidak tahu alasan kenapa kamu tetap bertahan dengan Nala yang jelek itu. Kalau aku jadi kamu pasti aku sudah memilih Jihan,” celetuk Rico tiba-tiba. Morgan yang mendengarnya langsung menghentikan langkahn