Morgan memberikan kode kepada mereka untuk tidak berkata-kata lagi. Bahkan, ketika Morgan mengikuti resepsionis menuju mobil pelanggan yang dimaksud, para narapidana itu tidak mampu menghentikannya. Tubuh yang gemetar. Perasaan tidak enak hati merajai. Membiarkan pemimpin gangster bekerja seperti mereka. Hanya resepsionis yang terlihat santai karena dia tidak tahu sejatinya Morgan.
“Kamu serius kan bisa menghandle mobil?” Resepsionis itu berkata layaknya atasan.
“Percayakan sama saya, Bu.” Morgan dengan sangat yakin.
Morgan menempatkan mobil yang akan dia garap ke slot yang kosong. Dia sudah tidak sabar ingin mengutak-atik mobil yang kebetulan adalah favoritnya. Mobil berbodi besar.
Dengan masih menggunakan pakaian casualnya, dia langsung bekerja. Lima tahun di penjara, tidak membuatnya lupa akan otomotive, justru dia tampak bersemangat. Otomotif adalah bagian dari hidupnya selain wanita.
Tidak berapa lama satu mobil selesai
Morgan segera mengambil ponsel yang dikhususkan untuk memantau Michael. Benar adanya, di sana sudah ada Andres dan Sarah yang berhadapan dengan Michael. Sial! bisa-bisanya Andres menemukan Sarah lebih cepat dibandingkan dengan dirinya.“Saya sudah berhasil membawa Sarah kepada Tuan, Sekarang sesuai dengan janji Tuan. Bahwa Tuan akan menikahkan saya dengan Sarah sekaligus mengangkat saya sebagai presdir.”Michael menggaruk-garuk kepalanya. Bingung membuat keputusan. Tidak bisa seperti dulu ketika dia masih Berjaya, sekarang setiap langkahnya selalu diawasi termasuk di ruangan ini.“Saya tidak bisa mengabulkan permintaanmu, Andres.”Andres berubah geram. Dia menggebrak meja dengan keras.“Maksud Tuan apa? Tuan mau ingkar janji hah!”Michael diam. Sementara, Sarah tampak keheranan karena Michael terlihat tidak berkutik di depan Andres yang notabene di bawahnya. Sarah berhasil ditemukan oleh anak buah An
“Nyonya kenapa sih? Tante eh, maksud saya Nyonya Renata dan Nyonya Nia kan cuma ingin menyapa saja. Kalau cemburu. Jangan berlebihan lah.” Morgan berkelakar . Sengaja sambil mengedipkan mata nakal. Renata dan Nia serempak menggigit bibir. Anggy kesal dibuatnya.“Morgan!”Morgan tidak mengindahkan bentakan Anggy. Sorot mata elangnya terfokus ke arah dua pasang mata Mama binal yang sedang diladeni sama Morgan.“Oh iya, Nyonya Liana mana? Kok enggak keliatan?”Renata dan Nia saling pandang. Raut wajah mereka seketika berubah.“Kami dengar perusahaannya sedang mengalami kekacauan Morgan. Investor utamanya secara tiba-tiba menarik modalnya.” Renata menjelaskan.“Kayaknya bakal bangkrut sih.” Nia cepat menyambar dengan sinis. Tidak ada empati atas apa yang dialami keluarga Liana. Separah itu pertemanan diantara mereka. Senang kalau melihat rekannya hancur.“Oh.” Morgan
“Itu semua yang menulis papa.”Mendadak Markus muncul dari ambang pintu. Morgan langsung menatap adiknya penuh selidik. Tampak tidak percaya dengan apa yang diucapkan adiknya.“Enggak mungkin dia yang menulis ini. pria itu sangat membenciku.”“Tapi, memang itu kenyataannya. Kakak pasti tidak lupa kan siapa orang yang bisa menulis huruf latin sebagus itu kalau bukan papa.”Morgan terdiam. Tidak menyanggah perkataan adiknya yang memang tidak bisa dibantah. Tulisan tangan yang begitu indah itu adalah hasil tangan Jacob, ayah yang selama ini menganggapnya tidak ada. Tapi, kenapa? Kenapa pria itu melakukan semua ini.“Papa masih peduli dengan kamu kak. Dia masih sangat menjaga barang-barang kesayangan kakak. Bahkan beliau juga yang meminta pelayan untuk merapikan kamar kakak setiap waktu.” Markus menambahkan kalimat yang jelas menyentak batin Morgan. Dia sangat tahu betul karakter adiknya yang sangat terbu
“Kamu bilang apa tadi? kamu lebih pantas menikahi Sarah? Punya apa kamu hah?”“Aku punya segala-galanya yang tidak kamu punya.” Morgan berkata dengan santai. Michael yang mendengarnya gemeteran. Sungguh perasaannya tidak enak akan hal ini.“Hahaha, Emang mantan napi seperti kamu punya apa hah? Selain aib?” Andres meremehkan. Kepalanya sedikit mendongak dengan sangat arogantnya. Dia merasa paling berkuasa di sini. Tidak seperti saat dibengkel Ferdinand dimana secara mengejutkan preman terkuat itu malah membela Morgan. Sampai detik ini, dia tidak tahu apa alasannya.Morgan tidak lekas menjawab. Dia melihat raut wajah Sarah yang terlihat tidak suka dengan perbuatannya. Entah apa yang di pikiran wanita itu sampai dia begitu tenang dan tidak memberontak saat dilamar Andres. Andai dia tahu kalau pembunuh Nyonya Damara, mamanya adalah Andres yang berkomplot dengan Michael. Tunggu, atau jangan-jangan….“Sarah, mauk
“Tidak ada celah bagi kalian untuk kabur.” Morgan mendesis. Di atas panggung, terlihat Andres dan Michael panik setengah mati. Bagaikan Bom meledak, tanpa mampu mereka mengelak. Di depan semua kolega, di depan keluarga. Dunia serasa kiamat bagi mereka.Mereka tidak bisa membela diri karena semuanya terpampang nyata. Alhasil, mereka berancang-ancang kabur dari sana.“Kalian! Tangkap mereka!” perintah Morgan kepada sekuriti. Mereka terpaksa menurut dengan tergopoh berlari menuju panggung. Sedikit terjadi kegaduhan di sana sampai akhirnya sekuriti itu berhasil menangkap mereka.“Jangan tangkap suami saya!” Anggy memekik nyaris menangis. Begitu juga Angeline yang tidak rela anak kebanggannya dijebloskan ke penjara.“Ini pasti ada yang salah. pasti semuanya salah faham.” Angeline berusaha membela Andres. Sayang, semua orang yang ada di sana mengacuhkannya. Orang-orang yang mereka hormati, segani, ternyata berbuat
Angeline gelagapan. Dia tidak memungkiri bahwa dia tahu semuanya karena Andres terlebih dahulu berdiskusi dengannya sebelum berkomplot dengan Michael. Rencana jahat membinasakan keluarga Hartanto internasional satu persatu. Motifnya apalagi kalau bukan uang dan kekuasaan. Namun, kenyatannya gagal total.Sekarang timbul ketakutan dari dalam dirinya. Bagaimana kalau namanya diseret dalam kasus ini. Bayangan ngeri penjara seumur hidup. Bahkan, hukuman mati menantinya. Angeline begidik membayangkannya.“Kenapa wajahmu pucat begitu? Jadi benar dugaanku kalau kamu juga terlibat?” Jacob memojokkan. Tidak ada panggilan mesra seperti biasanya.“K-kamu jangan salah faham seperti itu, Pa. Andres kan anakku wajar dong kalau aku membelanya. Lagipula, aku tidak tahu menahu mengenai rencana itu.” Suara Angeline melunak. Tidak ada pilihan lain selain mengalah dihadapan Jacob. Walaubagaimanapun, dia masih membutuhkan Jacob sebagai penopang hidupnya, setel
“Sudah jelas kan semuanya? Sekarang kalian boleh pergi dari sini.”Terpaksa Morgan dan Anggy pergi. Barang-barang mereka ternyata sudah dibereskan di dalam koper. Siap untuk dibawa.Anggy terlihat tidak berhenti menangis. Suaminya ditangkap, dan sekarang dia diusir dari rumah itu.“Nyonya, ikut denganku saja.” Morgan menawarkan. Anggy mendongak. Menatap nanar Morgan.“Enggak! Aku enggak sudi ikut dengan penipu seperti kamu. Mengelabuhi semua orang dengan penyamaranmu padahal kamu pemimpin gangster yang berbahaya!”“Awalnya aku tidak percaya begitu saja saat Angeline yang berbicara. Tapi, hal itu diperkuat dengan perkataan Sarah tadi. Kamu memang sangat licik.”“Aku melakukan itu semua karena punya alasan! Ngerti kamu!”Seketika Anggy bungkam saat dibentak Morgan. Sekarang terlihat jelas watak asli dari Morgan. Berandal itu seperti raja rimba yang mengeluarkan tari
Morgan bangkit dari tempat duduknya. Sambil memperbaiki sesuatu yang menggeliat di bawah, dia menghampiri Anggy yang sudah mendapatkan julukan Angel itu. Seperti terbawa arus, Anggy semakin gemulai saja saat Morgan mendekat.Morgan memandang ketiga pelayannya. Menggerakan tangannya isyarat supaya mereka pergi. Ketiga pelayan itu menggerutu dalam hati meski pada akhirnya menurut. Membiarkan Morgan berduaan dengan penghibur barunya itu dan bisa ditebak apa yang akan terjadi selanjutnya.Morgan berjalan mengelilingi Anggy. Matanya lekat melihat bulatan indah belakang yang tampak sekal. Sangat menggoda untuk diremas.Sedangkan gerakan Anggy semakin panas menggoda Morgan. Dia sendiri heran, kenapa setiap berada di dekat Morgan, darahnya berdesir-desir. Buah dadanya mengencang dengan ujung mencuat. Bagian bawahnya juga berkedut-kedut, meminta sesuatu yang keras dan perkasa milik Morgan masuk.Anggy masih bergoyang stripsis saat Morgan berdiri di belakangnya. Me
“Papa kenapa?” tanya Jordan saat bertemu di ruang makan. Dia menunjuk kening ayahnya yang memar.“Habis jatuh semalam, Nak,” sambar Nala yang mengambil posisi duduk di dekat anaknya. Dia mengusap rambut anaknya yang sedikit berantakan.“Iya, Papa jatuh karena berantem sama monster,” ucap Morgan sambil memperagakan gerakan ultraman.“Monster di mana, Pa? Wah Papa hebat?” sambut Jordan antusias. Imajinasi anak kecil tentang tokoh superhero memang sangat kental. Makanya ketika ada cerita seperti itu, dia terlihat sangat bersemangat.“Mas!” tekan Nala sambil melotot. Morgan tergelak. Namun tak lama, karena Jordan yang memandangnya aneh.“Nanti setelah pulang sekolah, main Ultramen sama Papa ya, kamu jadi Ultramen, Papa jadi monsternya,” Rona wajah anak itu berubah cerah. Dia berdiri di atas kursi sambil tertingkah seperti supe
Morgan kembali menegakkan kepalanya. Kepuasan terlihat saat melihat wajah erotis Nala yang menginginkan dirinya. Istri yang sangat sempurna. selain cantik dan sexi, kepribadiannya juga menarik. Membuat Morgan beruntung memilikinya.Nala tersenyum genit sambil meliukkan tubuhya. Dia sedikit memutar badan. Memencet sabun di atas busa dan meremasnya. Kemudian dengan gerakan pelan, dia menyapukannya ketubuh Morgan. Setelah area depan selesai, Nala menempelkan tubuh bagian depannya dengan Morgan untuk menggapai area punggung. Terlihat mereka saling melempar senyum, pertanda bahwa mereka sangat menyukai momen seperti ini.“Turun, Sayang.”Kaki Nala kembali menapaki lantai. Dia menurunkan tubuhnya untuk membersihkan kedua kaki kokoh Morgan. Sedangkan Morgan terlihat memperhatikan Nala dengan wajah nakalnya, sungguh keseksian Nala tiada tara. Membuatnya selalu ingin berbuat hal yang buas.
Setelah selesai area muka, dia beralih ke kaki Morgan yang berbulu. Di saat yang bersamaan dia terhenyak saat melihat sesuatu yang menyembul keras.Morgan hampir tertawa saat melihat rona muka dari Nala. Hampir tidak tertebak, namun matanya tidak berkedip saat melihat juniornya. Kepala Nala bergerak secara slow motion ke arahnya. Dan sekarang terlihat wajah yang merona dengan dengusan nafas yang dalam. Morgan segera menangkap gelagat sang istri.Pria itu membangkitkan setengah badannya . Menangkup kedua pipi Nala dan merebut mulutnya yang ranum. Aroma vanilla semakin membangkitkan gairah Morgan, mulutnya terus bergulat sampai terdengar suara erangan yang menggelora.Ciuman yang terlepas membuat Morgan tersentak. Dia keheranan saat melihat Nala yang mundur beberapa langkah sambil mengusap mulutnya. Biasanya istrinya itu akan menerima apapun perlakukan Morgan, tapi kini dia menolaknya.“Aku benci
“Nyonya Nala, sebenernya….”Nala memperhatikan Rangga dengan seksama. Begitu juga Morgan yang sebenernya tidak ingin Rangga mengatakannya sekarang. Dia harus mencegahnya.“Jangan bicarakan sekarang. lebih baik di mansion saja,” sela Morgan. Nala menatap suaminya sejenak lalu beralih ke Rangga yang terlihat mengangguk.“Baik, kita bicarakan saja di rumah. “ Nala mengiyakan. Nala menyimpan rasa penasaran tentang sesuatu di antara Morgan dan Rangga. Dan memang kondisinya tidak memungkinkan untuk bicara di sini.Mereka masuk ke dalam mobil. Rangga melajukan kemudinya. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali di antara mereka. Hanya saling bertukar pandangan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.Sesampainya di mansion, mereka langsung mengambil posisi untuk duduk di ruang tamu. Nala yang sudah tidak sabar membuka percak
“Ayo bangun! ku hajar kamu sampai mampus bedebah!” Kembali Max menghajarnya. Morgan ingin membalas. Tetapi dia melihat salah seorang yang anggota gang naga yang mengacungka senjata ke Nala. Morgan tidak mampu berkutik.Sedangkan, Nala hanya tergugu di dalam mobil. Dia hanya mampu menjerit tatkala melihat suaminya dihajar oleh Max tanpa perlawanan sama sekali. Terlebih sebuah pistol yang mengacung tepat ke arahnya dari luar mobil. Membuatnya semakin ketakutan.Sedari tadi dia berusaha untuk menghubungi Rangga. Iya, hanya dia yang setidaknya menghalau mereka. Dia tidak memiliki kontak para bodyguard yang menjadi anak buahnya, mengingat selama ini kalau ada apa-apa dia langsung menghubungi Rangga. Meski kemungkinan kecil bagi Rangga untuk datang mengingat orang kepercayaannya itu dalam pengaruh obat perangsang.“Cuma segitu kekuatanmu hah?” pekik Max di depan Morgan yang tergelepar tidak
“Mas, aku enggak enak hati denganmu,” ucap Nala memecah keheningan.“Enggak enak hati kenapa?” tanya Morgan dengan dahi berkerut. Dia yang semula fokus mengendarai mobil harus terpecah konsentrasi dengan ucapan sang istri.“Kamu sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan Arya Wiwaha, tapi dengan mudahnya kamu memberikannya kepadaku.” Akhirnya kalimat yang sekian lama dia pendam itu terlontar juga. Sebenernya dia ingin membicarakan hal ini sedari tadi. Tapi belum menemukan waktu yang tepat.“Memangnya kenapa Sayang? Apa ada masalah?” sahut Morgan enteng seakan hal itu bukan sesuatu hal yang besar baginya.“Mas enggak menyesal memberikan perusahaan sebesar itu kepadaku?” Nada suara Nala ditekan rendah berhati-hati sekali mengucapkan kalimat tersebut. Takut suaminya tersinggung.“Ya, enggaklah Sayan
‘The Party goes so weel. Congrat!’Semua tamu undangan memberikan selamat kepada Nala dan Morgan atas terselenggeranya acara peresmian. Semakin meneguhkan status mereka sebagai salah satu konglomerat paling diperhitungkan di negeri ini.Nala tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bukan karena kenaikan level yang begitu drastis, tetapi pengorbanan sang suami yang cukup besar hingga mereka sampai ke titik ini.“Makasih atas semuanya, Mas,” ucap Nala sambil mengerling indah kea rah suaminya. Morgan menoleh. Menunjukan deretan gigi rapi yang menawan.“Apapun akan Mas lakukan untukmu, Sayang,” sahut Morgan. Nala mendadak merasakan tangan kekar Morgan yang melingkar. Nala melotot sambil mendorong dada suaminya saat sang suami berusaha merengkuhnya ke pelukan.“Ih, Mas. Jangan di sini. Malu,” bisik Nala sambil melayangkan pandangan ke arah semua para
“Sekarang, kamu tidak akan bisa lari kemana-mana Jihan.”“Jangan halangi Saya!” pekik Jihan. Membuat sedikit keributan di lobby hotel. Penjaga keamanan terlihat mendekati sang Tuan. Namun, Morgan langsung mengangkat tangan sebagai isyarat kalau dia bisa menangani sendiri.“Kamu pikir bisa semudah itu lari dari saya hah!” tutur Morgan dengan santai. Jihan terlihat panik. Dia tidak akan bisa menembus Morgan dengan pertahanan keamanan super ketat baik di dalam maupun di luar hotel.“Ternyata kamu sangat berbisa Jihan. Adalah sebuah kebodohan terbesar bagi saya karena dulu telah menyelamatkanmu dari sarang gang nafa. Ternyata kamu mempunyai niat yang terselubung,” kecam Morgan.Jihan terkekeh. Suaranya menjadi tawa yang semakin keras. Mirip dengan seperti tawa psikopat.“Harus berapa kali aku bilang kepadamu Morgan, kalau aku sang
Rico pasrah. Percuma saja dia melawan. Morgan terlalu kuat untuk dia hadapi sendiri. Sedangkan Jihan sedang mencari celah kelengahan Morgan.“Kalian ikut aku sekarang. aku akan menimbang hukuman apa yang pantas buat kalian,” tutur Morgan sambil menyeret Rico. Begitu juga Jihan yang berjalan terlebih dahulu di hadapan mereka.Entah kenapa, mendadak Rico merasa kasihan dengan Jihan. Orang yang teramat dia cintai itu juga akan dihukum oleh Morgan. Dia tidak rela kalau sampai Jihan babak belur atau bahkan meninggal di tangan Morgan. Terlebih dia tahu betul kalau Morgan tidak segan melakukan hal itu jika ada yang berani mengusiknya. Dia harus mengalihkan perhatian Morgan, Supaya Jihan bisa kabur.“Aku tidak tahu alasan kenapa kamu tetap bertahan dengan Nala yang jelek itu. Kalau aku jadi kamu pasti aku sudah memilih Jihan,” celetuk Rico tiba-tiba. Morgan yang mendengarnya langsung menghentikan langkahn