Di belahan bumi bagian lain, Port Canaveral, US
Kabut tipis menyelimuti pelabuhan tatkala kapal angkatan laut bersandar. Tampak Rendra, pria setengah baya yang menyandang status sebagai Perwira Pertama mampu memimpin pasukan dalam kurun waktu berbulan-bulan demi misi kenegaraan.
Dia sangat bangga akan tantangan ini dan berharap bisa naik pangkat setelahnya. Perwira Tinggi menjadi tujuannya sekarang. Ambisinya begitu besar sampai-sampai dia memilih pindah kewarganegaraan Amerika serikat di usia mudanya dan meninggalkan Nani, istri tercinta di Indonesia.
Rendra yang masih menggunakan seragam lengkap berjalan menuju pangkalan, di mana Perwira tinggi yang usianya hampir mendekati pensiun itu memanggilnya. Pasti dia akan membicarakan tentang kenaikan pangkat.
Rendra langsung dengan posisi hormatnya tatkala bertemu dengan seorang pria yang tampak memutar kursi, tidak lain adalah Perwira Tinggi Angkat
Morgan sudah sampai di lobby rumah sakit di mana Nani sudah menunggunya dengan sebal."Kamu kemana aja sih? Ayo kita ke ruangan rawat Gita sekarang," ujar wanita parubaya bertubuh seksi itu.Morgan hanya nyengir sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya. Dia mengekori langkah bahenol Nani.Sesampainya di depan ruangan, Nani berhenti. Dia membalikkan badan. Berhadapan dengan postur kekar Morgan."Aku minta kamu berhati-hati dalam bersikap. Aku dengar suaminya sudah melaporkan kamu kepada polisi, tapi saat Gita siuman. Dia yang meminta suaminya untuk mencabut laporannya. Aku yakin pasti dia punya niat terselubung," tutur Nani mewanti-wanti Morgan. Sepertinya dia baru tahu kalau sahabat karibnya itu ternyata sangat berbisa.Semalam Nani langsung mengkroscek semuanya. Dia tahu ini bukan sepenuhnya salah Morgan, justru dia seharusnya membuat perhitungan dengan Gita atas kelancangan ya ingin merebut berondongnya sendiri. Berondong yang sudah matan
Morgan terpaku saat Gita memasukan tangannya ke dalam celah kemeja Morgan. Wanita itu berbinar saat merasakan kepadatan perut Morgan yang dipenuhi bulu-bulu halus."Bulunya, hmmm," gumamnya.Morgan hanya mengamati tingkah wanita gila itu sambil pandangannya melihat ke arah pintu. Entah kenapa sentuhan wanita itu membuat Morgan tidak mampu bergerak. Mungkin karena sudah terlalu lama, dia tidak mendapatkan jatah dari Nani yang akhir-akhir ini sering uring-uringan dengannya.Morgan menengadah sambil menjilat bibir. Kemudian dia kembali menunduk. Wajahnya terlihat bergairah sekali. Mulutnya yang membuka mengeluarkan suara bass yang mengeram mirip desahan.Gita mendongak sambil kedua tangannya yang masih mengelus area sensitif Morgan. Pandangannya nakal saat mengetahui Morgan juga larut akan sentuhannya.'Iya, sebentar lagi aku akan mendapatkan keperkasaan raksasa itu. Memangnya cuma Nani saja yang bisa,' cibir Gita dalam hati.Sebagai wanita yan
Nala membalur tubuhnya dengan sabun. Tangannya bergerak pelan di antara lekuk tubuhnya yang menawan. Wanita itu tampak tersenyum."Akhirnya bisa mandi juga, segar sekali rasanya,"Memanjakan diri setelah penat bekerja seharian. Me time dengan berlama-lama di kamar mandi memang sudah menjadi hobi wanita, apalagi bidadari secantik dirinya.Nala memang sangat telaten merawat tubuh. Tubuhnya yang putih mulus tanpa cela karena dia rutin melakukan perawatan diri, tanpa adanya perawatan khusus di klinik kecantikan.Beda jauh dengan ibu tirinya, Jihan karena perawatan dan skincare mahal. Kecantikan Nala sangat alami. Itulah alasan kenapa Jihan membenci Nala setengah mati.Mau semahal apapun perawatannya, bahkan sampai oplas sana-sini, tetap saja Nala yang paling cantik.Pancuran air shower membasuh tubuhnya. Sabun turun dengan manjanya menyusuri kemulusannya, seakan enggan untuk lepas dari bodi Nala bak bidadari.Tangan cantiknya tampak memut
"Dia bukan 'garangan' Mbak. Tapi rubah yang baik hati," ucap Nala sambil melihat Gugun yang meringkuk kesakitan."Mending Mbak keluar dulu. Saya mau obati luka Pak Gugun.""Tapi, Non.""Sudahlah Mbak. saya yakin Pak Gugun enggak akan berbuat macam-macam. rumah ini kan banyak orang," tutur Nala."Baik Non," ujarnya penuh hormat sama Nala, kemudian pandangannya menatap sengit ke Gugun."Awas kamu!"Gugun terjingkat dengan ancaman wanita itu. Begitu pelayan itu keluar, Nala berjalan ke lemari. Mengambil beberapa lembar pakaian kemudian berjalan menuju kamar mandi. Tidak berapa lama, Nala sudah memakai baju."Pak Gugun, tolong rebahkan diri bapak di atas ranjang," pintanya lembut. Gugun menurut. Nala mengambil antiseptik dan juga kapas.Nala mengobati luka lebam Gugun. Terlihat pria cupu itu meringis. Pura-pura kesakitan demi menarik perhatian Nala. Jujur, dia suka diperhatikan oleh wanita idamannya itu."Pak Gugun istirahat
"Enggak usah, Bu, eh Sayang. aku enggak haus kok."Gugun yang kikuk membuat Nala terkekeh. Pria sepolos ini mana mungkin punya pemikiran jelek. Hal itu yang justru membuat Nala ingin menggoda lelaki ini."Kalau aku di sini, Mas mau apa?" tanya Nala yang seakan menantang Gugun. Pria itu menatap Nala dalam. Nala terlihat lepas sekali ketika berhadapan dengan Gugun. Apa mungkin sebenernya Nala memang sudah mengidamkan menikah dengannya? sosok Morgan yang menjadi Gugun?"E-enggak apa-apa kok," balas Gugun. Dia mengalihkan pandangannya karena tidak ingin khilaf. Sorot mata Nala begitu seksi.Gugun menoleh saat wajah Nala yang begitu dekat. Astaga, kenapa Nala agresif seperti ini? batin Gugun kebingungan. Namun dia tidak bisa berkutik saat bibir lembut itu mendarat ke bibir tebal nan hitam Gugun.'Rasa Vanilla. Lembut dan manis,' batin Morgan sambil mencecap bibirnya sendiri.Nala memejamkan mata saking menghayatinya. Untuk pertama kalinya, dia me
Gugun merebahkan tubuhnya di atas ranjang, berdampingan dengan Nala yang hanya menggunakan baju tidur transparan.Nala tidur membelakanginya. Dari cahaya lampu tidur yang menjadi satu-satunya pencahayaan di ruangan itu, Gugun bisa melihat lekuk tubuh Nala.Baru kali ini, Gugun seperti orang bodoh karena mengabaikan cewek cantik yang ada di dekatnya.Seperti saran Nala tadi, Gugun telanjang. Hanya menggunakan celana pendek saja, karena tidak mungkin baginya tidur dengan stelan kemeja yang lengkap, serta dia tidak membawa baju ganti.'Nani pasti sibuk dengan kepulangan suaminya, sedangkan Fatur dan Jihan juga tidak ada di rumah ini. Tidak ada penganggu yang berarti. Semesta mendukungnya. Jadi tunggu apalagi Gugun, sikat saja!'Nafas Gugun menderu. Pandangannya tidak lekat dari bulatan sekal belakang yang begitu sempurna. Memantul ketika berjalan. Menggoda untuk diremas. Sekarang benda itu nyata di depan mata, tapi dia tidak bernyali untuk memegangnya
Aroma kopi menyentil Indra penciuman Gugun di pagi hari. Ketika akan menggeliat, dia merasakan sesuatu yang menindih separuh badannya dan hidungnya yang dijepit."Bangun, Mas," ucap suara lembut itu mengiringi Gugun membuka mata. Pria cupu itu mendapati Nala yang sedang tersenyum manis kepadanya."Eh, Nala," sahut Gugun dengan suara serak khas bangun tidur.Gugun merubah posisi dengan menyandarkan tubuh besarnya di sandaran ranjang. Nala yang mengerti, menyingkirkan tubuh sintalnya sejenak kemudian kembali bergelayut manja di pundak Gugun sambil menggenggam tangan kekarnya.Gugun sengaja menarik bahunya supaya Nala terjatuh ke dadanya. Pagi yang tidak biasa bagi Gugun karena ditemani oleh bidadari yang sudah lama dia idam-idamkan."Mas, sebelumnya sudah punya pacar?" tanyanya dengan nada manja. Tangannya melingkar di tubuh kokoh Gugun.Gugun diam. Nala sedang mengukur pengalamannya. Memang terdengar sangat bodoh, lelaki tulen seperti dirinya
Gugun membuka tungkai jenjang yang kemudian terekspos bukit tembem di tengah-tengahnya. Bukti merekah tanpa bulu yang menampilkan warna pink mencolok di dalam. Gugun menjilat bibir sambil memejamkan mata. Menghirup aroma kewanitaan Nala yang memabukkan di pagi hari."Mas," desah Nala. Dia mendongak melihat kepala Gugun yang berada di tengah pahanya. Mendadak wanita itu menggelinjang tatkala Gugun menjilat area sekitar bukitnya.'Benar-benar wanita polos, baru disentuh gini sudah menggelinjang,' batin jiwa Morgan. Kalau sudah begini, dia tahu apa yang harus dilakukan."Geli, Mas," ucap Nala yang hampir terkekeh. Gelisah. Geli-geli basah. Apalagi saat ujung lidah Gugun yang bermain tepat di bibir bawah yang mulai berkedut basah.Nala menaikan pinggulnya. Tidak sabar dengan gerakan Gugun yang pelan. Namun, sengaja Gugun begitu supaya kian menarik hasrat dari wanita polos idamannya ini."Mas, bisa lebih cepat enggak?" seru Nala setengah memaksa. Tidak
“Papa kenapa?” tanya Jordan saat bertemu di ruang makan. Dia menunjuk kening ayahnya yang memar.“Habis jatuh semalam, Nak,” sambar Nala yang mengambil posisi duduk di dekat anaknya. Dia mengusap rambut anaknya yang sedikit berantakan.“Iya, Papa jatuh karena berantem sama monster,” ucap Morgan sambil memperagakan gerakan ultraman.“Monster di mana, Pa? Wah Papa hebat?” sambut Jordan antusias. Imajinasi anak kecil tentang tokoh superhero memang sangat kental. Makanya ketika ada cerita seperti itu, dia terlihat sangat bersemangat.“Mas!” tekan Nala sambil melotot. Morgan tergelak. Namun tak lama, karena Jordan yang memandangnya aneh.“Nanti setelah pulang sekolah, main Ultramen sama Papa ya, kamu jadi Ultramen, Papa jadi monsternya,” Rona wajah anak itu berubah cerah. Dia berdiri di atas kursi sambil tertingkah seperti supe
Morgan kembali menegakkan kepalanya. Kepuasan terlihat saat melihat wajah erotis Nala yang menginginkan dirinya. Istri yang sangat sempurna. selain cantik dan sexi, kepribadiannya juga menarik. Membuat Morgan beruntung memilikinya.Nala tersenyum genit sambil meliukkan tubuhya. Dia sedikit memutar badan. Memencet sabun di atas busa dan meremasnya. Kemudian dengan gerakan pelan, dia menyapukannya ketubuh Morgan. Setelah area depan selesai, Nala menempelkan tubuh bagian depannya dengan Morgan untuk menggapai area punggung. Terlihat mereka saling melempar senyum, pertanda bahwa mereka sangat menyukai momen seperti ini.“Turun, Sayang.”Kaki Nala kembali menapaki lantai. Dia menurunkan tubuhnya untuk membersihkan kedua kaki kokoh Morgan. Sedangkan Morgan terlihat memperhatikan Nala dengan wajah nakalnya, sungguh keseksian Nala tiada tara. Membuatnya selalu ingin berbuat hal yang buas.
Setelah selesai area muka, dia beralih ke kaki Morgan yang berbulu. Di saat yang bersamaan dia terhenyak saat melihat sesuatu yang menyembul keras.Morgan hampir tertawa saat melihat rona muka dari Nala. Hampir tidak tertebak, namun matanya tidak berkedip saat melihat juniornya. Kepala Nala bergerak secara slow motion ke arahnya. Dan sekarang terlihat wajah yang merona dengan dengusan nafas yang dalam. Morgan segera menangkap gelagat sang istri.Pria itu membangkitkan setengah badannya . Menangkup kedua pipi Nala dan merebut mulutnya yang ranum. Aroma vanilla semakin membangkitkan gairah Morgan, mulutnya terus bergulat sampai terdengar suara erangan yang menggelora.Ciuman yang terlepas membuat Morgan tersentak. Dia keheranan saat melihat Nala yang mundur beberapa langkah sambil mengusap mulutnya. Biasanya istrinya itu akan menerima apapun perlakukan Morgan, tapi kini dia menolaknya.“Aku benci
“Nyonya Nala, sebenernya….”Nala memperhatikan Rangga dengan seksama. Begitu juga Morgan yang sebenernya tidak ingin Rangga mengatakannya sekarang. Dia harus mencegahnya.“Jangan bicarakan sekarang. lebih baik di mansion saja,” sela Morgan. Nala menatap suaminya sejenak lalu beralih ke Rangga yang terlihat mengangguk.“Baik, kita bicarakan saja di rumah. “ Nala mengiyakan. Nala menyimpan rasa penasaran tentang sesuatu di antara Morgan dan Rangga. Dan memang kondisinya tidak memungkinkan untuk bicara di sini.Mereka masuk ke dalam mobil. Rangga melajukan kemudinya. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali di antara mereka. Hanya saling bertukar pandangan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.Sesampainya di mansion, mereka langsung mengambil posisi untuk duduk di ruang tamu. Nala yang sudah tidak sabar membuka percak
“Ayo bangun! ku hajar kamu sampai mampus bedebah!” Kembali Max menghajarnya. Morgan ingin membalas. Tetapi dia melihat salah seorang yang anggota gang naga yang mengacungka senjata ke Nala. Morgan tidak mampu berkutik.Sedangkan, Nala hanya tergugu di dalam mobil. Dia hanya mampu menjerit tatkala melihat suaminya dihajar oleh Max tanpa perlawanan sama sekali. Terlebih sebuah pistol yang mengacung tepat ke arahnya dari luar mobil. Membuatnya semakin ketakutan.Sedari tadi dia berusaha untuk menghubungi Rangga. Iya, hanya dia yang setidaknya menghalau mereka. Dia tidak memiliki kontak para bodyguard yang menjadi anak buahnya, mengingat selama ini kalau ada apa-apa dia langsung menghubungi Rangga. Meski kemungkinan kecil bagi Rangga untuk datang mengingat orang kepercayaannya itu dalam pengaruh obat perangsang.“Cuma segitu kekuatanmu hah?” pekik Max di depan Morgan yang tergelepar tidak
“Mas, aku enggak enak hati denganmu,” ucap Nala memecah keheningan.“Enggak enak hati kenapa?” tanya Morgan dengan dahi berkerut. Dia yang semula fokus mengendarai mobil harus terpecah konsentrasi dengan ucapan sang istri.“Kamu sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan Arya Wiwaha, tapi dengan mudahnya kamu memberikannya kepadaku.” Akhirnya kalimat yang sekian lama dia pendam itu terlontar juga. Sebenernya dia ingin membicarakan hal ini sedari tadi. Tapi belum menemukan waktu yang tepat.“Memangnya kenapa Sayang? Apa ada masalah?” sahut Morgan enteng seakan hal itu bukan sesuatu hal yang besar baginya.“Mas enggak menyesal memberikan perusahaan sebesar itu kepadaku?” Nada suara Nala ditekan rendah berhati-hati sekali mengucapkan kalimat tersebut. Takut suaminya tersinggung.“Ya, enggaklah Sayan
‘The Party goes so weel. Congrat!’Semua tamu undangan memberikan selamat kepada Nala dan Morgan atas terselenggeranya acara peresmian. Semakin meneguhkan status mereka sebagai salah satu konglomerat paling diperhitungkan di negeri ini.Nala tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bukan karena kenaikan level yang begitu drastis, tetapi pengorbanan sang suami yang cukup besar hingga mereka sampai ke titik ini.“Makasih atas semuanya, Mas,” ucap Nala sambil mengerling indah kea rah suaminya. Morgan menoleh. Menunjukan deretan gigi rapi yang menawan.“Apapun akan Mas lakukan untukmu, Sayang,” sahut Morgan. Nala mendadak merasakan tangan kekar Morgan yang melingkar. Nala melotot sambil mendorong dada suaminya saat sang suami berusaha merengkuhnya ke pelukan.“Ih, Mas. Jangan di sini. Malu,” bisik Nala sambil melayangkan pandangan ke arah semua para
“Sekarang, kamu tidak akan bisa lari kemana-mana Jihan.”“Jangan halangi Saya!” pekik Jihan. Membuat sedikit keributan di lobby hotel. Penjaga keamanan terlihat mendekati sang Tuan. Namun, Morgan langsung mengangkat tangan sebagai isyarat kalau dia bisa menangani sendiri.“Kamu pikir bisa semudah itu lari dari saya hah!” tutur Morgan dengan santai. Jihan terlihat panik. Dia tidak akan bisa menembus Morgan dengan pertahanan keamanan super ketat baik di dalam maupun di luar hotel.“Ternyata kamu sangat berbisa Jihan. Adalah sebuah kebodohan terbesar bagi saya karena dulu telah menyelamatkanmu dari sarang gang nafa. Ternyata kamu mempunyai niat yang terselubung,” kecam Morgan.Jihan terkekeh. Suaranya menjadi tawa yang semakin keras. Mirip dengan seperti tawa psikopat.“Harus berapa kali aku bilang kepadamu Morgan, kalau aku sang
Rico pasrah. Percuma saja dia melawan. Morgan terlalu kuat untuk dia hadapi sendiri. Sedangkan Jihan sedang mencari celah kelengahan Morgan.“Kalian ikut aku sekarang. aku akan menimbang hukuman apa yang pantas buat kalian,” tutur Morgan sambil menyeret Rico. Begitu juga Jihan yang berjalan terlebih dahulu di hadapan mereka.Entah kenapa, mendadak Rico merasa kasihan dengan Jihan. Orang yang teramat dia cintai itu juga akan dihukum oleh Morgan. Dia tidak rela kalau sampai Jihan babak belur atau bahkan meninggal di tangan Morgan. Terlebih dia tahu betul kalau Morgan tidak segan melakukan hal itu jika ada yang berani mengusiknya. Dia harus mengalihkan perhatian Morgan, Supaya Jihan bisa kabur.“Aku tidak tahu alasan kenapa kamu tetap bertahan dengan Nala yang jelek itu. Kalau aku jadi kamu pasti aku sudah memilih Jihan,” celetuk Rico tiba-tiba. Morgan yang mendengarnya langsung menghentikan langkahn