Share

Sosok Baru

Author: titiksua
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Nggak, ada hal lain yang perlu kamu tau. Suara itu suaraku yang direkam secara paksa. Sendanu menyuruh beberapa orang untuk menghajar aku dan dia nggak akan berhenti sebelum aku mau melakukakan yang dia inginkan. Semua kata-kata itu dibuat oleh Sendanu Na, bukan aku."

Sungguh Nana tak mengerti Danang akan mengarang cerita seperti itu. Sebenci itukah Danang dengan Sendanu?

"Cerita kamu bagus juga. Kalau ikut lomba mungkin bisa menang."

Apa yang Nana katakan membuat Danang frustrasi. Dengan cara apalagi dia meyakinkan Nana?

"Aku mencoba berkata jujur Na. Terserah kamu mau percaya yang mana. Selalu ingat bahwa Sendanu tidak pernah tulus melakukan semuanya. Dia punya alasan, dan jika kamu tau Na, alasan itu sungguh menyakitkan."

Danang memilih pergi dari sana. Meskipun apa yang Danang katakan belum bisa Nana percayai, dia akan selalu ada di saat Nana butuh.

"Ya, aku percaya Sendanu telah berubah."

Perkataan itu sampai di telinga Danang.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Senja Pertama   Asing

    Pelan sekali Sendanu membuka pintu kamar itu. Lampu kamarnya mati, artinya pemilik kamar belum bangun. Sendanu menekan saklar dan ruangan itu terang seketika. Tak ada yang spesial di ruangan itu, kecuali seseorang yang sedang tidur meringkuk di bawah selimut.Sendanu dapat kabar dari asisten rumah tangga kalau mamanya menolak makan. Semua makanan yang dikirim ke kamar dibuang percuma. Bahkan mama sempat mengamuk, begitulah yang asisten rumah tangga katakan.Tak biasanya mama Sendanu kembali berulah. Pasti ada sesuatu yang membuat beliau mengamuk. Karena Sendanu tahu sendiri dan sangat dekat dengan mamanya. Beliau sebenarnya wanita yang baik, sayang Mahesa terlalu menuntut sehingga keadaan menjadi seperti sekarang."Ma, bangun dulu ya. Mama belum makan seharian." Sendanu mengguncang pelan tangan mamanya.Wanita itu bergeming seakan tak dengar permintaan Sendanu."Kalau Mama nggak makan, Sendanu nggak mau nurut sama Papa lagi."Mama Send

  • Senja Pertama   Pelarian

    Sendanu segera mengakhiri perdebatan itu dengan keluar dari ruang kerja Mahesa. Dia tak mau adiknya keluar kamar karena mendengar keributan yang terjadi antara dia dan Mahesa.Ada dua orang yang sangat Sendanu khawatirkan saat ia tinggal di apartemen nanti. Mama dan adik perempuannya. Namun Sendanu memilih pergi daripada menetap di rumah yang tidak lagi rumah baginya.Saat ini Sendanu tengah berada di panti. Dia tak tau kenapa memilih ke panti daripada pergi ke apotek.Malam-malam begini, tentunya semua orang di panti sudah tidur, terkecuali Nana yang masih memetik senar gitarnya di jendela kamar. Kamar Nana memang paling depan dan terdapat jendela yang mengarah langsung ke jalan. Di sana biasanya Nana menghabiskan waktu saat di panti.Mendengar petikan gitar disusul suara nyanyian, membuat Sendanu mencari sumber suara. Sendanu menemukan Nana sedang berkutat dengan gitar.Sambil meringis memegangi pipinya yang lebam, Sendanu terus melanjutkan langk

  • Senja Pertama   Obat Ajaib

    “Lo tau Danang lagi di mana?”Meski sempat kaget saat nama Danang disebut, Nana tetap bersikap biasa di depan Monic. Orang lain tak boleh tau apa yang telah dilakukan Danang terhadap Nana. “Nggak Mon.”“Biasanya juga dia sering bareng lo Na. Gue lagi butuh banget nih.”“Cari aja di sekre.”“Udah, tapi nggak ada. Gue juga udah nyari ke kantin, parkiran, taman, nggak ada semuanya. Lo kan paling deket sama Danang, masa nggak tau sih Na?”Nana menghela napas. Terkenal menjadi orang yang paling dekat dengan Danang ternyata juga tak sepenuhnya menguntungkan bagi Nana. Dia sudah malas mengulik segala sesuatu yang berhubungan dengan Danang. Karena Danang tak sebaik yang Monic pikirkan. Bagi Nana, Danang sangat berbahaya dan punya topeng yang dia gunakan untuk menipu orang lain.“Aku bukan orang yang bisa dua puluh empat jam bareng sama Danang. Kalau dia nggak ada di tempat yang kamu s

  • Senja Pertama   Kekasih

    Motor yang dipakai Sendanu mengantar Nana tiba-tiba berhenti di jalan yang cukup ramai. Beruntungnya dia mengemudi di pinggir, jadi bisa terhindar dari kendaraan yang lain.“Kenapa Nu?”Sendanu mengecek spidometernya dan ternyata motornya kehabisan bahan bakar. Gengsi bukan main, apalagi ada Nana. Padahal tadi pagi Sendanu sudah menyuruh salah seorang petugas di rumahnya untuk mengisikan bensin. Awas saja nanti, akan Sendanu beri pelajaran karena membuatnya malu di depan Nana.“Lo diem aja di situ.” Sendanu menurunkan standar motor lalu turun dengan Nana tetap berada di atas motor. Kalau Nana turun dan ikut berjalan, nanti semakin rumit, jadi Sendanu biarkan saja dia di atas motor. Sendanu menghilangkan gengsi sejenak.“Lho kok kamu turun aku tetep di atas motor Nu? Aku mau turun juga. Kasihan kamu dorong sendiri.”“Kalau lo turun juga, makin repot yang ada. Paling bener juga lo di atas motor aja.”

  • Senja Pertama   Persyaratan Nana

    Suara mobil menandakan bahwa Mahesa telah sampai di rumah. Sedari tadi sudah ada yang menunggu Mahesa di ruang tamu, yaitu Sendanu. Tentang apa yang Sendanu janjikan kepada Nana mengenai donatur baru di panti itu bukan main-main. Sendanu memang akan meminta Mahesa menjadi donatur panti. Tentunya itu tak gratis, Sendanu tahu betul papanya seperti apa. Saat Mahesa mengetahui Sendanu ada di ruang tamu, saat itu juga Mahesa tahu ada yang ingin Sendanu minta darinya. Karena tak mungkin Sendanu dengan senang hati menunggunya. Memanggil Sendanu untuk datang dengan sukarela sangatlah susah. “Pa, ada yang mau aku bicarakan.” “Kita bicara di ruang kerja Papa.” 

  • Senja Pertama   Resmi

    Danang datang lagi ke panti untuk meluruskan semua kejadian tempo itu. Dia sudah bersiap dengan segala macam pengusiran dari orang panti, terutama Nana. Di hari minggu seperti ini seharusnya Nana ada di panti. Jadi ini waktu yang tepat menurut Danang. Sengaja ia datang pagi-pagi sekali. Selain menghindari hansip yang masih tertidur di pos jaga, Danang juga tak ingin memancing perhatian warga sekitar. Bisa saja hal itu terjadi bukan? Saat gerbang panti dibuka, itulah kesempatan Danang untuk masuk. Terlihat bunda sangat kaget dengan kehadiran Danang. “Bun, kasih saya kesempatan untuk menjelaskan.” “Kamu masih nggak kapok Nang ke sini lagi?” 

  • Senja Pertama   As You Need

    “Bun, Nana berangkat dulu ya.”“Hati-hati Na!” teriak bunda dari dapur. Sudah telat sekali Nana di kelas pagi hari ini. Namun beruntungnya Monic mengabari kalau dosen baru akan datang tiga puluh menit lagi. Waktu yang cukup untuk melewati kemacetan Jakarta untuk sampai ke kampus. Bus yang biasa ditumpangi Nana belum sampai karena memang tadi sudah terlewat sepuluh menit. Bus datang lagi lima menit kemudian. Untuk memastikan dosen belum datang, Nana menelepon Monic lagi. Dan memang benar belum ada dosen di kelas. Nana menarik napas lega. Setidaknya dia masih bisa mengikuti kuliah. Tak lama kemudian bus yang ditunggu datang juga. Biasanya saat Nana masuk dia akan

  • Senja Pertama   Khawatir

    Kelas pertama selesai dan ada sekitar dua jam untuk kelas kedua. Tak tersisa waktu cukup banyak untuk Nana kembali ke panti. Ia ikut saja saat Sendanu mengajak ke kantin untuk mengisi perut. Sendanu menaruh tangannya di pundak Nana sehingga mengundang banyak perhatian. Di belakang mereka, ada Monic yang hanya bisa menjadi nyamuk. Sendanu telah mengklaim bahwa Nana, sekarang menjadi miliknya. Itu berarti jika sesuatu sudah menjadi milik Sendanu, tak ada orang lain yang bisa menyentuhnya. Orang yang berani mengusik milik Sendanu hanya punya dua pilihan, menjauh dengan sendirinya atau Sendanu beri pelajaran. Nana juga sebenarnya merasa canggung karena ini pertama kalinya Sendanu sangat dekat dengan dirinya. Sebelum jadian, Sendanu sangat anti terhadap Nana. Bahkan bis

Latest chapter

  • Senja Pertama   Extra Part 4: Aku Pikir Dia Tahu

    Dua minggu setelah menjauh dari Manda Terhitung sudah dua minggu Sendanu membawa Riris dan Sekar ke apartemen. Namun hingga saat ini Nana belum bertemu dengan mereka. Setelah Sendanu mengajak Nana ke pertemuan makan malam dengan keluarga Manda, Nana belum mendengar kabar mama dan adik Sendanu. Sejujurnya Nana sangat senang ketika Sendanu bisa mengamankan mama dan adiknya ke tempat yang lebih aman daripada di rumah. Setidaknya dengan begitu mereka bisa menjalani hari dengan nyaman dan Mahesa tidak memiliki alat untuk mengancam Sendanu. Ini sudah ke-10 kalinya Nana menerima ajakan dari Sendanu untuk mengunjungi apartemen tempat Sendanu tinggal. Tapi Nana selalu memiliki alasan untuk menolak. Sebenarnya Nana takut jika dia tidak memenuhi ekspektasi mama ataupun adik Sendanu. Nana terlalu takut jika mereka melihat kekurangan Nana sebagai hal yang akan merugikan mereka. Namun kali ini Sendanu mencoba lagi untuk mengajak Nana bertemu dengan mama dan adiknya. “Katanya mau lihat nyok

  • Senja Pertama   Extra Part 3: Rahasia Besar

    Dua minggu sebelum penculikan Nana. Siapa yang tak mengenal sosok Rama? Beliau disegani di bidang bisnis properti. Semua orang yang bergelut di bidang itu sepertinya tahu sehebat apa pengaruh beliau dan perusahaannya di dalam dunia kerja. Rumor mengatakan tak hanya memiliki perusahaan yang sukses, tetapi istri yang suportif dan juga anak yang sangat bisa dibanggakan. Rumor itu tersebar setelah sosok yang akrab dipanggil sebagai Pak Rama tersebut membawa serta anak sulungnya ke dalam pertemuan perusahaan. Kabarnya juga, beliau memiliki dua orang anak, akan tetapi satu lagi telah tiada. Oleh karena itu hanya satu yang diperkenalkan ke publik. Selain memiliki keluarga yang harmonis, Pak Rama juga dikenal sebagai sosok yang dermawan. Dia menjadi donatur di salah satu panti bernama ‘Cahaya Kasih’ sejak beberapa tahun lalu, tepatnya sejak anaknya lahir. Hal itu dikabarkan karena beliau ingin menebus rasa bersalahnya kepada anak keduanya, oleh karena itu sejak beberapa tahun silam, Panti

  • Senja Pertama   Extra Part 2: Berpura-pura

    1 minggu sebelum penculikan Nana. Selain gedung rektorat, tempat lain di kampus yang sangat sejuk adalah di danau. Danau kampus membentang luas dan rindang dengan pepohonan di sekelilingnya. Meskipun rindang, suasana di sana tidak terlalu angker. Justru banyak mahasiswa yang memanfaatkan danau untuk tempat mengerjakan tugas kelompok ataupun makan kalau mereka membawa bekal. Daripada makan di kantin dengan bekal bawaan dari kos, lebih etis kalau mereka makan di pinggir danau. Namun bukan untuk makan tujuan Danang ke danau kali ini. Dia menunggu seseorang yang saat ini mungkin masih mengemasi barangnya di kelas. Jika kalian tahu betul siapa Danang, tak lain tak bukan yang dia tunggu adalah Nana. Hal itu pasti karena Danang hanya dekat dengan Nana. Bukan berarti Danang tak punya teman, dia punya, hanya saja kebanyakan dari mereka takut bergaul karena efek dari tekanan yang diberikan oleh Sendanu. Kalau mereka bergaul dengan Danang dan Sendanu mengetahuinya, siap-siap akan dimusuhi S

  • Senja Pertama   Extra Part: Yang Tidak Terlihat

    Sehari setelah Sendanu menyatakan perasaan ke Nana. Sebuah pilihan yang sangat sulit bagi Nana untuk mempercayai apa yang dikatakan Sendanu. Walaupun memang Nana percaya Sendanu orang yang telah menolongnya, tapi urusan tolong-menolong dan hati mereka adalah dua hal yang berbeda. Anggap saja Sendanu memberikan Nana nasi, tapi Nana harus mengembalikan wadah nasi yang bahkan tak pernah diberikan oleh Sendanu sebelumnya. Nana yang mengerjakan proposal untuk diberikan ke ayah Sendanu pun akhirnya menyerah dengan apa yang dia pikirkan kali ini. Masalahnya ini Sendanu, cowok yang terkenal nakal dan juga sangat diidamkan oleh para perempuan di sini. Bagaimana tidak, Sendanu anak dekan, dia kaya raya, dia tipe yang dingin tapi hangat ke orang yang dia kenal, hanya satu yang tidak disukai dari Sendanu, perkataannya yang terlalu menyakitkan. Beberapa orang mengakui itu. Terlepas dari keburukannya itu, Sendanu adalah tipe idaman perempuan di kampus ini. Ah jangan lupakan satu fakta bahwa dia

  • Senja Pertama   Missing You

    Mobil yang Danang tumpangi kehabisan bensin. Ia berhenti sejenak di SPBU untuk mengisi bahan bakar saat ada telepon masuk ke ponselnya. Dari Monic. “Halo, ada apa Mon?” Nana hilang Nang, kita semua lagi nyari dia. Sendanu juga nggak ada, gue khawatir kalau Nana dibawa Sendanu. Umpatan Danang terdengar oleh Monic di telepon. Danang menutup telepon begitu saja. Antrian di SPBU masih panjang. Mungkin Nana tak bisa menunggu lebih lama lagi. Bagaimana pun Danang harus sampai lebih cepat ke vila. Danang melihat sekitarnya yang ramai. Matanya dengan teliti mengamati setiap sudut hingga ia menemukan pangkalan tukang ojek di sebelah SPBU. Danang berlari ke sana untuk meminjam salah satu m

  • Senja Pertama   Cinta Itu Nyata

    Monic tersadar sedari tadi dia tak melihat Nana ada di pesta. Segera setelah sadar dia mencari Danang. Firasat Monic tak begitu baik. Monic sudah mencoba menghubungi Danang tetapi ponselnya tak aktif. Sudah frustrasi, akhirnya Monic meminjam mic yang digunakan untuk menyanyi oleh salah seorang temannya. Monic mengumukan kalau dia sedang mencari Danang. Cara itu ampuh membuat Danang maju ke barisan depan. Sayangnya tepat setelah menemukan Danang, listrik mendadak padam. Danang berhasil meraih tangan Monic dan membawanya keluar dari kerumunan. “Ada apa Mon?” “Nana hilang! Gue nggak tahu dia di mana.” Danang geram. “Bukannya gue udah minta tolong sama lo buat jaga d

  • Senja Pertama   Help

    Hari telah berganti yang artinya sudah satu hari rombongan menginap di vila. Di hari pertama memang mereka tak merencanakan apa-apa karena ingin beristirahat sambil menikmati suasana di sekitar vila, ada juga yang memanfaatkan momen itu untuk mengambil gambar. Malam kedua ini diadakan pesta kecil-kecilan. Memanggang beberapa sosis, daging, marshmallows, jagung dan masih banyak lagi untuk merayakan bertambahnya semester dan melepaskan penat sejenak. Halaman vila pertama didekor sedemikian rupa oleh panitia yang telah terbentuk. Sementara itu untuk orang-orang yang tak masuk dalam kepanitiaan akan menyiapkan bumbu di dapur. Kebanyakan yang mempersiapkan pesta di halaman adalah para lelaki. Yang perempuan sedang sibuk di lantai dua untuk menyiapkan bahan atau pun membantu mengambilkan beberapa keperluan untuk pesta. Karena merasa k

  • Senja Pertama   Puncak

    Tibalah rombongan di salah satu vila yang ada di Puncak. Vila ini direkomendasikan oleh Monic karena ia punya salah satu kerabat dekat yang sering berkunjung ke Puncak. Untuk menampung sekitar delapan puluh orang dalam rombongan diperlukan dua bus dan dua vila. Tempatnya saling berhadapan. Hanya terpisahkan oleh jembatan kecil yang menjadi penghubung dengan sungai kecil di bawahnya. Pohon pinus berjajar rapi di sekitar vila. Vila yang pertama memiliki tiga lantai dengan halaman yang luas dan terbuka. Dari halaman depan ada tangga yang menuju teras. Di lantai pertama ini ada satu kamar yang cukup besar beserta ruang tamu pertama. Beberapa perabotan yang ada seperti sofa dan tv masih terasa baru karena sangat terawat. Menuju ke lantai dua, ada dapur, ruang tamu kedua serta tiga kamar mandi. Lantai kedua ini tak ada kamar tidur karena sebagian lahannya digunakan untuk kolam renang dengan gazebo di sudutnya. Urusa

  • Senja Pertama   Kunci

    Kuliah selama satu semester sudah dijalani dengan baik oleh para mahasiswa Seni. Waktunya mereka berlibur sejenak untuk menyegarkan pikiran sebelum masuk ke semester yang baru lagi. Salah satu kelas di mata kuliah Nana sepakat untuk mengawali liburan mereka dengan berlibur ke Puncak, Bogor. Dibentuk beberapa panitia untuk mengurus transportasi, konsumsi, acara dan dokumentasi. Untuk dana yang digunakan mereka sudah punya Danang sebagai penyumbangnya. Ada juga Monic, Sendanu, Nana yang tergabung dalam kelas itu. Di mata kuliah inilah mereka dipertemukan saat di kelas. Selain itu mereka hanya sesekali bertemu di luar atau di kelas yang lain. Awalnya Nana menolak untuk ikut dikarenakan ia takut untuk meminta izin ke bunda. Namun Sendanu sudah berkompromi dengan Monic agar mau membujuk bunda supaya mengizinkan Nana. Alhasil setelah negosia

DMCA.com Protection Status