"Jangan dipercaya apa yang dikatakan oleh Ares," timpal Ririn dengan cepat kepada Mamahnya yang terlihat sangat shok bercampur bingung.
"Semua yang saya katakan memang benar. Jika Tante tak percaya, bisa tanyakan kepada mantan pacar Ririn," ucap Ares.
Ririn mengangga saat mendengar kata-kata itu yang keluar dari mulut Ares, yang berkata dengan mudah sekali, tanpa adanya rasa takut sama sekali.
"Jangan bercanda, katakan apa yang terjadi!!" Mamahnya Ririn berkata dengan tegas.
"Ririn hamil dan mengandung anak saya. itulah kebenarannya," sahut Ares yang masih saja menampakan wajah biasa saja.
"Apa yang dikatakan sama Ares itu benar Ririn. Jangan berbohong dan katakan yang sebenarnya!!" tegas Luna.
Melihat raut wajah Mamahnya yang menakutkan, membuat Ririn ketakutan dan gugup. Ririn bisa merasakan kalau Mamahnya itu sedang dalam mode serius.
Ares keluar dari mobilnya, setelah perjalanan yang cukup panjang dari rumah Ririn menuju rumah miliknya. Saat dirinya sudah keluar dari mobil mewah, dirinya sudah disambut oleh para pengawal yang menundukan kepalanya saat dirinya berjalan memasuki rumah. Matanya melirik sekilas ke sebuah deretan mobil yang terpakir di garasi mobil miliknya, bibirnya menyerigai melihat mobil-mobil yang bukan miliknya itu. Ares masuk ke dalam rumah milinya, setelah salah satu pengawal membukakan pintu untuk dirinya. "Cepat sekali menyebar," gumam Ares. Ares dengan pandangan matanya menuju ke arah ruang tamu, yang mana sudah terdapat kumpulan manusia itu. "Duduklah!!" Ares mengikuti perintah, untuk duduk di sofa. Tepatnya disamping adik sepupunya yang menyebalkan itu. "Kakak, kau akan mendapatkan masalah yang besar," bisi
Pukul 8 pagi, Ririn sudah dibangunkan oleh Mamahnya, tentang bicara Ares. Mamahnya itu bicara selama 1 jam lebih, hanya untuk memarahi dirinya yang mana tidak mengetahui apapun tentang Ares."Bagaimana kamu tidak tau tentang Ares!!" bentak Mamahnya."Mamah hentikanlah. Ini masih pagi,"gerutu Ririn yang man kupingnya sudah panas sekali mendengar segala ocehan yang keluar dari mulut Mamahnya."Ririn, apa kau gila!! tidak tau apapun tentang Ares!!""Aku saja baru bertemu lagi dengan pria itu kemarin.""Kamu punya nomernya?""Tidak.""Jadi apa yang kamu ketahui!!!""Tidak tau apapun," balas Ririn dengan raut wajah polos.Bugh."Mah!!" teriak Ririn saat kepalanya dipukul oleh Mamahnya ini."Bagaimana kalau pria itu tak bertanggung jawab sama kamu?" Luna semak
"Lepaskan Miko.""Katakan, kalau kamu masih mencintai aku?""Tidak."Miko yang mendengar kata penolakan yang dkeluarkan dari mulut Ririn, membuatnya menjadi marah dan kesal.Tangan Miko mencengkram kuat kedua lengan Ririn dengan kuat dan membuat Ririn merintih kesakitan.Miko semakin mendekati Ririn dan menghiraupkan berontakan Ririn yang minta dilepas. Miko melakukan ini semua, agar Ririn mau kembali lagi bersama dengan dirinya."Miko hentikan!!" tegas Ririn, yang merasa sedikit takut akan sifat Miko yang tak seperti Miko yang dirinya kenal dulu.Bukannya menuruti apa yang dikatakan sama Ririn, Miko malah semakin menjadi-jadi. Miko merangkulkan tangannya dipinggang Ririn."Aku ingin mendengarnya dari mulut kamu?""Miko, apa kamu sudah gila!! hentikan semua kegilaan dirimu ini!!"
Ririn dengan raut wajah kesal bercampur marah, akibat dari Ares yang memaksa dirinya untuk ikut ke tujuan, yang bahkan dirinya tak tau.Selama didalam perjalanan, Ririn sudah memaki Ares untuk menghentikan mobilnya. Tapi pria itu hanya diam dan tetap melanjutkan perjalanannya."Ares, apa kau gila?""Tidak.""Gue mau dibawa kemana? jangan macam-macam Ares!!""Jangan marah-marah terus, tidak baik untuk bayiku."Mendengar kata bayi, Ririn menghela nafasnya untuk mengatur emosinya yang memuncak, karena ulah pria yang ada disampingnya ini.Dirinya tak boleh marah-marah, nanti akan berakibat tak baik kepada bayi yang sedang dikandung dirinya ini.Saat telapak tangannya sedang mengelus lembut perut yang terdapat bayinya ini. Ririn menoleh karena Ares menyentuh lembut pundaknya."Apa!!" bentak Ririn."Tu
Ririn sedang berada di ruang kerja milik Ares, yang terdapat dirumah milik Ares ini. Tatapan matanya menatap ke arah pria tampan tersebut."Apa maksudnya Ares?" tanya Ririn."Seperti yang kakek katakan," sahut Ares seraya duduk di kursi kerjanya."'Gue tak mau.""Kamu harus mau, karena bayi yang kamu kandung adalah penerusku.""Gue tak peduli mau penerus atau apapun itu. Gue tetap tidak mau tinggal bersama elu!!!" bentak Ririn yang menolak keras ide gila tersebut.Ares menampilkan raut wajah tak senang, saat wanita keras kepala ini tak menuruti apa yang dirinya inginkan. "Katakan alasannya, Ririn?"Ririn berdecak kesal saat ditanya alasannya, seharusnya pria itu tahu alasan dibalik dirinya tak ingin tinggal dirumah ini."Katakan alasannya?""Gue tinggal di rumah mewah ini sebagai apa? apa hanya se
Ririn kembali dari rumah Ares, dengan mengunakan bus. Dirinya tak peduli dengan orang-orang yang menatapnya karena masih mengunakan baju tidur.Ririn benar-benar sudah tak peduli tatapan orang-orang itu, dirinya sudah pusing dengan hidupnya sendiri, yang banyak sekali masalah yang terjadi.Ririn turun dari bus dengan raut wajah tak bergairah, bahkan berjalan menuju ke rumahnya saja Ririn tak mempunyai semangat sama sekali.Dirinya tertawa sumbang disaat mengingat pertengkaran tadi dirumah mewah milik Ares, Ririn sangat kesal dengan tingkah menyebalkan pria itu."Aggggrr!!!" teriak Ririn."Kenapa kamu teriak-teriak!!"Ririn menatap orang yang membentak dirinya dan melihat kalau Mamahnya yang memarahi dirinya."Mamah mau kemana?" tanya Ririn yang melihat Mamahnya berpakaian rapih, berdiri didepan pintu."Mamah sam
Ares mengejar wanita hamil itu yang pasti sedang marah-marah akibat perintah yang dikatakan oleh kakeknya tersebut.Saat dirinya sedang mengambil mobil untuk membawa Ririn kembali kerumahnya, tapi wanita hamil tersebut malah sudah melarikan diri dan membuatnya merasa khawatir sekali.Hingga membuat Ares menjalankan mobilnya menuju rumah Ririn, saat dirinya sudah sampai dirumah ibu dari anaknya tersebut.Ares melihat rumah sederhana tersebut, seperti tak ada lagi tanda-tanda ada orang didalamnya, hingga disaat dirinya berada didepan pintu rumah Ririn.Kakak perempuannya Ririn membukakan pintu rumah dengan raut wajah yang marah dan juga tamgan terkepal erat.Ares hanya diam dengan mata melihat kakaknya Ririn yang keluar dari rumah, tanpa bicara sama sekali dengan dirinnya.Hingga Ares menyadari 1 hal tentang Ririn. Ares bergegas cepat mencari ibu dari anaknya t
Kehidupan Ririn harus kembali berjalan, walaupun banyak masalah yang terjadi didalam hidupnya.Hidup terus berlanjut dan yang paling utama adalah Ririn membutuhkan uang untuk dirinya sendiri.Jika dirinya membutuhkan uang, hal yang harus dirinya lakukan adalah mencari pekerjaan lagi.Ririn menghela nafasnya gusar. Perasaannya ini sangat campur aduk sekali. Ririn bimbang apakah dirinya harus menerima atau tidak.Terakhir kali Ririn melakukan pekerjaanya yang mana terdapat Miko yang mewawancari dirinya. Ririn berhasil dan diterima disalah satu hotel ternama ini.Tapi yang jadi masalahnya adalah apakah dirinya harus menerima pekerjaan ini atau tidak. Disisi lain dirinya harus menerima pekerjaan ini, karena dirinya membutuhkan uang untuk keberlangsungkan hidupnya.Apalagi Ririn mempunyai seorang anak yang harus dirinya hidupi, walaupun Ares berjanji akan be
Di pagi buta seperti ini. Dirinya sudah dipaksa untuk bangun dari tidurnya dan tiba-tiba saja Roy mengatakan kalau kakaknya sedang menunggu didalam mobil sedan berwarna putih. Roy menipunya dengan mengatakan hal tersebut, membawanya pada pukul 6 pagi hari. Bahkan matahari saja belum muncul.Bahkan Ririn ingin meminta bantuan dari Ares, tapi pria itu sama sekali tak bisa dihubungi. Padahal semalam dirinya tidur bersama dengan Ayah dari anaknnya, di kamar rumah sakit. Membuat Ririn mengucapkan sumpah serapah kepada Roy, yang seenaknya saja membawa dirinya di pagi hari ini."Tersenyumlah agar cantik," ucap Roy kepada wanita itu yang sedang duduk."Apa yang elu lakukan sama gue Roy?" Ririn menatap tajam adik dari Ares.Tapi bukannya menjawab apa yang dikatakan sama Ririn, Ares malah memerintahkan kepada staff untuk melakukan hal magic kepada Ririn, yang sedang marah-marah itu."Roy!!
Pukul 8 malam hari di rumah sakit. Ririn tetap berada disamping kakaknya yang tak juga terbangun. Hati Ririn hancur melihat alat-alat yang menempel ditubuh Vanya. Ririn juga tak henti-hentinya untuk menangis.Ririn memegang dengan lembut tangan Vanya, sambil berdoa kepada Tuhan, agar membuat Vanya cepat sadar. Tapi kakaknya tak juga sadar, padahal kata dokter kakaknya akan bangun. Tapi kenapa Vanya belum juga membuka matanya.Kriet. Pintu terbuka dan membuat Ririn menoleh, mendengar suara itu."Rin. kembalilah ke kamar kamu." Roy mendekati wanita hamil tersebut."Masih ada disini?" Ririn yang kaget karena Roy masih berada dirumah sakit, dirinya mengira kalau Roy akan kembali."Hm, priamu itu memintaku untuk menemanimu," jawab Roy yang berdiri disamping Ririn.Ririn hanya menganggukan kepalanya saja. Tatapan matanya kembali melihat ke arah Vanya. "Kapan kakak
Ares mendobrak pintu berkali-kali, tapi pintu ruang bawah itu sangat kuat dan membuat Ares susah menembusnya. Oleh karena itu Ares menembakan pintu terbuka dan membuat kunci pintu hancur. Membuatnya menjadi lebih mudah masuk ke dalam ruang bawah tersebut Bibirnya menyeringai bak seorang iblis. Tatapan matanya dan aura yang Ares keluarkan berubah seketika, saat melihat orang yang dicarinya. Ares menatapnya seakan ingin membunuh langsung Miko, yang sedang duduk dengan wajah yang babak belur. Pria itu langsung saja bangun disaat melihat kedatangan Ares, dengan tangan yang membawa senjata api tersebut. Ares mendekati pria bajingan itu dan membuatnya saling berhadapan dengan pria yang sudah membuat akal sehatnya menghilang. Tapi bukannya takut dengan kedatangan Miko.
Vanya akhirnya mendapatkan pertolongan. Ambulance membawanya pergi tubuhnya menuju rumah sakit bersama dengan Ririn yang tak ingin berpisah dengan kakaknya tersebut. Sedangkan Roy menelpon rumah sakit untuk menyediakan segalanya dan tak lupa juga memberitahu Ares melalui sekretarisnya tentang apa yang terjadi hari ini. Ares sangat sibuk sekali karena jadwal hari ini begitu padat sekali dengan berbagai macam rapat. Hingga membuat kakaknya melupakan ponselnya. Roy yang mengangkat panggilan masuk dari nomer asing di ponsel milik Ares dan yang mendengar suara-suara Ririn meminta pertolongan. Tapi setelah itu panggilannya terputus dan Roy menghubungi balik tapi ponsel tersebut tidak aktif lagi. Lantas dengan cepat Roy melacak semua jaringan itu dengan berbagai cara yang dirinya ketahui, hingga ia menemukan lokasinya. Untung saja Roy biasa menemukan lokasinya dengan cepat. Jika tidak kedua bersaudara itu akan dalam bahaya, terutama Ririn
Miko semakin mendekati Ririn yang terus saja mundur-mundur. Tapi Miko mendekati wanita yang terlihat jelas kalau sedang ketakutan. "Jika saja kamu kebih nurut, pasti tak akan terjadi hal ini." Miko menyeringai sinis dan tatapan mata Miko sangat tajam, seperti pedang yang siap menghunus siapapun.Vanya berdiri dengan susah payah, walapun harus menahan rasa sakit akibat tubuhnya yang menerima hantaman keras oleh Miko. Vanya harus bangkit karena ia melihat adiknya dalam keadaan yang berbahaya, Vanya tak akan membiarkan Miko melukai Ririn dan bayinya.Vanya menarik tangan Miko agar menjauh dari adiknya. Menahannya dengan sekuat tenang, walaupun dengan tubuh yang sakit. "Lari Ririn, keluar dari apartemen ini!!" teriak Vanya kepad adiknya."Tidak, tidak. Kita harus keluar bersama!!" ucap Ririn yang melihat kakaknya terus menahan Miko."Cepatlah, tak punya banyak waktu. Keluarlah!!" teriak Vanya.
Entah keberanian dari mana membuat Ririn melakukan hal gila ini dengan bawa-bawa pisau. Tapi jika dirinya tak melakukan hal ini, pasti Ririn akan di lecehkan lagi sama Miko. Ririn tak ingin membiarkan hal itu terjadi."Baiklah sayang. Aku tak dekat-dekat dengan dirimu."Ririn sedikit tenang karena ancaman dirinya ini sangat ampuh dan membuat Miko tak akan berniat untuk melecehkan dirinya lagi. "Dimana kakak gue?" tanya Ririn kepada Miko.Arah pandangan mata Ririn berahli melihat ke arah telunjuk tersebut. Dugaan dirinya sepertinya memang benar, kalau kakaknya tersebut disembuyikan sama Miko. "Buka pintunya," perintah Ririn. Pasti pintu itu terkunci jika tidak, pasti kakaknya akan keluar dan menemui dirinya."Baiklah, tapi pisau itu jauhkan dari tangan kamu." Miko yang masih panik dengan apa yang dilakukan sama Ririn. Miko hanya menuruti apa yang dikatakan sama Ririn, tapi setelah itu ia akan me
Tubuh Vanya berada di atas ranjang, dalam keadaan tak berbusana sama sekali. Itu semua karena ulah Miko yang menyentuhnya secara paksa dan ancaman, membuat Vanya tak bisa berkutik dan melakukan apa yang dikatakan sama Miko, padahal dirinya tak ingin sama sekali disentuh oleh bajingan seperti Miko.Cairan bening keluar dari matanya, tubuhnya tak terlalu merasakan sakit walaupun Miko melakukannya dengan kasar. Perasaanya saja yang sangat terluka, akibat perbuatan dari Miko. Hiks.. hiks.. Sungguh hatinya merasakan sakit bertubi-tubi ini semua karena Miko. Pria itu sudah melukai perasaanya dan sekarang melukai tubuhnya.Vanya hanya bisa tergeletak di kasur ini saja, tubuhnya lemas dan tak bisa melakukan apapun. Lagian kamar yang Vanya tempati terkunci dari luar oleh Miko. Pria itu juga keluar dari kamar dan meninggalkannya sendiri dengan air mata yang bercucuran.Vanya hanya berharap semoga saja adiknya tidak datang ke
Pukul 8 pagi hari. Ririn sudah terbangun dari tidurnya yang nyenyaknya. Tubuhnya merasakan sakit sekali, akibat sentuhan panas tersebut. Efeknya baru dirinya rasakan pagi ini. Ares sungguh sangat luar biasa, sekaligus gila karena telah membuat tubuhnya sakit-sakit."Tubuhku yang malang." Ririn segera bangkit untuk berendam air hangat. Semoga saja mampu sedikit mengurangi rasa sakit tubuhku ini.Tak butuh waktu lama Ririn sudah keluar dari kamar mandi dengan perasaanya yang jauh lebih nyaman. Ririn berendam hanya 7 menit saja, sejujurnya mau lebih lama. Tapi dirinya ingat sedang mengandung. Ririn hanya takut saja, kalau tak baik berendam lama-lama untuk kandungannya ini.Pandangan mata Ririn melihat ke arah langit yang cerah sekali dan langitnya indah. Ririn menuju balkon kamarnya untuk menghirup udara pagi yang segar ini. "Indah sekali." bibir Ririn tersenyum manis melihat cuaca yang indah dan bagus ini.&nb
Vanya duduk kursi yang berada dibalkon kamarnya, menatap langit-langit malam yang begitu gelap dan tak ada bintang yang menghiasi langit ibu kota ini. Seperti hatinya yang gelap dan tak ada arah kehidupan lagi. Vanya bahkan dianggap tak ada dirumah ini oleh kedua orang tuanya, sedangkan orang yang dirinya cintai hanya menganggapnya sebagai pelampiasan nafsunya saja. Mata Vanya otomatis menoleh ke arah bawah saat mendengar suara orang. Vanya melihat kedua pasangan tersebut yang baru keluar dari rumah ini. Kedua pasangan itu tak lain adalah Ririn dan juga Ares. Ririn mengantarkan Ares untuk ke depan pintu, sepertinya Ares akan pulang. "Serasi sekali," ucap Vanya dengan senyuman tipis melihat adiknya yang sepertinya sudah mendapatkan kembali kehidupan asmaranya. "Semoga kalian bahagia. Aku tak akan biarkan Miko merusak kebahagian kalian." Vanya dengan matanya yang masih melihat kedua pasangan itu yang masi