Home / Romansa / Sentuh Aku, Pak! / 83. Penyesalan Yang Terlambat

Share

83. Penyesalan Yang Terlambat

last update Last Updated: 2022-02-22 08:57:25

"Bang Chaka?" Alvero membeku. Kepalanya seakan di timpa batu yang sangat besar melihat Chaka berjalan menuju ke arah meja mereka.

Tangan Alvero terkepal kuat, giginya menggeletuk, matanya merah berlinang. Alvero tidak dapat menahan emosinya saat melihat Chaka yang melambaikan tangan dan melempar senyum ke arah mereka. Dengan secepat kilat Alvero bangkit dari duduknya, lalu menyerang Chaka begitu saja di tempat hingga Chaka ambruk ke lantai kafe.

Alvero menghabisi wajah Chaka dengan emosi yang menggebu. Chaka yang di serang Alvero tiba-tiba jelas tidak memiliki persiapan untuk melawan, pria berbadan besar itu hanya pasrah di bawah kukungan emosi Alvero yang meledak.

"Lepasin gue, anjing!" Alvero memberontak pada dua pria yang asing menarik dirinya menjauh dari Chaka.

"Udah bang, santai, santai!" ujar salah satu pria itu membuat Alvero menghentakkan kakinya kesal ke lantai. Ia bel

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Eef Tato Sudita Di
lagi seru ceritanya .......
goodnovel comment avatar
Sri Ningsih
............ love u alvero .
goodnovel comment avatar
Murni Aty
nah kan si chaka, speechless aku
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sentuh Aku, Pak!   84. Bukan Simpanan

    "Aku takut di keluarin dari kampus, pak." Senin telah tiba. Hari ini Carla dan Savian akan bertemu Dekan untuk membicarakan perihal skandal mereka yang sedang hangat dibicarakan. Jelas berbohong jika Carla menyakinkan dirinya baik-baik saja, karena nyatanya saat ini gadis itu sedang ketakutan. Yang Carla lakukan adalah skandal besar, bahkan beberapa mahasiswa membuat aliansi untuk mengeluarkannya dari kampus karena katanya ia dan Savian sudah mencoreng nama baik kampus mereka. Carla bahkan sampai takut datang ke kampus kalau tidak Savian paksa dan menyakini kalau yang gadis itu takutkan tidak akan terjadi. "Jangan takut," Savian menggenggam tangan Carla yang berkeringat dingin. Savian mendekatkan bibirnya ke daun telinga Carla, "Om saya Dekan, jadi kamu tenang saja." bisiknya membuat Carla menoleh kaget ke arahnya. "Serius,

    Last Updated : 2022-02-22
  • Sentuh Aku, Pak!   85. Nikah Yuk!

    "Maksud tante?" Carla menatap Kirana dengan raut wajah bingungnya. Barusan Kirana baru saja mengatakan hal yang membuat Carla memiliki tanda tanya besar di kepala. Apa maksud wanita itu kalau lukanya mengingatkannya dengan Savian yang dulu. Sebelum menjawab rasa penasaran Carla, Kirana tersenyum simpul lebih dulu, kemudian menutupi luka Carla dengan lengan kemeja panjang yang gadis itu kenakan. "Savian juga dulu melukai tangannya seperti ini," jawab Kirana masih membuat Carla bertanya-tanya. "Tapi kenapa tante? Kenapa Pak Savian melukai tangannya?" Tanpa sungkan Carla bertanya. Ia ingin segera menuntaskan rasa penasaran yang kini bercampur cemas. Apa ada luka di masa lalu yang Savian sembunyikan darinya? Tangan Kirana terangkat, mengelus rambut sebahu Carla yang di gerai beg

    Last Updated : 2022-02-23
  • Sentuh Aku, Pak!   86. Khayalan Masa Depan

    Carla akui, ia memang menyukai Savian. Tapi tetap saja gadis itu tidak bisa menjalin hubungan dengan pria yang mengatakan cinta padanya saja tidak pernah, namun tiba-tiba Savian mengajaknya pacaran dan menikah?! Jadi jangan salahkan Carla jika ia langsung masuk ke dalam kamar saat Savian mengajaknya untuk berpacaran. Alhasil, sampai sekarang Savian masih mengetuk-ngetuk pintu kamar Carla sambil merengek minta penjelasan. "Car, kamu gak bisa giniin saya. Kasih saya jawaban biar saya bisa tidur nyenyak malam ini!" ujar Savian dari balik pintu kamar Carla. Carla menghembuskan napas pelan. Rasanya mau tega saja membiarkan Savian mati penasaran, mengingat Savian juga sering menjadi beban pikiran di kepalanya. "Walaupun aku tolak, tetap bapak mau denger jawabannya sekarang?" tanya Carla dengan suara yang lumayan lantang supaya kedenge

    Last Updated : 2022-02-24
  • Sentuh Aku, Pak!   87. Ancaman Savian

    Hari-hari berlalu, skandal antara Carla dan Savian pun mulai terlupakan, tenggelam karena ada gosip baru yang lebih panas. Kini Carla sudah bisa masuk kuliah seperti biasa, ia juga kadang menyempatkan waktunya untuk kumpul dengan temen-temen di kantin, hal itu tidak jadi masalah selama Savian tidak mengetahuinya.Seperti saat ini, Carla yang sedang menikmati ayam penyet sendirian tiba-tiba didatangi Frisco, tak lama kemudian datanglah Dinne, disusul Mahen dan Jeffrey, lalu yang terakhir Alvero beserta buntutnya, Marcel. Para muda mudi itu tetap setia menemani Carla bahkan ketika Carla sedang di timpa skandal besar yang menodai nama baiknya.Tak ada yang berubah dari perilaku temen-temannya. Mereka memandang Carla sama saja seperti sebelum munculnya gosip miring dengan Savian. Malah sekarang Frisco dan Dinne jadi memiliki bahan ejekan untuk Carla yang kabarnya memiliki hubungan spesial dengan dosen muda itu."Tumben nih pawangnya Carla belum datang,"

    Last Updated : 2022-02-25
  • Sentuh Aku, Pak!   88. Apa Endingnya?

    "Bapak sejak kapan di sini?" Carla bertanya heran melihat Savian yang duduk santai di atas sofa ruang tengah. Entah sejak kapan pria itu duduk di sana, Carla baru mengetahuinya karena ia baru selesai mandi."Sejak tadi," balas Savian tanpa dosa. Kedua tangannya terbentang lebar seakan meminta Carla untuk segera berlari ke pelukannya."Peluk saya dong, Carla!" pinta Savian dengan nada manja. Carla berdecih, memasang wajah jutek sebagai topengnya, karena sebenarnya gadis itu salah tingkah melihat Savian bersikap demikian.Dengan wajah yang perlahan memerah Carla menghampiri Savian, ia menduduki diri sebelah pria itu, lalu di detik selanjutnya tubuh mungil Carla berada di dalam pelukan Savian."Sehari gak ketemu kamu rasanya kayak ada yang kurang di hidup saya," godanya sambil mendusel manja di sela leher jenjang Carla. Pelukannya semakin mengerat seraya menghirup dalam aroma tubuh Carla yang menyeruak. Wangi tubuh Carla sehabis mandi

    Last Updated : 2022-02-26
  • Sentuh Aku, Pak!   89. Permisi, Pakeeet!

    Satu bulan kemudian. Sudah lebih dari lima menit Savian menyenderkan bahunya di sisi pintu kamar Carla. Ia hanya memandang dalam diam gadis yang sedang memainkan ponselnya sambil tengkurep di atas ranjang. "Permisi, kak! pakeeeet!" ujar Savian dengan suara yang lantang. Sudah lebih dari tiga kali ia mencoba menarik perhatian Carla, tapi gadis itu tetap mengabaikannya. "Eh, ngomong-ngomong tentang paket, Car." Savian memberanikan diri untuk mendekat dan naik ke atas ranjang Carla, "Kamu ingat gak pertama kali saya datang ke flat ini, kamu ngiranya saya kurir paket?" sambungnya berusaha mengalihkan perhatian Carla. Saat ini Savian juga ikut tengkurap di sebelah gadis yang tengah menatapnya tanpa ekspresi. Carla marah bukan tanpa sebab. Dua hari lalu Savian pergi naik gunung bersama teman-teman semasa kuliahnya, dan selama 2×24 jam Savian tidak memberinya kabar karena ponsel pria itu ketinggalan di rumah. Carla heran, bagaimana bisa pria itu tidak putar balik arah m

    Last Updated : 2022-02-26
  • Sentuh Aku, Pak!   90. Dikenalin Lagi?

    Savian: flat kosong, kamu kemana? Carla: lagi ngumpul sebentar, nanti jam 10 aku pulangSavian: kelamaan, jam 9 kalau belum pulang saya omelin, ya? Carla terkekeh kecil melihat balasan pesan Savian. Ada ya orang yang mau ngomelin tapi bikin kesepakatan dulu? Carla: emang berani ngomelin aku? Itu bercanda saja, aslinya Savian memang sering ngomelin Carla. Apa lagi kalau lihat Carla ngumpul di kantin bareng cowok-cowok asing. Sekarang circle Carla semakin luas, gadis itu sudah pandai membuka ruang pertemanan dengan siapa saja. Makanya Savian semakin was-was. Savian: saya omelinnya sambil kecup kecup manjaSavian: dijamin kamu malah suka saya omelinCarla makin tertawa jadinya. Membuat orang-orang di sekitarnya memandang gadis itu dengan kening berkerut. Sayangnya, Carla tidak sadar saking asiknya chattingan sama pacar. Saat ini, Carla lagi nongkrong di kafe setelah dijemput paksa oleh Dinne dan Alvero. Carla tidak bisa menolak selama ada

    Last Updated : 2022-02-27
  • Sentuh Aku, Pak!   91. Calon Suami

    "Lah, pak Savian kemana?" pertanyaan Carla melayang diudara. Wajahnya kebingungan menatap ruang tengahnya yang kosong, padahal sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi, ada Savian yang duduk di atas sofa. Sambil mengusak rambut basahnya menggunakan handuk Carla berjalan ke meja pantry, hendak membuat teh hangat. Sejak beberapa minggu lalu ia berhenti minum kafein di malam hari, sesuai perintah Savian. Carla ingin belajar untuk tidak bergadang lagi. Hasilnya lumayan, sudah tiga hari ini Carla berhasil tidur di bawah jam dua belas malam. "Apa pak Savian marah gara-gara gak di bolehin nginep, ya?" gumam Carla masih bertanya. Sambil mengaduk teh herbalnya ia berpikir keras, tidak biasanya Savian melenggang pergi begitu saja tanpa pamit. Carla menghabiskan sepuluh menitnya untuk duduk di kursi pantry, menyesap teh perlahan sambil merilekskan tubuh dan pikiran, dua cara itu akan membantunya untuk tidur lebih cepat. Setelah tehnya ditandaskan, Carla ber

    Last Updated : 2022-02-27

Latest chapter

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 16. Peluk Untuk Keina

    Kahfi menghembuskan napasnya cemas, pria itu tidak bisa berhenti memikirkan istrinya yang sekarang entah berada dimana. Keina yang beberapa jam lalu mengeluh tak enak badan, kini menghilang. Sudah sejak tadi Kahfi ingin mencarinya, tapi Keino melarang dan mengatakan kalau sebentar lagi gadis itu pasti akan pulang. Kata Keino, Keina memang suka pergi main tanpa bilang-bilang. Kalau pun memaksa pergi, Kahfi juga tidak tahu harus kemana, dia tidak mengenal teman-teman dekat istrinya. Sedari tadi ponsel Keina juga tidak bisa dihubungi."Tunggu di dalam aja, Kaf. Dingin di sini." Keino datang sambil memainkan kunci mobil di tangannya, sepertinya pria itu hendak pergi.Kahfi mengangguk tanpa mengatakan apapun. "Enggak usah khawatir, Keina emang gitu anaknya, bandel. Sering kabur-kaburan. Nanti kalau dia udah pulang, sentil aja kupingnya, kebiasaan kalau main enggak izin dulu. Dia lupa kali kalau sekarang udah punya suami." gerutu Keino. Mungkin dia kesal dengan tabiat adiknya yang satu itu

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 15. Bertemu Dirga

    Keina melenguh disela-sela tidurnya, bukan tanpa sebab tidurnya yang nyenyak itu terganggu. Ada sesuatu yang mengguncang pundaknya, dan dengan terpaksa Keina membuka mata."Na, bangun..." Suara halus itu kini sudah langganan ditelinganya, jelas dia tahu siapa pemiliknya. Kahfi."Kenapa sih, Kak? Aku masih ngantuk!" Keina menepis tangan Kahfi dari pundaknya. Demi Tuhan, dia masih ngantuk berat, setelah subuh tadi dia harus terbangun untuk sholat subuh, kini Kahfi kembali mengusik tidurnya lagi."Hei, kamu lupa hari ini kita mau ke Dokter Kandungan?" Meski suaranya masih tetap lembut, tapi nyatanya saat ini Kahfi sedang menahan rasa sabarnya. Baru beberapa minggu menjadi suami, namun rasa sabar Kahfi benar-benar diuji.Mendengar apa yang baru saja suaminya itu katakan, spontan sepasang mata Keina membulat sempurna. Dia segera memunggungi Kahfi dan meringis pelan. Tentu saja sambil mengumpat dalam hati. Benar, dia lupa kalau hari ini mereka sudah janjian untuk periksa kandungan. Bukan me

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 14. Gawat!

    Keina duduk di depan Kahfi dan Keino dengan wajah tegang. Sejak kemarin kakaknya itu memang ada di rumah, tapi hubungan mereka sedikit canggung karena pemasalahan yang ada. Ya, tentu saja Keino marah saat mendengar kabar bahwa adiknya itu dihamili oleh pria yang tidak bertanggungjawab. Jangankan ngobrol, sejak datang saja Keino tidak mau menatap wajah Keina, baru tadi saat menegurnya di depan teman-temannya.Jadi, tolong jangan ditanyakan seberapa besar rasa marah Keino ke Keina. Sebagai kakak, dia jelas merasa sangat kecewa dan gagal melindungi adiknya dari janji manis laki-laki buaya."Gimana Keina, Kaf? Dia menjalani kewajibannya sebagai istri, kan?" tanya Keino menatap Kahfi dengan serius, walaupun Keina duduk tepat disebelah Kahfi, tapi tak sekilas pun matanya melirik ke arah sang adik yang merengut cemas.Sebelum menjawab pertanyaan kakak iparnya itu, Kahfi menoleh ke arah Keina dan tersenyum lembut. Dia menggerakan tangannya, merangkum punggung tangan Keina yang nganggur lalu m

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 13. Kedatangan Kahfi

    "Na, mobil siapa tuh?"Keina yang sedang asik berbincang dengan Gibral lantas mengalihkan pandangannya ke arah yang sama dengan apa yang Miska lihat saat ini. Sebuah mobil Range Rover yang melaju memasuki perkarangan rumahnya. Perlahan kening Keina berkerut sebelum bibirnya mengeluarkan sebuah decakan sebal setelah tersadar siapa pemilik mobil mewah itu.Ya, siapa lagi kalau bukan suaminya, Kahfi. "Siapa, Na?" Mario ikut bertanya.Dan ketika pintu mobil itu terbuka, memunculkan Kahfi yang keluar dari dalam sana. Hal itu tentu saja membuat rasa penasaran teman-temannya terbayarkan. Jelas mereka masih ingat wajah pria yang duduk di kursi pelaminan bersama Keina menggantikan posisi Dirga yang notebene teman mereka juga. Mereka spontan bangkit berdiri, kecuali Keina yang ekspresinya langsung mendadak bete."Na, kok diam aja, itu suami lo datang!" Miska menarik tangan Keina cepat tatkala melihat Kahfi yang berjalan mendekati mereka dengan seulas senyum manisnya. Jika boleh jujur, tadi Mis

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 12. Keina : Berat, Ma...

    "Maaaaa, takut!" Keina berlari mundur saat mendengar gemercik minyak panas tatkala ia memasukan potongan ayam ke dalam penggorengan. "Ya ampun, Na! Masak aja kayak mau tawuran!" Komentar Dinne yang berdiri diujung pintu dapur sambil memegang ponsel yang menyorot ke arah sang anak. Ya, dia sedang merecord kegiatan Keina untuk dikirim ke Kahfi sebagai laporan. Meskipun Kahfi tidak meminta, tapi Dinne berinisiatif sendiri. "Ma, bantuin aku dong! Kok malah main hape doang!" Gadis itu menatap sang mama kesal, tangan kanannya memegang spatula sementara tangan lainnya memegang tutup panci yang dia ambil spontan untuk melindungi diri dari cipratan minyak. Dinne berdecak, sebelum mengindahkan perintah sang anak, dia mengatur tata letak ponselnya agar kameranya terus menyorot ke arah Keina. Setelah itu dia berjalan mendekati kompor, "Sini, gitu aja udah marah-marah." Dia mengambil alih spatula dari tangan Keina, lalu menggoreng potongan ayam yang tersisa. "Mama kayaknya salah deh, sebelum be

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 11. Pengantin Baru Kok Pisah Ranjang?

    Kahfi mengelus bibirnya dengan kedua mata tertuju pada ponsel digenggaman. Biasanya di jam-jam segini pria itu sibuk dengan laptop dan pekerjaan, meskipun pekerjaannya sudah selesai tapi dia pasti selalu bertanya ke Sekretarisnya apakah ada pekerjaan yang bisa dia selesaikan saat itu. Namun untuk kali ini Kahfi memilih untuk korupsi waktu, entah kenapa dia lebih memilih untuk berperang dengan isi kepalanya sendiri daripada menandatangi berkas-berkas.Pria dengan kemeja abu-abu itu merenggangkan dasinya. Tangan kanan Kahfi memegang ponsel yang hanya dia tatapi sejak setengah jam lalu, sementara tangan lainnya memutar-mutar bolpoint. Nama sang istri yang asik berlarian di kepalanya menjadi alasan kenapa pria itu asik dengan dunianya sendiri. Kahfi melirik arloji dipergelangan tangannya, jam satu siang. Kalau dia telepon Keina dan bertanya apakah istrinya itu sudah sholat dzuhur dan makan siang, apa Keina akan merasa terganggu? Mengingat bagaimana respon Keina saat ia telepon tadi pagi,

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 10. I'm Gonna Miss You

    Mas Kahfi: Assamu'alaikum, Na... Selamat pagi.Mas Kahfi: Hari ini kesiangan enggak sholat subuhnya? Oh iya, jangan telat sarapan, ya.Keina yang baru membuka kedua matanya dan tak sengaja mendapati pop-up pesan dari Kahfi lantas berdecih. Entah kenapa pesan manis itu terlihat menjijikan untuknya. Typing Kahfi benar-benar menggambarkan sosok bapak-bapak yang sudah tua, sangat berbeda dengan Keina yang terbiasa menerima pesan dengan typing gaul dari teman-teman sepantarannya.Tanpa berniat membalas pesan dari suaminya itu, Keina lantas meletakan kembali ponselnya ke atas nakas. Sejenak dia merenggangkan otot-otot badannya sebelum menyibak selimut dan turun dari ranjang. Gadis dengan setelan piyama biru muda itu berjalan menuju jendela kamarnya, membuka ventilasi udara dan menghirup banyak-banyak udara yang belum terkontaminasi polusi.Kepala Keina menoleh ke belakang, melirik jam dinding. Ternya masih pukul enam pagi. Sejujurnya, ini momen langka karena Keina bisa bangun disaat matahar

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 09. Sayang, Adek, atau Istriku?

    Menepati janjinya, selepas sholat dzuhur Kahfi membawa Keina ke rumah Galih untuk silahturahmi sekaligus mengenalkan istri cantiknya itu. Tentu saja, Galih dan istrinya menyambut dengan baik kedatangan keduanya. Ya, meski gagal menjadikan Kahfi sebagai menantu mereka, tapi hubungan keluarga Galih dengan Kahfi tetap baik. Mereka juga banyak memuji Keina yang katanya cantik. Usai berbincang kecil selama kurang lebih setengah jam, Kahfi dan Keina harus pamit karena mereka harus pergi mengejar jam penerbangan pesawat ke Jakarta yang sudah mereka pesan siang ini. Ya, hari ini Keina akan kembali ke Jakarta, jika gadis itu menepati janjinya, maka dia akan kembali lagi bulan depan untuk menetap selamanya bersama Kahfi di kota ini."Sudah dicek lagi barang-barang kamu? Ada yang ketinggalan enggak?" tanya Kahfi seraya mengambil alih tas besar yang sedang Keina bawa. Lantas dia menaruhnya ke dalam bagasi mobil."Enggak ada, Kak," jawab Keina.Kahfi mengangguk, dia lantas membukakan pintu penump

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 08. One Step Closer

    "Mas Kahfi, tumben sudah dua hari saya enggak lihat mas Kahfi jamaah di sini,"Kahfi yang baru saja melangkah keluar dari pintu masjid langsung menghentikan tungkainya, dia berbalik badan dan mendapati Pak Galih yang melempar pertanyaan kepadanya.Sebelum menjawab, Kahfi lebih dulu menyalami tangan pria paruhbaya itu. Dia cukup dekat dengan Pak Galih selaku ketua RT dikompleknya. Apalagi mereka sama-sama jamaah tetap di masjid, jadi setiap hari pasti bertemu."Iya, Pak, kemarin saya habis dari Jakarta," jawab Kahfi dengan senyuman di wajah teduhnya. "Oh iya, Pak, rencananya pagi ini saya mau ke rumah bapak," imbuh Kahfi sambil melangkah menuju halaman masjid. Tentu saja, tungkai Galih juga mengiringi."Ada apa, mas?" Galih bertanya sambil memakai sandal jepitnya.Kahfi menahan senyum, sebenarnya dia tidak ingin berbicara dengan situasi seperti ini, dijalan menuju arah pulang. Meskipun jalanan sedang sepi dan hanya ada beberapa orang yang juga baru keluar dari masjid selepas sholat sub

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status